• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan model pembelajaran group

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan model pembelajaran group"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS X SMA N 1 SIPORA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Nirawanti, R.R.P Megahati, Ria Kasmeri Program Studi Biologi STKIP PGRI SUMATERA BARAT

Nirawanti1992@yahoo.com ABSTRAK

In the learning process in SMA N 1 Sipora, varying less teacher learning model. Only teachers in the learning process using the method of discussion and question and answer it. So that students are less active, saturated and does not want to seek knowledge themselves. Students still make the teacher as the only source of information. So that student learning outcomes are still low.

For that teachers should vary the model of learning, so that students are not saturated and active in learning and increasing the intention of students to study and learning outcomes increases.

Therefore, this study aimed to determine the effect of the application of the learning model of Group Investigation (GI) on learning outcomes biology class X SMA N 1 Sipora the school year 2015/2016.

This research is an experimental study, using a randomized control-group design posstest only design. The population of this research is all class X SMA N 1 Sipora the school year 2016/2017. Sampling using purposive sampling technique with class X MIA3 as an experimental class and class X.MIA2 as the control class. The instrument used was a test sheet student learning outcomes. Instruments of learning outcomes in the form of observation sheets attitude attitudes and skills learning outcomes instrument is skills assessment sheet. Data were analyzed using t-test, the criteria th> tt.

Based on the analysis of the final test results obtained difference in the average yield learning outcomes of students in both classes of biological samples. The average value of the experimental class students was 77.19 and the control class is 73.51. T-test results obtained t = 1.18, and table = 1.68 thitung<ttable then the hypothesis is rejected. The assessment results realm of the experimental class attitude earned an average score of 3.16 with the predicate B, and class B predicate also controls 3.27. T-test results obtained t hitung = 0.8 and t table = 2,19 <t table then the hypothesis is rejected. In the realm of experimental class skills of the average gain is 3.81 predicate optimum outcomes (A-), while the control class 3.67 on predicate (A-). T-test results obtained ttabel thitung = 1.99 and t = 1.68> t table then the hypothesis is accepted. It can be concluded that the application of learning models Gruop Investigation (GI) can increase student learning outcomes in class X SMA N 1 Sipora Mentawai Islands, in the cognitive, affective, and psychomotor.

keywords: Model Group Investigation (GI) PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Belajar sangat erat kaitannya dengan pembelajaran, pembelajaran mengacu segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya peristiwa belajar dalam diri orang tersebut (Lufri 2007:10). Dimana komponen proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Hasil belajar yang diperoleh siswa,

menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Sipora, pada Tanggal 7 April 2016 terungkap bahwa secara umum siswa masih menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan pusat informasi. Interaksi terjadi hanya antara guru dengan siswa saja dalam proses pembelajaran, sehingga interaksi antara siswa dengan siswa yang lain jarang terjadi, siswa kurang aktif baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru.

(2)

Selain itu, metode yang digunakan guru dalam belajar adalah metode ceramah.

Model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Permasalahan di atas berdampak pada hasil belajar siswa yang masih sulit mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70 pada materi “Jamur”. Nilai siswa pada nilai rata-rata kelas X.MIA1 = 68,43. Kelas X.MIA2 = 62.36. kelas X.MIA3 = 59,77.

Kelas X.IS1 = 53,63. Kelas X.IS2 = 64.5. di kelas X.IS3 = 55,22. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memberikan motivasi pada siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau memberikan ide-ide mereka dalam menggunakan pengetahuan awal untuk memahami situasi baru. Menurut Shoimin (2014:80) diantara model-model pembelajaran yang tercipta, Group Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat demokratif karena siswa menjadi aktif belajar dan melatih kemandirian belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sipora Kabupaten Kepulawan Mentawai.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penelitian ini adalah kelas X SMA N 1 Sipora Pada semester Ganjil tahun Pelajaran 2016/2017. Sampel dalam penelitian ini diambil dari anggota populasi yang terdiri dari dua kelas dengan teknik pengambilan yaitu teknik purposive sampling. Dimana diambil dua kelas dari anggota populasi, yang memiliki rata-rata nilai mendekati sama, lalu dua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas ekperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan.

Rancangan randomized control- group posstest only design yaitu satu kelas diberi perlakuan dan satunya tidak diberi perlakuan, Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar hasil tes hasil

belajar kognitif, lembaran hasil belajar afektif dan lembaran hasil belajar psikomotor. Untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

Pengujian dilakukan dengan uji-t dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:239) yaitu kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ranah kognitif

Dari penilaian ranah kognitif terlihat hasil tes akhir belajar siswa kedua sampel tersebut. data dilihat dari gambar 1.

