• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGELUARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA KANTOR DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PENGELUARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA KANTOR DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGELUARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PADA KANTOR DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA

MAKASSAR

Fransiskus Irobimus Tegis Dl1, Muh. Fuad Randy2, Syahrul Mansyur3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1tegisdawa3@gmail.com, 2fuadypup@gmail.com, 3syahrul.mansyur81@gmail.com

ABSTRACT

This research aimed to find out the budget revenue and regional budget at the office of man Power of Makassar City. The method of data analysis used was descriptive method. The result of the research indicated that the growth of budget expenditure in 2019-2020 was negative as Rp.12.413.948.245 or 5.56%. This means that the budget revenue cannot increase the growth and balance value calculation for operational cost as 94.57 % while the average expenditure capital was 8.91%.

Keywords: Revenue budget, Regional expenditure.

PENDAHULUAN

Perkembangan suatu negara lebih maju dilaksanakan melalui pembangunan nasional secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu bagian penting dari pembangunan nasional adalah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada dasarnya mengoptimalkan peranan sumber daya dalam menciptakan kenaikan pendapatan pada sektor-sektor ekonomi dan mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan nasional yang dilaksanakan membutuhkan anggaran belanja pada setiap periode. Seiring dengan peningkatan pembangunan nasional maka anggaran belanja yang diperlukan juga semakin meningkat. Anggaran belanja tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya dan pendapatan yang dimiliki oleh suatu daerah. Anggaran pendapatan dan belanja yang dikumpulkan dituang dalam suatu program atau rancangan pemerintah yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah. Anggaran pendapatan dan belanja daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Tahun anggaran anggaran pendapatan dan belanja daerah meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) merupakan instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.

Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan pemerintah daerah.

Dalam rangka pertanggung jawaban publik, pemerintah daerah harus melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud untuk optimalisasi anggaran. Dalam hal ini ke semua aspek dari struktur ekonomi daerah yang harus disusun harus berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja secara efisiensi dan efektivitas (Value For Money). Keterkaitan antara Anggaran dan Realisasi memberikan gambaran bagaimana sebuah instansi dapat dikatakan efisien atau tidak, dalam pengambilan keputusan penganggaran dan pembiayaan selama satu tahun anggaran tersebut. Dengan alat ukur berupa analisis yang didasarkan pada penggambaran yang mendukung analisa pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Untuk mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran belanja dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nominal atau

(2)

presentasenya berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) belanja yang disajikan terlihat sejauh mana keefektifan dan penyerapan anggaran untuk aktivitas instansi selama satu tahun anggaran tersebut.

Pengukuran pengeluaran anggaran ini dapat menggunakan analisis varians belanja. Untuk mengetahui seberapa besar anggaran dan realisasi terwujud suatu instansi dapat dilihat melalui seberapa besar pemenuhan pada belanja kegiatan yang digunakan oleh instansi, misalnya dengan melihat pertumbuhan masing-masing belanja apakah pertumbuhan tersebut rasional dan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik atau tidak. Pengukuran pengeluaran anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan analisis keserasian belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan antar belanja. Salah satunya adalah dengan menilai rasio belanja operasi terhadap total belanja dan rasio modal terhadap total belanja. Analisis dapat dikatakan untuk mengetahui keseimbangan antar belanja yang menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal. Pengukuran pengeluaran anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan rasio efisiensi belanja, pengukuran pengeluaran anggaran yang difungsikan untuk menunjukkan produktivitas dab efektivitas belanja daerah yang digunakan oleh instansi.

Rumusan Masalah: Bagaimana pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pada Kantor Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar

Tujuan Penelitian : Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) pada kantor dinas ketenagakerjaan kota makassar.

Manfaat Penelitian : Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan yaitu: (i) Praktis dapat memberikan tambahan informasi bagi manajemen perusahaan. Tujuannya adalah agar transparansi dan pertanggung jawaban kepada berbagai pihak perusahaan.

(ii) Teoritis dapat mendapatkan ilmu secara langsung mengenai dunia kerja yang nyata khususnya dalam ilmu bidang manajemen.

