• Tidak ada hasil yang ditemukan

“PENGARUH PENAMBAHAN KARET ALAM (LATEKS) PADA CAMPURAN COLD PAVING HOT MIX ASBUTON

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "“PENGARUH PENAMBAHAN KARET ALAM (LATEKS) PADA CAMPURAN COLD PAVING HOT MIX ASBUTON "

Copied!
125
0
0

Teks penuh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh karet alam (lateks) terhadap sifat Marshall pada campuran CPHMA. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengaruh penambahan karet alam (lateks) tidak berpengaruh terhadap sifat campuran CPHMA dan menyebabkan nilai campuran menurun dan karet alam (lateks) dalam persentase berapapun tidak berpengaruh terhadap nilai stabilitas dan daya tahan. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat, rahmat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan proyek wisudanya yang berjudul “Pengaruh Penambahan Karet Alam (Lateks) Pada Perkerasan Dingin Campuran Asbuton Campuran Panas (CPHMA)”.

Gambar 2.1 Distribusi Beban Pada Perkerasan Lentur  .......................  II-2  Gambar 2.2 Tipikal Jalan ......................................................................
Gambar 2.1 Distribusi Beban Pada Perkerasan Lentur ....................... II-2 Gambar 2.2 Tipikal Jalan ......................................................................

1 BAB I

Latar Belakang

Karet alam (lateks) telah banyak digunakan di berbagai bidang industri, antara lain isolator, ban kendaraan, dan kini juga digunakan dalam campuran aspal. Selain itu, karet alam (lateks) memiliki ketahanan retak yang cukup tinggi, sehingga dapat menahan berbagai benturan, serta daya rekat yang cukup tinggi terhadap bahan yang berbeda. Karet alam (lateks) cocok sebagai campuran aspal karena diharapkan dapat meningkatkan kestabilan dan daya tahan campuran aspal, hal ini membuat campuran aspal lebih kuat terhadap deformasi.

Rumusan Masalah

Dengan penambahan polimer khusus dengan jenis elastomer, maka aspal lebih elastis dengan nilai elastic recovery yang cukup tinggi, sehingga menjadikan aspal lebih tahan terhadap deformasi. Pada penelitian ini telah digunakan karet alam (lateks) sebagai bahan tambahan pelapis aspal yang telah diuji di laboratorium untuk mengetahui sejauh mana manfaat lateks.

4 1.3 Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Pokok Bahasan

5 1.6 Batasan Masalah

6 1.7 Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN: Bab ini menyajikan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, permasalahan, rumusan masalah,

KAJIAN PUSTAKA: Bab ini membahas tentang landasan teori yang mencakup pengertian campuran aspal cold paving hotmix

BAB III METODE PENELITIAN: Bab ini membahas mengenai penentuan objek penelitian, metode pengumpulan data, kerangka

Hasil dan pembahasan : Bab ini menyajikan tentang laporan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian sehingga data yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Bab ini menyajikan kesimpulan hasil penelitian yang ditarik dari analisa data, hipotesis dan

1 BAB II

  • Perkerasan Lentur

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang dipadatkan. Lapisan yang biasa juga disebut perkerasan lentur ini memiliki sifat membawa dan menyebarkan beban lalu lintas di atas substrat. Pada umumnya perkerasan lentur jenis ini memiliki tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan, lapisan pondasi dan lapisan subbase yang terletak di atas substrat.

Gambar 2.1 Distribusi Beban Pada Perkerasan Lentur
Gambar 2.1 Distribusi Beban Pada Perkerasan Lentur

3 Kelebihan Perkerasan Lentur (Fleksibel)

  • Perkerasan Kaku

Kekuatan konstruksi jalan ini tergantung pada ketebalan masing-masing lapisan dan daya dukung tanah di bawahnya. Lapisan superbase adalah bagian dari perkerasan yang terletak di antara lapisan permukaan dan lapisan subbase atau bersama-sama dengan tanah jika lapisan subbase tidak digunakan. Subgrade adalah permukaan tanah asli, permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar untuk meletakkan bagian perkerasan lainnya.

8 2.2 Preservasi Jalan

  • Tujuan Presevasi Jalan
  • Bahan Penyusun Perkerasan Jalan
    • Agregat

Bahan butiran adalah bahan padat yang terdiri dari butiran lepas dengan ukuran dan bentuk serta kekuatan butiran yang berbeda. Agregat adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral-mineral padat, baik berupa massa yang besar maupun berupa pecahan-pecahan. Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih, kuat, kering, tahan lama, bersudut, bebas dari.

