SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagiam Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
VERISCA NIALUHRI 14023048/FEB/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA 2021
i
Yang diajukan
VERISCA NIALUHRI 14023048/FE/AK
Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh Pembimbing Utama
MAHSINA, SE., M.SI Tanggal :
NIDN. 0717047803 Pembimbing Pendamping
SYAFI’I, SE., M.Ak. BKP Tanggal :
NIDN. 0705087302
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya
Dr. SITI ROSYAFAH, Dra., Ec., MM NIDN. 0703106403
ii
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KPP PRATAMA SURABAYA MULYOREJO di susun oleh :
VERISCA NIALUHRI 14023048/FE/AK telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Bhayangkara Surabaya Pada tanggal April 2021
Pembimbing Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
MAHSINA, SE., M.SI Dra. L. TRI LESTARI, M. Si
NIDN. 0717047803 NIDN. 0708047401
Pembimbing Pendamping Sekertaris
SYAFI’I, SE., M.Ak. BKP MAHSINA, SE., M. Si
NIDN. 0705087302 NIDN. 0717047803
Anggota
Dra. KUSNI HIDAYATI, M.Si., AK. CA NIDN. 00261055022
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya
Dr. SITI ROSYAFAH, Dra., Ec., MM NIDN. 0703106403
iii
AWT dengan segala lindungan, nikmat, bimbingan serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan motivasi dari beberapa pihak, untuk itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas berkah dan rahmat Allah SWT yang selalu menjadi tempat penyusun mengadu segala keluh, kesah, dan syukur selama masa penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Brigadir Jendral Polisi (Purn) Drs. Edy Prawoto., S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Bhayangkara Surabaya.
3. Ibu Dr. Hj. Siti Rosyafah, Dra. Ec., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bhayangkara Surabaya.
4. Bapak Arief Rahman, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Bhayangkara Surabaya.
5. Ibu Mahsina, SE., M.Si selaku pembimbing I serta dosen wali yang sudah memberikan dorongan mental, semangat dan kesabaran yang sangat besar, yang telah membimbing penyusun sejak awal hingga saat proses penyusunan skripsi ini selesai, terima kasih telah memberikan banyak masukan kepada penulis serta memberi banyak informasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Syafi'i, SE., M. Ak selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta motivasi kepada penyusun, dan terima kasih atas kesabaran
iv
7. Bapak/Ibu Program Studi Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bhayangkara telah memberikan banyak ilmu pengetahuan sejak awal semester hingga semester akhir ini.
8. Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, ayahanda dan ibunda, Totok Yulianto, SE., dan Hidayati yang telah memberikan semangat, doa, dan segala dukungannya sejak penyusun lahir hingga saat ini, dan tidak pernah lelah memberikan motivasi serta kesabaran kepada penyusun.
9. Terima kasih banyak untuk kedua adikku tercinta, Rayhan dan Revadhika atas segala dukungan, doa, dan hiburan selama ini, serta telah menjadi adik terbaik sepanjang hidupku.
10. Terima kasih banyak untuk teman-temanku semua.
Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi motivasi untuk penulis kedepannya. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca.
Surabaya, 27 April 2021Penulis
Penulis
v
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI. ... v
DAFTAR TABEL. ... viii
DAFTAR GAMBAR. ... ix
DAFTAR LAMPIRAN. ... x
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1
1.2 Rumusan Masalah. ... 3
1.3 Tujuan Penelitian. ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi. ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu. ... 6
2.2 Landasan Teori. ... 9
2.2.1 Perpajakan... 9
2.2.1.1 Pengertian Pajak. ... 9
2.2.1.2 Fungsi Pajak. ... 11
2.2.1.3 Jenis Pajak. ... 13
2.2.1.4 Subjek Pajak. ... 14
2.2.1.5 Objek Pajak. ... 16
2.2.1.6 Cara Pemungutan. ... 17
2.2.2 E-Filing. ... 18
2.2.2.1 Pengertian E-Filing. ... 18
2.2.2.2 Dasar Hukum E-Filing. ... 19
2.2.2.3 Jenis E-Filing. ... 19
2.2.2.4 Penerapan E-Filing. ... 20
2.2.3 Pemahaman Internet. ... 20
2.2.4 Kepatuhan Wajib Pajak. ... 22
2.2.4.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak. ... 22
2.2.4.2 Macam-macam Kepatuhan Wajib Pajak. ... 23
2.2.4.3 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak. ... 24
2.2.4.4 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak... 24
2.3 Kerangka Konseptual. ... 24
vi
3.2.1 Variabel Independen (Variabel X). ... 28
3.2.1.1 Penerapan E-Filing (X1). ... 28
3.2.1.2 Pemahaman Internet (X2). ... 29
3.2.2 Variabel Dependen (Variabel Y). ... 29
3.2.2.1 Kepatuhan WPOP. ... 29
3.3 Teknik Penelitian Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. ... 30
3.3.1 Populasi ... 30
3.3.2 Sampel Penelitian ... 31
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 32
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 32
3.4.1 Lokasi Penelitian. ... 32
3.4.2 Waktu Penelitian. ... 33
3.5 Prosedur Pengambilan/Pengumpulan Data. ... 33
3.5.1 Observasi. ... 33
3.5.2 Kuesioner. ... 33
3.5.3 Dokumentasi. ... 34
3.5.4 Studi Pustaka... 34
3.6 Pengujian Data. ... 34
3.6.1 Uji Validitas. ... 34
3.6.2 Uji Reliabilitas. ... 35
3.7 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis. ... 35
