• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

N/A
N/A
M Falah Dicardo

Academic year: 2024

Membagikan " PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI "

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Studi Kasus pada PT. Pupuk Sriwidjaja)

Proposal Skripsi : M. FALAH DICARDO

01031482225029 AKUNTANSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS EKONOMI

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini dengan waktunya. Adapun Proposal Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kinerja Perusahaan dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus pada PT. Pupuk Sriwidjaja)”.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Mukhtaruddin S.E., M.Si., Ak., CA selaku dosen pembimbing proposal skripsi dan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini. Penulis berharap penyusunan Proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta menambah wawasan serta pemahaman yang relevan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, namun penulis berharap tugas penulisan proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis.

Palembang, 18 Januari 2024

M. Falah Dicardo 01031482225029

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Pulpulk Sriwidjaja Palelmbang (PUSRI) adalah pelrulsahaan yang didirikan pada tanggal 24 Delselmbelr 1959 selbagai pellopor produseln pulpulk ulrela di Indonelsia di Palelmbang Sulmatelra Sellatan. PT. Pulsri tellah melmullai kelgiatan opelrasional ulsaha melrelka delngan melnulnjang kelbijaksanaan di dalam program pelmelrintah di bidang elkonomi. Pelrulsahaan ini tellah melmbelrikan sulatul kontribulsi yang signifikan bagi kelmajulan dalam pelrindulstrian pulpulk, keltahanan pangan dan kelmakmulran nasional. Seliring delngan mullai belrkelmbangnya pelrulsahaan ini, dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks dalam upaya meningkatkan kinerjanya. Salah satu faktor kunci yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan adalah sistem pengendalian manajemen (SPM) dan ketidakpastian lingkungan.

SPM membantu perusahaan dalam merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kinerjanya, sementara ketidakpastian lingkungan mengacu pada ketidakpastian dan perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan seperti perubahan kebijakan pemerintah, fluktuasi harga komoditas, dan perubahan pasar.

Sepanjang tahun 2022, secara volume, PUSRI berhasil menjual pupuk sebanyak 2.281.204 ton, namun turun 2,60% dari realisasi penjualan tahun sebelumnya yang sebesar 2.342.005 ton. Pada tahun 2023 Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani, S.Sos melakukan peninjauan langsung ke pabrik dan gudang PT.

Pupuk Sriwidjaja Palembang untuk melihat proses produksi hingga distribusi perusahaan tersebut dan puan mempertanyakan masalah kelangkaan pupuk yang masih kerap menjadi permasalahan saat ini dan beliau mengutip “di gudang saya lihat stok banyak, tapi kenapa petani masih mengeluhkan sulitnya pupuk subsidi”.

Dalam konteks ini, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam penelitian ini. Yaitu kompleksitas dalam mengukur dan mengelola SPM secara efektif. Sistem pengendalian manajemen yang tepat harus mampu mengidentifikasi, mengukur, dan mengevaluasi kinerja perusahaan dengan akurat. Namun, desain dan

(4)

implementasi SPM yang efektif sering kali merupakan tantangan bagi banyak organisasi. Kedua, ketidakpastian lingkungan adalah Industri pupuk dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang tidak terduga seperti fluktuasi harga bahan baku, perubahan kebijakan pemerintah terkait subsidi pupuk, dan dinamika pasar global.

Pusri harus mampu merespons dengan cepat terhadap perubahan ini untuk tetap bersaing dan mempertahankan kinerja yang baik.

Terdapat kesenjangan dalam penelitian yang ada mengenai bagaimana SPM dan ketidakpastian lingkungan memengaruhi kinerja perusahaan, terutama dengan mempertimbangkan peran budaya organisasi sebagai variabel moderasi. Sedikit penelitian yang secara khusus mengeksplorasi interaksi antara ketiga variabel ini, khususnya dalam konteks industri saat ini.

Untuk mendukung penelitian ini, dapat digunakan referensi dari berbagai sumber, termasuk jurnal akademis, buku teks, dan laporan riset terkini. Beberapa referensi yang relevan termasuk artikel jurnal seperti "The Impact of Management Control Systems on Business Performance: Evidence from Iran" (Journal of Management Accounting Research) dan "The Influence of Environmental Uncertainty on the Use of Contingency Theory in Management Accounting Systems" (Accounting, Organizations and Society).

Dari fenomena di atas dapat dilihat bahwa untuk dapat mencapai kinerja yang optimal, setiap perusahaan memerlukan sebuah perencanaan dan pengendalian yang berfungsi untuk menjaga operasional perusahaan agar berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan. Salah satu alat untuk mengendalikan tersebut adalah sistem pengendalian manajemen dimana dengan adanya sistem pengendalian manajemen maka dapat meningkatkan kinerja yang baik sehingga tujuan perusahaan tercapai (Heliani, 2019).

Ketidakpastian lingkungan menjadi faktor yang dapat menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi denganlingkungan.

Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah. Menurut (Chenhall, 2016) ketidakpastian lingkungan merupakan faktor koentijensi yang penting sebab ketidakpastian lingkungan dapat

(5)

menyebakan proses perencanaan dan pengendalian menjadi lebih sulit.

Meningkatnya kondisi ketidakpastian lingkungan dapat menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi suatu organisasi baik dalam aktivitas manajemen seperti perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan.

Sementara itu menurut Effendy (2015) “Budaya organisasi didefenisikan sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organsasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.” Pendapat lain dari Sopiah (2018)

“Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi”.

