22
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengujian Material 1. Pengujian Agregat Halus
a. Pengujian Analisa saringan
Menentukan pembagian ukuran butir suatu contoh tanah termasuk untuk menentukan pembagian ukuran butir tanah yang halus lewat saringan no 200 (0,75mm) .
Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus
Sumber : Penelitian Laboratorium
No Ukuran
Saringan Berat Tertahan Jumlah Berat % Kumulatif
Saringan (mm) (gram) (gram) Tertahan Lolos
1" 25.400 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4" 19.050 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8" 9.525 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.750 8.50 8.50 1.11 98.89
8 2.360 1.20 9.70 1.27 98.73
10 2.000 0.90 10.60 1.38 98.62
40 0.425 173.80 184.40 24.06 75.94
100 0.150 557.80 742.20 96.86 3.14
200 0.075 16.00 758.20 98.94 1.06
Pan 8.10 0.00 100.00
Berat Total (gr) 766.30
b. Hasil Pengujian Kadar Air
Perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat tanah kering dinyatakan persen (%).
Tabel 4. 2 Pengujian Kadar Air
No Uraian Satuan Sampel
1 Nomor Cawan - 205 207
2 Berat Cawan (W1) gram 8,07 8,01
3 Berat Cawan + Tanah Basah (W2) gram 113,01 113,17 4 Berat Cawan + Tanah Kering (W3) gram 107,79 108,20 5 Berat Air (W4 = W2 - W3) gram 5,22 4,97 6 Berat Tanah Kering (W5 = W3 -
W1) gram 99,72 100,19
7 Kadar Air (W4/W5) % 5,23 4,96
8 Kadar Air Rata - Rata % 5,098
Sumber : Penelitian Laboratorium
Gambar 4. 1 Grafik Analisa Saringan
c. Hasil Pengujian Berat Isi
Perbandingan antara berat tanah basah dengan volumenya (gr/m3,kg/m3).
Tabel 4. 3 Pengujian Berat Isi
No Uraian Satuan Sampel
1 Nomor Ring - 1 2 3
2 Diameter Ring cm 6,35 6,35 6,35
3 Tinggi Ring cm 1,99 1,99 1,99
4 Volume Ring cm³ 62,99 62,99 62,99
5 Berat Ring (W1) gram 39,90 39,90 39,90
6 Berat Tanah Basah + Ring (W2) gram 149,93 150,23 150,53 7 Berat Tanah Basah (W3) = (W2-
W1) gram
110,03 110.33 110,63 8 Berat Isi Tanah gram/cm³ 1,747 1,752 1,756 9 Berat Isi Tanah Rata-Rata gram/cm³ 1,752
Sumber : Penelitian Laboratorium d. Hasil Pengujian Berat Jenis
Perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air.