Tabel 2.1. Ketentuan Agregat Kasar  Pengujian
Tabel 2.1. Ketentuan Agregat Kasar Pengujian

12 Pengujian

Fraksi agregat halus yang diperoleh dari primary crusher tidak boleh langsung digunakan. Material yang tertahan oleh vibro scalping screen akan dipecah oleh secondary crusher sebagai hasil screening dan dapat digunakan sebagai agregat halus. Material yang lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan sebagai bagian dari Lapisan Pondasi Agregat e) Agregat halus memenuhi persyaratan seperti terlihat pada tabel.

Tabel 2.2. Ketentuan Agregat Halus
Tabel 2.2. Ketentuan Agregat Halus

16 Ukuran

Gradasi rapat merupakan gradasi agregat dimana terdapat butiran agregat kasar hingga halus, sehingga sering juga disebut gradasi baik. Campuran aspal dengan gradasi yang baik memiliki pori yang sedikit, mudah dipadatkan dan memiliki stabilitas yang tinggi. Gradasi gap adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat tidak lengkap atau tidak ada agregat yang pecah atau jumlahnya sangat sedikit.

Campuran beraspal dengan grade tersebut mempunyai kualitas sedang dibandingkan dengan kondisi campuran dengan grade tersebut di atas.

Gambar 2.5. Gradasi Rapat
Gambar 2.5. Gradasi Rapat
  • Aspal Buton
    • Lokasi Sumber Daya Asbuton

Aspal Buton dapat menjadi pengganti lengkap aspal minyak untuk metode aplikasi Lapen (Lapisan Penetrasi) untuk jalan kolektor, jalan kabupaten/kota atau jalan lingkungan. Penggunaan produk Buton Asphalt tentunya akan mengurangi biaya pembangunan dan pengembangan sekaligus meningkatkan mutu dan mutu konstruksi jalan tersebut karena harganya lebih murah dibandingkan dengan harga Asphalt Minyak. Lokasi sumber aspal tersebut berada di Pulau Buton yang secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sumber aspal alam di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan satu-satunya endapan aspal alam di Indonesia.

Gambar 2.7. Zona sebaran endapan Aspal di Pulau Buton
Gambar 2.7. Zona sebaran endapan Aspal di Pulau Buton

21 2.5.2 Jenis – Jenis Asbuton

  • Asbuton Butir
  • Karakteristik Asbuton
  • Penggunaan Asbuton

Partikel aspal alam yang berasal dari jerami padi umumnya keras dengan kandungan aspal yang tinggi dan kandungan malten yang lebih rendah dibandingkan dengan aspal minyak. Kandungan aspal yang tinggi menjadikan kualitas buton 15 lebih baik dari aspal minyak karena kuat dan hangat.

Gambar 2.9 Aspal buton dalam bentuk bongkahan
Gambar 2.9 Aspal buton dalam bentuk bongkahan

24 pondasi

  • Keunggulan Asbuton
  • Kelemahan Asbuton

26 m) Biaya pengolahan asbuton butir

  • Cold Paving Hot Mix Asbuton ( CPHMA )
    • Bahan CPHMA
    • Sifat Campuran CPHMA

CPHMA memiliki beberapa keunggulan dibanding campuran sejenis, antara lain struktur perkerasan yang lebih rata dan homogen serta kerataan permukaan jalan yang lebih baik.

Tabel 2.6 Persyaratan Sifat Campuran CPHMA
Tabel 2.6 Persyaratan Sifat Campuran CPHMA
  • Stabilitas (stability)

Untuk meningkatkan kekuatan struktur jalan, selain perlu menggunakan campuran beraspal panas dengan pemilihan jenis bahan yang baik, juga dapat dilakukan perubahan dengan bahan tambahan, sehingga sifat-sifat campuran beraspal tersebut tetap terjaga. diharapkan untuk meningkatkan. . Sebagai penghasil karet alam (lateks), Indonesia perlu mencari alternatif pemanfaatan karet alam (lateks), termasuk penggunaannya sebagai bahan modifikasi aspal. Material ini menawarkan banyak keuntungan dalam konstruksi perkerasan jalan, selain sebagai material substitusi dimana karet alam (lateks) banyak dijumpai di Indonesia.

Penggunaan karet alam (lateks) juga memiliki keuntungan seperti penurunan penetrasi, peningkatan titik lembek dan peningkatan titik nyala. Penambahan karet alam (lateks) pada aspal, bersamaan dengan penambahan karet alam, dapat menurunkan sensitivitas temperatur aspal. Penelitian ini dilakukan dengan membuat 3 jenis aspal modifikasi karet alam (lateks), masing-masing dengan proporsi lateks yang ditambahkan dan 20% campuran aspal.

