• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Marshall Pada Campuran AC-WC Dengan Substitusi Filler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Uji Marshall Pada Campuran AC-WC Dengan Substitusi Filler"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Marshall Pada Campuran AC-WC Dengan Substitusi Filler

1,2,3

Civil Engineering Department, Universitas Iskandar Muda, Banda Aceh, Indonesia Jalan Kampus Unida Surien – Banda Aceh

*Koresponden email: bunyamin@unida-aceh.ac.id

Diterima: 23 Desember 2020 Disetujui: 7 Januari 2021

Abstract

To improve the quality of pavement can be achieved by substituting filler materials. The materials used for mixing asphaltic concrete are Portland Cement (PC) Andalas type II and Krueng Neng Oyster Shell (ACT) to bind the aggregate with the mixture of asphalt becoming denser as the ACT contains silica and lime. The use of ACT as a filler is expected to improve the quality of the pavement mixture. The study aimed to determine the effect of Marshall Parameters on the use of PC-substituted ACT fillers with a composition of 0% ACT: 100% PC, 20% ACT: 80% PC, 50% ACT: 50% PC, 80% ACT: 20% PC , and 100% ACT: 0% PC against AC - WC mixture. The number of construction materials testing in this study was 66. The research method was Bina Marga 2010 Revision 4 of 2018. The results showed that all compositions met the requirements for the Bina Marga 2010 Revision 4 2018 specification, the best composition for ACT and PC filling substitutes were obtained a percentage of 20% ACT and 80% PC at 5.00% of the asphalt content, the stability value was 1323.01 kg with a VIM value of 3.66% VMA 15.91% VFA 76.99 and MQ 508.68 kg / mm.

Keywords: filler, oyster shell ash, Parameters Marshall, Laston AC-WC Abstrak

Untuk meningkatkan kualitas perkerasan jalan, dilakukan subtitusi dengan bahan pengisi filler. Adapun bahan yang digunakan terhadap percampuran aspal beton ialah Portland Cement (PC) Andalas tipe II dan filler Abu Cangkang Tiram (ACT) Krueng Neng guna mengikat agregat dengan campuran aspal menjadi lebih padat dikarenakan pada ACT mengadung silika dan zat kapur. Penggunaan ACT sebagai filler diharapkan mampu meningkatkan kualitas terhadap campuran perkerasan jalan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Parameter Marshall terhadap penggunaan filler ACT yang disubstitusikan ke dalam PC dengan komposisi 0% ACT: 100% PC, 20% ACT : 80% PC, 50% ACT : 50% PC, 80% ACT : 20% PC, dan 100% ACT :0% PC terhadap campuran AC–WC. Jumlah benda uji yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 66 benda uji. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Bina Marga 2010 Revisi 4 Tahun 2018. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua komposisi telah memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 4 2018, komposisi terbaik substitusi filler ACT dan PC diperoleh pada persentase 20% ACT dan 80% PC pada kadar aspal 5,00% , nilai stabilitas yaitu 1323,01 kg dengan nilai VIM 3,66% VMA 15,91% VFA 76,99 dan MQ 508,68 kg/mm.

Kata Kunci: filler, abu cangkang tiram, Parameter Marshall, Laston AC-WC 1. Pendahuluan

Jalan merupakan infrasturktur transportasi darat yang terus mengalami peningkatan oleh laju pertumbuhan ekonomi di indonesia yang menyebabkan meningkatnya volume kedaraan [1]. Oleh sebab itu, untuk menunjang kelancaran pembangunan perkerasan jalan harus menggunakan material yang berkualitas sebagaimana yang diatur dalam peraturan Dinas Bina Marga 2010 revisi 4 Tahun 2018 [2].

Seiring terjadinya kerusakan maupun kegagalan pada lapisan perkerasan jalan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengunaan material jalan yang tidak sesuai dengan spesifikasi[3]. Oleh karena itu, memerlukan penambahan material lain sehingga dapat memperbaiki kelemahan yang ada [4]. Salah satu jenis lapisan jalan ialah lapisan aspal beton (Laston) merupakan lapis aus asphalt concrete wearing course (AC-WC) dengan komposisi material yaitu aspal, agregat kasar, agregat halus dan filler [5].

Untuk meningkatkan kualitas perkerasan jalan dilakukan subtitusi dengan bahan pengisi (filler).

Zainal Abidin1, Bunyamin2*, Febrina Dian Kurniasari3

(2)

Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton adalah bahan yang lolos saringan No.200 (0,075 mm) [6].

Pemilihan ACT sebagai filler yang disubtitusikan dengan PC tipe II merupakan salah satu upaya untuk mengurangi limbah yang terdapat di Krueng Neng , disisi lain mudah didapat dibandingkan dengan semen porland [7]. Filler ACT yang digunakan adalah lolos saringan No. 200 yang berdiameter 0,075 mm. Filler ACT mempunyai sifat kimia yang mengandung kapur 67,072% silika 8,252% [8]. Dimana zat kapur bertujuan untuk keawetan suatu perkerasan jalan dan sedangkang silika bertujuan mengunci antara agregat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi ACT Krueng Neng sebagai filler terhadap Parameter Marshall .

2. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Pada penelitian campuran aspal beton dengan subtitusi Abu Cangkang Tiram Krueng Neng dengan filler PC terhadap Parameter Marshall yang dilaksanakan pada Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Universitas Iskandarmuda Banda Aceh dari September sampai Desember 2020. Metode yang digunakan adalah Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 4 (2018). Data yang diperlukan berupa data primer dan sekunder. Dimana data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung melalui serangkaian kegiatan percobaan yang dilakukan sendiri dengan mengacu pada petunjuk manual [9] seperti karakteristik agregat, aspal, dan filler, data tersebut didapatan dengan pengujian terhadap material [10].

Sedangkan data sekunder adalah data pendukung data primer seperti angka kalibrasi alat dan lain sebagainya sepeti yang telah ditentukan Dinas Bina Marga 2010 revisi 4 (2018).

Prosedur Kerja

1. Persiapan bahan dan alat

Persiapan bahan yang dilakukan antara lain ialah aspal penetrasi 60/70, agregat kasar, agregat halus, semen porland tipe II dan dan filler abu cangkang tiram. Sedangkan alat yang gunakan antara lain analisa saringan, pengujian marshal dan lain sebagainya.

2. Perencanaan campuran aspal beton

Untuk menghitung perencanaan awal Kadar Aspal Tengah (Pb) mengunakan persamaan:

Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + Konstanta Keterangan:

Pb : Perkiraan kadar aspal optimum

CA : Nilai presentase agregat kasar tertahan No. 4 (4,75 mm)

FA : Nilai presentase agregat halus lolos saringan No. 4 (4,75) tertahan No. 200 (0,075 mm) FF : Nilai presentase Filler

K : konstanta (kira-kira 0,5 - 1,0) untuk AC 3. Pembuatan benda uji

a. Benda uji dengan variasi untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO)

b. Benda uji dengan subtitusi ACT dan PC diantara 0% ACT : 100% PC, 20% ACT : 80% PC, 50% ACT : 50% PC, 80% ACT : 20% PC, 100% ACT : 0%PC

c. Benda uji terbaik dari pengujian alat Marshall

Tabel 1. Total benda uji KAO

No Kadar Aspal Kode Benda Uji Jumlah (buah)

1. Pb - 1% XA1,XA2, XA3 3

2. Pb – 0,5% XB1,XB2, XB3 3

3. Pb XC1,XC2, XC3 3

4. Pb + 1% XD1,XD2, XD3 3

5. Pb + 0,5% XE1,XE2, XE3 3

Jumlah 15

Sumber: Data penelitian, 2020

Setelah didapat nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) maka dilanjutkan pembuatan benda uji dengan agregat kasar, agregat halus, dan filler semen Portland (PC) dan Abu Cangkang Tiram (ACT).

(3)

Tabel 2. Total benda uji ACT dan PC

Sumber: Data penelitian, 2020

Setelah dilakukan pengujian pada campuran substitusi filler ACT dengan aspal pen 60/70 diperoleh nilai persentase terbaik dan dilakukan pembuatan benda uji kembali untuk melihat nilai durabilitas pada perendaman selama 24 jam.

Tabel 3. Total benda uji durabilitas

No Kombinasi Percobaan Jumlah Benda Uji

1. Campuran KAO Terbaik 3

2. Campuran Subtitusi Abu Cangkang Tiram 3

Jumlah 6

Sumber: Data penelitian, 2020 3. Hasil dan Pembahasan

Hasil Pengujian Sifat Fisis

Pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat dan aspal melalui pemeriksaan keausan agregat dengan mesin Los Angeles, berat jenis, penyerapan terhadap air dan berat isi [11]. Dari hasil pemeriksaan sifat fisis agregat kasar, agregat halus, aspal penetrasi 60/70 telah memadai persyaratan Bina Marga 2018 diperlihatkan Tabel 4 - Tabel 7.

Tabel 4. Hasil pengujian sifat-sifat fisis agregat kasar Sifat-sifat Fisis Satuan Hasil Spesifikasi Bina

marga (2018) Berat Jenis

Penyerapan Berat Isi

Keausan (los angeles)

-

% kg/cm3

%

2,8 0,495 1,609 21,52

Min. 2,5 Maks. 3 Min. 1 Maks. 40 Sumber: Data penelitian, 2020

Tabel 5. Hasil pengujian sifat-sifat fisis agregat halus

Sifat-sifat Fisis Satuan Hasil Spesifikasi Bina Marga (2018)

Berat Jenis - 2,80 Min. 2,5

Penyerapan % 0,70 Maks. 3

Sumber: Data penelitian, 2020 No Kombinasi filler ACT dan

semen portland

Kadar aspal Kode benda uji Jumlah (buah) 1. 0% ACT : 100% PC

KAO – 0,5 TA1, TA2, TA3

9

KAO TB1, TB2, TB3

KAO + 0,5 TC1, TC2, TC3 2. 20% ACT : 80% PC

KAO – 0,5 SA1, SA2, SA3

9

KAO SB1, SB2, SB3

KAO + 0,5 SC1, SC2, SC3 3. 50% ACT : 50% PC

KAO – 0,5 LA1, LA2, LA3

9

KAO LB1, LB2, SB3

KAO + 0,5 LC1, LC2, LC3 4. 80% ACT : 20% PC

KAO – 0,5 PA1, PA2, PA3

9

KAO PB1, PB2, PB3

KAO + 0,5 PC1, PC2, PC3 5. 100% ACT : 0% PC

KAO – 0,5 ZA1, ZA2, ZA3

9

KAO ZB1, ZB2, ZB3

KAO + 0,5 ZC1, ZC2, ZC3

Jumlah 45

(4)

Tabel 6. Hasil pengujian sifat-sifat fisis aspal Pen. 60/70 Sifat-sifat Fisis Aspal Satuan Hasil Spesifikasi Bina

marga (2018)

Berat Jenis - 1,020 Min. 1

Penetrasi (0,1 mm) 64 60 – 70

Sumber: Data penelitian, 2020 Uji Marshall

Hasil pengujian Marshall pada persentase kadar aspal 4,50%; 5,00%; 5,50%; 6,00%; dan 6,50%, kemudian dianalisa agar didapat nilai Kadar Aspal Optimum (KAO). Hasil analisa sebesar 5,50% dan nilai KAO tersebut dibagi menjadi 3 fase kadar aspal, fase I: 5,00%, fase II: 5,50%, dan fase III: 6,00%

[12]. Nilai yang didapat setelah percobaan parameter Marshall untuk menentukan kadar aspal optimum diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai hasil percobaan Marshall KAO No Karakteristik

Campuran

Kadar Aspal (%) Spesifikasi

Dept. PU (2018)