Tabel 4. 4 Pengujian Berat Jenis
Uraian Satuan Sampel
Nomor Piknometer - 3 2
Berat Piknometer (W1) gram 73,85 75,06
Berat Piknometer + Air (W2) gram 176,42 170,55 Berat Piknometer + Air + Tanah (W3) gram 197,56 191,49 Berat Piknometer + Tanah (W4) gram 107,67 108,52
Berat Tanah (W5) = (W4-W1) gram 33,82 33,46
W6 = W2 + W5 gram 210,24 204,01
W7 = W6 - W3 gram 12,68 12,52
Berat Jenis (Gs) = (W5/W7) 2,667 2,673
Berat Jenis Rata-Rata (Gs) 2,670
Sumber : Penelitian Laboratorium
2. Agregat Kasar
Untuk data pengujian agregat kasar merujuk pada penelitian terdahulu (Suderaja,R.,2022) berikut data sebagai berikut :
a. Pengujian Analisa Saringan
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar batu palu
Sumber : Suderajat, R.,2022
b. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
Perhitungan Pengujian Berat Jenis &
Penyerapan
I II
Satuan
A B
Berat benda uji kering Bk 2500 2500 Gram
Berat benda uji kering permukaan jenuh
Bj 2551 2551 Gram
Berat benda uji didalam air
Ba 1555 1555 Gram
Perhitungan Pengujian Berat Jenis &
Penyerapan
I II
Rata-rata Satuan
A B
Berat jenis 𝑩𝒌
𝑩𝒋 − 𝑩𝒂 2,51 2,51 2,51 - Berat jenis kering
Permukaan jenuh
𝑩𝒋
𝑩𝒋 − 𝑩𝒂 2,56 2,56 2,56 - Berat jenis semu
(apparent)
𝑩𝒌
𝑩𝒌 − 𝑩𝒂 2.65 2.65 2,65 - Penyerapan
(absorption)
𝑩𝒋 − 𝑩𝒌𝒙𝟏𝟎𝟎
𝑩𝒌 2.04 2.04 2,04 %
Sumber : Suderajat, R.,2022 Saringan
Berat Tertahan
(gram)
Jumlah Berat Tertahan
(gram)
Jumlah Persen
Tertahan Lewat
Lewat terhadap
seluruh contoh
37.5 ( 1 1/2”) 0 0 0 100.0 -
19.10 (3/4”) 39 39 3.90 96.10 100
9.52 (3/8”) 625 664 66.40 33.60 34,96
No. 4 306 970 97.00 3.00 8,93
PAN 30 1000 100.00 00.00 00,0
MHB 7.67
c. Penentuan Kadar Lumpur
Tabel 4. 7 Hasil Kadar Lumpur
Sumber : Suderajat, R.,2022
4.1.2 Perencanaan Campuran Mix Design
Dari hasil penelitian ini berikut data – data perencanaan campuran yang sudah ditetapkan.
1. Kuat tekan beton yang ditetapkan yaitu 25 Mpa untuk umur 28 hari.
2. Nilai K ( faktor pengali ) diambil 1,00 bisa dilihat pada tabel 4.8 untuk standar deviasi diambil 7,0 berdasarkan tingkat pengendalian mutu pekerjaan jelek dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4. 8 Faktor pengali untuk deviasi
Jumlah Pengujian Faktor Pengali Devisiasi Standar
<15 Lihat catatan dibawah
15 1.06
20 1.08
25 1.03
30 atau lebih 1.00
Bila data uji lapangan tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan f’cr harus diambil tidak kurang dari (f’cr + 12 Mpa)
Sumber : SNI 03-2834-2000
Tabel 4. 9 Nilai standar pengendalian mutu pekerjaan Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (Mpa)
Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa kendali 8,4
Nomor I II Satuan
Berat benda uji kering oven sebelum
dicuci W1 500 500 Gram
Berat benda uji kering oven setelah
dicuci W2 494,3 489,9 Gram
Kadar butir lolos ayakan no.200 𝐰𝟏 − 𝐰𝟐𝐱𝟏𝟎𝟎
𝐰𝟏 1.14 2.02 %
Kadar lumpur rata-rata% 1.58
2. Nilai tambahan (M) M = 1,64.k.sd
= 1,64 x 1 x 7
=11,48 Mpa dibulatkan menjadi 12 Mpa
3. Menghitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan F’cr F’cr = F’c + M
= 24,90 + 12
= 36,90 Mpa
4. Jenis semen yang digunakan adalah portland tipe 1.
5. Jenis agregat yang digunakan sesuai dengan pengujian yaitu :
a. Agregat halus masuk pada daerah gradasi zona III yaitu jenis pasir agak halus. Dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4. 10 Gradasi Agregat Halus No
Saringan
Persen bahan butiran yang lolos saringan
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : SNI 03-2834-2000 Keterangan
Daerah I = Pasir Kasar Daerah II = Pasir Agak Kasar Daerah III = Pasir Agak Halus Daerah IV = Pasir Halus
b. Agregat Kasar masuk pada daerah dengan ukuran butir maksimum 20 mm. Dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4. 11 Gradasi Agregat Kasar No
Saringan
Persen bahan butiran yang lolos saringan
40 mm 20 mm
40 95-100 100
20 30-70 95-100
10 10-35 25-55
4,8 0-5 0-10
Sumber : SNI 03-2834-2000 6. Menentukan nilai fas
Penentuan nilai fas berdasarkan perkiraan kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan jenis semen porland I, jenis agregat kasar batu pecah serta benda uji silinder menghasilkan perkiraan kuat tekan adalah 37 Mpa. Dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4. 12 Perkiraaan Kuat Tekan Beton (Mpa)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
Kekuatan Tekan (Mpa)
Pada Umur (hari) Bentuk Benda 3 7 28 91 Uji
Semen Porland Tipe I
Batu tidak dipecahkan
Batu pecah 17
19 23 27
33 37
40
45 Silinder Semen Tahan
Sulfat Tipe II,V
Batu tidak dipecahkan
Batu pecah 20
23 28 32
40 45
48
54 Kubus
Semen Porland Tipe III
Batu tidak dipecahkan
Batu pecah 21
25 28 33
38 44
44
54 Silinder Batu tidak dipecahkan
Batu pecah 25
30 31 40 46
53 53
60 Kubus Sumber : SNI 03-2834-2000
Setelah perkiraan kuat tekan beton ditentukan maka dapat dicari nilai faktor air semen. Nilai fas yang didapatkan adalah 0,475. Dapat dilihat pada gambar grafik 4.2
Gambar 4. 2 Grafik fas
7. Nilai fas maksimum dengan beton diluar bangunan dan tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung menghasilkan fas maksimum sebesar 0,60 dan jumlah minimum semen 325 kg per m3. Dapat dilihat pada tabel 4.13
Tabel 4. 13 Persyaratan jumlah semen minimum dan fas maksimum
Jenis Pembetonan
Jumlah Semen Minimum per m3 beton (Kg)
Nilai fas Maksimum Beton didalam ruang bangunan
a.keadaan keliling non-korosif 275 0,6 b.keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif
325 0,52
Beton diluar ruangan bangunan a.tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
325 0,6
b.terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
275 0,6
Beton masuk kedalam tanah a.mengalami keadaan basah
dan kering berganti-ganti 325 0,55
8. Nilai slump ditetapkan berdasarkan dengan rencana pemakaian beton pada pelat, balok, kolom dan dinding. Menghasilkan nilai slum 7,5-15 cm masuk kedalam tabel slump 60-180mm. penetapan nilai slump dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut.
Tabel 4. 14 Penetapan Nilai Slump
Pemaikan Beton
Nilai Slump (cm) Maksimum Minimum Dinding, pelat pondasi, dan
pondasi telapak 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur dibawah tanah