Dapat lebih aktif dalam mempelajari ilmu manajemen yang dapat dimanfaatkan dalam dunia kerja dan sebagai dasar untuk penelitian serupa dimasa yang akan datang.

TINJAUAN LITERATUR

Anggaran Pendapatan adalah merupakan rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan dan merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan moneter untuk jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting dalam arti segala kegiatan akan dikuantifkasikan dalam satuan uang, sehingga diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.

Penganggaran adalah suatu komitmen resmi manajemen yang terkait dengan harapan manajemen tentang pendapatan, biaya dan beragam transaksi keuangan dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

Manfaat dan tujuan dari anggaran sangat penting dan diperlukan oleh sebuah perusahaan guna untuk memantau laju pertumbuhan ekonomi dalam sebuah perusahaan itu sendiri, tujuan dari adanya anggaran dalam suatu perusahaan adalah untuk mengestimasikan biaya operasi aktivitas perusahaan dalam estimasi keuangan pada perusahaan.

Menurut Halim yang dalam Cenissa Sajow (2015) Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk finansial, meliputi usulan pengeluaran yang di perkirakan untuk suatu periode waktu, serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut.

Menurut Pekei dalam Dealice Ivana Barbakem (2015) Anggaran adalah pernyataan tentang estimasi kinerja yang akan dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial atau uang. (i) Fungsi-fungsi Anggaran: (i) Pengawasan Menurut Kadarman dalam Dewi Anggraini (2019) Upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. (ii) Koordinasi Kegiatan yang dikerjakan oleh banyak pihak dari satu organisasi yang sederajat dan untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan kesepakatan masing-masing pihak agar tidak terjadi

(3)

kesalahan dalam bekerja baik mengganggu pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.

(iii) Perencanaan Suatu patokan untuk menjadikan mudah manajer supaya tercapai sebuah tujuan, membuat strategi untuk mencapai tujuan tersebut dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. (iv) Pedoman Kerja Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang pekerja saat melakukan pekerjaannya, pedoman kerja ini digunakan agar para pekerja melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. (ii) Metode penyusunan anggaran : Dengan penyusunan anggaran, upaya perusahaan atau instansi akan lebih banyak berhasil apabila ditunjang oleh kebijakan yang terarah dan dibantu oleh perencanaan yang matang.

Perusahaan atau Instansi yang berkecenderungan memandang ke depan akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukannya pada masa yang akan datang.

Dalam pelaksanaannya, perusahaan atau instansi itu tinggal berpegangan pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya.

Dimana, bagaimana, mengapa dan kapan adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus selalu dikembangkan dalam kegiatan sehari- hari. Sebagai perencanaan terpadu, anggaran perusahaan atau instansi dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalikan terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh.

Menurut Soemarso S. R (2015) Pendapatan adalah jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan adalah aliran masuk (inflow) aktiva atau pengurangan utang yang diperoleh melalui hasil penyerahan barang atau jasa kepada para pelanggan. Menurut PSAK No. 23 dikutip oleh Susi Kristina Tamalanga dan Harijanto Sabijono (2019).

“Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.

Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dengan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur pada nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima dikurangi jumlah diskon usaha dan volume yang diperbolehkan oleh entitas. (iii) Pendapatan Asli Daerah merupakan perwujudan dari asas desentralisasi dan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah.

Melalui pendapatan asli daerah pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensinya.

Definisi pajak daerah menurut UU pajak daerah dan retribusi daerah nomor 28 tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Untuk

pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, akan dilaksanakan di kantor dinas pendapatan daerah atau kantor pajak daerah atau kantor sejenisnya yang dibawahi oleh pemerintah daerah setempat. Pajak daerah diatur oleh undang-undang dan hasilnnya akan masuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Besarnya tarif definitif untuk pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) namun nilainya tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (iv) Dana Perimbangan: Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah (Otonom) sebagai salah satu wujud dari komitmen antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi Fiskal. Sehingga tujuan dikeluarkannya dana perimbangan yaitu membantu pemerintah daerah dalam mendanai kewenangannya, mengurangi ketimpangan sunber pendanaan pemerintah antara pusat dan daerah, mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah. Dana perimbangan terdiri dari : (i) Dana Bagi Hasil adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. (ii) Dana Alokasi Khusus ditetapkan setiap tahun dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional. DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi urusan daerah. (iii) Dana Alokasi Umum adalah sejumlah dana yang harus dialokasikan pemerintah pusat kepada setiap daerah otonom (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan.

