• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan model pembelajaran tai (team

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan model pembelajaran tai (team"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI LDS BERGAMBAR

TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP N 2 AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM

Widiya Rahmi, Siska Nerita, Meliya Wati

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Email: widiyarahim18@gmail.com

ABSTRACT

This research was motivated by the lack of interaction between teacher and students in the learning process. This can be seen from the lack of anttention in the learning process takes place, the responsibility of the students in doing the excercises, homework still lacking and lack of media used. Adversely affects ability in learning of biology students of SMP N 2 Ampek Nagari,which is the average value of daily test students on the material of biological motion system in humans. This study aims to determine the effect of the application of learning models TAI (Team Asisted Individualization) accompanied LDS display on ability in learning biology class VIII SMP N 2 Ampek Nagari Kabupaten Agam. Type of research is experimental design Randomized control group posstest only design. Populations in this study were all students of class VIII SMP N 2 Ampek Nagari Kabupaten Agam academic year 2016/2017. The sampling technique is purposive sampling that was selected as the experimental class is V6 class and control class is the class V4. The research instruments used in the assesment of knowledge is the ultimate test of ability in learning in the form of written test, an objective matter of form with 41 item.

Attitudes and skills assesments form observation sheet. Data analysis was done using ttest, the criteria tcounted > ttable. Based on analysis of data on the knowledge, obtained an average students ability in learning 75,20 experimental class and control class 56,04. Data analysis used by the t-test is obtained tcounted 4,62 and tteble 1,67, the hyhopthesis in this study with acceptable confidents leve of 0,05%. Experimental class students attitudes are in predicate B+ (3,36) and the control class is at the predicate B (3,17). Skill thats are in the experimental class predicate B (3,15) and the control class is at the predicate B (3,13). Therefore it can be concluded that the application of learning models TAI (Team Asisted Individualization) accompanied LDS display good effect on ability in learning biology students on the material motion system in human grade VIII SMP N 2 Ampek Nagari Kabupaten Agam.

Keyword : Ability in learning, LDS display, TAI (Team Asisted Individualization)

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru dengan siswa, siswa dengan sesama siswa serta antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi ini perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Pada proses pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi guru juga berperan sebagai pendidik, pembimbing dan sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru harus mampu mengorganisasikan suatu materi pembelajaran melalui model, metode, dan media yang cocok untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dan untuk ke depannya di harapkan mampu menghasilkan lulusan berkualitas.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru Biologi kelas VIII di SMP N 2 Ampek Nagari, terlihat bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh kurangnya interaksi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Hal ini dapat dilihat selama proses pembelajaran berlangsung, saat guru menerangkan dan menjelaskan pelajaran masih banyak siswa yang kurang memperhatikan. Selama proses pembelajaran guru memberikan materi, setelah itu siswa

(2)

2 mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru kemudian mengerjakan latihan. Selain itu, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan latihan dan pekerjaan rumah yang diberikan guru masih kurang, mereka hanya cenderung menunggu jawaban dari temannya yang lebih pintar dan mengerjakan pekerjaan rumahnya di sekolah.

Dari masalah di atas telah dilakukan beberapa cara oleh guru untuk mengatasinya.

Beberapa cara yang pernah dilakukan guru untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan diskusi dan tanya jawab. Namun, dalam pelaksanaannya pembagian kelompok belajar hanya berdasarkan tempat duduk siswa saja.

Sumber belajar yang digunakan hanya berupa buku paket yang dipinjam dari perpustakaan yang jumlahnya terbatas dan media yang digunakan juga belum bervariasi, hanya gambar yang terdapat pada buku paket yang tersedia.

Hal inilah yang berdampak terhadap hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar biologi siswa pada kemampuan pengetahuan dapat dilihat dari rata-rata nilai Ulangan Harian siswa pada materi Sistem Gerak Manusia kelas VIII SMP N 2 Ampek Nagari tahun pelajaran 2015/2016 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 77. Nilai rata-rata siswa kelas VIII1 (55,25), VIII2 (48,06), VIII3 (55,27), VIII4

(64,09), VIII5 (56,48). Untuk sikap dapat dilihat dari kurangnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dan untuk keterampilan dapat dilihat pada pengerjaan tugas rumah dan hasil akhir saat berdiskusi.

Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu model pembelajaran yang digunakan yang mampu mengaktifkan siswa, menumbuhkan ketertarikan dan meningkatkan pemahaman konsep terhadap pembelajaran biologi adalah kombinasi model pembelajaran TAI (Team Asisted Induvidualization) dengan LDS bergambar.

TAI (Team Asisted Individualization) menurut Suyatno (2009:57 dalam Istarani dan Ridwan, 2014:51) adalah bantuan individual dalam kelompok dengan karakteristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa.

Siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Model pembelajaran TAI (Team Asisted Induvidualization) merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan keampuhan pembelajaran kelompok dan pembelajaran individu. Model pembelajaran tipe TAI dikembangkan oleh Slavin dengan beberapa alasan, yaitu model ini mengkombinasikan

keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalkan dalam hal kesulitan belajar secara individual. Oleh karena itu, siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru.

Pembentukan kelompok yang dilakukan dalam model TAI (Team Asisted Individualization) ini adalah pengelompokan secara heterogen. Sejalan dengan pendapat Lie (2010: 41-43) yang menyatakan bahwa pengelompokan secara heterogenitas (kemacamragaman) bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.

Dalam proses pembelajaran diperlukan media yang menarik dan efektif untuk melengkapi dan memperkuat model pembelajaran yang digunakan. Media tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar. Berbagai macam media yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran seperti media gambar, Lembar Kerja Siswa (LKS), power point, Lembar Diskusi Siswa (LDS) dan sebagainya. Salah satu media yang digunakan adalah Lembar Diskusi Siswa (LDS) bergambar.

Lembar diskusi siswa berisi pertanyaan, pernyataan dan suruhan yang bertujuan untuk menanamkan konsep atau prinsip bagi siswa secara utuh, sistematis dan diyakini kebenarannya (Mudjiono : 2002). LDS bergambar ini menyajikan gambar-gambar berwarna yang berhubungan dengan Sistem Gerak Pada Manusia yang dirancang sedemikian rupa sehingga terlihat menarik dan dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar.

Pada materi pokok sistem gerak manusia, siswa dituntut untuk membandingkan, mengidentifikasi, dan mendata macam-macam organ, fungsi serta kelainan pada sistem gerak dalam kehidupan sehari-hari. Materi seperti ini menuntut siswa untuk dapat mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sehingga model pembelajaran tipe TAI disertai LDS bergambar cocok sebagai satu alternatif model pembelajaran pada materi ini, karena TAI merupakan suatu model yang memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. LDS bergambar yang digunakan dalam materi ini menyajikan gambar-gambar yang berhubungan dengan sistem gerak manusia. Gambar dilengkapi dengan

(3)

3 serangkaian pertanyaan yang akan di diskusikan oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran TAI (Team Asisted Induvidualization)) Disertai LDS Bergambar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ampek Nagari Kabupaten Agam”.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut ini. (1) Hasil belajar biologi siswa pada penilaian pengetahuan materi sistem gerak manusia masih banyak di bawah KKM. (2) Kurangnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. (3) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan latihan dan pekerjaan rumah (PR) masih kurang. (4) Media yang digunakan belum bervariasi.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran TAI (Team Asisted Induvidualization) Disertai LDS Bergambar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ampek Nagari Kabupaten Agam.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka penelitian ini dikategorikan pada jenis penelitian eksperimen. Siswa di kelompokkan menjadi 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Agustus - September 2016 di SMP N 2 Ampek Nagari pada kelas VIII tahun pelajaran 2016/2017.

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Menurut Sudjana (2005:6) menyatakan bahwa: “populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberikan informasi yang berguna bagi masalah pendidikan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Ampek Nagari yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling sehingga diperoleh sampel kelas VIII6 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII4 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk soal objektif. Teknik analisis data menggunakan uji-t dengan taraf 0,05.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas, yaitu model pembelajaran Tipe TAI (Team Asisted Individualization) disertai LDS bergambar dan variabel terikat yaitu hasil belajar Biologi siswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomised Control Group posttest Only Design. Teknik analisis data terdiri atas uji normalitasm uji homogenitas, dan uji hipotesis.

