PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP N 1 SUTERA
KABUPATEN PESISIR SELATAN
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
FINGKI EDEYARI NIM. 11010300
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATRA BARAT
2016
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP N 1 SUTERA
KABUPATEN PESISIR SELATAN
Oleh :
Fingki Edeyari, Siska Nerita, Meliya Wati
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRACT
This research is motivated by the poor results of studying biology students on the material living creatures interaction with the environment. It is caused by various factors, one of which is a model of learning that has not varied so that no positive interaction in the learning process and the lack of student interest in learning. One alternative to improve learning outcomes biology is to adopt a problem-based learning model learning (PBL). This study aims to determine student learning outcomes by implementing problem-based learning model learning (PBL) on learning outcomes IPA class VII SMP N 1 SUTERA Pesisir Selatan District. This type of research is experimental research design with Randomized Control Group Posttest Only Design. The population in this study were all students of class VII SMP N 1 SUTERA Pesisr Selatan District. The sampling technique is purposive sampling that was selected as the experimental class is a class VII.4 and VII.5 control class is class. Technical analysis of the data used in this study is a t-test. Based on the results of the research shows that the experimental class had an average higher than the control class where the average class experiment on the competence of 3.08 with a good knowledge and the control class with a good 2.88. Hypothesis test obtained t was 2.09 and 1.67 ttabel where thitung> ttabel which means the research hypothesis is accepted. Average competency stance in the experimental class with a good 3.06 and 3.00 in the control class with a good rating, and the competence of skills in the experimental class with a good 3.15 and 2.94 in the control class with a good rating. So we can conclude there is the influence of problem-based learning model application leraning (PBL) on learning outcomes IPA class VII SMP N I SUTERA Pesisr Selatan Distric.
Keywords: Problem Based Learning, learning outcomes , attitudes, skills.
Pendahuluan
Pembelajaran biologi merupakan salah satu cabang IPA yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami makhluk hidup secara sistematis. Materi biologi bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses menemukan.
Pada proses pembelajaran siswa dapat membentuk pengetahuan sendiri, untuk itu diperlukan interaksi antara siswa dengan guru,
siswa dengan siswa. Guru dalam proses pembelajaran mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa dalam mencapai tujuan. Guru juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas serta membantu proses perkembangan siswa. Guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif, baik dengan fisik maupun mental sehingga dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan, observasi dan wawancara dengan salah seorang guru biologi kelas VII di SMP Negeri 1 SUTERA Kabupten Pesisir Selatan didapatkan informasi bahwa proses pelaksanaan pembelajaran biologi sudah dilakukan menggunakan pendekatan scientifik. Namun dalam pelaksanaan di lapangan belum terlaksana dengan baik, serta belum adanya model pembelajaran yang belum bervariasi sehingga tidak terjadi interaksi yang positif dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan nilai siswa berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VII SMP N 1 SUTERA Tahun Pelajaran 2014/2015 pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai rata-rata ulangan harian tahun 2014/2015 kelas VII1
67,76; VII2 66,94; VII3 66,34; VII4 67,12 dan VII5 64, 26.
Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan ini termasuk materi sulit karna pada materi ini memiliki cakupan yang luas, siswa tidak hanya diminta untuk memahami komponen-komponen yang ada di sekitar lingkungan saja, tapi juga dituntut untuk mampu memahami implementasinya dengan kehidupan nyata yang dijalani sehari-hari.
Selain itu kesulitan siswa dalam memahami materi ini juga dikarenakan rendahnya rasa ingin tahu, keikutsertaan dan motivasi siswa untuk menganalisis dan memecahkan masalah.
Ditinjau dari segi persiapan mengajar, guru telah menyiapkan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan dalam pelaksanan pembelajaran. Namun dalam proses pembelajaran guru belum menerapkan metode, strategi serta model pembelajaranyang bervariasi. Untuk Mengatasi permasalahan ini, guru sebagai salah satu unsur utama dalam pembelajaran diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk memotivasi siswa sehingga siswa lebih aktif dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan sebuah model pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpatisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (kemendibud, 2015:45).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SMP N 1 SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan, maka penulis telah melakukan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar IPA kelas VII SMP N 1 SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan”.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan pada bulan April semester genap tahun pelajaran 2015/2016
.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan Rancangan penelitian Randomized Control Posted Only Design. dengan populasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan yang terdaftar pada tahun 2015/2016. Kelas eksperimen VII.4 dan kelas kontrol VII.5, pada kelas eksperimen,dalam proses belajar mengajar mengunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sedangkan kelas kontrol menggunakan pendekatan scientifik yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan pada kompetensi sikap adalah berupa lembar observasi yang bertujuan untuk melihat sikap siswa selama proses pembelajaran. Kompetensi ketrampilan dapat dilihat dari laporan diskusi yang dibuat siswa. Analisis data dilakukan dengan uji-t, dengan kriteria thitung>ttabel. Teknik analisi data untuk penilaian pengetahuan dengan rumus uji T, kompetensi sikap dengan nilai modus, dan kompetensi keterampilan dengan nilai capaian optimum.Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMPN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan yaitu rata-rata pada kompetensi sikap pada kelas eksperimen 3,06 dengan predikat baik dan pada kelas kontrol 3,00 dengan predikat baik, pada kompetensi pengetahuan pada kelas eksperimen 3,08 dengan predikat baik dan pada kelas kontrol 2,88 dengan predikat baik.