(4)

Belanja Daerah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan (UU 33 Tahun 2004).

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah (PP No.

58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan). (i) Analisis Kinerja Anggaran Belanja Daerah adalah Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Kinerja keuangan daerah merupakan salah satu ukutan yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan instansi dalam menjalankan tugasnya. Analisis rasio keuangan APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan yang dimiliki suatu pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisi rasio keuangan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah daerah lainnya.

Berdasarkan informasi pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA), kita dapat membuat analisis anggaran khususnya analisis belanja antara lain berupa Analisis Varians Belanja, Analisis Pertumbuhan Belanja, Analisis Keserasian Belanja dan Rasio Efisiensi Belanja. Dengn melihat kinerja belanja, maka dapat dilihat kinerja APBD secara umum. Jika semua kinerja tersebut menunjukkan pencapaian angka yang sudah ditargetkan, maka dapat dikatakan bahwa Pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah baik. (i) Analisis Varians Belanja merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran belanja yang digunakan selama satu tahun anggaran tersebut. Berdasarkan laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) ditinjau dari analisis varians bisa dinyatakan dalam bentuk nominalnya atau presentasenya

Rumus Pengukuran Kinerja sebagai berikut :

(ii) Analisis pertumbuhan belanja mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Rumus Pengukuran Kinerja sebagai berikut :

(iii) Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan antar belanja.

Hal ini terkait denagn fungsi anggaran sebagai alat distribusi, alokasi dan stabilisasi. Agar fungsi anggaran tersebut berjalan dengan baik, maka pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja. Rasio Belanja Operasi merupakan perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja daerah. Rasio ini menginformasikan kepada pembaca laporan mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk belanja operasi. Rasio belanja operasi dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Belanja Operasi

Rasio Belanja Modal merupakan perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah.

Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan dapat mengetahui porsi belanja yang dialokasikan untuk investasi dengan bentuk belanja modal pada tahun anggaran bersangkutan. Rasio Belanja modal ini dirumuskan sebagai berikut:

dari: (i) Belanja Operasi Pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu satuan kerja dan umumnya pelayanan yang bersifat internal.

Jenis pengeluaran terdiri dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa (i) Belanja Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

PertumbuhanBelanja Thnt

= Rea. Belanja Thnt – Rea. Belanja Thnt-1 x 100%

Rea. Belanja Thnt-1

Rasio Belanja Operasi =Realisasi Belanja Operasi x 100%

Total Belanja Daerah

Rasio Belanja Modal = Realisasi Belanja Modal x 100%

Total Belanja Daerah

(5)

Pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan pensiunan serta pegawai honorer yang akan diangkat sebagai pegawai lingkup pemerintahan baik sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit. (ii) Belanja Barang dan Jasa adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan/jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat/

pemerintah daerah (Pemda). (iii) Belanja Hibah adalah setiap pengeluaran pemerintah pusat dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga kepada pemerintah daerah, pemerintah lainnya atau perusahaan daerah yang secara spesifik telah ditampilkan peruntukannya bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus.

(iv) Rasio Efisiensi Belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurmag dari 100%, sebaliknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran. Rumusan pengukuran kinerjanya sebagai berikut :

(ii) Belanja Modal Pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi dari satu periode akutansi.

Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

Menurut Mohammed Ahmed Salihu (2015) adalah salah satu kegiatan belanja pemerintah daerah yang dapat meningkatkan aktiva tetap dan dapat memberikan manfaat dalam jangka waktu panjang. (i) Belanja modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

(ii) Belanja Modal Tanah seluruh pengeluaran untuk pengadaan /pembelian/

pembebasan/penyelesaian, balik nama, pengosongan, penimbunan, perataan, pembuat sertifikat tanah serta pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi sampai tanah tersebut siap digunakan /dipakai. (iii) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam belanja ini termasuk biaya penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat, menambah nilai aset, dan diatas batas minimal nilai kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan. (iv) Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan baik secara kontraktual maupun swakelola sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan izin mendirikan bangunan notaris dan pajak (kontraktual). (v) Belanja Modal Lainnya adalah pengeluaran diperlukan dalam kegiatan pembetntukan modal untuk pengadaan/

pembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam akun belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jaringan jalan, irigasi dan lain-lain.

Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka pada penelitian sebelumnya maka diduga bahwa “Analisis Pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pada Kantor Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar. Ho : Pertumbuhan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar dari tahun 2019 sampai dengan 2020 menunjukkan adanya pertumbuhan belanja yang cukup efisien dengan nilai sebesar 5,56%.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan diatas maka, penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Kualitatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang Pengeluaran Anggaran Rasio = Realisasi Belanja x 100%

Anggaran Belanja

(6)

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pada Kantor Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar.

Lokasi Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar Jalan A. P. Pettarani No. 72, Tamamaung, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90232. Waktu pelaksanaan dari penelitian selama dua bulan.

Data penelitian adalah keterangan yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan fakta atau juga dapat didefinisikan data merupakan kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang dapat dipercayakan kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar menarik kesimpulan.

(i) Jenis Data: Sugiyono (2016) menurut sifatnya maka jenis data yang digunakan adalah : (i) Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar. Data kualitatif penelitian ini berupa nama dan alamat obyek penelitian (ii) Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif penelitian ini berupa kuisioner.

(ii) Sumber Data (i) Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan kepada pengumpul data. Pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan penelitian dilapangan. (ii) Data Sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Teknik pengumpulan data sekunder ini digunakan untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan.

Menurut Ridwan (2010) Teknik Pengumpulan Data adalah teknik atau cara- cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Beberapa teknik yang dapat digunakan, antara lain : (i) Angket (Kuisioner) yaitu sebuah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang masing-masing disiapkan oleh responden. (ii) Dokumentasi yaitu sebuah data yang dibutuhkan yang berasal dari catatan-catatan atau dokumen perusahaan seperti; struktur-struktur dan foto- foto dalam perusahaan. (iii) Observasi yaitu data dapat dikumpulkan melalui sistematis dengan, misalnya, menghitung jumlah pengguna yang hadir dan saat ini mengakses

layanan diarea tertentu atau jumlah layanan yang digunakan dalam area yang ditentukan.

Variabel Penelitian Menurut Sugiyono dalam Zulfikar (2016), Menjelaskan bahwa variabel independen adalah variabel yang menjadi penyebab adanya atau timbulnya perubahan variabel dependen, disebut juga variabel yang mempengaruhi.Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu : (i) Variabel AnggaranPendapatan (X) sebagai variabel bebas.

(ii) Variabel Belanja Negara (Y) sebagai variabel terikat.

Sugiyono (2017) Analisis data merupakan kegiatan setelah data dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan valriabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. (i) Analisis data deskripsi Teknik analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud membuat genralisasi dari hasil penelitian. (ii) Analisis data Kuantitatif Proses secara sistematis mencari dan mengolah berbagai data yang bersumber dari wawancara, pengamatan lapangan dan kajian dokumen untuk menghasilkan suatu laporan temuan penelitian.

Definisi Operasional (i) Anggaran Pendapatan Sejumlah uang yang dihabiskan dalam periode tertentu untuk melaksanakan suatu program. Sehingga proses penyusunan anggaran menjadi hal penting dalam sebuah perencanaan. (ii) Belanja Daerah Semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian: (i) Ringkasan Laporan Keuangan. Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar menyajikan informasi laporan realisasi anggaran belanja dan surplus/defisit- LRA yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya satu periode.

Laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dinas ketenagakerjaan kota Makassar tahun

(7)

anggaran 2019-2020 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Ketenagakerjaan Kota Makassar

Sumber: data primer diolah (2020).