Agar tulgas telrselbult dapat dijalankan delngan baik, pada tahap pelrtama manajelr haruls melmultulskan, apa yang akan dicapai olelh organisasi dan cara ulntulk melncapainya, lelwat kelpultulsan ini akan dikeltahuli selpelrangkat tuljulan organisasi dan stratelgi melnjadi seljulmlah kelbijakan-kelbijakan yang dapat melnulntult arah, maulpuln program-program kelgiatan ulntulk telrcapainya tuljulan telrselbult. Seltellah kelpultulsan- kelpultulsan itul dibulat, maka pelngelndalian manajelmeln mullai belrtulgas ulntulk melmastikan bahwa kelhelndak manajelmeln tellah dilaksanakan olelh sellulrulh organisasi agar dapat melningkatkan kinelrja perusahaan dan dapat melmbelrikan kelulntulngan selcara signifikan telrhadap pelrulsahaan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kinerja Perusahaan dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus pada PT. Pupuk Sriwidjaja)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

(6)

1. Bagaimana pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen pada Kinerja Perusahaan ?

2. Bagaimana pengaruh Ketidakpastian Lingkungan pada Kinerja Perusahaan?

3. Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi dalam memoderasi hubungan antara sistem pengendalian manajemen terhadap Kinerja Perusahaan?

4. Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi dalam memoderasi hubungan antara ketidakpastian lingkungan terhadap Kinerja Perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian yang dilakukan penulis ini adalah :

1. Untuk menguji pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen pada Kinerja Perusahaan ?

2. Untuk menguji pengaruh Ketidakpastian Lingkungan pada Kinerja Perusahaan?

3. Untuk menguji pengaruh Budaya Organisasi dalam memoderasi hubungan antara sistem pengendalian manajemen terhadap Kinerja Perusahaan?

4. Untuk menguji pengaruh Budaya Organisasi dalam memoderasi hubungan antara ketidakpastian lingkungan terhadap Kinerja Perusahaan?

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Khulsulsnya bagi PT. Pulpulk Sriwidjaja, hasil pelnellitian ini diharapkan dapat melmbelrikan sulmbangsih pelmikiran dan bahan pelrtimbangan ataul masulkan dalam melmpelrbaiki selrta melningkatkan elvalulasi sistelm pelngelndalian manajelmeln yang dilakulkan olelh pelrulsahaan dalam ulpaya ulntulk melningkatkan kinelrja perusahaan.

b. Hasil pelnellitian ini diharapkan dapat melmbelrikan sulmbangan pelmikiran yang belrarti pada masyarakat.

c. Hasil pelnellitian dapat digulnakan selbagai aculan bagi pelnelliti sellanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

(7)

a. Hasil pelnellitian diharapkan dapat melnambah wawasan dan pelngeltahulan selcara teloritis maulpuln selcara praktis julga pelngalaman melngelnai sistelm pelngelndalian manajelmeln yang dapat mempengaruhi kinelrja perusahaan.

b. Hasil pelnellitian ini diharapkan dapat melmbelrikan sulmbangan pelmikiran yang belrarti pada selmula pihak, khulsulsnya relkan-relkan mahasiswa dalam mellaksanakan pelnellitian yang belrhulbulngan delngan masalah sistelm pelngelndalian manajelmeln.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Kontinjensi

Teori kontinjensi menjelaskan bahwa tidak ada sistem dan manajemen yang sesuai untuk semua organisasi akan tetapi semua sangat bergantung pada kondisi dan situasi dari masing-masing perusahaan (Otley, 1980). Hal ini dengan menggunakan konsep-konsep yang bisa dikembangkan oleh teori kontinjensi agar meningkatkan kinerja perusahaan dalam menerapkan sistem pengendalian manajemen yang mencakup perencanaan strategis, pengambilan keputusan, pengukuran kinerja dan evaluasi dalam mendukung mengembangkan serta kemajuan usaha.

Teori kontinjensi juga menyatakan bahwa menggunakan struktur sistem pengendalian tergantung kepada pengaturan perusahaan yang mengoperasikan pengendalian tersebut karena dengan memadukan kesesuaian antara sistem pengendalian dengan variabel kontinjensi yang kontekstual dapat meningkatkan kinerja perusahaan atau individual (Istanti, 2018).

Teori kontinjensi dalam mengukur kinerja perusahaan tergantung kepada kesesuaian antara faktor-faktor kontekstual sebuah organisasi adalah proposisi utama dari teori kontingensi (Cadez dan Guilding, 2008).

Faktor-faktor yang dimaksud adalah lingkungan, budaya organisasi, struktur organisasi, teknologi dan ukuran organisasi. Faktor-faktor tersebut dikenal juga sebagai variabel kontinjensi karena variabel tersebut sangat berhubungan dengan pendekatan kontinjensi. Faktor-faktor tersebut yang akan memengaruhi kinerja dari sebuah organisasi.

Relevansi teori kontinjensi dengan penelitian ini adalah bahwa menentukan kinerja organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sistem pengendalian manajemen, budaya organisasi dan lingkungan yang memberikan motivasi dalam bekerja. Jadi faktor-faktor tersebut sangat

(9)

berhubungan serta bisa dijelaskan secara relevan dengan teori kontijensi.