9,0 2,5
Pelat, balok, kolom,
dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan masal 7,5 2,5
Sumber : SNI 03-2834-2000
9. Kadar butir agaregat kasar yang digunakan adalah butir maksimum 20mm.
10. Kadar air bebas ditentukan beradasarkan dengan ukuran butir maksimum agregat kasar, jenis batuan alami untuk agregat halus dan batu pecah untuk agregat kasar, nilai slump 60-180 mm. Didapatkan angka 195 untuk agregat halus dan untuk agregat kasar 225. Dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel 4. 15 Perkiraan Kebutuhan Air Per m3
Ukuran maksimum agregat (mm)
Jenis batuan
Slump (mm)
0-10 10-30 30-60 60-180
10 Alami
Batu pecah 150 180
180 205
205 230
225 250 20
Alami Batu pecah
135 170
160 190
180 210
195 225
40 Alami
Batu pecah
115 155
140 175
160 190
175 205 Sumber : SNI 03-2834-2000
Perhitungan kebutuhan air per m3 beton adalah
𝟐 𝟑Wn + 𝟏
𝟑Wk = (𝟐
𝟑 x 195) + (𝟏
𝟑 x 225 ) = 205
11. Mentukan kadar semen ada 2 cara dan diambil salah satunya, sehingga kadar semen dihitung menggunakan rumus :
Kadar semen = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒊𝒓
𝒇𝒂𝒔 = 205/0,475 = 431,5789 kg/m3
12. Menentukan presentase agregat halus terhadap agregat campuran dapat tmenggunakan grafik. Berdasrkan ukuran butir maksimum agregat kasar 20 mm berdasarkan ukuran butir maksimum agregat kasar 20 mm dan nilai slump 60-180. Dapat dilihat pada grafik 4.3 sebagai berikut :
Gambar 4. 3 Persen agregat halus terhadap agregat total
Diperoleh batas atas sebesar 36% dan batas bawah sebesar 31% sehingga presentase agregat halus (36 + 31)/2 = 33,5%
13. Menentukan presentase agregat kasar : K = 100% - AH
= 100% - 33,5
= 66,5%
14. Menentukan berat jenis campuran :
Bjcampuran = (AH x Bj pasir) +( AK. Bj kerikil)
= ( 0,3350 x 2,670 ) + ( 0,6640 x 2,51 )
= 2,5636
15. Menentukan berat isi beton : Berat jenis campuran = 2,56
Kadar air = 205
Gambar 4. 4 Grafik perkiraan berat isi beton 16. Menghitung presentase agregat campuran :
Ag = berat isi beton – kadar air semen – kadar air
= 2325 – 431,5789 – 205
= 1688,4211 kg
17. Menghitung presentase agregat halus : AH = %AH x Ag
= 0,335 x 1688,4211
= 565,6211 kg
18. Menghitung presentase agregat kasar : AK = %AK x Ag
= 0,665 x 1688,4211 = 1122,8000 kg
19. Menghitung penambahan beton mix :
Beton mix = Variasi beton mix (%) x jumlah semen satu silinder (gram)
= 0,3% x 2290 g = 6,87 ml
Beton mix = Variasi beton mix (%) x jumlah semen satu silinder (gram)
= 0,6% x 2290 g = 13,74 ml
Beton mix = Variasi beton mix (%) x jumlah semen satu silinder (gram)
= 1% x 2290 g = 22,90 ml
Tabel 4. 16 Formulir Perencanaan Mix Design
No Uraian Tabel Grafik
Perhitungan Nilai 1 Kuat tekan yang diisyarakatkan (benda
uji silinder) MPa 25
2 Deviasi standar (s) - 7
3 Nilai tambah (m) - 12
4 Kuat tekan rata-rata yang direncanakan - 36,9
5 Jenis semen PCC Tipe 1
6 Jenis agregat (HALUS/KASAR) Diketahui Alami/Pecah
7 Faktor air semen Grafik 1 0,475
8 Faktor air semen maksimum - -
9 Slump Ditetapkan 60-180 mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11 Kadar air bebas Diketahui 205
12 Jumlah semen Diketahui 431,6
13 Jumlah Semen maksimum - -
14 Jumlah semen minimum - -
15 Faktor air semen yang disesuaikan - -
16 Susunan besar butir agregat halus Ditetapkan Zona 3
17 Susunan agregat kasar atau gabungan - -
18
Persen agregat
Grafik 2
Agreagat Halus 33,5%
Agregat Kasar 66,5%
19 Berat jenis relative, agregat (kering
permukaan) Ditetapkan 2,56
20 Berat isi beton Grafik 3 2325
21 Kadar agregat gabungan 20 - 12 - 11 1688,62
22 Kadar agregat halus 18 x 21 565,62
23 Kadar agregat kasar 21 - 22 1122,80
24 Proporsi campuran Volume/ Silinder 0.0053
Semen (kg)
Air (L)
Agregat Kondisi Jenuh Kering Jumlah Silinder 3
Agregat Halus (kg)
Agregat Kasar (kg)
Volume / Adukan 0.0053 x 3 = 0,0159
0,0159 x 1,2
25 Tiap m3 431,58 205 565,62 1122,80
Tiap campuran uji
0,2543 109,77 52,14 143,86 285,57
26 Tiap campuran uji
0.0159 6,86 3,26 8,99 17,85
4.1.3 Pengecoran dan Pengujian Slump
Dalam pengujian ini slump dilakukan sesuai dengan acuan SNI 03-1972-2008.
Pengambilan data slump pada penelitian ini diambil sesuai dengan variasi penambahan beton mix yaitu pada variasi 0,3%, 0,6%, 1%. Pada penelitian ini nilai slump yang digunakan 60-180 mm. Hasil uji slump yaitu 159 mm dapat dilihat pada gambar 4.5 dibawah ini.
4.1.4 Pembuatan Benda Uji
Benda uji yang digunakan dengan silinder 15 cm dan tinggi 30 cm jumlah sampel yang digunakan untuk pengujian sebanyak 48 sampel yang terdiri dari beton normal, beton variasi dengan zat tambah beton mix. Pertama benda uji yang dibuat beton normal, setelah itu beton normal memenuhi kuat tekan rencana, maka dilanjutkan dengan pembuatan beton menggunakan zat tambah beton mix. Dapat dilihat pada gambar 4.6
Gambar 4. 6 Benda Uji Gambar 4. 5 Pengujian Slump
4.1.5 Perawatan Beton
Dalam penelitian ini perawatan menggunakan air normal yaitu air PDAM, dimana perawatan sampel beton dilakukan sehabis beton kering serta dikeluarkan dari cetakan setelah satu hari dari pembuatan benda uji. Lalu setelah itu sampel direndam dengan air dalam bak perendaman dengan suhu ruangan. Perawatan dilakukan selama umur benda uji yang telah ditentukan. Dapat dilihat pada gambar 4.7
Gambar 4. 7 Perawatan Beton 4.1.6 Pengujian Kuat Tekan Beton
Setelah benda uji dibuat lalu dilakukan perawatan beton sesuai umur yang akan di uji kuat tekan beton. Sebelum dilakukan uji kuat tekan sampel akan ditimbang terlebih dahulu. Dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4. 8 Menimbang Sampel
Pengujian kuat tekan beton dilakukan setelah perawatan beton dengan variasi umur dan variasi penambahan beton mix yang berbeda. Setiap benda uji berjumlah 12 sampel dengan umur pengujian 7,14,21,28 hari. Pelaksanaan uji kuat tekan ini mengacu pada SNI 03-1974-2011 “Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan Benda Silinder”. Untuk mengetahui kuat tekan beton (Mpa) dibutuhkan Analisa data menggunakan rumus (2.9) sebagai beikut :
𝑭𝒄 =
𝑷𝑨
Beton umur 28 hari dengan variasi campuran 0,3% beton mix menghasilkan kuat tekan 289,5 KN.
𝑭𝒄 =
𝑷𝑨
=
𝑷.𝟏𝟎𝟎𝟎𝝅,𝒓²
=
𝟐𝟖𝟗,𝟓 𝑲𝑵.𝟏𝟎𝟎𝟎𝟑,𝟏𝟒.𝟕𝟓²
=
𝟐𝟖𝟗𝟓𝟎𝟎𝟏𝟕𝟔𝟔𝟐,𝟓
= 16,4 Mpa
Keterangan :
F’ c = Kuat tekan beton (MPa)
A = Luas penampang benda uji (mm2) P = Beban tekan (N)
Gambar 4. 9 Menguji kuat tekan beton
Hasil data yang diperoleh meliputi hasil pengujian kuat tekan beton pada masing-masing sampel serta akan dibuat perbadingan antara sampel yang bervariasi.