HASIL PENELITIAN

1. Penilaian Pengetahuan

Setelah melakukan penelitian pada kedua kelas sampel, diperoleh data tentang kemampuan kompetensi pengetahuan siswa, yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Nilai rata-rata hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol 0

10 20 30 40 50 60 70 80

75,20

56,04

Skor Rerata

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

(4)

4 Berdasarkan data yang diperoleh dari Gambar 2. Dapat diketahui hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 75,20 dibandingkan pada kelas kontrol memiliki nilai rata-rata yaitu 56,04.

Terlihat pada uji normalitas kedua kelas sampel, berdistribusi normal yaitu pada kelas eksperimen diperoleh (L0 = 0,13) sedangkan (Lt = 0,161). Pada kelas kontrol diperoleh (L0

= 0,05) sedangkan (Lt = 0,161). Uji homogenitas kedua sampel memiliki varians yang homogen dengan Ft = 1,88 sedangkan Fh

= 0,77. Sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan digunakan uji-t. Dari hasil uji-t

didapatkan thitung = 4,62 dan ttabel = 1,67.

Dengan demikian, thitung > ttabel, maka hipotesis diterima dan dapat dinyatakan penerapan model pembelajaran TAI (Team Asisted Individualization) disertai LDS Bergambar berpengaruh baik terhadap hasil belajar biologi siswa.

2. Penilaian Sikap

Penilaian ranah sikap dalam penelitian ini mencakup tiga aspek yaitu bekerjasama dalam kelompok, bertanggung jawab, dan santun berkomunikasi pada saat proses pembelajaran, yang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Nilai rata-rata penilaian sikap kelas eksperimen dan kontrol 3. Penilaian Keterampilan

Data penilaian keterampilan untuk kelas

eksperimen disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Nilai rata-rata capaian optimum kelas eksperimen

Data penilaian keterampilan untuk kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

Bekerja sama Bertanggung jawab

Santun Berkomunikasi 3.64

3.14 3.29

3.14 3.07 3.24

Nilai Modus

Indikator

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Kesesuaian jawaban LDS

Bergambar dengan tujuan

pembelajaran

Kelengkapan jawaban LDS Bergambar

Kerapian dan kebersihan

dalam penulisan 3.14

4,00

2.64

Capaian Optimum

Indikator

(5)

5

Gambar 4. Nilai rata-rata capaian optimum kelas kontrol PEMBAHASAN

1. Penilaian Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP N 2 Ampek Nagari, maka diperoleh nilai rata-rata dari nilai tes akhir penelitian dengan jumlah soal 41 buah dalam bentuk pilihan ganda. Pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran TAI (Team Asisted Individualization) disertai LDS bergambar yaitu 75,20 setelah dikonversi ke dalam bentuk skor rerata menjadi 3,01 dengan predikat B. Siswa yang mencapai nilai KKM 19 orang siswa dengan persentase 67,86%, sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM 9 orang siswa dengan persentase 32,14%. Pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi diperoleh nilai rata- rata yaitu 56,04. Siswa yang mencapai nilai KKM 5 orang siswa dengan persentase 17,24%, sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM 24 orang siswa dengan persentase 82,76%.

Berdasarkan persentase ketuntasan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 67,86%

dengan penerapan model pembelajaran TAI disertai LDS bergambar berada pada tingkat baik dalam proses pembelajaran, dan pada kelas kontrol persentase ketuntasannya 17,24% berada pada tingkat kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2013: 107) bahwa tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan baik / minimal apabila sebagian besar (60% - 75%), bahan pelajaran yang di ajarkan dapat dikuasai oleh siswa, kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Dengan menggunakan model pembelajaran TAI ini, keaktifan dan kerja sama siswa dalam kelompok lebih baik karena kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan diberikan penghargaan dan dalam berkelompok siswa saling bekerjasama dalam mengerjakan LDS bergambar yang telah diberikan. Hal ini sesuai dengan teori Istarani dan Ridwan (2014: 53) adapun kelebihan model pembelajaran TAI ini adalah siswa dapat meningkatkan kerja sama diantara siswa dan siswa dapat membagi ilmu satu sama lain sehingga mereka saling bertukar pikiran, ide atau gagasan dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok karena kelompok yang berprestasi akan diberikan penghargaan.