Uji normalitas pada masing-masing kelas sampel didapatkan L0<Lt, dimana L0=
0,144 Ltabel= 0,161 yang berarti data berdistribusi normal. Pada uji homogenitas dengan Fh<Ft dimana Fh= 1,22Ft= 1,84 yang berarti data homogen. Dari uji hipotesis yang dilakukan didapatkan Th>tt dimana tt = 1,67Th=
2,09 maka Hipotesis diterima. Pada kompetensi keterampilan pada kelas
eksperimen 3,15 dengan predikat baikdan pada kelas kontrol 2,94 dengan predikat baik.
Dengan persentase ketuntasan eksperimen 83,33%, sedangkan kelas kontrol yaitu 53,33%.
Dapat dilihat konversi skor dari penilaian, sikap, pengetahuan dan keterampilan pada Gambar.1
2.7 2.75 2.8 2.85 2.9 2.95 3 3.05 3.1 3.15 3.2
eksperimen kontrol
sikap pengetahuan keterampilan
Pembahasan
1. Penilaian kompetensi sikap
Hasil penelitian pada kompetensi sikap didapatkan pada kelas eksperimen 3. 06 dan kelas kontrol 3.00 dengan predikat baik.
Namun dilihat pada penilaian indikator terdapat perbedaan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini terlihat pada lampiran 24
dan 25, penilaian indikator rasa ingin tahu dan kerja sama dimana pada indikator rasa ingin tahu pada kelas eksperimen lebih aktif dalam bertanya dan memiliki minat serta rasa keingintahuan yang tinggi terhadap materi yang dipelajari, sebab pada kelas eksperimen pada proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara lebih luas dibandingkan kelas kontrol.
Dalam pembelajran Problem Based Learning (PBL) siswa diberi keluasan untuk mencari penyelesaian yang tepat dan sesuai dengan apa yang mereka pahami atau mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah, sehingga mereka memilki rasa ingin tahu dan minat yang tinggi dengan pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Sedangkan pada kelas kontrol pada saat PBM siswa kurang memperihatikan guru, rasa ingin tahu dan minat belajar masih rendah hanya beberapa siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi. Hal ini dapat terlihat pada saat berdiskusi dimana siswa malas bertanya dan mengerjakan sesuka hati mereka tanpa mau bertanya pada guru meskipun mereka kurang mengerti terlihat pada Lampiran 24 dan 25.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2013: 100) sikap menentukan keberhasilan hasil belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Sani (2014:
206) kurikulum 2013 menuntut pembuatan sikap melalui kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Kompetensi sikap yang harus dimilki siswa adalah perilaku jujur, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsive dan proaktif.
Pada indikator kerja sama yang terjadi malah sebaliknya kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol, hal tersebut disebabkan pada kelas eksperimen karena memiliki rasa keingintahuan yang tinggi membuat mereka bekerja sendiri- sendiri dalam kelompok, sedangkan pada kelas kontrol siswa lebih memilih berdiskusi dengan kelompoknya dari pada bertanya dan membuat apa yang menurut benar tanpa mau bertanya pada guru. Pembahasan dengan satu subtopik dalam setiap kelompok, mampu meningkatkan rasa tanggung jawab serta kerjasama antara siswa. Karena tugas tersebut wajib mereka selesaikankan untuk dipresentasikan di depan kelas. Hal tersebut mendapat respon yang baik dari siswa, sehingga terjadi interaksi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan lingkungannya (Lufri, 2007:1).
2. penilaian kompetensi penngetahuan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Penilaian kompetensi pengetahuan didapatkan hasil nilai kelas ekspermen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, yaitu rata–rata pada kelas eksperimen 3,08 yang mencapai KKM dari 30 siswa yaitu 25 orang dengan persentase ketuntasan 83,33%
dan rata-rata nilai pada kelas kontrol 2,88 yang mencapai KKM dari 30 siswa yaitu 16 orang dengan persentase ketuntasan 53, 33%, berdasarkan nilai rata-rata yang didapatkan maka hipotesis diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa VII SMPN 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan yang terlihat pada Gambar 1, hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010: 107) bahwa tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan baik sekali apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan sudah dukuasai oleh siswa. jadi pada kelas eksperimen bahan pelajaran yang diajarkan sudah dikuasai oleh siswa dengan nilai rata- rata 83,33% , sedangkan pada kelas control ketuntasan hasil belajar siswa masih 53, 33%, berarti bahan yang diajarkan kurang dikuasai oleh siswa. Serta dengan
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning memiliki dampak positif terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2011: 95) Pembelajaran berbasis masalah membantu untuk menunjukkan dan memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang terlibat di dalamnya. Pengajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Tingginya hasil belajar kelas eksperimen dari pada kelas kontrol pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan dalam proses pembelajaran Problem Based Learning disebabkan oleh langkah-langkah dalam pembelajarannya yang merangsang siswa untuk belajar memecahkan masalah. Setiap kelompok diberi kesempatan penuh untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan dalam mencari solusi yang tepat dan sesuai dengan apa yang mereka pahami atau mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah, sehingga mereka memiliki pemahaman yang tinggi terhadap pembelajarn yang sedang dipelajarinya.