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa anggaran mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Jumlah anggaran yang berakhir pada tahun 2019 sebesar Rp. 23.621.349.000, dengan jumlah belanja yang direalisasikan Rp.

22.356.122.946. Jumlah anggaran yang berakhir tahun 2020 sebesar Rp.

15.124.143.795. dengan jumlah belanja yang terealisasikan sebesar Rp. 9.942.174.701. (ii) Analisis Pertumbuhan Belanja bermanfaat untuk mengetahui belanja dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan positif atau negatif.

Rumus pengukuran kinerjanya menggunakan rumus sebagai berikut:

Pertumbuhan belanja Thnt

=Rea. Belanja Thnt - Rea. Belanja Thnt- 100%

Rea. Belanja Thnt-1

Tabel 2. Rekapitulasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar

Sumber: data primer diolah (2020).

Perhitungan dengan menggunakan rumus pertumbuhan belanja berdasarkan tabel 2.

maka di dapat kesimpulan sebagai berikut:

Tabel 3. Analisis Pertumbuhan Belanja Tahun 2019-2020

Sumber: data primer diolah (2020).

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan anggaran belanja dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 adalah negatif sebesar Rp. 12.413.948.245 atau sebesar 5,56%.

(iii) Analisis Varians Belanja. Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran yang ada pada tahun anggaran yang tersedia ditahun anggaran tersebut. Rumus yang digunakan:

Tabel 3. Analisis Varians Belanja Tahun 2019-2020

Sumber: data primer diolah (2020).

Pada tahun 2019 penyerapan anggaran yang tersirat pada tabel varians belanja diatas adalah sekitar Rp. 1.265.226.054 atau sekitar 94,64% yang menunjukan bahwa tidak semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh instansi terserap sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan salam satu periode tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam hal ini masih menyisahkan perbandingan presentase sekitar 5,36% dari penyerapan anggaran yang ada dalam realisasi angggaran belanja pada instansi. Tahun 2020 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians belanja adalah sekitar Rp. 5.181.969.094 atau sekitar 65,74%, menyisakan perbandingan presentase sekitar 34,26% dari penyerapan anggaran yang ada dalam realisasi anggaran belanja pada instansi.

Jika dilihat dari tahun sebelumnya terjadi

Uraian

2019 2020

Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Belanja

Daerah 23.621.349.000 22.356.122.946 15.124.143.795 9.942.174.701 Belanja

Operasi 18.872.315.000 17.847.421.171 7.614.983.545 3.475.680.247 1. Belanja

Pegawai 3.129.300.000 3.088.350.000 46.200.000 11.550.000 2. Belanja

Barang

dan Jasa 15.743.015.000 14.759.071.171 7.568.783.545 3.464.130.247 Belanja

Modal 48.708.500 39.899.744 28.721.150 21.507.980 1. Belanja

Peralatan dan

Mesin 40.019.000 3.327.0244 24.761.150 19.797.980 2. Belanja

Gedung dan

Bangunan 8.689.500 6.629.500 3.960.000 1.710.000

Tahun Anggaran Realisasi BelanjaOperasi BelanjaOperasional

2019 23.621.349.000 22.356.122.946 17.847.421.171 39.899.744

2020 15.124.143.795 9.942.174.701 3.475.680.247 21.507.980

Uraian 2019-2020

RealisasiBelanja Tahunt-1 22.356.122.946 RealisasiBelanjaTahun t 9.942.174.701 Kenaikan/Penurunan Negatif 12.413.948.245

% 5,56%

Tahun AnggaranBelanja RealisasiBelanja VariansBelanja Perbandingan 2019 23.621.349.000 22.356.122.946 1.265.226.054 94,64%

2020 15.124.143.795 9.942.174.701 5.181.969.094 65,74%

Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

(8)

kenaikan efisiensi penggunaan anggaran sekitar 28,9% dari tahun sebelumnya.