Tingginya hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan dengan menerapkan model pembelajaran TAI (Team Asisted Individualization) disertai LDS bergambar karena model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif dan memiliki tanggung jawab individu siswa di dalam kelompok dalam proses pembelajaran, karena setiap siswa diberikan LDS bergambar yang berisi soal-soal dan gambar-gambar yang harus diselesaikan secara individu di dalam kelompok.

Sehingga siswa saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugasnya karena kelompok yang berprestasi nantinya juga akan diberikan penghargaan serta dapat bertukar ide satu sama yang lainnya. Hal ini sesuai dengan teori Purwaningrum (2010) Model pembelajaran TAI merupakan model pengajaran secara kelompok dimana terdapat seseorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang 0

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Kelengkapan laporan isi

Menyimpulkan laporan diskusi

Kerapian dan kebersihan dalam penulisan 2,90

3.45

3,00

Capaian Optimum

Indikator

(6)

6 kurang mampu dalam suatu kelompok, hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar.

Penerapan model pembelajaran model pembelajaran (Team Asisted Individualization) dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Diskusi kelompok yang dilakukan siswa dapat membantu siswa dalam memahami materi ajar, menyelesaikan suatu permasalahan, dan melatih siswa untuk saling menghargai pendapat siswa lainnya dalam bertukar ide- ide, pikiran gagasan dalam diskusi kelompok yang dilakukan. Hal ini sejalan dalam (Majid, 2013 : 204) kelebihan metode diskusi diantaranya metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide, dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

Terciptanya suasana pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran ditentukan juga oleh media yang digunakan yaitu dengan menggunakan LDS bergambar yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Wardi (2013) beberapa kegunaan dari LDS yaitu melatih siswa berfikir mantap dalam kegiatan belajar mengajar, memperbaiki minat siswa untuk belajar, sebagai alternatif guru untuk mengarahkan proses pengajaran dan dapat mempercepat proses belajar mengajar.

Oktamalia (2009 : 35) juga berpendapat LDS Bergambar berfungsi sebagai media diskusi. Selama proses pembelajaran siswa aktif berdiskusi dan menemukan jawaban dari permasalahan yang ditemukan dalam LDS, guru membimbing dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa akan menumbuhkan keaktifan siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar.

Adapun kendala yang ditemukan selama penelitian. Pertama, dalam melakukan pembagian kelompok siswa masih banyak yang bertanya kelompoknya dan cara menyusun tempat duduk masih lambat dan hal ini banyak memakan waktu.

Kedua, pada saat siswa melakukan persentasi di depan kelas memerlukan banyak waktu karena saat kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas kelompok lain masih ada yang meribut dan sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga peneliti kurang mampu

dalam mengawasi semua siswa di dalam kelas. Ketiga, banyak waktu yang terbuang karena peneliti harus membagikan dan mengumpulkan LDS bergambar, soal individu dan tes formatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Istarani dan Ridwan (2014: 53-54) bahwa salah satu kekurangan dari model pembelajaran TAI adalah kalau tidak dikontrol secara baik oleh guru, maka akan mengundang keributan dalam kelas.

Untuk itu kepada guru harus benar-benar dikontrol secara baik, sehingga tidak menimbulkan keributan.

Pada kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi rata-rata nilai siswa masih rendah dan masih banyak yang di bawah KKM berdasarkan persentase ketuntasannya yaitu 17,24%

berada pada tingkatan yang kurang dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2013 : 107) bahwa “Tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan kurang dari 60% dikuasai siswa”.

Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang berlangsung pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi yang terdiri dari guru terlebih dahulu menjelaskan meteri yang akan dipelajari siswa, siswa memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan oleh guru.

Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tempat duduk siswa untuk membuat resume tentang materi yang telah dijelaskan oleh guru. Pada saat diskusi berlangsung siswa kurang termotivasi untuk mengerjakan laporan diskusi, hanya beberapa siswa yang benar-benar mengerjakannya dan lainnya hanya menyalin jawaban temannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2011) bahwa seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar.