2.2. Kinerja Perusahaan

Kinerja mengandung arti sesuatu hasil yang telah dikerjakan dan merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja juga diterjemahkan sebagai suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain :

a) Faktor Individu b) Faktor Pimpinan c) Faktor Kerjasama Tim d) Faktor Sistem

e) Faktor Kontekstual/Situasional

Hasil dari penilaian kinerja ini dapat digunakan sebagai alat pengambilan program pelatihan keputusan yang lebih baik melalui formasi kinerja baik untuk kepentingan jangka pendek maupun kepentingan jangka panjang.

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia dari kata dasar

“kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing adalah prestasi, bisa juga berarti hasil kerja (Didi Piand, ST., 2018). Kinerja dalam bahasa inggris disebut juga dengan job performance atau actual performance, yang merupakan tingkat keberhasilan pegawai dalam menyelesaikan pekerjannya. (Denis, 2018). Kinerja menjadi tolak ukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan. Kinerja menjadi bentuk keberhasilan yang diperhitungkan melalui kinerja yang dihasilkan para individu yang tergabung dalam organisasi. Kinerja suatu organisasi atau perusahaan ditentukan oleh kinerja karyawan dengan kata lain kinerja kayawan baik atau buruk akan menentukan tercapainya atau tidak tercapainya tujuan dari

(10)

perusahaan.(Kurnia & Daulay, 2021).

2.3. Sistem Pengendalian Manajemen

2.3.1. Pengertian dan Konsep Sistem Pengendalian Manajemen

Sumber : Anthony dan Govindrajan, Management Control Systems (2005:10)

Sistelm pelngelndalian manajelmeln selbagai pelrangkat strulktulr komulnikasi yang saling belrhulbulngan yang melmuldahkan pelmroselsan informasi delngan maksuld melmbantul manajelr melkoordinasikan bagian- bagian yang ada dan pelncapaian tuljulan organisasi selcara telruls melnelruls.

Melnulrult Mulyadi (2011:3) melndelfinisikan sistelm pelngelndalian manajelmeln selbagai Suatu sistem yang digunakan untuk merencanakan sasaran masa depan yang hendak dicapai oleh organisasi, merencanakan kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.

Pelngelndalian manajelmeln selbelnarnya melrulpakan sulatul prosels.

Dalam prosels telrselbult dipelngarulhi olelh faktor-faktor lingkulngan. Dula

(11)

aspelk pelnting lingkulngan telrselbult adalah elkstelrnal dan intelrnal. Faktor intelrnal dalam hal ini adalah strulktulr organisasi, strulktulr program, strulktulr relkelning, faktor administratif, faktor prilakul, dan faktor buldaya. Belrikult ini diulraikan faktor lingkulngan belrpelngarulh telrhadap pelngelndalian manajelmeln yang mellipulti pelrilakul organisasi dan pulsat pelrtanggulng jawaban.

a. Pelrilakul Organisasi

Prosels pelngelndalian manajelmeln teltap melleltakan manulsia selbagai aktornya. Artinya ada prosels melmpelngarulhi telrhadap pelncapaian tuljulan organisasi. Belbelrapa karaktelristik organisasi yang melmpelngarulhi prosels telrselbult, telrultama belrkaitan delngan pelrilakul anggota dalam sulatul organisasi. Sulatul organisasi melmpulnyai tuljulan dan fulngsi pelngelndalian manajelmeln adalah melndorong anggota organisasi melncapai tuljulan. Disinilah faktor kelsellarasan tuljulan masing-masing anggota organisasi dalam pelncapaian tuljulan organisasi.

b. Pulsat Pelrtanggulngjawaban

Sulatul organisasi dibagi melnjadi bagian-bagian yang diselbult pulsat pelrtanggulngjawaban yakni sulatul ulnit yang melmbawahi sulatul tulgas telrtelntul. Unit organisasi ini dikelpalai olelh selorang manajelr yang belrtanggulng jawab telrhadap tulgas- tulgas yang dibelbankan kelpadanya. Umulmnya sulatul organisasi telrdiri dari belbelrapa pulsat pelrtanggulngjawaban yang masing masing ditulnjulkkan dalam satul kotak diagram organisasi.

Adanya sulatul pulsat pelrtanggulngjawaban ini adalah ulntulk melmelnulhi satul ataul belbelrapa tuljulan yang tellah diteltapkan olelh manajelmeln pulncak.

Sistelm pelngelndalian manajelmeln dikatelgorikan selbagai bagian dari pelngeltahulan pelrilakul telrapan (applied behavioral science). Pada dasarnya sistelm ini belrisi tulntultan kelpada kita melngelnai cara melnjalankan dan melngelndalikan

(12)

pelrulsahaan/organisasi yang dianggap baik belrdasarkan asulmsi-asulmsi telrtelntul. Dalam hal ini dianggap baik belrarti mampul melnelrjelmahkan antara lain:

1. Tolak ulkulr kinelrja yang melncelrminkan pelrulsahaan belrjalan selcara elfisieln, elfelktif, dan produlktif.

2. Kelbijakan dalam melnelntulkan tolak ulkulr di atas.

3. Aprelasiasi kelpada sulmbelr daya yang dimiliki pelrulsahaan organisasi.

Masing-masing pelrulsahaan melmiliki komplelksitas belrbelda dalam pelngelndalian manajelmeln belrsifat melnyellulrulh dan telrpadul, artinya lelbih melngarah kel belrbagai ulpaya yang dilakulkan manajelmeln agar tuljulan organisasi telrpelnulhi. Jadi sitelm pelngelndalian manajelmeln dapat ditelrapkan pada belrbagai belntulk organisasi, selbab hakikatnya seltiap organisasi melmpulnyai komponeln sama, yaitul:

W= Work (Pelkelrjaan)

E = Employee (Telnaga Kelrja) R = Relationship (Hulbulngan) E = Environment (Lingkulngan)

Sistelm pelngelndalian manajelmeln dapat dikatakan selbagai pelngeltahulan “teloritis-praktis.” Karelna itul akan lelbih muldah melncelrnanya kalaul dalam melmpellajarinya selnantiasa melmbayangkan dan melngakitkannya delngan pelrilakul manulsia dalam kelhidulpan organisasi/pelrulsahaan. Melnulrult Sulkarna (2011:46) sistelm pelngelndalian manajelmeln adalah sulatul sistelm telrintelgrasi antara prosels, stratelgi, pelmrogram, pelnganggaran, akulntansi, pelrtanggulngjawaban, yang hakikatnya ulntulk melmbantul orang dalam melnjalankan organisasi ataul pelrulsahaan agar hasilnya optimal. Sistelm pelngelndalian manajelmeln melmpulnyai belbelrapa ciri pelnting, yaitul:

(13)

1. Sistelm pelngelndalian manajelmeln digulnakan ulntulk melngelndalikan sellulrulh organisasi, telrmasulk pelngelndalian telrhadap sellulrulh sulmbelr daya (resouces) yang digulnakan, baik manulsia, alat-alat dan telknologi, maulpuln hasil yang dipelrolelh organisasi, selhingga prosels pelncapaian tuljulan organisasi dapat belrjalan lancar.

2. Pelngelndalian manajelmeln belrtolak dari stratelgi dan telknik elvalulasi yang belrintelgrasi dan melnyellulrulh, selrta kulrang belrsifat pelrhitulngan yang pasti dalam melngelvalulasi selsulatul.

3. Pelngelndalian manajelmeln lelbih belrorielntasi pada manulsia, karelna pelngelndalian manajelmeln lelbih dituljulkan ulntulk melmbantul managelr melncapai stratelgi organisasi dan bulkan ulntulk melmpelrbaiki deltail catatan.

Agar tulgas telrselbult dapat dijalankan delngan baik, pada tahap pelrtama manajelr haruls melmultulskan, apa yang akan dicapai olelh organisasi dan cara ulntulk melncapainya, lelwat kelpultulsan ini akan dikeltahuli selpelrangkat tuljulan organisasi dan stratelgi melnjadi seljulmlah kelbijakan-kelbijakan yang dapat melnulntult arah, maulpuln program-program kelgiatan ulntulk telrcapainya tuljulan telrselbult.

2.4. Ketidakpastian Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan didefinisikan sebagai kondisi lingkungan eksternal yang dapat memengaruhi kegiatan operasional suatu perusahaan. Artinya ketidakpastian lingkungan ini diidentifikasi sebagai faktor yang berasal dari luar diri yang berpengaruh bagi perusahaan dalam membuat suatu keputusan. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan tidak mempunyai informasi yang lengkap saat membahas suatu keadaan yang sedang dialami. Individu mengalami ketidakpastian disebabkan karena dia merasa tidak mempunyai informasi yang cukup dalam memperkirakan masa depan dengan tepat (Kartika, 2010). Artinya peran informasi yang berasal

(14)

dari luar diri seseorang sangat memengaruhi seseorang dalam memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa depan.

Ketidakpastian lingkungan merupakan ketidakpastian akan sumber informasi relevan yang berasal dari luar diri individu maupun organisasi yang memengaruhi setiap keputusan yang dibuat. Pengertian dari informasi relevan dalam konteks ini adalah segala informasi yang berhubungan dengan keputusan yang dibuat. Ketidakpastian lingkungan juga erat kaitannya dengan keakuratan seseorang dalam memprediksi masa depan.

Semakin rendah ketidakpastian lingkungan semakin akurat seseorang dalam menentukan sesuatu yang terjadi di masa depan. Sebaliknya semakin tinggi ketidakpastian lingkungan semakin sulit seseorang dalam memprediksi masa depan.

2.5. Budaya Organisasi

Budaya organisasi didefinisikan sebagai “nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya didalam organisasi.” Nilai-nilai inilah yang akan memberi jawaban apakah suatu tindakan benar atau salah dan apakah suatu perilaku dianjurkan atau tidak. Menurut Fahmi (2017:117) “Budaya organisasi merupakan hasil proses melebur gaya budaya dan perilaku tiap individu yang dibawa sebelumnya ke dalam sebuah norma-norma dan filosofi yang baru, yang memiliki energi serta kebanggaan kelompok dalam menghadapi sesuatu dan tujuan tertentu”. Menurut Torang (2014:106) “Budaya organisasi dapat juga dikatakan sebagai kebiasaan yang terus berulang- ulang dan menjadi nilai dan gaya hidup oleh sekelompok individu dalam organisasi yang diikuti oleh individu berikutnya.”

Sementara itu menurut Effendy (2015:8) “Budaya organisasi didefenisikan sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organsasi yang

(15)

disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.”

Dari teori-teori di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah kebiasaan-kebiasaan atau nilai-nilai bersama yang dianut suatu organisasai yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas organisasi. Jelas terlihat bahwa budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan suatu organisasi. Maka dari itu, keberhasilan suatu organisasi bergantung juga terhadap seberapa baiknya budaya organisasinya. Pendapat lain dari Sopiah (2018:128) “Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi”.

2.6. Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Suprobo (2014) yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Inovasi Sebagai Variabel Intervening Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sektor Kuliner Wilayah Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh SPM terhadap kinerja karyawan dengan inovasi sebagai variabel intervening pada UMKM sektor kuliner wilayah banyuwangi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jenis data subjek. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan memilih dengan random sampling. Populasinya adalah 170 UMKM sektor kuliner.

Sampelnya adalah manajer atau pelaku usaha atau karyawan senior dari 100 UMKM sektor kuliner. Temuan kajian adalah terdapat SPM berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Melek Eker dan Semih Eker (2016) melakukan penelitian yang berjudul The Effects of Interactions between Management Control Systems and Strategy on Firm Performance: An Empirical Study. Penelitian ini

(16)

bertujuan untuk memeriksa hubungan antara sistem pengendalian manajemen, strategi bisnis dan kinerja perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dari 500 teratas di Turki pada tahun 2014. Sampel penelitian ini adalah 94 perusahaan manufaktur.

Analisis data menggunakan analisis empiris. Temuan kajian adalah sistem pengendalian manajemen dan strategi bisnis memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Agustin (2020) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan UMKM Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh budaya organisasi, gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan UKM dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di kawasan Kampung Logam, Desa Ngingas, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur dengan jumlah sampel 85 karyawan UKM. Temuan kajian adalah budaya organisasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja karyawan UKM.

Van Dung HA (2020) melakukan penelitian dengan judul Impact of Organizational Culture on the Accounting Information System and Operational Performance of Small and Medium Sized Enterprises in Ho Chi Minh City. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak budaya organisasi terhadap sistem informasi akuntansi dan kinerja usaha kecil dan menengah di kota Ho Chi Minh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Sampel sebanyak 353 responden yang bekerja pada skala kecil dan menengah perusahaan di kota Ho Chi Minh. Temuan kajian adalah budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan dengan skala kecil dan menengah.

Rani Angraeni et al., (2018) penelitian dengan judul Pengaruh Persepsi Ketidakpastian Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan dengan Sistem Pengendalian Manajemen sebagai

(17)

Variabel Intervening (studi pada Bank Perkreditan Rakyat, Riau). Penelitian ini menggunakan sensus sampling yang digunakan keseluruhan dari populasinya dengan pengumpulan kuisioner dan wawancara, temuan kajian nya adalah ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui sistem pengendalian manajemen.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Suprobo

(2014)

Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Karyawan dengan Inovasi Sebagai

Variabel Intervening pada UMKM Sektor Kuliner wilayah

Banyuwangi

Variabel Independen : - Sistem

Pengendalian Manajemen

Variabel Dependen : - Kinerja Karyawan

Variabel Intervening : - Inovasi

hasil pengujian path analysis menunjukkan

bahwa SPM

berpengaruh signifikan

terhadap inovasi, hasil pengujian path analysis

menunjukkan bahwa inovasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, pengaruh SPM terhadap kinerja karyawan secara langsung lebih

besar jika

dibandingkan pengaruh secara tidak langsung. Hal

(18)

ini menunjukkan bahwa dengan adanya inovasi sebagai pemediasi.

2 Melek Eker &

Semih Eker (2016)

The Effect of Interactions between Management Control

System and Strategy on Firm

Performance : An Empirical Study

Variabel Independen : - Management

Control System - Strategy

Variabel Dependen : - Firm

Performance

Hasil penelitian yang bertujuan untuk mengkaji hubungan teoritis bisnis strategi dan karakteristik yang menentukan dari sistem

pengendalian manajemen dan interaktif yang tercantum di atas dengan hasil empiris,

mengkonfirmasi hubungan

hipotetis ini.

Menurut hasil ini, hasilnya

mendukung hipotesis bahwa interaksi yang tinggi antara ICS dan DS dikaitkan dengan kinerja perusahaan yang tinggi,

(19)

dan interaksi yang tinggi antara DCS dan CS dikaitkan dengan kinerja perusahaan yang tinggi.

3 Agustin (2020)

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya

Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan UMKM dengan

Motivasi Kerja sebagai

Variabel Intervening.

Variabel Independen : - Budaya

Organisasi - Gaya

Kepemimpinan

Variabel Dependen : - Kinerja

Karyawan UMKM Variabel Intervening :

- Motivasi Kerja

maka simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. budaya Organisasi berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap Kinerja Karyawan UMKM;

b. gaya

kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan UMKM.

c. budaya organisasi

(20)

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi kerja.

d. gaya

kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Motivasi Kerja.

e. motivasi kerja berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap Kinerja Karyawan UMKM.

f. budaya organisasi berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap Kinerja Karyawan

(21)

UMKM melalui

motivasi kerja.

g. gaya

kepemimpinan berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap Kinerja Karyawan UMKM melalui

motivasi kerja.

4 Van Dung HA(2019)

Impact of Organizational Culture on the Accounting Information System and Operational Performance of Small and Medium Sized Enterprises in Ho Chi Minh City.

Variabel Independen : - Budaya

Organisasi - Sistem

Informasi Akuntansi

Variabel Dependen : - Kinerja

Operasional

menunjukkan bahwa:

- faktor Misi, Keterlibatan, dan

Konsistensi berpengaruh positif terhadap Sistem Informasi Akuntansi - faktor Misi,

Keterlibatan, Kemampuan Beradaptasi

(22)

dan konsistensi berpengaruh positif terhadap Kinerja Operasional - faktor Sistem

Informasi Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kinerja Operasional.

5 Rani Angraeni et al., (2018)

Pengaruh Persepsi Ketidakpastian Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan dengan Sistem Pengendalian Manajemen sebagai Variabel Intervening

Variabel Independen : - Persepsi

Ketidakpastian Lingkungan - Ukuran

Perusahaan

Variabel Dependen : - Kinerja

Perusahaan Variabel Intervening :

- Sistem Pengendalian Manajemen

- Persepsi ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap sistem pengendalian manajemen.

- Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap sistem pengendalian manajemen.

- Sistem pengendalian manajemen

(23)

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

- Ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui sistem pengendalian manajemen, - Sistem

pengendalian manajemen tidak memediasi antara ukuran perusahaan dan kinerja

perusahaan.

2.7. Kerangka Pikir

Dari kajian pustaka yang diperoleh, inilah hubungan antara variabel penelitian yang tertuang dalam kerangka pemikiran dengan skema hubungan variabel. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Manajemen (X1), Ketidakpastian Lingkungan (X2) sebagai variabel Independent (variabel bebas), Budaya Organisasi (Z) sebagai variabel moderasi yang akan di uji apakah variabel Budaya organisasi dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh sistem pengendalian manajemen dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja perusahaan, dan Kinerja Perusahaan (Y) sebagai variabel Dependent (variabel terikat). Berikut ini adalah gambaran kerangka pemikiran penelitian ini.

(24)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir

2.8. Hipotesis

2.8.1. Sistem Pengendalian Manajemen dan Kinerja Perusahaan

Anthony dan Govindarajan (2007:131) menjelaskan bahwa “In many responsibility centers, efficiency is measured by comparing actual costs with some standard of what those costs should have been at the measured output” Pada setiap unit organisasi sebagai pusat pertanggungjawaban, seperti halnya unit produksi sebagai pusat biaya, maka ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi adalah dengan membandingkan biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standar yang dianggarkan (RKAP).

Selain aspek keuangan, indikator kinerja perusahaan juga dapat berupa aspek-aspek lainnya seperti kepuasan pelanggan, pertumbuhan perusahaan baik fisik maupun non fisik seperti halnya keahlian karyawannya, proses bisnis dan lain sebagainya. Seperti halnya diungkapkan oleh Kaplan dan Norton (2000: 16-17) bahwa dalam mengukur kinerja organisasi itu dapat digunakan balanced scorecard, yaitu ukuran kinerja perusahaan yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran serta pertumbuhan. Keempat perspektif ini diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang

Sistem Pengendalian Manajemen

(X1)

Ketidakpastian Lingkungan

(X2)

Budaya Organisasi

(Z)

Kinerja Perusahaan (Y)

H1

H2

H3 H4

(25)

dilakukan secara eksplisit dan ketat kedalam tujuan dan ukuran yang nyata.

Dengan demikian secara konseptual sistem pengendalian manajemen sebagai penjabaran dari strategi perusahaan sesuai dengan pengukuran kinerja perusahaan yang juga diturunkan dari rumusan strategi perusahaan. Di samping itu, untuk mencapai tujuan seperti yang dirumuskan dalam keempat perspektif balanced scorecard, diperlukan perencanaan dan pengendalian yang cermat sehingga diperlukan desain sistem pengendalian manajemen yang sesuai dengan strategi perusahaan.

Dengan bersandar pada hasil penelitian terdahulu dari beberapa ahli, seperti halnya Tekavčič (2005) berdasarkan penelitiannya pada perusahaan di Slovenia mengemukakan bahwa sistem pengendalian manajemen yang diterapkan di perusahaan mempengaruhi pelaksanaan dan pemantauan strategi, memberikan umpan balik informasi untuk pembelajaran sehingga dapat merumuskan kembali strategi berikutnya dan memberikan dampak terhadap kinerja peruahaan.

Hal ini didukung oleh penelitiannya Rita Martini (2001) bahwa semakin efektif pengendalian maka semakin efektif juga efisiensi operasi perusahaan. Sementara Sulistyorini (2007), meneliti hubungan antara penerapan sistem pengendalian manajemen yang memadai dengan efisiensi biaya produksi melalui pendekatan survey terhadap perusahaan-perusahaan tekstil di Bandung. Berdasarkan kajian empiris diperoleh temuan bahwa penerapan sistem pengendalian manajemen pada perusahaan-perusahaan tekstil di Bandung mempunyai hubungan yang signifikan dengan efisiensi biaya produksi. Atas dasar beberapa temuan penelitian sebelumnya dan didukung oleh teori dari beberapa ahli, penulis berpendapat bahwa efektivitas sistem pengendalian yang diterapkan di perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

H1 : Terdapat pengaruh positif dari penerapan sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja perusahaan.

2.8.2. Hubungan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja perusahaan

(26)

Ketidakpastian lingkungan adalah situasi dimana seseorang terkendala untuk memprediksi keadaan sekitar, sehingga sulit untuk mengetahui gagal atau berhasil keputusan yang dibuat. Menurut Miliken (1987) dalam Listeria (2009) ketidakpastian dapat diartikan sebagai rasa ketidakmampuan individu dalam memprediksi lingkungannya secara tepat.

Ketidakpastian lingkungan yang dihadapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Semakin tinggi kemampuan dalam memprediksi maka semakin rendah tingkat ketidakpastian lingkungan yang dihadapi.

Ketidakpastian lingkungan yang tinggi diidentifikasi sebagai faktor penting karena kondisi demikian dapat menyulitkan perencanaan dan pengendalian. Perencanaan menjadi bermasalah dalam situasi operasi yang tidak pasti karena tidak terprediksinya kejadian dimasa mendatang. Ini berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian lingkungan akan semakin menurunkan kinerja perusahaan.

Organisasi yang sukses akan selalu beradaptasi dengan perubahan perubahan lingkungannya dan secara proaktif merubah lingkungannya.

Organisasi harus mengelola ketidakpastian lingkungan untuk menjadi efektif.

Menurut Daft (2002) ada dua strategi dasar untuk mengatasi ketidakpastian lingkungan yang tinggi yaitu mengadaptasi organisasi dengan perubahan perubahan lingkungan dan mempengaruhi lingkungan untuk membuatnya lebih harmonis dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi. Jika diterapkan dalam sistem pengawasan akuntansi, ketidakpastian lingkungan diukur dengan melihat pengaruhnya terhadap penggunanaan informasi dan karakteristik informasi.

Bagi perusahan sumber utama ketidakpastian lingkungan berasal dari lingkungan pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi dibutuhkan. Dalam suasana ketidakpastian lingkungan, seorang manajer akan mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan dan melakukan pengendalian terhadap perusahaan. Perencanaan akan menjadi masalah

(27)

dalam ketidakpastian karena peristiwa-peristiwa yang akan datang tidak dapat diprediksi. Pengendalian terhadap aktivitas perusahaan juga sulit dilakukan dalam suasana yang tidak pasti. Dari uraian diatas maka diduga semakin tinggi ketidakpastian lingkungan maka kinerja perusahaan semakin rendah .

Penelitian oleh Bendickson et al., (2018) menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Ketidakpastian lingkungan mengakibatkan besarnya penggunaan sumber daya perusahaan untuk menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal. Kondisi ini mengakibatkan efisiensi operasional yang rendah karena tingginya biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan untuk menghadapi lingkungan yang tidak menentu.

Peningkatan beban usaha perusahaan ketika ketidakpastian lingkungan meningkat akan menurunkan profitabilitas perusahaan, sehingga mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan.

H2 : Ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan.

2.8.3. Hubungan Budaya Organisasi dalam Memoderasi Hubungan antara Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Perusahaan

Hubungan antara sistem pengendalian manajemen dan faktor budaya organisasi merupakan hubungan kontinjensi dalam kerangka penelitian sistem pengendalian manajemen dan faktor kontekstualnya (Chenhall, 2003; Widener, 2007). Faktor kontinjensi dalam hal ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen.

Oleh karena itu, hubungan sistem pengendalian manajemen dan budaya organisasi berdasarkan pendekatan kontijensi dilakukan dengan menganalisis faktor contingency-fit, yang akan berdampak pada kinerja organisasi.

Menurut Otley (1978) budaya adalah hal yang penting dalam mendesain gaya evaluasi kerja. Budaya organisasi menggunakan

(28)

pendekatan dimensi praktek yaitu nilai-nilai dan keyakinan (belief) yang dimiliki para anggota organisasi yang dimanifestasikan dalam norma-norma perilaku para individu atau kelompok organisasi yang bersangkutan (Hofstede et al, 1990). Budaya organisasional berdampak besar pada berbagai aspek organisasi, termasuk struktur, pengharapan peran dan deskripsi pekerjaan, cara untuk bertindak dalam pekerjaan, cara pemecahan masalah, siapa yang mengambil keputusan dalam situasi berbeda, dan bagaimana bersikap dan berperilaku terhadap rekan kerja dan atasan, serta norma-norma dan penerapannya. Lebih jauh Hofstede (1994) mengklasifikasikan budaya ke dalam berbagai tingkatan antara lain budaya nasional, daerah, gender, generasi, kelas sosial, organisasi atau perusahaan.

Pada tingkat organisasional, budaya merupakan seperangkat asumsi-asumsi, dan keyakinan-keyakinan. Nilai-nilai dan persepsi yang dimiliki para anggota kelompok dalam suatu organisasi membentuk dan mempengaruhi sikap serta perilaku kelompok yang bersangkutan. Berdasarkan pernyataan di atas hipotesis yang di bangun adalah :

H3 : Budaya organisasi mampu memoderasi hubungan antara sistem pengendalian manajemen dengan kinerja perusahaan.

2.8.4. Hubungan Budaya Organisasi dalam Memoderasi Hubungan antara Ketidakpastian Lingkungan dengan Kinerja Perusahaan

Tingkat persaingan bisnis sekarang ini telah meningkatkan kondisi ketidakpastian lingkungan sehingga semakin menyulitkan proses perencanaan dan pengendalian manajerial. Ketidakpastian lingkungan merupakan keterbatasan individu dalam menilai probabilitas gagal atau berhasil putusan yang telah dibuat (Duncan, 1972). Pada ketidakpastian yang tinggi, maka individu sulit memprediksi kegagalan dan keberhasilan dari keputusan yang telah dibuat (Fisher, 1996).

Ketidakpastian lingkungan merupakan variabel lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara akurat (Miliken, 1987).