Gambar 1. Nilai Rata-rata Ranah Kognitif Nilai rata-rata pada kelas eksperimen 77,19 dan kelas kontrol 73,51, kedua kelas sampel nilai rata-ratanya sudah mencapai KKM. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah diuraikan pada lampiran menunjukkan data berdistribusi normal dan varians homogen. Uji normalitas L0>Lt maka data berdistribusi normal dan uji homogenitas Fhitung<Ftabel maka data bervarians homogen. Kedua data berdistribusi normal dan bervarians homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Pada uji-t yang dilakukan terhadap ranah pengetahuan diperoleh thitung= 1,18 dan ttabel= 1,68 maka hipotesis ditolak.

Berdasarkan hasil tes akhir pada ranah kognitif diperoleh nilai rata-rata kognitif biologi siswa pada kelas eksperimen adalah 77,19, dengan nilai yang tertinggi adalah 93,33 dan nilai terendah adalah 63,33, siswa yang mencapai KKM adalah 15 siswa dengan persentase 78,9% dan yang tidak mencapai KKM adalah 4 siswa dengan Selain itu, metode yang digunakan guru

dalam belajar adalah metode ceramah.

Model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Permasalahan di atas berdampak pada hasil belajar siswa yang masih sulit mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70 pada materi “Jamur”. Nilai siswa pada nilai rata-rata kelas X.MIA1 = 68,43. Kelas X.MIA2 = 62.36. kelas X.MIA3 = 59,77.

Kelas X.IS1 = 53,63. Kelas X.IS2 = 64.5. di kelas X.IS3 = 55,22. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memberikan motivasi pada siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau memberikan ide-ide mereka dalam menggunakan pengetahuan awal untuk memahami situasi baru. Menurut Shoimin (2014:80) diantara model-model pembelajaran yang tercipta, Group Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat demokratif karena siswa menjadi aktif belajar dan melatih kemandirian belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sipora Kabupaten Kepulawan Mentawai.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penelitian ini adalah kelas X SMA N 1 Sipora Pada semester Ganjil tahun Pelajaran 2016/2017. Sampel dalam penelitian ini diambil dari anggota populasi yang terdiri dari dua kelas dengan teknik pengambilan yaitu teknik purposive sampling. Dimana diambil dua kelas dari anggota populasi, yang memiliki rata-rata nilai mendekati sama, lalu dua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas ekperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan.

Rancangan randomized control- group posstest only design yaitu satu kelas diberi perlakuan dan satunya tidak diberi perlakuan, Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar hasil tes hasil

belajar kognitif, lembaran hasil belajar afektif dan lembaran hasil belajar psikomotor. Untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

Pengujian dilakukan dengan uji-t dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:239) yaitu kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ranah kognitif

Dari penilaian ranah kognitif terlihat hasil tes akhir belajar siswa kedua sampel tersebut. data dilihat dari gambar 1.

Gambar 1. Nilai Rata-rata Ranah Kognitif Nilai rata-rata pada kelas eksperimen 77,19 dan kelas kontrol 73,51, kedua kelas sampel nilai rata-ratanya sudah mencapai KKM. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah diuraikan pada lampiran menunjukkan data berdistribusi normal dan varians homogen. Uji normalitas L0>Lt maka data berdistribusi normal dan uji homogenitas Fhitung<Ftabel maka data bervarians homogen. Kedua data berdistribusi normal dan bervarians homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Pada uji-t yang dilakukan terhadap ranah pengetahuan diperoleh thitung= 1,18 dan ttabel= 1,68 maka hipotesis ditolak.

Berdasarkan hasil tes akhir pada ranah kognitif diperoleh nilai rata-rata kognitif biologi siswa pada kelas eksperimen adalah 77,19, dengan nilai yang tertinggi adalah 93,33 dan nilai terendah adalah 63,33, siswa yang mencapai KKM adalah 15 siswa dengan persentase 78,9% dan yang tidak mencapai KKM adalah 4 siswa dengan

0 20 40 60

80 77,19 73,51

Nilai Rtaa-rata Kognitif

Kelas Sampel X.MIA3X.MIA2 Selain itu, metode yang digunakan guru

dalam belajar adalah metode ceramah.

Model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Permasalahan di atas berdampak pada hasil belajar siswa yang masih sulit mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70 pada materi “Jamur”. Nilai siswa pada nilai rata-rata kelas X.MIA1 = 68,43. Kelas X.MIA2 = 62.36. kelas X.MIA3 = 59,77.

Kelas X.IS1 = 53,63. Kelas X.IS2 = 64.5. di kelas X.IS3 = 55,22. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memberikan motivasi pada siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau memberikan ide-ide mereka dalam menggunakan pengetahuan awal untuk memahami situasi baru. Menurut Shoimin (2014:80) diantara model-model pembelajaran yang tercipta, Group Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat demokratif karena siswa menjadi aktif belajar dan melatih kemandirian belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sipora Kabupaten Kepulawan Mentawai.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penelitian ini adalah kelas X SMA N 1 Sipora Pada semester Ganjil tahun Pelajaran 2016/2017. Sampel dalam penelitian ini diambil dari anggota populasi yang terdiri dari dua kelas dengan teknik pengambilan yaitu teknik purposive sampling. Dimana diambil dua kelas dari anggota populasi, yang memiliki rata-rata nilai mendekati sama, lalu dua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas ekperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan.

Rancangan randomized control- group posstest only design yaitu satu kelas diberi perlakuan dan satunya tidak diberi perlakuan, Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar hasil tes hasil

belajar kognitif, lembaran hasil belajar afektif dan lembaran hasil belajar psikomotor. Untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

Pengujian dilakukan dengan uji-t dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:239) yaitu kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ranah kognitif

Dari penilaian ranah kognitif terlihat hasil tes akhir belajar siswa kedua sampel tersebut. data dilihat dari gambar 1.

Gambar 1. Nilai Rata-rata Ranah Kognitif Nilai rata-rata pada kelas eksperimen 77,19 dan kelas kontrol 73,51, kedua kelas sampel nilai rata-ratanya sudah mencapai KKM. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah diuraikan pada lampiran menunjukkan data berdistribusi normal dan varians homogen. Uji normalitas L0>Lt maka data berdistribusi normal dan uji homogenitas Fhitung<Ftabel maka data bervarians homogen. Kedua data berdistribusi normal dan bervarians homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Pada uji-t yang dilakukan terhadap ranah pengetahuan diperoleh thitung= 1,18 dan ttabel= 1,68 maka hipotesis ditolak.

Berdasarkan hasil tes akhir pada ranah kognitif diperoleh nilai rata-rata kognitif biologi siswa pada kelas eksperimen adalah 77,19, dengan nilai yang tertinggi adalah 93,33 dan nilai terendah adalah 63,33, siswa yang mencapai KKM adalah 15 siswa dengan persentase 78,9% dan yang tidak mencapai KKM adalah 4 siswa dengan

73,51

X.MIA 3 X.MIA 2

Kelas Sampel X.MIA3X.MIA2

(3)

persentase 21,0%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata kognitif adalah 73,51 dan nilai yang tertinggi adalah 93,33 dan yang nilai terendah adalah 56,67, siswa yang mencapai KKM adalah 14 siswa dengan persentase 73,7% dan yang siswa yang tidak mencapai KKM adalah 5 siswa dengan presentase 26,4%. Rata-rata nilai kognitif biologi siswa pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation lebih baik dan kelas kontrol yang menggunakan model diskusi juga baik.

Meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen Pada saat proses belajar berlangsung siswa sangat dituntun untuk didukung oleh melakukan yang terbaik didalam kelompoknya disaat selesai diskusi perwakilan kelompoknya akan ditampilkan hasil diskusinya, pada kelompok yang lain yang tidak tampil guru yang akan menjelaskan ulang untuk menambah wawasan siswa dalam proses pembelajaran disetiap pertemuan, dan diakhir pembelajaran nilai yang paling tertinggi pada kelompok tersebut akan mendapatkan hadiah, hadiah berupa pena. Menurut pendapat Lufri dkk (2007: 83) pemberian hadiah salah satu respon positif bertujuan agar perilaku yang sudah baik itu frekuensinya akan berulang atau bertambah.

Melalui model pembelajaran Group Investigation suasana belajar menjadi lebih efektif dan aktif, kerja kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation bisa membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa memiliki topik yang sama setiap kelompok untuk memecahkan masalah yang akan dicapai oleh siswa tersebut, agar siswa selalu aktif pada saat proses belajar. Oleh sebab itu siswa mempunyai kemampuan untuk aktif yang dilakukan setiap proses pembelajaran berlangsung, karena siswa

sudah terbiasa proses belajar dalam bentuk kelompok, diskusi melalui temannya, baik mengungkapkan pendapat temannya dalam berlompok, maupun pendapatnya sendiri, sehingga proses belajar menggunakan metode diskusi siswanya aktif dan bertanya dalam masalah yang ditemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri dkk (2007:

36) kelebihan dari metode diskusi dapat menyadarkan anak didik dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

Ranah Afektif

Dari penilaian terhadap pada ranah afektif, terlihat dari penelitian observer pada proses pembelajaran berlangsung.

Dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Nilai Rata-Rata Ranah Afektif Kelas Sampel

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol predikat nilai modus keseluruhan dari nilai rata-rata untuk indikator disiplin, peduli, kerjasama (B+).

Predikat nilai sikap peduli siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama predikat (B). Tingginya nilai aspek peduli dapat terlihat dari sikap siswa yang sudah memiliki tugas dalam kelompok, serius dalam melaksanakan diskusi dan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa kelas eksperimen sudah terbiasa melakukan diskusi dalam kegiatan pembelajaran.

Kebanyakan siswa pada kelas eksperimen sudah tahu dengan tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok, bersikap serius dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hampir semua anggota kelompok dalam proses pembelajaran berlangsung peduli untuk menjadi kelompok terbaik pada

Disiplin peduli kerjasama persentase 21,0%. Pada kelas kontrol nilai

rata-rata kognitif adalah 73,51 dan nilai yang tertinggi adalah 93,33 dan yang nilai terendah adalah 56,67, siswa yang mencapai KKM adalah 14 siswa dengan persentase 73,7% dan yang siswa yang tidak mencapai KKM adalah 5 siswa dengan presentase 26,4%. Rata-rata nilai kognitif biologi siswa pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation lebih baik dan kelas kontrol yang menggunakan model diskusi juga baik.

Meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen Pada saat proses belajar berlangsung siswa sangat dituntun untuk didukung oleh melakukan yang terbaik didalam kelompoknya disaat selesai diskusi perwakilan kelompoknya akan ditampilkan hasil diskusinya, pada kelompok yang lain yang tidak tampil guru yang akan menjelaskan ulang untuk menambah wawasan siswa dalam proses pembelajaran disetiap pertemuan, dan diakhir pembelajaran nilai yang paling tertinggi pada kelompok tersebut akan mendapatkan hadiah, hadiah berupa pena. Menurut pendapat Lufri dkk (2007: 83) pemberian hadiah salah satu respon positif bertujuan agar perilaku yang sudah baik itu frekuensinya akan berulang atau bertambah.

Melalui model pembelajaran Group Investigation suasana belajar menjadi lebih efektif dan aktif, kerja kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation bisa membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa memiliki topik yang sama setiap kelompok untuk memecahkan masalah yang akan dicapai oleh siswa tersebut, agar siswa selalu aktif pada saat proses belajar. Oleh sebab itu siswa mempunyai kemampuan untuk aktif yang dilakukan setiap proses pembelajaran berlangsung, karena siswa

sudah terbiasa proses belajar dalam bentuk kelompok, diskusi melalui temannya, baik mengungkapkan pendapat temannya dalam berlompok, maupun pendapatnya sendiri, sehingga proses belajar menggunakan metode diskusi siswanya aktif dan bertanya dalam masalah yang ditemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri dkk (2007:

36) kelebihan dari metode diskusi dapat menyadarkan anak didik dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

Ranah Afektif

Dari penilaian terhadap pada ranah afektif, terlihat dari penelitian observer pada proses pembelajaran berlangsung.

Dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Nilai Rata-Rata Ranah Afektif Kelas Sampel

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol predikat nilai modus keseluruhan dari nilai rata-rata untuk indikator disiplin, peduli, kerjasama (B+).

Predikat nilai sikap peduli siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama predikat (B). Tingginya nilai aspek peduli dapat terlihat dari sikap siswa yang sudah memiliki tugas dalam kelompok, serius dalam melaksanakan diskusi dan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa kelas eksperimen sudah terbiasa melakukan diskusi dalam kegiatan pembelajaran.

Kebanyakan siswa pada kelas eksperimen sudah tahu dengan tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok, bersikap serius dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hampir semua anggota kelompok dalam proses pembelajaran berlangsung peduli untuk menjadi kelompok terbaik pada

0,0 1,0 2,0 3,0

4,0 3,3 3,5

3,2 3,6

Nilai Rata-rata Afektif

Indikator Ranah Afektif Disiplin peduli kerjasama persentase 21,0%. Pada kelas kontrol nilai

rata-rata kognitif adalah 73,51 dan nilai yang tertinggi adalah 93,33 dan yang nilai terendah adalah 56,67, siswa yang mencapai KKM adalah 14 siswa dengan persentase 73,7% dan yang siswa yang tidak mencapai KKM adalah 5 siswa dengan presentase 26,4%. Rata-rata nilai kognitif biologi siswa pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation lebih baik dan kelas kontrol yang menggunakan model diskusi juga baik.

Meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen Pada saat proses belajar berlangsung siswa sangat dituntun untuk didukung oleh melakukan yang terbaik didalam kelompoknya disaat selesai diskusi perwakilan kelompoknya akan ditampilkan hasil diskusinya, pada kelompok yang lain yang tidak tampil guru yang akan menjelaskan ulang untuk menambah wawasan siswa dalam proses pembelajaran disetiap pertemuan, dan diakhir pembelajaran nilai yang paling tertinggi pada kelompok tersebut akan mendapatkan hadiah, hadiah berupa pena. Menurut pendapat Lufri dkk (2007: 83) pemberian hadiah salah satu respon positif bertujuan agar perilaku yang sudah baik itu frekuensinya akan berulang atau bertambah.

Melalui model pembelajaran Group Investigation suasana belajar menjadi lebih efektif dan aktif, kerja kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukan, sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation bisa membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa memiliki topik yang sama setiap kelompok untuk memecahkan masalah yang akan dicapai oleh siswa tersebut, agar siswa selalu aktif pada saat proses belajar. Oleh sebab itu siswa mempunyai kemampuan untuk aktif yang dilakukan setiap proses pembelajaran berlangsung, karena siswa

sudah terbiasa proses belajar dalam bentuk kelompok, diskusi melalui temannya, baik mengungkapkan pendapat temannya dalam berlompok, maupun pendapatnya sendiri, sehingga proses belajar menggunakan metode diskusi siswanya aktif dan bertanya dalam masalah yang ditemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri dkk (2007:

36) kelebihan dari metode diskusi dapat menyadarkan anak didik dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

Ranah Afektif

Dari penilaian terhadap pada ranah afektif, terlihat dari penelitian observer pada proses pembelajaran berlangsung.

Dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Nilai Rata-Rata Ranah Afektif Kelas Sampel

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol predikat nilai modus keseluruhan dari nilai rata-rata untuk indikator disiplin, peduli, kerjasama (B+).

Predikat nilai sikap peduli siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama predikat (B). Tingginya nilai aspek peduli dapat terlihat dari sikap siswa yang sudah memiliki tugas dalam kelompok, serius dalam melaksanakan diskusi dan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa kelas eksperimen sudah terbiasa melakukan diskusi dalam kegiatan pembelajaran.

Kebanyakan siswa pada kelas eksperimen sudah tahu dengan tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok, bersikap serius dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hampir semua anggota kelompok dalam proses pembelajaran berlangsung peduli untuk menjadi kelompok terbaik pada

3,5 3,6 3,6 3,2

Indikator Ranah Afektif

Eksperimen Kontrol Disiplin peduli kerjasama

(4)

setiap kali pertemuan. Hal ini didukung dari sintaks pada model pembelajaran Group Investigation (GI) dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dan dilatih mampu disiplin dalam kelompok secara bergantian.

Sementara siswa pada kelas kontrol juga sudah mulai aktif dan serius dalam kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol sikap peduli terhadap kelompoknya memiliki kemampuan untuk mengungkapkan masalah yang mereka temukan dan secara perlahan siswa sendiri memiliki niat untuk menyelesaikan masalahnya karana siswa sendiri sudah terbiasa untuk belajar sendiri.

Predikat siswa untuk indikator disiplin pada kedua kelas adalah Baik (B+). pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan kebanyakan siswa sudah mampu berbahasa yang baik dan sopan dalam berbicara selama proses pembelajaran serta sudah memperlihatkan rasa percaya diri dalam kegiatan pembelajaran. Kelompok dengan subtopik yang sama dapat mendengarkan dan memberikan pendapat terhadap kelompok yang mendapat kesempatan untuk tampil. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk disiplin yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Sementara pada kelas kontrol yang membahas satu topik pembelajaran dan kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Siswa pada kelas kontrol sudah mampu menyampaikan hasil kerja kelompoknya dan didengarkan oleh anggota kelompok lain. Menurut Lie (2010: 34) bahwa keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Siswa kelas kontrol telah melakukan peduli dalam menyampaikan dan juga mendengarkan pendapat dari anggota kelompok lain.

Penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) mengajak siswa melaksanakan kegiatan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan subtopik tiap kelompok, serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Siswa pada kelas kontrol dengan penerapan metode diskusi juga sudah mampu melaksanakan instruksi yang diberikan guru dan bekerjasama dalam membahas topik pembelajaran. Sesuai permasalahan yang diberikan melalui pertanyaan/permasalahan

yang dimunculkan oleh siswa sendiri setelah kegiatan mengamati materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri (2005: 33) bahwa tujuan metode diskusi adalah untuk memecahkan masalah atau menemukan solusi masalah yang ditemukan dalam materi pelajaran. Siswa kelas kontrol sudah terbiasa dalam kegiatan pembelajaran, dimulai dari membuat pertanyaan, kemudian mencari jawaban dari pertanyaan yang dimunculkan dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan jawaban atas pertanyaan yang diperoleh.

Predikat siswa untuk indikator Kerjasama kelas eksprimen berpredikat (A- ). Dikarenakan siswa mempunyai sup topik yang berbeda dari kelompok lain, siswa mempu bekerjasama dalam kelompoknya, baik dalam mencari pertanyaan, dan menjawaban pertanyaan siswa lain, dan mendiskusikan hasil pertanyaan siswa pada saat berkelompok. Penilaian kerjasama dari ketiga pertemuan juga mengalami peningkatan hasil kerjasama kelompok, begitu juga sebaliknya Pada kelas kontrol berpredikat (B+). Siswa mempunyai topik yang sama pada setiap kelompok siswa mampu bekerjasama dalam kelompoknya baik dalam mencari pertanyaan, menjawaban dari pertanyaan siswa sendiri, dan mendiskusikan hasil yang dari pertanyaan tersebut. Penilaian kerjasama dari ketiga kali pertemuan mengalami peningkatan hasil kerjasama kelompok.

Ranah Psikomotor

Dari penilaian terhadap hasil ranah psikomotor, terlihat dari penilaian kelas eksperimen dan kontrol. Dilihat dari hasil laporan diskusi kelompok pada gambar 3.

Gambar 3. Nilai Rata-Rata Capaian Optimum Ranah Psikomotor Kelas Sampel.

setiap kali pertemuan. Hal ini didukung dari sintaks pada model pembelajaran Group Investigation (GI) dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dan dilatih mampu disiplin dalam kelompok secara bergantian.

Sementara siswa pada kelas kontrol juga sudah mulai aktif dan serius dalam kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol sikap peduli terhadap kelompoknya memiliki kemampuan untuk mengungkapkan masalah yang mereka temukan dan secara perlahan siswa sendiri memiliki niat untuk menyelesaikan masalahnya karana siswa sendiri sudah terbiasa untuk belajar sendiri.

Predikat siswa untuk indikator disiplin pada kedua kelas adalah Baik (B+). pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan kebanyakan siswa sudah mampu berbahasa yang baik dan sopan dalam berbicara selama proses pembelajaran serta sudah memperlihatkan rasa percaya diri dalam kegiatan pembelajaran. Kelompok dengan subtopik yang sama dapat mendengarkan dan memberikan pendapat terhadap kelompok yang mendapat kesempatan untuk tampil. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk disiplin yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Sementara pada kelas kontrol yang membahas satu topik pembelajaran dan kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Siswa pada kelas kontrol sudah mampu menyampaikan hasil kerja kelompoknya dan didengarkan oleh anggota kelompok lain. Menurut Lie (2010: 34) bahwa keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Siswa kelas kontrol telah melakukan peduli dalam menyampaikan dan juga mendengarkan pendapat dari anggota kelompok lain.

Penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) mengajak siswa melaksanakan kegiatan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan subtopik tiap kelompok, serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Siswa pada kelas kontrol dengan penerapan metode diskusi juga sudah mampu melaksanakan instruksi yang diberikan guru dan bekerjasama dalam membahas topik pembelajaran. Sesuai permasalahan yang diberikan melalui pertanyaan/permasalahan

yang dimunculkan oleh siswa sendiri setelah kegiatan mengamati materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri (2005: 33) bahwa tujuan metode diskusi adalah untuk memecahkan masalah atau menemukan solusi masalah yang ditemukan dalam materi pelajaran. Siswa kelas kontrol sudah terbiasa dalam kegiatan pembelajaran, dimulai dari membuat pertanyaan, kemudian mencari jawaban dari pertanyaan yang dimunculkan dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan jawaban atas pertanyaan yang diperoleh.