Rendahnya hasil belajar pada kelas kontrol disebabkan karena salah satu kekurangan metode ceramah yaitu kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), tidak dapat mencakup berbagai tipe belajar siswa, membosankan bagi siswa bila terlalu lama, sukar mendeteksi atau mengontrol sejauh mana pemahaman siswa, menyebabkan siswa pasif, materi yang mudah diceramahkan, siswa kurang bersemangat jika guru kurang cukup berbicara, guru cenderung otoriter dan membuat siswa tergantung pada guru Lufri (2007: 34).

Pada saat melakukan diskusi kelompok siswa cenderung bermalas-malasan dalam

(7)

7 kelompok dan hanya satu atau dua orang saja yang mengerjakannya, sedangkan teman yang lainnya hanya sibuk bermain- main dan berbicara dengan anggota kelompok lainnya. Pada saat tampil mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas hanya beberapa siswa saja yang menguasai materinya dan kelompok lainnya masih ada yang meribut. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri (2007: 33) bahwa metode diskusi adalah sebagian besar peserta diskusi harus mempunyai pengetahuan dan wawasan tentang topik atau masalah yang didiskusikan. Bila peserta didik tidak menguasai masalah atau materi yang akan didiskusikan maka diskusi tidak akan berjalan dengan baik, pemecahan masalah atau diskusi tidak akan ditemukan secara tepat.

2. Penilaian Sikap

Penilaian kompetensi sikap dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung berupa lembaran observasi yang telah dilakukan oleh satu orang observer.

Penilaian sikap pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdiri atas tiga aspek indikator yaitu bekerja sama dalam kelompok, bertanggung jawab, santun berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Penilaian rata-rata sikap pada kelas eksperimen dengan predikat B+ (3,36) lebih tinggi dengan kelas kontrol yang menempatkan pada predikat B (3,17).

Pada kelas eksperimen, bekerja sama dalam kelompok diperoleh nilai modus berada pada predikat A- (3,64), sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai modus berada pada predikat (3,14). Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran TAI (Team Asisted Individualization) siswa dituntut saling bekerja sama dalam kelompok dan saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya serta saling bertukar pikiran, ide atau gagasan yang mereka dapatkan. Sedangkan pada kelas kontrol hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2012 : 154) proses kelompok memiliki atau segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dan dinamika. Tiap individu memberikan sumbangan pikiran, setiap individu mempengaruhi, setiap individu ikut aktif, dan setiap individu mendapatkan pembagian tugas.

Bertanggung jawab diperoleh nilai modus pada kelas eksperimen berada pada predikat B (3,14). Pada kelas kontrol diperoleh nilai modus berada pada predikat B (3,07). Pada kelas eksperimen dimana siswa dapat melaksanakan tugas kelompok dan saling membantu dalam mengerjakan LDS bergambar dengan baik, dan mengumpulkannya tepat waktu. Hal ini dikarenakan siswa memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Bahwa waktu yang diberikan oleh guru untuk mengumpulkan laporan diskusi digunakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan pada kelas kontrol siswa kurang tepat waktu dalam mengumpulkan laporan diskusinya, karena siswa malas membuat laporan diskusi dan hanya menunggu laporan dari teman kelompok lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2011: 194) setiap individu akan membantu mereka memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan untuk berkontribusi demi keberhasilan kelompoknya.

Selanjutnya, pada kelas eksperimen santun berkomunikasi dalam proses pembelajaran diperoleh nilai modus berada pada predikat B+ (3,29) dan pada kelas kontrol diperoleh nilai modus berada pada predikat B+ (3,24). Hal ini disebabkan karena banyaknya siswa yang lebih aktif pada kelas eksperimen dalam diskusi kelompok berlangsung, mereka saling berbagi informasi dan saling menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya dengan menggunakan bahasa yang baik. Siswa juga memiliki sopan santun dalam berbicara/beriteraksi dengan guru dan dengan sesama teman. Hal ini sesuai dengan pendapat Asma (2012 : 26) pada saat diskusi fungsi ingatan siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat serta mereka melibatkan secara aktif dalam meningkatkan perhatian.

3. Penilaian Keterampilan a. Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen diperoleh nilai capaian optimumnya dengan predikat B (3,15). Capaian optimum masing-masing indikator dapat dilihat pada Lampiran 21, yang mana indikator kelengkapan jawaban LDS bergambar memperoleh capaian optimumnya yang paling tinggi di antara tiga indikator dengan capaian optimumnya

(8)

8 yang berada pada predikat A (4,00). Hal ini disebabkan karena siswa mengerjakan dan mengisi semua soal-soal yang ada pada LDS bergambar.