Budaya perusahaan yang kuat akan membantu perusahaan

(29)

memberikan kepastian bagi seluruh sumber daya manusia untuk berkembang bersama dan bersama-sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan, walaupun tingkat pertumbuhan dari masing- masing individu bervariasi (Susanto, 1997). Oleh karena itu, untuk menjadikan budaya organisasi yang kuat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu 1) penyebaran nilai-nilai budaya yang lebih efektif dijalankan dengan melakukan orientasi tugas dan penghargaan atas prestasi kerja yang dicapai sumber daya manusia sehingga seluruh sumber daya manusia yang ada di organisasi mengetahui secara jelas nilai-nilai yang berada di dalam organisasi tersebut, 2) tingkat komitmen organisasional anggota terhadap nilai-nilai inti yang ada. Lebih jauh, Susanto (1997) menjelaskan bahwa budaya yang lemah tidak mampu memberikan dorongan bagi karyawan untuk memiliki keinginan maju bersama organisasi. Karakteristik budaya organisasi yang lemah adalah tidak memiliki nilai-nilai atau keyakinan yang jelas tentang bagaimana dapat berhasil di dalam usaha, meskipun mungkin memiliki banyak keyakinan tetapi tidak disepakati sebagai suatu hal yang penting dan acara-acara ritual yang dilakukan sehari-hari tidak terorganisir dengan baik sehingga masing-masing bagian atau individu bekerja sendiri- sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kuat lemahnya budaya organisasi ditentukan oleh dimensi, intensitas, kristalisasi, homogenitas dan stabilitas. Budaya organisasi yang kuat akan membantu organisasi memberikan kepastian bagi anggotanya untuk berkembang bersama organisasi, sedangkan budaya lemah tidak mampu mendorong karyawan maju bersama perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang di bangun adalah :

H4 : Budaya organisasi tidak mampu memoderasi hubungan antara ketidakpastian lingkungan dengan kinerja perusahaan.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jelnis pelnellitian yang digulnakan dalam pelnellitian ini delngan pelndelkatan deskriptif kulantitatif yang belrtuljulan melngulngkapkan selsulatul apa adanya. Arikunto (2019) “penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan”. Jadi dapat disimpullkan bahwa pelnellitian kulantitatif dalam pelnellitian ini adalah ulntulk mellihat, melninjaul dan melnggambarkan delngan angka telntang objelk yang ditelliti selpelrti apa adanya dan melnarik kelsimpullan telntang hal telrselbult selsulai felnomelna yang tampak pada saat pelnellitian dilakulkan.

Pelngulkulran yang digulnakan dalam pelnellitian ini melnggulnakan skala likelrt. Skala likelrt adalah skala yang digulnakan ulntulk melngulkulr sikap, pelndapat, dan pelrselpsi selselorang ataul selkellompok orang telntang felnomelna sosial. (Sulgiyono, 2014: 136). Jawaban seltiap itelm instrulmeln yang melnggulnakan skala likelrt melmpulnyai gradasi dari sangat positif sampai sangat nelgatif, yang dapat belrulpa kata-kata dan dibelrikan skor, selpelrti:

1. Sangat Seltuljul (SS) : 5 Skor 2. Seltuljul (S) : 4 Skor

3. Neltral (N) : 3 Skor

4. Tidak Seltuljul (TS) : 2 Skor

5. Sangat Tidak Seltuljul (STS) : 1 Skor

3.2. Populasi dan Sampel

Popullasi melrulpakan wilayah gelnelralisasi yang telrdiri atas obyelk/sulbyelk yang melmpulnyai kulalitas dan karaktelristik telrtelntul yang

(31)

diteltapkan olelh pelnelliti ulntulk dipellajari dan kelmuldian ditarik kelsimpullannya (Sulgiyono, 2021: 126). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh karyawan di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang yang berjumlah 1.818 orang dengan kerangka sampel sebagai berikut.

Tabel 3.1

Jumlah Karyawan Berdasarkan Level Organisasi di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

No Level

Organisasi

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Eselon I 17 3 20

2 Eselon II 79 21 100

3 Eselon III 322 47 369

4 Eselon IV 395 53 448

5 Eselon V 278 23 301

6 Pelaksana 577 3 580

Total 1.668 150 1.818

Sumber : PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (2022)

Menurut Muhammad Iqbal Hasan (2012:91 ) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut . Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Besaran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin ( Husein Umar, 2014 : 78) .

𝑛 = 𝑁

1 + (𝑁𝑒2)

Dimana :

n = Ukuran Sampel

(32)

N = Ukuran Populasi

e = Tingkat Kesalahan (10% )

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

𝑛 = 1.818

1 + (1.818 × 10%2) 𝑛 = 94,78623

𝑛 = 94 Karyawan

Berdasa

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI..

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu Motivasi (X1), Budaya Organisasi (X2), sebagai variabel independen sedangkan Kinerja Penjualan Tenaga Pemasar (Y)

Dari hasil pengujian hipotesis kedua disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tidak langsung antara ketidakpastian lingkungan (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

Adapun variabel-variabel yang dianalisis dalam penetian ini adalah kepemimpinan Islami (X1), etos kerja Islami (X2), budaya organisasi Islami (Z) dan kinerja Islami (Y). 1)

Dari hasil pengujian hipotesis kedua disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tidak langsung antara ketidakpastian lingkungan (X2) terhadap kinerja manajerial (Y)

Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa Budaya Organisasi X1, variabel Komitmen Organisasi X2 dan Lingkungan Kerja X3 berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Karyawan pada PT..

Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda yaitu melihat pengaruh variabel independent variabel bebas terhadap variabel

Dari tabel tersebut dapat diketahui Koefisien Determinasi bahwa dari semua variabel independen Kepemimpinan X1, Budaya Organisasi X2, Komitmen X3, memiliki kemampuan untuk menjelaskan