Predikat siswa untuk indikator Kerjasama kelas eksprimen berpredikat (A- ). Dikarenakan siswa mempunyai sup topik yang berbeda dari kelompok lain, siswa mempu bekerjasama dalam kelompoknya, baik dalam mencari pertanyaan, dan menjawaban pertanyaan siswa lain, dan mendiskusikan hasil pertanyaan siswa pada saat berkelompok. Penilaian kerjasama dari ketiga pertemuan juga mengalami peningkatan hasil kerjasama kelompok, begitu juga sebaliknya Pada kelas kontrol berpredikat (B+). Siswa mempunyai topik yang sama pada setiap kelompok siswa mampu bekerjasama dalam kelompoknya baik dalam mencari pertanyaan, menjawaban dari pertanyaan siswa sendiri, dan mendiskusikan hasil yang dari pertanyaan tersebut. Penilaian kerjasama dari ketiga kali pertemuan mengalami peningkatan hasil kerjasama kelompok.

Ranah Psikomotor

Dari penilaian terhadap hasil ranah psikomotor, terlihat dari penilaian kelas eksperimen dan kontrol. Dilihat dari hasil laporan diskusi kelompok pada gambar 3.

Gambar 3. Nilai Rata-Rata Capaian Optimum Ranah Psikomotor Kelas Sampel.

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

Kelengkapan Isi Lembar

Jawaban

Kesesuaian Tujuan Pembelajaran

3,0 3,53

3,0

Nilai Rata-rata Psikomotor

Indikator Ranah Psikomotor setiap kali pertemuan. Hal ini didukung dari

sintaks pada model pembelajaran Group Investigation (GI) dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dan dilatih mampu disiplin dalam kelompok secara bergantian.

Sementara siswa pada kelas kontrol juga sudah mulai aktif dan serius dalam kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol sikap peduli terhadap kelompoknya memiliki kemampuan untuk mengungkapkan masalah yang mereka temukan dan secara perlahan siswa sendiri memiliki niat untuk menyelesaikan masalahnya karana siswa sendiri sudah terbiasa untuk belajar sendiri.

Predikat siswa untuk indikator disiplin pada kedua kelas adalah Baik (B+). pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan kebanyakan siswa sudah mampu berbahasa yang baik dan sopan dalam berbicara selama proses pembelajaran serta sudah memperlihatkan rasa percaya diri dalam kegiatan pembelajaran. Kelompok dengan subtopik yang sama dapat mendengarkan dan memberikan pendapat terhadap kelompok yang mendapat kesempatan untuk tampil. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk disiplin yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Sementara pada kelas kontrol yang membahas satu topik pembelajaran dan kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Siswa pada kelas kontrol sudah mampu menyampaikan hasil kerja kelompoknya dan didengarkan oleh anggota kelompok lain. Menurut Lie (2010: 34) bahwa keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Siswa kelas kontrol telah melakukan peduli dalam menyampaikan dan juga mendengarkan pendapat dari anggota kelompok lain.

Penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) mengajak siswa melaksanakan kegiatan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan subtopik tiap kelompok, serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Siswa pada kelas kontrol dengan penerapan metode diskusi juga sudah mampu melaksanakan instruksi yang diberikan guru dan bekerjasama dalam membahas topik pembelajaran. Sesuai permasalahan yang diberikan melalui pertanyaan/permasalahan

yang dimunculkan oleh siswa sendiri setelah kegiatan mengamati materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri (2005: 33) bahwa tujuan metode diskusi adalah untuk memecahkan masalah atau menemukan solusi masalah yang ditemukan dalam materi pelajaran. Siswa kelas kontrol sudah terbiasa dalam kegiatan pembelajaran, dimulai dari membuat pertanyaan, kemudian mencari jawaban dari pertanyaan yang dimunculkan dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan jawaban atas pertanyaan yang diperoleh.

Predikat siswa untuk indikator Kerjasama kelas eksprimen berpredikat (A- ). Dikarenakan siswa mempunyai sup topik yang berbeda dari kelompok lain, siswa mempu bekerjasama dalam kelompoknya, baik dalam mencari pertanyaan, dan menjawaban pertanyaan siswa lain, dan mendiskusikan hasil pertanyaan siswa pada saat berkelompok. Penilaian kerjasama dari ketiga pertemuan juga mengalami peningkatan hasil kerjasama kelompok, begitu juga sebaliknya Pada kelas kontrol berpredikat (B+). Siswa mempunyai topik yang sama pada setiap kelompok siswa mampu bekerjasama dalam kelompoknya baik dalam mencari pertanyaan, menjawaban dari pertanyaan siswa sendiri, dan mendiskusikan hasil yang dari pertanyaan tersebut. Penilaian kerjasama dari ketiga kali pertemuan mengalami peningkatan hasil kerjasama kelompok.

Ranah Psikomotor

Dari penilaian terhadap hasil ranah psikomotor, terlihat dari penilaian kelas eksperimen dan kontrol. Dilihat dari hasil laporan diskusi kelompok pada gambar 3.

Gambar 3. Nilai Rata-Rata Capaian Optimum Ranah Psikomotor Kelas Sampel.

Kesesuaian Tujuan Pembelajaran

Kerapian Penulisan

3,53

3,0 3,0 3,0

Indikator Ranah Psikomotor

Eksperimen

(5)

Untuk penilaian keterampilan dilakukan beberapa penilaian yaitu penilaian lembar jawaban siswa yang dinilai ada 3 hal yaitu, indikator kelengkapan isi lembar jawaban, indikator kesesuai tujuan pembelajaran, indikator kerapian penulisan. Pada kelas eksperimen berpredikat (A-), untuk mengetahui kepedulian terhadap teman kelompoknya untuk melakukan diskusi pada setiap sup topik tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama antar siswa dalam mengerjakan tugas kelompoknya, dalam pembelajaran. Suatu kelompok, harus bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Kerjasama dalam suatu kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan kelompok, karena pada kelas eksperimen setiap kelompok juga memiliki kepedulian terhadap teman yang meyampaikan hasil pendapatnya, sehingga siswa mampu untuk melengkapi hasil laporannya, kelengkapan laporan setiap kelompok baik atau meningkat. begitu juga pada kelas kontrol memiliki nilai nilai berpredikat (B). Siswa kelas kontrol juga melakukan kerjasama dalam kelompok untuk melengkapi hasil laporannya dan setiap kelompok memiliki sup topik yang sama, dan bekerjasama pada setiap anggota kelompoknya, dan mendiskusikan hasil yang mereka temukan.

Berdasarkan indikator kesesuaian tujuan pembelajaran dilihat nilai rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berpredikat (A-) dari hasil laporan siswa setiap kelompok pada kelas eksperimen melalui sup topiknya masing- masing setiap kelompok, hasil laporannya baik, meskipun ada beberapa soal yang tidak terisi lembar pengamatannya, dikertas dabolvolio karna siswa mau istirahat dan lembar laporan siswa tidak terisi, tapi sesuai tujuan pembelajaran yang dicapai.

Sedangkan pada kelas kontrol memiliki topik sama dengan kelompok lain, hasil laporannya juga baik, dan akhirnya sesuai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan indikator kerapian penulisan pada kelas ekperimen menunjukkan perdikat (A-). Laporan siswa pada kelas eksperimen sangat baik, tersusun rapi dan bersih tanpa coretan, tentunya akan lebih menarik dan jelas untuk dibaca.

Tingginya nilai kerapian dan kebersihan hasil kerja kelompok pada kelas eksperimen

disebabkan karena setiap individu telah memperoleh pengetahuan dan motivasi untuk bersungguh-sungguh pada kegiatan pembelajaran. Pengetahuan yang telah diperoleh hasil diskusinya yang ditulis dengan baik secara rapi dan bersih hasil investigasi kelompoknya

Penilaian kerapian penulisan laporan pada kelas kontrol perikat (A). Laporan siswa pada kelas kontrol pada umumnya hasil laporan diskusi kelompok siswa rapi dan bersih. siswa sudah terbiasa untuk mampu membuat laporan baik dengan tepat dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setiap kelompok menulis dan mengolah informasi yang diperoleh untuk menjadikan sebuah laporan diskusi kelompok.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA N 1 Sipora Kabupaten kepulauan mentawai dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Gruop Investigation (GI) dapat meningkat hasil belajar biologi siswa PADA materi jamur, dalam ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor di kelas X SMA N 1 Sipora Kabupaten Kepuluan Mentawai.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut:

1. Guru bidang studi khususnya guru biologi SMA N 1 Sipora. Diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu juga sebaliknya untuk motede diskusi.

2. Peneliti selanjutnya dapat menerapkan model pembelajaran group investigation pada materi ini dan tempat yang berbeda serta meningkatkan pengelolahan waktu dan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S.D: dan A. Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Lufri.( 2005). Metode Penelitian. Padang : FMIPA.

.(2007) Strategi Pembelajaran Biologi. UNP Press.

Shoimin, Aris. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media:

Yogyakarta.

Sudjana.(2005). Metoda Statistika.

Bandung:Tarsito

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Patke / How I Came to be Associated with Kritika Kultura 103 Kritika Kultura 30 2018: 103–104 © Ateneo de Manila University The story of my association with Kritika Kultura starts