Hal itu sesuai dengan pendapat Uno dan Mohammad (2012: 112) model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang menuntun peserta didik mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir kritis, mengembangkan kemandirian dan percaya diri peserta didik.
Penilaian kompetensi pengetahuan pada kelas kontrol meskipun sudah menggunakan pendekatan saintifik tetap saja hasilnya masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Meskipun sebelum berdiskusi siswa dibagi secara berkelompok berdasarkan absen. Pembagian kelompok seperti ini berpengaruh pada kegiatan diskusi kelas kontrol, yaitu selama kegiatan diskusi, siswa kurang aktif dalam bertanya dan ada beberapa siswa yang tidak terlibat dalam diskusi.
Selain itu, dalam pembahasan hasil dikusi atau presentasi kelompok, siswa kurang termotivasi untuk menyampaikan hasil diskusi mereka, sehingga hanya
beberapa siswa yang aktif walaupaun mereka berada di depan kelas untuk memprersentasikan hasil diskusinya. Begitu juga dengan siswa yang mengajukan pertanyaan, hanya beberapa siswa saja dan sering dilakukan oleh siswa yang sama.
Sehingga hanya sebagian atau beberapa siswa saja yang bisa memahami materi pembelajaran yang diberikan. Setelah dilaksanakan pembelajaran dan dilakukan ulangan harian di kelas kontrol maka diperoleh hasil bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai KKM.
3. Penilaian kompetensi keterampilan Hasil penelitian menunjukan pada penilaian keterampilan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan dari rata-rata kedua kelas sampel tersebut. Dapat dilihat pada Gambar 1, dimana kelas eksperimen memiliki capaian optimumnya 3,15 dengan predikat baik dan pada kelas kontrol memiliki capaian optimum 2,94 dengan predikat baik. Selain perbedaan dari rata-rata secara keseluruhan perbedaan juga terlihat pada rata-rata perindikator yaitu pada indikator kejelasan isi laporan di kelas eksperimen yaitu 3.06 dengan predikat baik sedangkan di kelas kontrol 2,80 dengan predikat baik. Pada indikator kelengkapan isi laporan di kelas eksperimen memiliki rata-rata 2.80 dengan predikat baik sedangkan di kelas kontrol 2.46, dengan predikat cukup dan pada indikator kebersihan dan kerapian laporan di kelas eksperimen memiliki rata-rata 3.00 dengan predikat baik dan kelas kontrol 2.80 dengan predikat baik.
Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen siswa lebih memperhatikan indikator penilaian dari pada kelas control.
Selain itu kelas eksperimen memiliki tanggung jawab yang lebih besar karena pada kelas eksperimen siswa diminta untuk mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Sehingga dengan demikian mereka harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru serta membuat laporan tentang solusi dari permasahan tersebut, yang nantinya akan ditampilkan di depan kelas oleh kelompok.
Menurut Aunurrahman (2010: 46) menyatakan “di dalam proses pembelajaran terlihat bahwa suasana kelompok belajar, adanya persaingan dan kerja sama, kebebasan atau perasaan terkekang, nilai- nilai yang dianut kelompok akan memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan maupun kepuasan orang yang belajar. Proses belajar yang mengikutsertakan emosi dan perasaan peserta didik ternyata mampu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hanya memanipulasi stimulasi dari luar.
Pada kelas kontrol siswa kurang mendengarkan guru sehingga informasi yang disampaikan guru siswa kurang memahami yang mengakibatkan pada saat melakukan diskusi mereka tidak memperhatikan indikator penilian keterampilan tersebut. Hal tersebut sangat telihat pada indikator kelengkapan isi laporan dimana setiap kelompok hanya membuat identitas kelompoknya saja tanpa mencantumkan topik dan suptopik dari setiap pertemuan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen sudah lebih baik dalam hasil belajar untuk ranah psikomotor.
Kesimpulan dan saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan di kelas VII SMP N 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka disarankan sebagai berikut:.
1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sebelum mengikuti proses pembelajar, diharapkan siswa memiliki kesiapan belajar, terutama memiliki pengetahuan.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat memotivasi siswa dalam melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning hingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
DAFTRA PUSTAKA
Aunurrahman. 2010. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Djamarah, S. Bahri dan Zain Aswan (2010).
Strategi Belajar Mengajar. Rev.Ed.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran Biologi SMA/SMK.
Jakarta: Kemendikbud.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peseta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Lufri, Arlis, Yunus, Yuslidar, dan Sudirman.
2007. Strategi Pembelajaran Biologi.
Padang: UNP Press.
Rusman. 2012. Model-Model
Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme guru. Jakarta:
Rajawali Pers
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara
Uno, Hamzah dan NurdinMohamad. 2012.
Belajar dengan Pendekatan Pailkem:
Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik.
Jakarta: PT Bumi Aksara