Sifat-sifat campuran aspal dapat diukur dari sifat-sifat Marshall yang ditunjukkan pada nilai-nilai berikut. Stabilitas adalah beban yang dapat ditahan oleh campuran aspal sampai terjadi kelelahan plastis atau dengan kata lain kemampuan perkerasan keras untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja padanya tanpa mengalami deformasi permanen seperti gelombang (washboard) dan alur (track). pembentukan). ). Nilai stabilitas dipengaruhi oleh bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar butir agregat (internal friction) dan saling mengunci antar agregat (interlocking), daya rekat (kohesi) dan kadar aspal dalam campuran.

Lapisan perkerasan dengan nilai stabilitas kurang dari 800 kg akan segera menunjukkan bekas roda, karena perkerasan lunak dan karena itu kurang menahan beban.

Gambar 2.11 Proses Penyadapan Karet Alam   2.8    Marshall Test
Gambar 2.11 Proses Penyadapan Karet Alam 2.8 Marshall Test

34 2.8.2 Kelelehan (flow)

  • Kerapatan (density)

Nilai densitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan agregat, faktor pemadatan dan jumlah pemadatan serta temperatur pemadatan, penggunaan kadar aspal dan penambahan zat aditif pada campuran. Campuran dengan nilai densitas tinggi akan mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan dengan campuran dengan nilai densitas rendah karena butiran agregat memiliki permukaan persegi panjang yang besar sehingga gaya gesek antar butir agregat menjadi besar. Selain itu massa jenis juga mempengaruhi impermeabilitas campuran, semakin besar nilai massa jenis campuran maka campuran tersebut akan semakin impermeabel terhadap air dan udara.

  • VIM (void in the mix)
  • VFA (void filled with asphalt)
  • VMA (void in mineral aggregate)

Nilai VFA dipengaruhi oleh faktor pemadatan yaitu jumlah dan temperatur pemadatan, gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VFA mempengaruhi impermeabilitas campuran terhadap air dan udara serta kekenyalan campuran. Nilai ini menunjukkan persentase rongga dalam campuran yang mengandung aspal, nilainya akan meningkat berdasarkan kenaikan kadar aspal sampai batas tertentu dimana rongga tersebut penuh.

Artinya rongga dalam campuran terisi penuh dengan aspal, maka prosentase kadar aspal yang mengisi rongga tersebut merupakan prosentase maksimum kadar aspal. Void In Mineral Aggregate (VMA) adalah rongga udara antara butir agregat padat aspal, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif, yang dinyatakan sebagai persentase dari volume total. Nilai VMA dipengaruhi oleh faktor pemadatan yaitu jumlah dan suhu pemadatan, gradasi agregat dan kadar aspal.

Nilai VMA ini mempengaruhi impermeabilitas campuran terhadap air dan udara serta sifat elastisitas campuran. Semakin besar nilai Marshall Quotient berarti campuran tersebut semakin kaku, sebaliknya semakin rendah nilainya maka campuran tersebut semakin lentur. Nilai Marshall Quotient dibawah 250 kg/mm ​​membuat perkerasan mudah mengalami pencucian, rutting dan bleeding, sedangkan nilai Marshall Quotient yang tinggi menyebabkan perkerasan menjadi kaku dan rawan retak.

Setelah dilakukan analisis uji Marshall dan diperoleh nilai karakteristik Marshall, dibuat grafik hubungan kadar aspal dengan nilai karakteristik.

Gambar 2.13 Ilustrasi Pengertian tentang Vim,Selimut aspal, aspal  terabsorbsi
Gambar 2.13 Ilustrasi Pengertian tentang Vim,Selimut aspal, aspal terabsorbsi

42 2 Herman Fithra Pengaruh

43 3 Barkah Wahyu

44 Campuran

1 BAB III

2 3.2 Diagram Flowchart

3 3.3 Bahan Penelitian

4 3.4 Peralatan Penelitian

6 e. Kuas

  • Alat Uji Karakteristik Campuran Agregat Aspal

7 2. Perlengkapan lain

8 c) Jangka Sorong

  • Pengetesan Benda Uji

1 BAB IV

  • Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Hasil pemeriksaan karakteristik agregat sesuai dengan metode

Bj = Berat permukaan tepu objek ujian kering (SSD) Ba = Berat objek ujian dalam air.