Untuk indikator kesesuaian jawaban LDS bergambar dengan tujuan pembelajaran nilai capaian optimum yang diperoleh berada pada predikat B (3,14).

Hal ini disebabkan karena siswa mampu mengerjakan LDS bergambar dan menjawab semua soal-soal yang ada pada LDS bergambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Untuk indikator kerapian dan kebersihan dalam penulisan capaian optimum yang diperoleh berada pada predikat B+ (2,64). Hal ini disebabkan karena siswa dituntut untuk mencari sendiri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LDS bergambar dan menyatukan pendapat dari teman kelompoknya dan seringkali mereka kurang memahami pertanyaan sehingga terdapat coretan- coretan dalam LDS bergambar sehingga laporan siswa menjadi kurang bersih dan kurang rapi.

Penggunaan LDS bergambar dalam pembelajaran dengan menerapkan model TAI memperoleh hasil yang baik, karena siswa sudah menunjukkan kerjasama yang baik sehingga siswa dapat mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal yang ada pada LDS bergambar, dimana dalam mengerjakannya siswa saling bekerjasama, menyatukan ide, gagasan dan bertukar pikiran. Siswa nantinya mampu mengerjakan soal-soal yang secara individualnya dimana soal yang dikerjakan berbeda satu sama lainnya dalam kelompok. Menurut Rusman (2010: 222) proses pembelajaran yang aktif akan menyebabkan siswa banyak melalui proses pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

b. Kelas Kontrol

Pada kelas kontrol diperoleh nilai capaian optimumnya dengan predikat B+ (3,13). Capaian optimum masing-masing indikator dapat dilihat pada Lampiran 22, yang mana indikator menyimpulkan laporan diskusi memperoleh capaian optimumnya yang paling tinggi diantara tiga indikator yang capaian optimumnya berada pada predikat B+ (3,45). Hal ini disebabkan karena siswa sudah dapat mengerjakan

laporan diskusi dengan baik, dapat membuat kesimpulannya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan materi yang dipelajari.

Pada indikator kelengkapan laporan isi memperoleh capaian optimum yang berada pada predikat B (2,90), hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang laporannya tidak dilengkapai dengan komponen laporan seperti identitas, topik, isi laporan dan mereka mengerjakan laporannya tidak sistematis.

Selanjutnya untuk indikator kerapian dan kebersihan dalam penulisan memperoleh capaian optimum yang berada pada predikat B 3,00, hal ini disebakan karena siswa telah dapat mengerjakan hasil laporan diskusinya sesuai yang telah dijelaskan guru dan melihat dari buku sehingga laporan diskusi mereka lebih bersih dan rapi. Menurut Kunandar (2013:251) penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi dan naturalisasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran TAI (Team Asissted Individualization) disertai LDS bergambar berpengaruh baik terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi sistem gerak pada manusia kelas VIII SMP N 2 Ampek Nagari, Kabupaten Agam.

KEPUSTAKAAN

Asma, N. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar &

Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah dan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. 2012. Proses Belajar Mengajar.

Jakarta : Bumi Aksara.

Istarani & Ridwan, M. 2014. 50 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta : Rajawali Press.

(9)

9 Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning.

Jakarta : Gramedia.

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi.

Padang.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Oktamalia, Henny. 2009. Penerapan Problem Based Learning dengan Media LDS Bergambar pada Konsep Pencemaran Lingkungan di SMP Al Hadi Sukoharjo. Skripsi. Semarang : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Purwaningrum, Latif. 2010. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Team Asisted Individualization (Tai) Yang Disertai Penyusunan Peta Konsep Pada Proses Pembelajaran Bioteknologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Surakarta : Jurnal.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran Kontekstual. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistik.

Bandung : Tarsito.

Wardi, Harman. 2013. (http://gemari membaca.blogspot.co.id/2013/05Lem bar-Diskusi-Siswa.html. Diakses : 18 Agustus 2016.Pukul 22.13 WIB).

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap