• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Journal Scientific Solutem Vol. 2 No.1JanuariJuni 2019 p-ISSN : 2620-7702 e-ISSN : 2621-136X journal homepage: http://ejurnal.akperbinainsan.ac.id

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus

Diruang Perawatan RSUD Labuang Baji Makassar

Alfrida Jayanti, Ns.Fakhriatul Falah, Hj.Saenab Dasong STIKes Panakukang, Makasar

e-mail :saenab_dasong@yahoo.com Abstrak

Diabetes Mellitus adalah penyakit degenarativ yang telah meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes Mellitus adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, kurang aktivitas, dan stress sehingga penting agar pendidikan kesehatan yang baik dibutuhkan. Pendidikan kesehatan akan lebih efektif dan sesuai tujuan dan sasarannya, maka diperlukan media yang menarik dan lebih mudah diterima oleh sasaran. Salah satu media yang bisa digunakan adalah media audiovisual. Tujuan penelitian ini bertejuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap tingkat pengetahuan penderita Diabetes Mellitus pada ruang perawatan RSUD Labuang Baji Makassar.penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental (Quasi Experiment) dengan pendekatan Non-Equivalent Control Group. Sampel penelitian ini adalah 14 responden dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data ini menggnakan uji Wolcoxon dan Uji Mann-Whitney. Pendidikan kesehatan dengan metode auidiovisual mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus dengan hasil P<0,025. Untuk pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual ada pengaruhnya dalam meningkatkan pengetahuan penderita Diabetes Mellitus, pendidikan kesehatan dengan media audiovisual dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara kreatif dan jelas saat memberikan pendidikan kesehatan.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Diabetes mellitus, Media Auidiovisual Abstract

Diabetes Mellitus is a degenarative disease that has increased from year to year. Diabetes Mellitus is a disease related to lifestyle, lack of activity, and stress so it is important that good health education is needed. Health education will be more effective and according to its goals and objectives, it is necessary to have an attractive media and be more easily accepted by the target. One of the media that can be used is audiovisual media. The purpose of this study was to determine the effect of health education by audiovisual method on the level of knowledge of Diabetes Mellitus patients in the treatment room of Labuang Baji Hospital Makassar. This study was a quasi-experimental (Quasi Experiment) approach to the Non-Equivalent Control Group. The sample of this study was 14 respondents by collecting data using a questionnaire. This data analysis uses the Wolcoxon test and the Mann-

(2)

Whitney test. Health education with auidiovisual method affects the level of knowledge of patients with Diabetes Mellitus with results of P <0.025. For health education using audiovisual media there is an effect in increasing knowledge of people with Diabetes Mellitus, health education with audiovisual media can be used to convey information creatively and clearly when providing health education.

Keywords: Health Education, Diabetes mellitus, Auidiovisual Media Pendahuluan

Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar gula darah yang tinggi . menurut AmericanDiabetes Association (ADA), DM adalah suatu penyakti metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin. DM merupakan salah satu penyakit degeneratife yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun.

Salah satu faktor yang dianggap bertanggung jawab terhadap peningkatan ini adalah gaya hidup yang kurang sehat, kurang aktivitas dan stress.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sekitar 347 juta orang di seluruh dunia menderita DM.

Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2025 (WHO, 2013).

Menurut Internasional of Diabetic Federation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387juta kasus.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9%

(Depkes RI, 2013).

Selain ditingkat dunia dan Indonesia, peningkatan kejadian DM juga tercermin ditingkat provinsi khususnya provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan surveilans rutin penyakit tidak menular berbasis rumah sakit di Sulawesi Selatan tahun 2008, DM termasuk dalam urutan keempat penyakit tidak menular (PTM) terbanyak yaitu sebesar 6,65% dan urutan kelima terbesar PTM penyebab kematian yaitu sebesar 6,28%. Bahkan pada tahun 2010, DM menjadi penyebab kematian tertinggi PTM di Sulawesi Selatan yaitu sebesar 41,56%(Dinkes Provinsi Sul- Sel, 2012).

Penatalaksanaan diabetes mellitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu: pendidikan kesehatan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Dalam hal antisipasi untuk pencegahan DM ini yang sangat perlu diperhatikan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus.

Pendidikan kesehatan diperlukan karena penyakit diabetes adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup. Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yaitu dengan pemberian program edukasi/pendidikan kesehatan dengan upaya untuk merubah perilaku kearah yang positif.

Pendidikan kesehatan akan lebih efektif dan sesuai sasaran serta tujuan, maka diperlukan media yang menarik dan lebih mudah diterima oleh sasaran.

Salah satu media yang dapat digunakan adalah media audiovisual. Media audiovisual mengendalikan pendengaran dan penglihatan dari sasaran.