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif. ... 35
3.7.2 Regresi Linier Berganda. ... 35
3.7.3 Uji Hipotesis. ... 36
3.7.3.1 Uji t (Parsial). ... 36
3.7.3.2 Uji f (Simultan). ... 37
3.7.3.3 Koefisien Determinasi. ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian. ... 39
4.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. ... 39
4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. ... 39
4.1.3 Struktur Organisasi dan Gambaran Umum KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. ... 39
4.2 Data dan Deskripsi Hasil Penelitian. ... 45
4.2.1 Karakteristik Responden ... 45
4.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian. ... 46
4.2.3 Hasil Penelitian Deskriptif Variabel ... 47
4.3 Analisis Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis. ... 49
4.3.1 Uji Kualitas Data ... 49
4.3.1.1 Uji Validitas ... 49
4.3.1.2 Uji Reliabilitas. ... 51
vii
4.4 Pembahasan. ... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 60
5.2 Saran... 60
DAFTAR PUSTAKA. ... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 64
viii
4.3 Nilai Interval... 52
4.4 Deskriptif Penelitian Responden Terhadap Penerapan E-Filing (X1) ... 52
4.5 Distribusi Frekuensi Penilaian Respoden Terhadap Variabel Pemahaman Internet (X2)... 53
4.6 Distribusi Frekuensi Penilaian Respoden Terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 53
4.7 Hasil Pengujian Uji Validitas Variabel Penerapan E-Filing (X1) ... 55
4.8 Hasil Pengujian Uji Validitas Variabel Pemahaman Internet (X2) ... 55
4.9 Hasil Pengujian Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ... 56
4.10 Uji Reliabilitas ... 57
4.11 Regresi Linier Berganda ... 58
4.12 Hasil Perhitungan Uji Koefisien R dan R2 ... 59
4.13 Perhitungan Uji F Pda Taraf Signifikasi 0,05 ... 61
ix
x
Lampiran 3. Statistik Deskriptif. ... 75 Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas. ... 75
xi
Verisca Nialuhri
ABSTRAK
Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan kembali surat pemberitahun (SPT), kepatuhan dalam menghitung dan membayar pajak terutang. Kemajuan teknologi mendorong Direktorat Jendral Pajak untuk menerapkan berbagai program, salah satunya adalah meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya, seperti e-filing dan pemahaman tentang internet. Analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan e-filing dan pemahaman internet terhadap kepatuhan wajib pajak adalah analisis regresi berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan metode pengambilan sample adalah simple random sampling di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah penerapan e-filing dan pemahaman internet berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.
Hasil yang diperoleh dalam analisis regresi berganda pada penelitian ini bahwa penerapan e-filing memberikan pengaruh positif yang signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak, kemudian pemahaman internet memberikan pengaruh positif yang signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak dan penerapan e-filing dan pemahaman internet memberikan pengaruh positif yang signifikan secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. Persentase sumbangan pengaruh variabel penerapan e- filing dan pemahaman internet terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo adalah sebesar 60,3%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model regresi penelitian.
Kata kunci: Penerapan e-filing, Pemahaman Internet, Kepatuhan Wajib Pajak, Analisis Regresi Berganda.
xii Verisca Nialuhri
ABSTRACT
Obedience is obligatory identified of obedience is obligatory tax target in enroll, compliance to report back Tax Return, compliance in calculating and paying taxes owed. Technological progress encourage tax general directorate to apply various programs, one of them is to improve its service to taxpayers in resolving perpajakannya obligation, as e-filing and understanding of the internet. One analysis that can be used to know the influence of the application of e-filing and understanding the internet for compliance taxpayers analytics multiple regression. The data used in research is the primary data and methods the sample is simple random sampling at KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. The purpose of this research is to testing whether e-filing and understanding the internet influences obedience is obligatory individual tax in KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. The result obtained in the analysis of multiple regression in this study that the application of e-filing give a positive effect which is significant in partial compliance taxpayers, against then the understanding of the internet provide a significant positive influence in partial compliance to taxpayers and the application of e-filing and understanding of the internet provide a significant positive influence simultaneously against individual taxpayer compliance in KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. But the percentage contribution e-filling variable influence the implementation of the internet for compliance and understanding of individual taxpayers in the tax office KPP Pratama Surabaya Mulyorejo to 60,3 % with the remainder influenced by factors other than the regression research.
Keywords: e-filing application, understanding the internet, compliance taxpayers multiple regression analysis.
1 1.1 Latar Belakang
Peraturan perundang-undangan perpajakan terus disempurnakan seiring dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial dan politik. Perubahan perundang-undangan perpajakan khususnya undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dimaksudkan untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakkan hukum, meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sistem mekanisme dan tata acara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan undang-undang ini dengan tetap menganut self assessment system. Pajak merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak dan membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dirujuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2008:2).
Pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan yang berdampak pada turunnya penerimaan pajak dan juga telah mengurangi ketersediaan likuiditas dalam negeri yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hal itu disampaikan oleh Mardiasmo (2011:1). Di sisi lain banyak harta warga Indonesia yang ditempatkan diluar wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, baik dalam bentuk liquid maupun non-liquid
yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah likuiditas dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kebijakan perpajakan juga merupakan suatu bentuk dari reformasi perpajakan yang menuntut wajib pajak untuk taat atau patuh terhadap peraturan pajak yang berlaku. Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan kembali surat pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam menghitung dan membayar pajak terutang. Legitimasi didapatkan jika apa yang dijalankan oleh organisasi telah selaras dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Apabila dikaitkan dengan kepatuhan Wajib Pajak, teori legitimasi sangat berkaitan dengan kepatuhan dalam hal memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu Wajib Pajak harus mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sistem sosial yang lebih besar.
Kemajuan teknologi mendorong Direktorat Jendral Pajak untuk menerapkan berbagai program, salah satunya adalah meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya dengan e-system, seperti e- registration, e-SPT, e-filing dan e-billing.
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-01/PJ/2014, tentang tata cara Penyampaian SPT secara elektronik (e-filing) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan formulir 1770s atau 1770ss bahwa: e-filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dan penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) secara elektronik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan memanfaatkan jalur
komunikasi internet secara online dan realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak.
Selain e-filing salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak adalah pemahaman internet. Dalam perkembangannya, internet menjadi sebuah jaringan (network) komputer terbesar di dunia. Jaringan merupakan istilah yang berarti sekelompok komputer yang dihubungkan bersama sehingga dapat berbagi-pakai informasi dan sumber daya. Sesuai dengan namanya, internet bukan jaringan tunggal tetapi lebih merupakan jaringan dari jaringan. Internet mengandung sejumlah standar untuk melewatkan informasi dari satu jaringan ke jaringan lainnya, sehingga jaringan-jaringan di seluruh dunia dapat berkomunikasi.
Dari penjelasan diatas, penulis mengangkat judul “Pengaruh Penerapan E- Filing dan Pemahaman Internet Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan e-filing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo?
2. Apakah pemahaman internet berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo?
3. Apakah penerapan e-filing dan pemahaman internet secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji apakah penerapan e-filing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
2. Untuk menguji apakah pemahaman internet berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
3. Untuk menguji apakah penerapan e-filing dan pemahaman internet secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak terutama pihak yang memiliki kepentingan langsung dalam masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah yaitu diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan e-filing.
2. Bagi peneliti yaitu untuk tambahan ilmu dan pengetahuan serta informasi yang digunakan dalam penelitian.
3. Bagi peneliti selanjutnya dan universitas yaitu sebagai refrensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian dibidang yang sama.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan ini dibuat untuk mempermudah dan meringkas secara garis besar tentang penelitian ini. Sehuingga mendapat gambaran dari masingg- masing bab, dimana bab tersebut telah dibagi menjadi beberapa sub-sub secara keseluruhan. Adapun sistematika dalam dalam penuluisannya terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan secara garis besar mendeskripsikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitiaan terdahulu, perbandingan dengan penelitian yang dilakukan sekarang, landasan teori yang digunakan dalam penelitian, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang kerangka proses berfikir, definisi operasional dan pengukuran variable, populasi, sampel, prosedur pengambilan data, pengujian data, serta teknik analisis data yang digunakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang paparan hasil pengolahan data penelitian yang berisi tentang pengujian hipotesis dan penyajian hasil dari penelitian, serta pembahasan dari hasil analisis yang sudah dikaitkan dengan teori yang digunakan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan atas hasil pembahasan yang sudah dilakukan oleh penulis serta kritik dan saran yang mungkin diperlukan oleh pihak- pihak terkait guna penelitian selanjutnya.
7 BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan pada penelitian ini, yaitu:
1. Awaloedin dan Maulana (2018)
Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem E- Filling, Pemahaman Internet, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pratama Depok Cimanggis (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Depok Cimanggis)”.
Persamaan:
a. Penerapan Sistem E-filing (X1) b. Pemahaman Internet (X2) c. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Perbedaan:
a. Kesadaran Wajib Pajak (X3) b. Objek Penelitian
Hasil:
a. Variabel independen yang pertama, yaitu penerapan system e-filing memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi KPP Pratama Depok Cimanggis. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi dan bagus penerapan sistem e-filing, maka kepatuhan wajib pajak pun akan tinggi.
b. Variabel independen yang kedua, yaitu pemahaman internet memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Depok Cimanggis. Hal ini disebabkan, karena wajib pajak sudah banyak yang mengetahui tentang pemahaman dan sosialisasi untuk pemahaman internet mudah di akses dan di dapat dan kewajiban mereka sebagai wajib pajak.
c. Variabel independen yang ketiga, yaitu kesadaran Wajib Pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di KPP Pratama Depok Cimanggis. Hal ini disebabkan, karena wajib pajak telah mendapat informasi dan sosialisasi kesadaran perpajakan dari pihak KPP Pratama Depok Cimanggis.
2. Suprayogo dan Hasymi (2018)
Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem E-filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Pemahaman Internet Sebagai Variabel Moderasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jarinegara”.
Persamaan:
a. Penerapan Sistem E-filing (X) b. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) c. Pemahaman Internet (Z)
Perbedaan:
a. Objek Penelitian Hasil:
a. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama yang menyatakan penerapan sistem e-filing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Jatinegara, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima. Karena terdapat pengaruh positif dan signifikan penerapan sistem e-filing terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
b. Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa semakin baik penerapan sistem e-filing maka akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi, atau semakin tinggi penerapan sistem e-filing, maka semakin banyak Wajib Pajak orang pribadi yang patuh terhadap perpajakan. Hasil penelitian ini juga mendukung hipotesis kedua yang menyatakan pemahaman internet dapat memoderasi pengaruh penerapan sistem e- filing terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Jatinegara.
c. Hal tersebut dibuktikan melalui Moderated Regression Analysis yang dapat dibuktikan dari hasil perbandingan persamaan kedua dan ketiga, salah satunya adalah signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel internet sebagai pure moderator. Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa semakin baik pemahaman internet yang dimiliki Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) maka akan mendorong WPOP untuk
menggunakan sistem e-filing sehingga semakin meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
3. Novariyanti, Herawati, dan Hamdi (2016)
Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem E-filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Pemahaman Internet Sebagai Variabel Pemoderasi pada KPP Pratama Bukittinggi”.
Persamaan:
a. Penerapan Sistem E-filing (X) b. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) c. Pemahaman Internet (Z) Perbedaan:
a. Objek Penelitian Hasil:
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem e- filing berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bukittinggi dan pemahaman internet berpengaruh terhadap hubungan antara penerapan sistem e-filing dengan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bukittinggi.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Perpajakan
2.2.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah konstribusi wajib kepada negara tentang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut (Pandiangan, 2014:3), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut Djajaningrat (2008:1), pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memeliharga kesejahteraan secara umum.
Menurut Burton dan Ilyas (2013:1), mendefinisikan pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal
individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Sedangkan Waluyo (2008:2), mengatakan bahwa Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dirunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
2.2.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Resmi (2013:3), fungsi pajak terdiri dari fungsi budgetir dan fungsi regularend yang mana penjelasannya, sebagai berikut:
a. Fungsi Budgetir (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi Budgetir, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembagunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang merah (PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan lain-lain.
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebiakan pemerintahan dalam bidang social dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.
Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:
1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah. Makin mewah suatu barang maka tarif pajaknya makin tinggi sehingga barang tersebut makin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksud agar rakyat tidak berlomba- lomba untuk mengkonsumsi barang merah (mengurangi gaya hidup mewah).
2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasiilan: dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
3. Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha terdorong mengekpor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memberbesar devisa negara.
4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja dan lain- lain dimaksudkan agar terdapat penekanan produktsi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).
5. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi, dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.
6. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.
Menurut Sambodo (2014:7), fungsi pajak dalam kehidupan negara dan masyarakat, antara lain:
a. Fungsi Penerimaan (Budgetir)
Menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara, termasuk kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Misalnya, pajak sebagai fungsi sosial, yaitu diterapkannya tarif yang tinggi terhadap beberapa barang mewah untuk mengurangi kesenjangan sosial di kehidupan masyarakat, sedangkan pajak sebagai fungsi ekonomi, yaitu diterapkannya pembebasan pajak untuk komoditi ekspor yang diharapkan dapat meningkatkan ekspor sehingga dapat meningkatkan kegiatan di bidang perekonomian.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
e. Fungsi Demokrasi
Merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan. Fungsi ini pada saat sekarang sering dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat, khususnya pembayar pajak.
Menurut Suandy (2011:10), mengemukakan pendapatnya tentang ciri-ciri pajak, antara lain:
a. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah.
b. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
d. Pajak dipungut oleh negara, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.
g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
Sedangkan menurut Resmi (2016:2), mengemukakan pendapat lain, menurutnya ciri-ciri pajak adalah:
a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.
2.2.1.3 Jenis Pajak
Menurut Resmi (2014:7), terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya yaitu akan, seperti dibawah ini:
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan, misalnya pajak penghasilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Menurut Sifat
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Subjektif
Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objekif
Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal, misalnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya, misalnya PPh, PPN dan PPnBM.
b. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat 1 (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing–masing, misalnya Pajak kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak restoran, pajak air tanah, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2.2.1.4 Subjek Pajak
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa pemotong Pajak Penghasilan pasal 23 (PPh pasal 23) menurut Undang- Undang Pajak Penghasilan ialah Badan Pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Menurut Mardiasmo (2016:163), yang menjadi Subjek Pajak adalah:
1. Orang Pribadi;
2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Selain itu Mardiasmo (2016:164), mengemukakan bahwa Subjek Pajak dapat dibedakan kepada:
1. Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek
Subjek pajak dalam negeri akan menjadi kewajiban apabila Wajib Pajak telah menerima penghasilan yang melebihi PTKP. Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah:
a. Subjek Pajak Orang Pribadi
Subjek pajak orang pribadi termasuk ke dalam kategori subjek pajak dalam negeri yang dimaksud, yaitu:
1. Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
2. Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
b. Subjek Pajak Badan
Subjek pajak badan yang dimaksud adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang dimaksud dari subjek pajak badan, yaitu:
1. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria.
2. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
4. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
5. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
2. Subjek Pajak Luar Negeri
Penentuan status sebagai subjek pajak luar negeri memiliki kriteria dan konsekuensi tersendiri atas pemajakannya, yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah sebagai berikut:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indo nesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2.2.1.5 Objek Pajak
Dalam melakukan pemungutan pajak, pemerintah telah memberikan batasan-batasan kepada objek pajak, terutama objek pajak yang terdapat pada Pajak Penghasilan. Hal ini telah tertera dalam ketentuan Undang-Undang Perpajakan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Pengasilan dan ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan yang sudah memberikan penegasan mengenai objek Pajak Penghasilan yaitu penghasilan. Adapun pengertian Penghasilan menurut Undang-Undang PPh ialah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2.2.1.6 Cara Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan Pajak Penghasilan ada tiga macam cara yang dapat dilakukan menurut Suandy (2011:39), yaitu:
1. Asas Domisili Dalam
Asas ini pemungutan pajak berdasarkan pada domisili atau tempat tinggal Wajib Pajak dalam suatu Negara. Negara dimana Wajib Pajak bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap Wajib Pajak tanpa melihat dari mana pendapatan atau penghasilan tersebut diperoleh, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan tanpa melihat kebangsaan/kewarganegaraan Wajib Pajak tersebut.
2. Asas Sumber Dalam
Asas ini pemungutan pajak didasarkan pada sumber pendapatan/penghasilan dalam suatu Negara. Menurut asas ini, Negara menjadi sumber pendapatan/penghasilan tersebut berhak memungut pajak tanpa memperhatikan domisili dan kewarganegaraan Wajib Pajak.
3. Asas Kebangsaan Dalam
Asas kebangsaan (nationaliteit) ini, pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan atau kewarganegaraan dari Wajib Pajak, tanpa melihat dari mana sumber pendapatan/penghasilan tersebut maupun di Negara mana tempat tinggal (domisili) dari Wajib pajak yang bersangkutan.
Dari ketiga cara pemungutan tersebut, Indonesia menganut asas domisili, hal ini tertuang dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan Indonesia yang dimaksud dengan penghasilan adalah: “setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambahkan kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun”.
Namun untuk Wajib Pajak Luar Negeri, Indonesia menganut asas sumber, sehingga setiap Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh penghasilan di Indonesia akan dikenakan PPh Pasal 26.
2.2.2 E-Filing
2.2.2.1 Pengertian E-Filing
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-01/PJ/2014, tentang tata cara Penyampaian SPT secara elektronik (e-filing) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan formulir 1770s atau 1770ss bahwa e-filing adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dan penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan (SPTy) Tahunan secara elektronik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet secara online dan real time melalui website Direktorat Jenderal.
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Nomor Per- 36/PJ/2013 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (E-filing) melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) disebutkan bahwa: e-filing adalah penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer, dimana penyampaiannya dilakukan secara elektronik dalam bentuk data digital yang ditransfer atau disampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak dengan proses terintegrasi dan real time.
Menurut Pandiangan (2007:38), e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara online dan real time oleh Wajib Pajak terdaftar melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
2.2.2.2 Dasar Hukum E-Filing
1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-01/PJ/2014 tanggal 6 Januari 2014, Tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dan Penyampaian pemberitahuan perpanjangan surat pemberitahuan tahunan secara elektronik (e- filing) melalui website Direktorat Jenderal.
2. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-95/PJ/2011 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dan Perpanjangan Surat Pemberitahuan bagi wajib pajak orang Pribadi yang menggunakan formulir 1770S atau 1770SS secara e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak.
2.2.2.3 Jenis-Jenis e-Filing
Secara umum, e-filing melalui situs Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang beralamatkan di http://www.pajak.go.id, adalah sistem pelaporan SPT menggunakan sarana internet tanpa melalui pihak lain dan tanpa biaya apapun, yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam pembuatan dan penyerahan laporan SPT kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) secara lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah.
Dengan menggunakan e-filing, maka Wajib Pajak tidak perlu lagi menunggu antrian panjang di lokasi Dropbox maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Hal ini merupakan salah satu terobosan baru pelaporan SPT yang digulirkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk membuat Wajib Pajak semakin mudah dan nyaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Berdasarkan situs Direktorat Jenderal Pajak, yang beralamatkan di http://www.pajak.go.id untuk saat ini, e- filing melayani penyampaian dua jenis SPT, yaitu:
1. E-filing melalui website www.pajak.go.id bagi Wajib Pajak Orang Pribadi pengguna formulir SPT Tahunan PPh form 1770S dan 1770SS.
2. E-filing melalui perusahaan penyedia jasa aplikasi yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk penyampaian SPT Tahunan PPH bagi Wajib Pajak Badan. Dengan fasilitas e-filing, maka pelaporan SPT kini dapat dilakukan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, serta dapat dilakukan di mana saja, sepanjang Anda terhubung dengan internet, dengan mengakses situs DJP tanpa dipungut biaya.
2.2.2.4 Penerapan Sistem E-Filing
E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara online dan real time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id), penyedia jasa aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Jadi, penerapannya dengan memanfaatkan teknologi internet dalam penyampaiannyaa yang online dan real time kepada Direktorat Jendral Pajak. Perlu diketahui bahwa nantinya e-filing akan menjadi system pelaporan SPT menggantikan sistem manual yang lama, yang mana mengharuskan Wajib Pajak mendatangi KPP.
2.2.3 Pemahaman Internet
Menurut Ahmadi dan Hermawan (2013:68), internet adalah komunikasi jaringan komunikasi global yang menghubungkan seluruh komputer di dunia meskipun berbeda sistem operasi dan mesin. Menurut Enterprise (2010:2), internet adalah sebuah sistem jaringan yang menghubungkan berbagai komputer dari berbagai belahan dunia untuk saling terhubung dan bertukar data serta
bertukar informasi. Dalam prakteknya, sebuah komputer untuk saling terhubung dengan komputer lainnya membutuhkan bantuan dari sebuah program kecil bernama browser. Di dunia ini, perkembangan aplikasi browser telah berkembang secara cepat mengikuti perkembangan teknologi pada internet, khususnya koneksi internet dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dalam perkembangannya, internet menjadi sebuah jaringan (network) komputer terbesar di dunia. Jaringan merupakan istilah yang berarti sekelompok komputer yang dihubungkan bersama sehingga dapat berbagi-pakai informasi dan sumber daya. Sesuai dengan namanya, internet bukan jaringan tunggal tetapi lebih merupakan jaringan dari jaringan. Internet mengandung sejumlah standar untuk melewatkan informasi dari satu jaringan ke jaringan lainnya, sehingga jaringan- jaringan di seluruh dunia dapat berkomunikasi.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa pemahaman memiliki kata dasar paham yang berarti pandai dan mengerti benar proses, cara, perbuatan (tentang suatu hal). Dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman internet adalah mengerti benar tentang apa itu internet dan mengetahui bagaimana cara menggunakan internet.
Pada awalnya, internet dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk tujuan militer. Dewasa ini, sesuai dengan perkembangan internet yang sangat pesat, tujuan internet tidak hanya untuk keperluan militer, akan tetapi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari, diantaranya:
a. Memperoleh informasi
Internet sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya memberikan informasi yang dibutuhkan pengguna. Dengan adanya internet, pengguna dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi, contohnya adalah informasi mengenai prosedur penggunaan dan perkembangan e-filing.
b. Menambah pengetahuan
Di dalam kehidupan sehari-hari, seseorang memerlukan banyak pengetahuan. Internet meberikan kebebasan akses untuk kita mencari atau mendapatkan pengetahuan yang diperlukan, sebagai contoh adalah pengetahuan mengenai Peraturan Perundang-undangan. Pengetahuan tersebut akan sangat bermanfaat bagi Wajib Pajak.
c. Memberikan kecepatan untuk mengaksesnya.
Internet memberikan kecepatan dalam mengakses berbagai informasi, pengetahuan dan kepentingan lainnya. Contohnya adalah dengan adanya internet akan memudahkan dan mempercepat Wajib Pajak dalam mengakses e–filing dan menerima verfikasinya.
2.2.4 Kepatuhan Wajib Pajak
2.2.4.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Rahayu (2010:137), kepatuhan memnuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung system self assetmetn system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya
tersebut, sedangkan menurut (Gunadi, 2013:94) pengertian kepatuhan wajib pajak dalam hal ini diartikan sebagai wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan saknsi baik humuman maupun administrasi.
Menurut Pandiangan (2014:245), mengatakan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak (WP) melaksanakan kewajiban perpajakan merupakan salah satu ukuran kinerja Wajib Pajak di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Artinya, tinggi rendahnya kepatuhan Wajib Pajak akan menjadi dasar pertimbangan DJP dalam melakukan pembinaan, pengawasan, pengelolaan, dan tindak lanjut terhadap Wajib Pajak. Misalnya, apakah akan dilakukan himbauan atau konseling atau penelitian atau pemeriksaan dan lainnya seperti penyidikan terhadap Wajib Pajak.
2.2.4.2 Macam-Macam Kepatahuan
Menurut Nurmantu (2010:148), dijelaskan bahwa terdapat dua macam kepatuhan yaitu:
1. Kepatuhan Formal. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi:
a. Wajib Pajak membayar pajak dengan tepat waktu.
b. Wajib Pajak membayar pajak dengan tepat jumlah.
c. Wajib pajak tidak memiliki tanggungan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Kepatuhan Material. Kepatuhan material adalah dimana suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara subtansi/hakekat memenuhi semua ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Pengertian kepatuhan material dalam hal ini adalah:
a. Wajib pajak bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas membutuhkan informasi.
b. Wajib pajak berikap kooperatif (tidak menyusahkan) petugas pajak dalam pelaksanaan proses administrasi perpajakan; Wajib pajak berkeyakinan bahwa melaksanakan kewajiban perpajakan merupakan tindakan sebagai warga negara yang baik.
2.2.4.3 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 74/PMK.03/2012, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak, antara lain:
1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT;
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengamgsur atau menunda pembayaran pajak;
3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
2.2.4.4 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Adapun indikator kepatuhan pajak menurut Rahayu (2010:139), yaitu:
1. Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat Pemberutahuan (SPT) sesuai ketentuan.
2. Menyampaikan SPT ke KPP sebelum batas waktu terakhir.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menggambarkan rancangan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian ini. Sekarang Menurut Sugiyono (2010:60), mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti, yang selanjutnya
dirumuskan dalam bentuk paradigmapenelitian dan setiap menyusun paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir.
Berdasarkan uraian di atas kerangka berfikir yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada tinjauan teori sehingga dapat digambarkan dalam model penelitian sebagai berikut:
H3
H1
H2 H2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan:
= pengaruh simultan = pengaruh parsial 2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dimana rumusann masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan (Sugiyono, 2011:64). Dari rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas maka peneliti akan mengajukan hipotesis seperti berikut:
1. H1 = Bahwa penerapan e-filing berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
E-filing (X1)
Pemahaman Internet (X2)
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
2. H2 = Bahwa pemahaman internet berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
3. H3 = Bahwa penerapan e-filing dan pemahaman internet secara bersama- sama (simultan) berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
28 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Proses Berfikir
Gambar 3.1 Kerangka Proses Berpikir
Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Pajak
a. Pandiangan (2014) b. Mardiasmo (2011) c. Burton dan Ilyas
(2013)
d. Waluyo (2008) 2. Pengertian E-Filing
a. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) b. Pandiangan (2007) 3. Pemahaman Internet
a. Ahmadi dan
Hermawan (2013) b. Enterprise (2010) 4. Kepatuhan Wajib Pajak
a. Rahayu (2010) b. Gunadi (2013) c. Pandiangan (2014)
Tinjauan Empirik
1. Awaloedin dan Maulana (2018),
“Pengaruh Penerapan Sistem E-Filing, Pemahaman Internet, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pratama Depok Cimanggis (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Depok Cimanggis)”.
2. Suprayogo dan Hasymi (2018),
“Pengaruh Penerapan Sistem E-Filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Pemahaman Internet Sebagai Variabel Moderasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara”.
3. Novariyanti, Herawati, dan Hamdi (2016), “Pengaruh Penerapan Sistem E- Filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Pemahaman Internet Sebagai Vaiabel Pemoderasi Pada KPP Pratama Bukittinggi”.
Hipotesis
H1 : Bahwa penerapan E-Filing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
H2 : Bahwa pemahaman internet berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
H3 : Bahawa penerapan E-Filing dan pemahaman internet secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhdap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
Uji Hipotesis
Uji F (simultan), Uji t (parsial), Analisa Koefisien Determinasi Berganda
Skripsi
Pengaruh Penerapan Sistem E-Filing dan Pemahaman Internet Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1 Variabel Independen (Variabel X)
Variabel Independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2016:39). Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel X diantaranya Variabel e-filing (X1) dan pemahaman internet (X2), sebagai berikut.
3.1.1.1 Penerapan E-Filing (X1)
Menurut Pandiangan (2007:38), e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara online dan realtime oleh Wajib Pajak terdaftar melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Dengan indikator:
1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman dan kapan saja.
2. Perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat karena terkomputerisasi.
3. Mengisi SPT lebih mudah karena pengisian SPT dalam bentuk wizard.
4. Data yang disampaikan Wajib Pajak selalu lengkap karena adanya validasi pengisian SPT.
5. Lebih ramah lingkungan karena meminimalisisr penggunaan kertas.
6. Tidak merepotkan karena dokumen pelengkap tidak perlu dikirim kembali kecuali diminta oleh KPP melalui account respresentative (AR).
3.1.1.2 Pemahaman Internet (X2)
Menurut Enterprise (2010:2), internet adalah sebuah sistem jaringan yang menghubungkan berbagai komputer dari berbagai belahan dunia untuk saling
terhubung dan bertukar data serta bertukar informasi. Dalam prakteknya, sebuah komputer untuk saling terhubung dengan komputer lainnya membutuhkan bantuan dari sebuah program kecil bernama browser. Di dunia ini, perkembangan aplikasi browser telah berkembang secara cepat mengikuti perkembangan teknologi pada internet, khususnya koneksi internet dengan segala kelebihan dan kekurangannya dengan indikator, sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi.
2. Menambah pengetahuan.
3. Kecepatan mengakses.
3.2.2 Variabel Dependen (Variabel Y)
3.2.2.1 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Rahayu (2010:137), kepatuhan memnuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung system self assetmetn system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut dengan indikator, sebagai beriku:
1. Kepatuhan untuk mendaftarkan diri.
2. Kepatuhan dalam penghitungan dan prmbayaran pajak terutang.
3. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan pajak.
4. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan.
3.1 Tabel Pengukuran Variabel
No Variabel Indikator Item Pengukuran
1 e-Filing (X1) 1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman dan kapan saja.
2. Perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat karena terkomputerisasi.
3. Mengisi SPT lebih mudah karena pengisian SPT dalam bentuk wizard.
4. Data yang disampaikan Wajib Pajak selalu lengkap karena adanya validasi pengisian SPT.
5. Lebih ramah lingkungan karena meminimalisisr penggunaan kertas.
6. Tidak merepotkan karena dokumen pelengkap tidak perlu dikirim kembali kecuali diminta oleh KPP melalui account respresentative (AR).
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.
b. Setuju (S) diberi skor 4.
c. Cukup Setuju (CS) diberi skor 3.
d. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
2 Pemahaman Internet (X2)
1. Memperoleh informasi.
2. Menambah pengetahuan.
3. Kecepatan mengakses.
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.
b. Setuju (S) diberi skor 4.
c. Cukup Setuju (CS) diberi skor 3.
d. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 3 Kepatuhan
Wajib Pajak (Y)
1. Kepatuhan untuk mendaftarkan diri.
2. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang.
3. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan pajak.
4. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan.
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.
b. Setuju (S) diberi skor 4.
c. Cukup Setuju (CS) diberi skor 3.
d. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
3.3 Teknik Penelitian Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi
Salah satu langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah menentukan objek yang akan diteliti dan besarnya populasi yang ada. Populasi tidak hanya sekedar manusia, tetapi objek atau benda-benda alam lainnya, begitupun populasi
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.
Menurut Sugiyono (2016:80) yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo yang jumlahnya tidak terhingga.
3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Sujarweni (2015:81), sampel adalah sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena terbatasnya dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Metode pengambilan sampel adalah simple random sampling dimana untuk penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka digunakan rumus Slovin berikut:
Keterangan:
= Ukuran sampel N = Populasi
d = Taraf nyata atau batas kesalahan
Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5%, karena dalam setiap penelitian tidak
mungkin hasilnya sempurna 100%, makin besar tingkat kesalahan maka semakin sedikit ukuran sampel. Jumlah populasi sebagai dasar perhitungan yang digunakan adalah 135 sampel, dengan perhitungan sebagai berikut:
Sehingga dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 100,93 atau dibulatkan menjadi 100 sampel responden Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk mendapat jawaban (Sugiyono, 2016:199).
Tentu teknik ini dianggap lebih efisien apabila peneliti memahami variabel apa yang akan diukur, sehingga hasilnya dapaat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti. Teknik angket atau kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk skala pengukuran Likert.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo yang beralamat di Jl. Jagir Wonokromo No.100, Jagir, Kec.
Wonokromo, Kota Surabaya.
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada masa pelaporan SPT Tahunan.
3.5 Prosedur Pengambilan / Pengumpulan Data 3.5.1 Observasi
Pengumpulan data tahap pertama pada penelitian ini yaitu melakukan observasi. Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
3.5.2 Kuesioner
Menurut Sugiyono (2010:199) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Dalam skala pengukurannya, penelitian ini menggunakan skala likert. Dimana setiap responden mengisi setiap jawaban dari setiap pernyataan yang di berikan dengan tingkatan gradasi sangat positif hingga sangat negatif (Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). Tingkatan skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
b. Setuju (S) diberi skor 4
c. Cukup Setuju (CS) diberi skor 3 d. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1