Tabel 4. 2 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar  Jenis
Tabel 4. 2 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar Jenis

3 Keterangan

  • Hasil Pemeriksaan Kadar Aspal
  • Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Campuran
  • Data Hasil Uji Dengan Alat Marshall

Tujuan dari pengujian Marshall ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) dengan kadar aspal dalam waktu 30 menit. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui ketahanan (stabilitas) terhadap lelehan (aliran) plastis campuran beraspal, lebih jelasnya dapat dilihat pada file terlampir. Dari hasil pengujian Marshall terlihat bahwa Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) dengan variasi karet alam (lateks) ditambahkan ke dalam campuran CPHMA dengan cara perendaman normal kemudian direndam selama 30 menit pada suhu 60°C.

Kita dapat mengamati pengaruh campuran aspal terhadap nilai Stabilitas, Flow, VIM, Marshall Quotient, VMA dan VFB.

Tabel 4. 5 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat  Material
Tabel 4. 5 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat Material

BJ Max Campuran Rumus

Volume of Speciment Rumus

  • 7 G : SSD

Bulk Sg Combined Mix Rumus

  • Hasil Pengujian Dengan bahan tambah Lateks Pada Campuran aspal buton CPHMA

Hasil pengujian campuran benda uji pada alat uji Marshall akan mendapatkan hasil parameter Marshall sebagai berikut.

Absorbsi Aspal terhadap berat total campuran

  • Analisis Hasil Pengujian Karet Alam (lateks) Pada Campuran Aspal Buton (CPHMA)
  • 1 BAB V
    • Kesimpulan
    • Saran

Dari Gambar 4.1 terlihat penambahan lateks pada campuran aspal CPHMA Buton tidak berpengaruh nyata terhadap nilai densitas, pada kadar aspal normal sebesar 2,32, pada kadar lateks 10% sebesar 2,28, pada kadar 15% sebesar 2,27 dan pada kandungan 20% nya 2,27 bisa dikatakan hampir sama nilainya. Dari Gambar 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa nilai stabilitas normal mix semuanya memenuhi spesifikasi Bina Marga, sedangkan nilai stabilitas dengan penggunaan aditif lateks dengan nilai batas 500Kg hanya lateks 10% dan 15% saja yang bervariasi. Dari Gambar 4.3 terlihat nilai Flow campuran normal memenuhi spesifikasi Bina Marga 2018 dengan nilai batas 3-5 mm.

Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai VMA campuran normal memenuhi spesifikasi Bina Marga 2018 dengan nilai minimal 16% dan penggunaan bahan tambahan latex memenuhi spesifikasi Bina Marga 2018. Nilai densitas cold spread hot mix Asbuton aspal ( CPHMA) dengan penambahan karet alam (latex) ) dapat dilihat pada tabel 4.10. Dari tabel 4.12 terlihat bahwa nilai kebocoran penambahan lateks meningkat pada variasi 10% masing-masing 9,28% dari kadar aspal normal masing-masing 0,0% pada variasi 15% masing-masing 15,46%. . dan dalam kandungan 20%.

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai VMA penambahan lateks meningkat pada variasi 10% dan sebesar 7,63% pada variasi 15%. Terlihat dari Tabel 4.16 bahwa nilai MQ dengan penambahan 0,5% karet alam (lateks) mengalami penurunan pada variasi 10% yaitu sebesar 55,35%. Nilai MQ menunjukkan perbandingan nilai stabilitas dan flowabilitas, dimana nilai stabilitas yang rendah dan flowabilitas yang tinggi menunjukkan campuran aspal yang keras dan sebaliknya.

Karet alam (lateks) yang ditambahkan dalam persentase berapa pun tidak mempengaruhi stabilitas dan daya tahan, sehingga dapat dikatakan bahwa karet alam (lateks) tidak dapat digunakan sebagai bahan tambahan.

Gambar 4.1 Diagram hubungan variasi lateks terhadap kepadatan.
Gambar 4.1 Diagram hubungan variasi lateks terhadap kepadatan.

LABORATORIUM ASPAL DAN BAHAN JALAN JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA

LABORATORIUM ASPAL DAN BAHAN JALAN

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA

DOKUMENTASI

Gambar

Gambar 2.1 Distribusi Beban Pada Perkerasan Lentur  .......................  II-2  Gambar 2.2 Tipikal Jalan ......................................................................
Gambar 4.3 Diagram Hubungan Variasi Lateks Terhadap Flow  ...... IV-19  Gambar 4.4 Diagram Hubungan Variasi Lateks Terhadap VMA  ....
Tabel  4.9  Hasil  Uji  Karakteristik  Campuran  CPHMA  Menggunakan  Karet  Alam (Lateks) 0%,10%,15%, 20% .......................................................
Gambar 2.2 Tipikal Jalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Dengan demikian dalam perusahaan kegiatan tersebut tidak terbatas