(3)

Penggunaan audiovisual melibatkan semua alat indra pembelajaran, sehingga semakin banyak alat indra yang terlibat untuk menerima, dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan (Widia dkk, 2012).

Berdasarkan data yang diperoleh di RSUD Labuang Baji Makassar pada tahun 2016 sejak bulan januari sampai bulan september jumlah penderita Diabetes Mellitus yang dirawat inap

sebanyak 211 orang. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas tentang tingkat pengetahuan penderita DM dan pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunkan audiovisual masih minim, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan pasien diabetes mellitus diRSUD Labuang Baji Makassar.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitaf dengan desain eksperimen semu (Quasi Eksperimen) yaitu Non-Equivolent Control Grup.

Dalam rancangan penelitian ini,

kelompok eksperimen diberikan perlakuan pendidikan kesehatan dengan menggunakan video sedangkan kelompok control tidak diberikan.

Hasil Penelitian

Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pemberian Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audiovisual di RSUD Labuang Baji Makassar

Mean Rank

Sum Of Rank

Sig 2 Kelompok Eks Pre

Kelompok Eks Post

0,00 3,00

0,00

15,00 0,025 Data Primer Maret 2017

Berdasarkan tabel diatas, terdapat perbedaan rerata tingkat pengetahuan pada kelompok eksperimen. Dimana Tingkat pengetahuan responden sebelum (pre test) pemberian pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual didapatkan nilai Mean Rank 0,00, sedangkan tingkat pengetahuan setelah (post test) pemberian pendidikan kesehatan didapatkan nilai Mean Rank 3,00,

Dengan menggunakan uji wilcoxon ranks test didapatkan nilai p adalah p=

0,025 dan untuk pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual yang berarti nilai p < 0,05 maka ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual terhadap tingkat pengetahuan pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Labuang Baji Makassar.

Tingkat Pengetahuan Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Labuang Baji Makassar

Mean Rank

Sum Of Rank

Sig 2 Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

4,00 11,00

28,00

77,00 0,001 Data Primer Maret 2017

(4)

Dari hasil penelitian pada tabel tersebut, di dapatkan hasil pada kelompok kontrol dengan Mean Rank 4,00. Kemudian pada kelompok eksperimen didapatkan Mean Rank 11,00. Dengan menggunakan uji non parametris yaitu ji Mann Whitney Test

dengan tingkat kemaknaan ≠ 0,05 yang lebih besar dari nilai p = 0,001 jadi, ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di Ruang Perawatan RSUD Labuang Baji Makassar.

Pembahasan

Pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dengan metode Audiovisual pada pasien Diabetes Mellitus

Hasil analisa menggunakan Uji Wilcoxon Signed Tes menunjukkan nilai tingkat pengetahuan kelompok eksperimen sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan dengan

metode audiovisual didapatkan nilai Sig 0,025 yang berarti jika p<0,05 maka, hasil ini menunjukkan perbedaan yang signifikan karena rerata sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan selisih angka yang cukup tinggi yaitu 0,00 menjadi 3,00, maka ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan Metode audiovisual terhadap tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus di RSUD Labuang Baji Makassar.

No

Pre

(sebelum pendidikan kesehatan )

Post

(Setelah Pendidikan Kesehatan) % 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

11 11 9 9 8 8 7

18 17 18 18 18 18 18

35%

30%

45%

45%

50%

50%

55%

Dari tabel tersebut sangat jelas menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual. Dimana dari 7 responden yang telah diteliti tingkat pengetahuannya perbedaan presentasi tertinggi dari kelompok eksperimen pre (sebelum) ke kelompok eksperimen post (setelah) adalah sebanyak 55%

sedangkan perbedaan presentasi terendah dari kelompok eksperimen pre (sebelum) ke kelompok eksperimen post (setelah) adalah sebanyak 30%.

Perbedaan tingkat pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat setelah dilakukan uji Mann Whitney test. Pada kelompok

eksperimen didapatkan hasil dengan Mean rank 11,00 sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan Mean Rank 4,00 dan. Dengan menggunakan uji Mann Whitney test didapatkan nilai p= 0,001 yang berarti nilai p< 0,05 berarti ada perbedaan antara tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dalam hasil tersebut pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan pengetahuan pada pre tes dan post test. Pada pre test didapatkan nilai presentasi pengetahuan baik sebanyak 28,6% dan pengetahuan kurang baik sebanyak 71,4%.

Sedangkan post test pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan

(5)

kesehatan melalui media audiovisual didapatkan nilai presentasi pengetahuan baik sebanyak 57% dan pengetahuan kurang baik sebanyak 42%.