4,00 4,50 5,00 5,50 6,00

1. VIM (%) 10,71 7,63 3,61 3,47 3,47 3 – 5

2. VMA (%) 19.95 18,29 15,87 16,87 17,77 Min. 15 3. VFA (%) 46,76 58,44 77,63 79,55 81,93 Min. 65 4. Stabilitas (Kg) 1363,81 1521,93 1531,90 1406,78 1402,43 Min. 800 5. Kelelehan (mm) 3,10 3,87 2,27 2,33 2,47 2 – 4 6. MQ (Kg/m3) 451.53 406.29 757.93 626.44 588.59 Min.250

Sumber: Data penelitian, 2020

Hasil percobaan Marshall pada ketiga fase tersebut yaitu: kadar aspal yang didapat ketika menetukan nilai KAO ialah pada kadar aspal fase I: 5,00%, fase II: 5,50% dan fase III: 6,00%. Nilai hasil percobaan Marshall untuk persentase filler diperlihatkan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Nilai hasil percobaan Marshall pada filler ACT dipersentase kadar aspal 5,00%

No. Parameter Marshall

Variasi Filler ACT-PC (%) Spesifikasi Bina Marga (2018) 20%ACT:80

%PC

50%ACT:

50%PC

80%ACT:

20%PC

100%ACT :0%PC

1. VIM (%) 3,66 3,71 3,79 3,85 3-5

2. VMA (%) 15,91 15,94 16,00 16,04 Min. 15

3. VFA (%) 76,99 76,76 76,33 76,17 Min. 65

4. Stabilitas (kg) 1323,01 1228,61 1093,80 967,45 Min. 800

5. Flow (mm) 2,60 2,73 2,83 2,87 2-4

6. MQ(Kg/mm) 508,68 450,05 386,68 337,74 Min.250

Sumber: Data penelitian, 2020

Tabel 9. Nilai hasil percobaan Marshall pada filler ACT dipersentase kadar aspal 5,50%.

No Parameter Marshall

Variasi Filler ACT-PC (%)

Spesifikasi Bina Marga

(2018) 20%ACT:

80%PC

50%ACT:

50%PC

80%ACT:

20%PC

100%ACT :0%PC

1. VIM (%) 3,49 3,56 3,62 3,69 3-5

2. VMA (%) 16,89 16,92 16,97 17,01 Min. 15

3. VFA (%) 79,47 79,07 78,80 78,52 Min. 65

4. Stabilitas (kg) 1250,18 1203,11 1025,11 908,55 Min. 800

5. Flow (mm) 2,70 2,77 2,90 3,00 2-4

6. MQ (kg/mm) 304,94 435,56 353,68 304,94 Min. 250

Sumber: Data penelitian, 2020

(5)

Tabel 10. Nilai hasil percobaan Marshall pada filler ACT dipersentase kadar aspal 6,00%

No Parameter Marshall

Variasi Filler ACT-PC (%) Spesifikasi Bina Marga

(2018) 20%ACT:

80%PC

50%ACT:

50%PC

80%ACT:

20%PC

100%ACT :0%PC

1. VIM (%) 3,31 3,35 3,43 3,50 3-5

2. VMA (%) 17,82 17,84 17,90 17,95 Min. 15

3. VFA (%) 81,43 81,35 81,04 80,64 Min. 65

4. Stabilitas (kg) 1227,92 1178,30 981,34 879,79 Min. 800

5. Flow (mm) 2,78 2,87 3,00 3,10 2-4

6. MQ(Kg/mm) 284,56 411,47 327,28 284,56 Min. 250

Sumber: Data penelitian, 2020

Tabel 11. Nilai VIM variasi filler ACT-PC dengan variasi kadar aspal.

No Komposisi Filler Abu Cangkang Tiram + PC

Kadar Aspal (%)

5,00% 5,50% 6,00%

1. 0% (Aspal Normal) 3,61 3,47 3,24

2. 20% ACT : 80% PC 3,66 3,49 3,31

3. 50% ACT : 50% PC 3,71 3,56 3,35

4. 80% ACT : 20% PC 3,79 3,62 3,43

5. 100% ACT : 0% PC 3,85 3,69 3,50

Sumber: Data penelitian, 2020

Void In The Mix (VIM) Tabel 11 seiring dengan bertambahnya persentase filler ACT mempengaruhi nilai VIM menjadi semakin meningkat. Dikarenakan filler ACT menyerap sebagian aspal sehingga mempengaruhi sebagian aspal untuk mengisi rongga diantara agregat yang lainnya. Setelah percobaan menunjukkan bahwa nilai VIM masih memenuhi standard spesifikasi Bina Marga 2010 revisi 4 (2018).

Tabel 12. Nilai VMA pada variasi filler ACT-PC dengan variasi kadar aspal No Komposisi Filler Abu

Cangkang Tiram + PC

Kadar Aspal (%)

5,00% 5,50% 6,00%

1. 0%(Aspal Normal) 15,87 16,87 17,77

2. 20% ACT:80%PC 15,91 16,89 17,82

3. 50% ACT:50%PC 15,94 16,92 17,84

4. 80% ACT:20%PC 16,00 16,97 17,90

5. 100%ACT:0%PC 16,04 17,01 17,95

Sumber: Data penelitian, 2020

VMA menunjukkan banyaknya persentase rongga dalam campuran [13]. Berdasarkan Tabel 12 seiring terjadinya penambahan terhadap komposisi filler ACT pada campuran aspal, nilai VMA meningkat. Ini disebabkan oleh penambahan kadar aspal yang dapat membuat selimut aspal menjadi lebih tebal pada campuran, sehingga tebalnya selimut aspal mempengaruhi meningkatnya nilai VMA. Setelah dilakukan pemadatan Nilai VMA terendah yaitu 15,91 dikomposisi 20 % ACT didalam kadar aspal fase I: 5,00 % sementara nilai VMA paling tinggi yaitu 17,95% dikomposisi 100 % ACT didalam kadar aspal fase III: 6,00 %, keseluruhan nilai VMA telah memenuhi spesifikasi Bina Marga (2018).

Tabel 13. Nilai VFA pada variasi filler ACT-PC dengan variasi kadar aspal

Sumber: Data penelitian, 2020 No Komposisi Filler Abu Cangkang

Tiram + PC

Kadar Aspal (%)

5,00% 5,50% 6,00%

1. 0% (Aspal Normal) 77,63 79,55 81,93

2. 20% ACT:80%PC 76,99 79,47 81,43

3. 50% ACT:50%PC 76,76 79,07 81,35

4. 80% ACT:20%PC 76,33 78,80 81,04

5. 100%ACT:0%PC 76,17 78,52 80,68

(6)

Nilai VFA tertinggi didapat didalam kadar aspal fase III: 6,00 % dikomposisi 20 % yaitu 81,93%

dan nilai VFA paling rendah didalam kadar aspal fase I: 5,00 % dikomposisi 100 % yaitu 76,17%.

Gambar 1. Pengaruh variasi filler ACT-PC terhadap nilai stabilitas Sumber: Data penelitian, 2020

Dari Gambar 1, seiring dilakukan penambahan pada komposisi filler ACT didalam campuran aspal menyebabkan nilai stabilitas turun. Turunnya nilai stabilitas dikarenakan pada filler ACT tidak dapat memberikan daya ikat yang kuat sehingga tidak mampu mengikat partikel didalam campuran. Nilai stabilitas pada semua komposisi filler ACT masih dapat memenuhi Standard Spesifikasi Bina Marga (2018) ialah ≥ 800 kg.

Tabel 14. Nilai flow variasi filler ACT-PC dengan variasi kadar aspal No Komposisi Filler Abu

Cangkang Tiram + PC

Kadar Aspal (%)

5,00% 5,50% 6,00%

1. 0%(Aspal Normal) 2,47 2,57 2,70

2. 20% ACT:80%PC 2,72 2,77 2,82

3. 50% ACT:50%PC 2,68 2,73 2,78

4. 80% ACT:20%PC 2,63 2,67 2,72

5. 100%ACT:0%PC 2,57 2,60 2,66

Sumber: Data penelitian, 2020

Nilai Flow, Dari Tabel 14 menunjukkan nilai flow tertinggi di dalam kadar aspal 6,00%

dikomposisi ACT 20% ialah 2,82 mm sedangkang nilai flow paling rendah didalam kadar aspal 5,00% dikomposisi ACT 100% ialah 2,57 mm.

Tabel 15. Nilai MQ variasi filler ACT-PC dengan variasi kadar aspal No Komposisi Filler Abu Cangkang

Tiram + PC

Kadar Aspal (%)

5,00% 5,50% 6,00%

1. 0%(Aspal Normal 643,65 553,53 524,75

2. 20% ACT:80%PC 508,68 304,94 284,56

3. 50% ACT:50%PC 450,05 435,56 411,47

4. 80% ACT:20%PC 386,74 353,68 327,28

5. 100%ACT:0%PC 337,74 304,94 284,56

Sumber: Data penelitian, 2020

Nilai Marshall Quontient (MQ), Dari Tabel 15 menunjukkan nilai Marshall Quotient (MQ) mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kadar aspal dan komposisi ACT. Nilai Marshall Quotient (MQ) tertinggi pada kadar aspal fase: 5,00% pada komposisi 20% ACT : 80% PC yaitu 508,68 kg/mm sedangkan nilai paling rendah didalam kadar aspal fase: 6,00% dikomposisi 100%

ACT : 0% PC ialah 284,56 kg/mm.

800,00 1000,00 1200,00 1400,00 1600,00 1800,00

KA 5,0% KA 5,50% KA 6,0%

Nilai Stabilitas (Kg) 0%ACT:100%

PC

20%ACT:80%

PC

50%ACT:50%

PC

80%ACT:20%

PC

100ACT%:0%

PC KA = Kadar Aspal

(7)

Pengujian Durabilitas

Perbandingan nilai durabilitas pada rendaman 24 jam dan 30 menit pada suhu 60 [15]. Hasil yang didapat melalui perhitungan diantara fase campuran bisa dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Nilai Pengujian Durabilitas No Jenis Komposisi Campuran Rendaman 30

menit

Rendaman 24 jam

Nilai Durabilas (%)

a b c d e= (d/c) x 100

1 Tanpa substitusi (standar) 1,531.90 1,510.14 98.58 2 Komposisi filler abu cangkang

tiram + PC 1323,01 1,276,59 96.88

Sumber: Data penelitian, 2020

Nilai durabilitas yang diperoleh dari campuran AC-WC dengan menggunakan ACT dan PC sebagai substitusi fille dengan komposisi terbaik diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik pengujian durabilitas Sumber: Data penelitian, 2020

4. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengujian sifat-sifat fisis material berbentuk agregat dan aspal pen 60/70 sudah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan serta bisa digunakan untuk bahan campuran AC-WC. Berdasarkan evaluasi parameter Marshall diperoleh pada kadar aspal minimum 5,00, kadar aspal tengah 5,50% dan kadar aspal maksimum 6,00%. Hasil evaluasi terhadap karakteristik Marshall pada campuran AC-WC hasil komposisi terbaik pada persentase 20% (ACT) dan 80% (PC) pada kadar aspal 5,00%, nilai stabilitas yaitu 1323,01 kg, telah memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan sebagai agregat pada bahan campuran Laston AC-WC. Substitusi Filler ACT dengan PC dapat mempengaruhi nilai parameter uji Marshall yang meliputi VIM, VMA, VFA, Stabilitas, dan Flow yaitu tersebut berupa menurunnya stabilitas.

5. Ucapan Terima Kasih

Penulis berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh pembimbing dalam melakukan penelitian ini dan penulis juga berterima kasih kepada teman-teman yang membantu penulis dalam melakukan penelitian ini sampai selesai.

6. Referensi

[1] Z. Safariska and F. D. Kurniasari, “Pengaruh Abu Cangkang Kemiri Sebagai Substitusi Agregat Halus (Filler) Terhadap Campuran Lapisan AC-WC,” J. Tek. Sipil dan Teknol. Konstr., vol. 6, no.

1, pp. 10–19, 2020.