Rasio Efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Kriteria efisiensi belanja sebagai berikut:

Rumus pengukuran kinerjanya menggunakan rumus sebagai berikut:

Rasio = Realisasi Belanja x100 Anggaran Belanja

Perhitungan dengan menggunakan rumus analisis rasio efisiensi dengan berdasarkan tabel 4. maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tabel 4. Rasio Efesiensi Belanja Tahun Anggaran 2019-2020

Sumber: data primer diolah (2020).

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2019 tingkat efisiensi penggunaan anggaran berada pada presentase 94,64% dengan penggunaan sekitar Rp.

22.356.122.946, dari total anggaran yang ada.

Pada tahun 2020 tingkat efisiensi menurun jika dilihat dari angka presentase ditahun sebelumnya. Penggunaan anggaran berada pada presentase 65,74% dengan penggunaan sekitar Rp. 9.942.174.701, dari total anggaran yang ada.

Analisis Keserasian Belanja (i)Rasio Belanja Operasi

Rasio Belanja Operasi=Realisasi Belanja Operasi x 100%

Total belanja daerah (ii) Rasio Belanja Modal

Rasio Belanja Modal=Realisasi Belanja Modal x 100%

Total Belanja Daerah

Perhitungan dengan menggunakan rumus keserasian belanja berdasarkan tabel 4. maka di dapat kesimpulan sebagai berikut:

Tabel 5. Rasio Belanja Operasi Di Tahun Anggaran 2019-2020

Sumber: data primer diolah (2020).

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2014 sampai tahun 2020 penggunaan anggaran terfokus pada belanja operasi. Belanja operasi terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang dan jasa sedangkan belanja modal terdiri dari belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan. Di tahun 2019 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja operasi sekitar 79,83% atau sekkitar Rp. 22.356.122.946.

Ditahun 2020 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja operasi sekitar 34,96%

atau sekitar Rp. 9.942.174.701.

Pembahasan (i) Pertumbuhan Realisasi Anggaran belanja dari periode 2019 sampai dengan 2020. Berdasarkan analisis pertumbuhan belanja untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan belanja, maka dapat diketahui bahwa Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan pertumbuhan sebesar Rp. 12.413.948.245 atau 5,56% yang artinya belum mampu meningkatkan pertumbuhan. (ii) Efisiensi Penggunaan Anggaran Belanja Selama Tahun Anggaran 2019 Sampai Dengan Tahun 2020.

Berdasarkan analisis varians belanja yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran belanja yang digunakan selama tahun anggaran, dengan tidak melebihi anggaran pada periode tersebut. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 selisih penggunaan anggaran adalah sekitar Rp. 1. 265.226.054 atau sekitar 94,64%. Pada tahun 2020 selisih penggunaan anggaran adalah Rp.

5.181.969.094 atau sekitar 65,74%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penghematan penggunaan realisasi anggaran karena tidak melebihi batas maksimum anggaran. (iii) Optimalisasi dalam memprioritaskan belanja

Tahun Anggaran Realisasi

RasioEfisiensi (%)

2019 23.621.349.000.00 22.356.122.946.00 94,64

2020 15.124.143.795.00 9.942.174.701.00 65,74

Tahun Total Belanja BelanjaOperasi Belanja Modal

PresentaseRasio BelanjaOperasi

Belanja Modal

2019 22.356.122.946 17.847.421.171 39.899.744 79,83% 1,78%

2020 9.942.174.701 3.475.680.247 21.507.980 34,96% 0,27%

(9)

pemerintah daerah pada penggunaan anggaran.

Berdasarkan analisis keserasian belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan antara belanja, dalam memprioritaskan alokasi dananya dapat dilakukan dengan cara menghitung rasio belanja operasi dan belanja modal. Berdasarkan perhitungan alokasi dana untuk belanja operasi pada tahun 2019 adalah mencapai 79,83% atau Rp. 17.847.421.171, sedangkan pada tahun 2020 adalah mencapai 34,96% atau Rp. 3.475.680.247.

PENUTUP

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa : (i) Pertumbuhan realisasi anggaran belanja pada instansi Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 terus mengalami perubahan. Dari analisis pertumbuhan belanja tahun anggaran 2019 dan tahun anggaran 2020 menunjukkan adanya pertumbuhan belanja yang cukup efisien.

Pertumbuhan realisasii anggaran belanja pada tahun 2019 sampai dengan 2020 adalah sebebsar 5,56%. (ii) Untuk mengukur tingkat efisiensi anggaran belanja yang dipergunakan pada tahun 2019-2020, dengan menggunakan analisis varians belanja menunjukkan adanya efisiensi penggunaan anggaran selama tahun anggaran, karena tidak melebihi target anggaran pada periode tersebut.

(iii) Berdasarkan perhitungan Analisis Keserasaian Belanja Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar lebih memprioritaskan anggaran belanja operasinya daripada belanja modal, hal ini menunjukkan bahwa Dinas Ketenagakerjaan kota Makassar lebih mengoptimalkan pelaksanaan jalannya pemerintahan, sedangkan untuk pembangunan daerahnya masih sangat kecil. Rata-rata belanja operasi 2019-2020 adalah 94,57%

sedangkan rata-rata belanja modal 2019-2020 adalah 8,91%.

Saran: (i) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih rinci lagi dalam menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah. Dengan menggunakan rasio yang lebih banyak dan bisa menggambarkan keadaan keuangan daerah yang sebenarnya. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya lebih handal dan lebih baik. (ii) Bagi Dinas Ketenagakerjaan Kota Makassar. (i) Dari segi pertumbuhan belanja berdasarkan periode tersebut memberikan

gambaran bahwa angka presentase yang ditunjukan dari hasil perhitungan bisa saja menjadi acuan untuk penyusunan anggaran lebih baik lagi di periode tahun anggaran selanjutnya. (ii) Bagi Dinas Ketenagakerjaan agar semakin meningkatkan kinerja dalam pengelola anggaran belanja daerah secara khusus dan APBD secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Dinarjito (2017). Analisis Temuan Badan Pemeriksa Keuangan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Kementeriaan/Lembaga. Politeknik Keuangan Negara STAN.

Alpon Satrianto (2016). Analsis Determinan Defisit anggaran dan Utang Luar Negeri di Indonesia. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Anis Fitriyah (2019). Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep.

Fakultas Ekonomi & Bisnis.

Universitas Wiraraja.

Ayu Prastiwi (2016). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Pegawai Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Surakarta.

Fakultas ekonomi Akutansi.

Uniersitas Islam Batik Surakarta.

Cenissa Sajow, (2015). Analisis Realisasi Anggaran Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Tomohon dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akutansi Universitas Samratulangi Manado.

Dealice Ivana Barbakem, (2015). Analisis Perencanaan dan Penganggaran Untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pada Badan Keuangan Kabupaten Sangihe Tahun Anggaran 2015. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akutansi, Kampus Unsrat Bahu Malalayang Kota Manado.

Dewi Anggraini (2019). Analisis Pengawasan Sistem Pengajaran di Edu Smart Learning Center Medan. Akademi Sekretari Manajemen Cendana.

Fadly Nggilu (2016). Pengaruh Pajak daerah dan retribusi daerah terhadap kemandirian keuangan daerah pada

(10)

pemerintah kabupaten/kota di provinsi gorontalo. Universitas sam ratulangi manado.

Gede Williantara (2016). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Pada Indeks Pembangunan Manusia.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Universitas Udayana (UNUD).

Hayatun Nufus (2017). Pengaruh Pendapatan Sendiridan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Otonomi Khusus Sebagai Pemoderasi PadaKab/Kota Di Provinsi Aceh.

Hinaya (2019). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten & Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Fakultas Ekonomi. Univeirsitas Andi Djemma.

Isti Permatasari (2015). Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota Jawa Timur.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Lasmini (2015). Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sleman Tahun 2015-2016.

Mardiasmo (2018). Perpajakan Edisi terbaru 2018.

Mardiasmo (2014). Akutansi sektor Publik, Andi Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan varians adalah selisih atau atau jarak antara yang sesuatu yang sudah ditetapkan dengan realisasi yang terjadi,