Tabel 4. 17 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 0%
Variasi
No Sampel
Berat
Umur
Kuat Tekan
Mpa
Rata-rata BETON
MIX Kg kN N Mpa
0%
A1 12,105
7 Hari
254,0 254.000 14,4
13,6
A2 12,065 232,8 232.800 13,2
A3 12,370 178,8 178.800 10,1
A1 12,065
14 Hari
307,2 307.200 17,4
18,3
A2 11,975 371,0 371.000 21,0
A3 12,185 290,5 290.500 16,4
A1 A2 A3
11,865 11,930 11,650
21 Hari
364,2 262,4 250,5
364.200 20,6
16,6 262.400 14,9
250.500 14,2 A1
A2 A3
11,945
28 Hari
366,2 366.200 20,7
19.3
12,070 351,4 351.400 19,9
12,090 304,9 304.900 17,3
Berdasarkan pada tabel 4.17 presentase kenaikan kuat tekan beton diatas menjelaskan kuat tekan beton normal mengalami kenaikan pada umur 14 hari dengan rata-rata 18,3 Mpa , dan pada umur 21 hari megalami penurunan dengan rata-rata 16,6 Mpa dan mengalami kenaikan lagi pada umur 28 hari dengan rata- rata 19,3 Mpa.
Berdasarkan gambar 4.10 dapat diketahui bahwa hasil uji kuat tekan beton normal pada umur 28 hari mengalami kenaikan dengan rata-rata 19,3 Mpa.
Tabel 4. 18 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 0,3%
Variasi
No Sampel
Berat
Umur
Kuat Tekan
Mpa
Rata- rata BETON
MIX Kg kN N Mpa
0.3 %
A1 11,616
7 Hari
197,5 197500 11,2
11,2
A2 11,195 188,9 188900 10,7
A3 11,790 209,4 209.400 11,9
A1 11,405
14 Hari
178,1 178.100 10,1
15,5
A2 11,770 298,6 298.600 16,9
A3 11,715 346,2 346.200 19,6
A1 11,725
21 Hari 303,4 303.400 17,2
16,7
A2 11,945 281,4 281.400 15,9
Gambar 4. 10 Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 0%
A3 11,795 298,9 298.900 16,9
A1 11,9
28 Hari
212,3 212.300 12,0
14,2
A2 11,350 248,5 248.500 14,1
A3 11,565 289,5 289.500 16,4
Berdasarkan pada tabel 4.18 persentase kenaikan kuat tekan beton diatas menjelaskan kuat tekan beton variasi 0,3 % mengalami kenaikan pada umurdan 21 hari dengan rata-rata 15,5 Mpa dan 16,7 Mpa , dan pada umur 28 hari mengalami penurunan dengan rata- rata 14,2 Mpa.
Berdasarkan gambar 4.11 dapat diketahui bahwa hasil uji kuat tekan beton variasi 0,3% pada umur 28 hari mengalami penurun dengan rata- rata 14,2 Mpa.
Gambar 4. 11 Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 0,3%
Tabel 4. 19 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 0,6%
Variasi
No Sampel
Berat
Umur
Kuat Tekan
Mpa
Rata- rata BETON
MIX Kg kN N Mpa
0.6 %
A1 11,810
7 Hari
209,8 209.800 11,9
14,4
A2 11,650 250,5 250.500 14,2
A3 11,690 302,6 302.600 17,1
A1 11,815
14 Hari
268,1 268.100 15,2
13,5
A2 12,425 295,3 295.300 16,7
A3 11,605 154,2 154.200 8,7
A1 11,96
21 Hari
278,7 278.700 15,8
17,0
A2 11,885 317,2 317.200 18,0
A3 11,74 306,5 306.150 17,3
A1 11,795
28 Hari
164,2 164.200 9,3
13,6
A2 11,725 215,5 215.500 1,.2
A3 11,785 342,0 342.000 19,4
Berdasarkan pada tabel 4.19 persentase kenaikan kuat tekan beton diatas menjelaskan kuat tekan beton variasi 0,6 % mengalami penurunan pada umur 14 hari dengan rata-rata 13,5 Mpa dan pada umur 21 hari mengalami kenaikan kembali dengan rata-rata 17.0 Mpa.
Berdasarkan gambar 4.9 dapat diketahui bahwa hasil uji kuat tekan beton variasi 0,6% pada umur 28 hari mengalami penurun dengan rata-rata 13,6 Mpa.
Tabel 4. 20 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 1%
Variasi
No Sampel
Berat
Umur
Kuat Tekan
Mpa
Rata- rata BETON
MIX Kg kN N Mpa
1%
A1 11,775
7 Hari
406,2 406.200 23,0
22,5
A2 11,860 390,2 390.200 22,1
A3 12,020 394,8 394.800 22,4
A1 11,695
14 Hari
484,7 484.700 27,4
20,1
A2 11,965 313,1 313.100 17,7
A3 12,070 269 269.000 15,2
A1 11,725
21 Hari
281,0 281.000 15,9
14,2
A2 11,29 148,8 148.800 8,4
A3 11,610 320,6 320.600 18,2
A1 11,29
28 Hari
170,1 170.100 9,6
9,2
A2 11,105 176,8 176.800 10,0
A3 11,27 138,4 138400 7,8
Gambar 4. 12 Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 0,6%
Berdasarkan pada tabel 4.20 persentase kenaikan kuat tekan beton diatas menjelaskan kuat tekan beton variasi 1 % mengalami penurunan pada umur 14,21 dan 28 hari.
Gambar 4. 13 Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi 1%
Berdasarkan gambar 4.10 dapat diketahui bahwa hasil uji kuat tekan beton variasi 1% pada umur 28 hari mengalami penurun dengan rata-rata 9,2 Mpa.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Komposisi Agregat Pada Campuran
Berdasarkan nilai pemeriksaan yang telah dilakukan dalam hal penetapan berat jenis pada kondisi SSD (Saturated Surface Dry), nilai berat jenis agreget halus adalah sebesar 2,670 sehingga dapat diketahui bahwa berat jenis pasir Tenggarong pada kondisi SSD memenuhi standard spesifikasi berat jenis agreget halus yaitu sebesar 2,5 – 2,8. Maka beton yang dihasilkan akan mempunyai nilai kuat tekan yang tinggi. Sedangkan berat jenis agreget kasar pada batu palu kondisi SSD (Saturated Surface Dry) telah memenuhi batas yang ditetapkan, berat jenis batu palu kondisi SSD sebesar 2,6. Kemudian pada pemeriksaan modulus halus berbutir yaitu 1,5 – 3,8. Hasil modulus halus berbutir agreget halus tenggarong senilai 0,623 oleh dari itu agregat halus tenggarong tidak memenuhi syarat yang sudah ditetapkan. Disamping itu gradasi agregat merupakan salah satu faktor yang harus di perhatikan pada saat membuat campuran beton, karena dapat berdampak terhadap sifat – sifat workability atau tingkat kemudahan pengerjaan beton untuk
mencapai kekuatan beton yang dinginkan pada campuran tersebut. Pada penelitian ini agregat kasar (batu palu) masuk dalam golongan gradasi agreget 20 mm.
Nilai penyerapan agregat dapat mempengaruhi daya ikat antara agregat dan pasta semen. Hasil pemeriksaan penyerapan agregat pada penelitian ini memenuhi standar spesifikasi yaitu 2% - 7%. Untuk penyerapan agregat kasar adalah 2,04%
sehingga diketahui bahwa nilai penyerapan agregat dapat mempengaruhi daya ikat antara agregat dan pasta semen.