85,00 87,00 89,00 91,00 93,00 95,00 97,00 99,00 101,00

Jenis Komposisi Campuran

Nilai Durabilitas (%)

Tanpa substitusi (standar)

Campuran dengan filler abu cangkang tiram dan semen portland

(8)

[3] S. Sumiati, “Faktor Penyebab Kerusakan Alur (rust) Pada Lapisan Perkerasan Jalan,” PILAR, vol.

7, no. 1, 2012.

[4] A. Widayanti, R. A. A. Soemitro, J. J. Ekaputri, and H. Suprayitno, “Analisis Pemanfaatan Zat Aditif pada Reclaimed Asphalt Pavement untuk Lapisan Beton Aspal,” J. Manaj. Aset Infrastruktur Fasilitas, vol. 4, no. 1, 2020.

[5] N. A. Kurniawan, S. Winarto, and A. Ridwan, “Penelitian penambahan bahan limbah tetes tebu dari pabrik gula meritjan pada campuran aspal beton,” J. Manaj. Teknol. Tek. Sipil, vol. 2, no. 1, pp. 96–105, 2019.

[6] A. Gunarto and A. I. Candra, “Penelitian Campuran Aspal Beton Dengan Menggunakan Filler Bunga Pinus,” UKaRsT, vol. 3, no. 1, pp. 37–47, 2019.

[7] A. Kumalawati, T. M. W. Sir, and Y. Mastaram, “Analisis Pengaruh Penggunaan Abu Batu Apung Sebagai Pengganti Filler Untuk Campuran Aspal,” J. Tek. Sipil, vol. 2, no. 2, pp. 191–200, 2013.

[8] A. Esentia, B. Samsul, and R. R. Makmun, “Pengaruh Penggantian Sebagian Filler Semen Dengan Kombinasi 40% Serbuk Batu Bata Dan 60% Abu Cangkang Lokan Pada Campuran Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC),” Universitas Bengkulu, 2014.

[9] R. Pangestu, “Analisis Pemanfaatan Serbuk Ban Bekas Pada Campuran Aspal Panas Jenis Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) Pada Pengujian Marshall (Studi Kasus Jalan Budi Utomo Kec. Metro Selatan, Kota Metro STA 2+ 500-3+ 500),” Fakultas Teknik, 2019.

[10] R. M. Yusputri, “Pengaruh Penggunaan Abu Serbuk Kayu Sebagai Substitusi Filler Dan Styrofoam Sebagai Substitusi AC Pen. 60/70 Terhadap Campuran Laston-WC,” ETD Unsyiah, 2019.

[11] M. Safriani and D. Febrianti, “Analisis Pengaruh Penggunaan Abu Sabut Kelapa Sebagai Filler Pada Campuran Aspal Retona Blend,” J. Tek. Sipil dan Teknol. Konstr., vol. 2, no. 2, 2018.

[12] F. D. Kurniasari, S. M. Saleh, and S. Sugiarto, “Pengaruh Filler Abu Ampas Tebu (AAT) Dengan Bahan Pengikat Aspal Pen 60/70 Pada Campuran Laston AC-WC,” J. Arsip Rekayasa Sipil dan Perenc., vol. 1, no. 4, pp. 69–78, 2018.

[13] L. Arlia, S. M. Saleh, and R. Anggraini, “Karakteristik Campuran Aspal Porus Dengan Substitusi Gondorukem Pada Aspal Penetrasi 60/70,” J. Tek. Sipil, vol. 1, no. 3, pp. 657–666, 2018.

[14] C. Khairani, S. M. Saleh, and S. Sugiarto, “Uji Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) Dengan Tambahan Parutan Ban Bekas,” J. Tek. Sipil, vol. 1, no. 3, pp. 559–570, 2018.

[15] M. Yacob and W. Wesli, “Pengaruh Kadar Filler Abu Batu Kapur Dan Abu Tempurung Kelapa Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Aspal Beton AC-BC,” TERAS JURNAL-Jurnal Tek. Sipil, vol. 7, no. 1, pp. 213–222, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Pengunaan Asbuton pada Tugas Akhir Pengaruh Variasi Pemadatan Terhadap Nilai Stabilitas Marshall pada LASBUTAG Campuran Panas, dilakukan dengan Variasi tumbukan pada