Dari hasil jawaban responden didapatkan hasil pengetahuan responden lebih memahami tentang pengertian, faktor-faktor, komplikasi dan pecegahan penyakit Diabetes Melitus, sehingga telah mendapatkan hasil ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio visual terhadap peningkatan pengetahuan pasien Diabetes Melitus di ruang perawatan RSUD Labuang Baji Makassar.

Maka asumsi peneliti pada penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audiovisual pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Labuang Baji Makassar. Adapun terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara pasien Diabetes Mellitus kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Karena dengan menggunakan pendidikan kesehatan dengan metode Audiovisual dapat mengendalikan pendengaran, penglihatan dari sasaran, penggunaan metode audiovisual melibatkan semua alat indra pembelajaran, sehingga semakin banyak alat indra yang terlibat untuk menerima, dimengerti dan dipertahankan dalam pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada kesadaran dalam upaya meminimalisir penyakit yang salah satunya penyakit Diabetes Mellitus, serta dapat meningkatkan kesadaran akan kesehatan.

Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan responden sebelum mendapatkan perlakuan sebanyak 5 (71,4%) responden sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 7 (100%).

2. Tingkat pengetahuan responden sesudah mendapatkan perlakuan pada

kelompok eksperimen sebanyak 7 (100%) responden . Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 4 (57,1) responden.

3. Tingkat pengetahuan pasien setelah (post test) pemberian pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual didapatkan nilai Mean Rank 3,00 sedangkan tingkat pengetahuan sebelum dilakukan (pre test) didapatkan nilai Mean Rank 0,00 didapaatkan nilai Sig 0,025 yang berarti jika p<0,05 maka, ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan dengan metode audiovisual pada pasien Diabetes Mellitus.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen didapatkan hasil dengan Mean rank 11,00 sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan Mean Rank 4,00 dengan nilai Sig 0,001.

Saran

1. Bagi Masyarakat

Lebih mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes mellitus untuk khusunya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Meliitus untuk mencegah terjadinya komplikasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya khusunya profesi perawatan yang tertarik meneliti variabel yang sama sebaiknya melakukan penelitian saat mempunyai waktu luang diluar waktu Rumah Sakit, agar mempermudah peneliti mengambil data dan melakukan pandidikan keseahatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan khususnya STIKES Panakkukang Makassar agar dapat mengembangkan kurikulum yang menunjang peningkatan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan

(6)

kualitas mahasiswa sebagai calon perawat yang nantinya akan memberikan informasi kepada pasien khususnya pada pasien Diabetes Mellitus.

4. Bagi Institusi RSUD Labuang Baji Makassar

Kepada perawat, tim medis atau tenaga kesehatan yang lain dapat menggunakan media audiovisual dalam memberikan pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat pengetahuan pada pasien.

Daftar Pustaka

[1] American Diabetes Association.

2009. Standars of Medical Care in Diabetes.

Diabetes Care ; Jan 2009;

Academic Research Library pg.

S13.

[2] American Diabetes Association.

2010. Standart of Medical Care in Diabetes

2010. Journal of Diabetes, Vol.

23.Suplement 1Januari 2010 11 – 61. Setiono M. (2005). Hidup Sehat

& Normal dengan Diabetes, Yogyakarta: Thinkfresh.

[3] Suyono, S. 2009. Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FIKUI.

[4] Maulana, M. 2012. Mengenal Diabetes Melitus. Yogyakarta: Ar- ruzz Media.

[5] Susilo, R. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

[6] Arikunto, S. (2007), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Jakarta Rineka Cipta.

[7] Hidayat, A. 2003. Riset Keperawatan Sebuah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Salemba Media.

[8] Michael Bryer-Ash, MD. 2012. 100 Tanya-Jawab Mengenai Diabetes.

Jakarta.

Indeks.

[9] M. Clevo Rendy. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit

Dalam. Yogyakarta. Nuha Medika.

[10] Nursalam, 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : PT Infomedika.

[11] Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

[12] Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Kesehatan Teori dan Aplikasi : Ilmu dan Kiat. Jakarta : Rineka Cipta

[13] Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Kiat. Jakarta : Rineka Cipta

[14] Prapti. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Diabetes. Jakarta: Agro Media

[15] Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian, Bandung : CV Alvabeta.

[16] Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

[17] Aziz, AH. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisi Data

Jakarta : Salemba Medika

[18] Azwar, S. (2003). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

[19] Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

[20] Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

[21] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Cipta. 68

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga apabila menyangkut dengan pengambilan keputusan terhadap penolakan bantuan dari negara- negara anggota G7 pada kasus kebakaran hutan amazon yang terjadi pada tahun 2019

Prevention services targeted at high-risk groups have been intensified since 2003 with support from the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria.1 In Mongolia,