Dari perhitungan yang telah dilakukan pada tahap perencanaan mix design didapatkan hasil untuk komposisi agregat halus pada campuran beton adalah Jumlah per m3 air = 205 liter, semen = 431,58 kg, agregat kasar = 1122,80 kg, agregat halus = 565,62 kg. Jumlah total kebutuhan material untuk 48 sampel degan bentuk silnder adalah air = 52,14 liter, semen = 109,77 kg, agregat kasar = 285,52 kg, agregat halus = 143,86 kg. Jumlah per adukan adalah air = 3,26 liter, semen = 6,86 kg, agregat kasar = 17,85 kg , agregat halus = 8,99 kg. Kebutuhan material untuk satu cetakan silinder air = 1,09 liter, semen = 2,29 kg, agregat kasar = 5,95 kg, agregat halus 2,990 dibulatkan menjadi 3kg.
Dari perhitungan zat tambah beton mix yang digunakan adalah sebagai berikut untuk variasi 0,3% beton mix yang dibutuhkan 6,87 ml untuk satu cetak benda uji, untuk variasi 0,6% dibutuhkan 13,74 ml dan untuk variasi 1% dibutuhkan 22,90 ml.
Dengan menggunakan zat tambah terdapat hubungan antara jumlah air yang dipakai, semakin banyak air yang digunakan beton akan semakin encer dimana kekuatan beton akan menurun. Untuk Ph pada zat tambah beton mix ini 8-10. Untuk rekomendasi yang digunakan sesuai prosedur adalah 0,2%-1%.
4.2.2 Kekuatan Beton dengan Penambahan Beton Mix
Dari hasil pengujian kuat tekan beton yang telah dilakukan pada umur 28 hari didapatkan grafik hasil kuat tekan beton , dapat dlihat pada gambar 4.14 sebagai berikut.
Gambar 4. 14 Grafik Kuat Tekan Rata-Rata Umur 28 hari
Dapat dilihat pada gambar 4.14 grafik kuat tekan beton rata-rata 28 hari sehingga beton normal mempunyai kekuatan 19,3 Mpa yang mempunyai kekuatan lebih tinggi dibandingkan dengan variasi 0,3% sehingga mendapatkan hasil kekuatan tekan beton 14,2 Mpa, sedangkan variasi 0,6 % dengan nilai kekuatan tekan 13,6 Mpa dan variasi 1% dengan nilai kekuatan tekan 9,2 Mpa.
Penelitian ini tidak sesuai dengan dasar teori dan penelitian terdahulu. Dimana hasil dari penelitian pada kuat tekan beton dengan menggunakan campuran beton mix mengalami peningkatan.
Adapun faktor-faktor penyebab penurunan kualitas mutu beton pada penelitian ini. Hasil pengujian kuat tekan beton dengan campuran beton mix tidak sesuai dengan hasil yang direncanakan dan tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai acuan faktor – faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Pembuatan Benda Uji ( Kondisi Material )
Kondisi material yang akan digunakan sangat mempengaruhi kekuatan kuat tekan beton. Jika terdapat kesalahan dalam proses pembuatan benda uji seperti campuran material dalam keadaan basah hal ini dapat menghasilkan kuat tekan yang menurun.
2. Kesalahan pada penanganan bahan tambah
Bahan tambah campuran beton merupakan bahan kimia yang sifat-sifatnya bisa berubah. Karena kesalahan tempat penyimpan atau waktu penyimpanan
yang terlalu lama, sehingga memungkinkan fungsi tidak terpenuhi, bahkan bisa merusak beton.
4.2.3 Jenis Pola keretakan Sampel Setelah Uji Kuat Tekan
Setelah dilakukan pengujian kuat tekan beton maka akan diketahui jenis pola keretakan pada benda uji beton setelah diberi pembebanan maksimal dengan alat Machine Compression Testing. Jenis pola retak pada sampel dengan penggunaan campuran beton mix variasi 0,3%,0,6%,1%. Dapat dilihat pada gambar 4.13
Variasi 0,3% Variasi 0,6%
Variasi 1%