120
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS ARTICULATE STORYLINE TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD
Vivi Rulviana¹ Universitas PGRI Madiun
[email protected] Abstrak
Pemahaman siswa terhadap materi tergolong rendah yang akibatnya akan menurunnya hasil belajar pada peserta didik dan menyerapan informasi peserta didik menjadi tehambat. Media pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran tematik adalah media video pembelajaran berbasis articulate storyline . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media video pembelajaran berbasis articulate storyline terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre experimental design tipe one grup pretest-postest design. Populasi dalam penelitian ini adaseluruh siswa kelas 4 satu gugus. Sampel pada penelitian ini 24 siswa kelas IV SDN 04 Madiun Lor. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan simple random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi, observasi, dan tes. Hasil uji prasyarat dan data yang ditunjukan berdistribusi normal dan homogen. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji paired sampel test. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,000 atau kurang dari 5%. Oleh karena nilai sig ≤ 5%, maka dapat diambil kesimpulan terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis articulate storyline terhadap hasil belajar tematik siswa diterima.
Kata kunci : Pembelajaran Tematik , Media Articulate Storyline, Hasil Belajar Abstract
Student understanding of the material is classified as low which as a result will decrease student learning outcomes and absorb student information to be hampered. An effective learning media for thematic learning is an articulate storyline-based learning video media. This study aims to determine the effect of articulate storyline-based learning video media on the learning outcomes of fourth grade elementary school students. This research is a quantitative study with a pre-experimental design type one group pretest- posttest design. The population in this study were all 4th grade students in one cluster. The sample in this study was 24 fourth grade students at SDN 04 Madiun Lor. The sampling technique used non-probability sampling with simple random sampling. Data collection techniques using documentation, observation, and tests. The results of the prerequisite test and the data shown are normally distributed and homogeneous. The hypothesis test used is the paired sample test. The significance value obtained is 0.000 or less than 5%. Because the value of sig 5%, it can be concluded that there is an effect of using articulate storyline- based learning media on students' accepted thematic learning outcomes.
Keywords: Thematic Learning, Media Articulate Storyline, Learning Outcomes
121 PENDAHULUAN
Sistem pendidikan di Indonesia saat ini berdasarkan pada kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa materi beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema. Pembelajaran tematik dirancang berdasarkan tema serta mengintegrasikan penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan (Narti, 2016; Sari,2018; Hidayah,2015; Mulyani 2020;
Alvionita, 2020). Pembelajaran tematik merupakan integrasi dari disiplin, multidisiplin dan transdisiplin (Hidayati, 2016). Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa dengan melibatkan beberapa mata pelajaran. Prioritas pembelajaran tematik adalah untuk menciptakan belajar yang bersahabat menyenangkan dan berarti. Karakteristik pembelajaran tematik ada pada peserta didik, tidak ada pemisahan pada mata pelajaran, sehingga peserta didik dapat mengembangkan bakat sesuai dengan minat dan menumbuh kembangkan kreatifitas serta kemampuan sosial.
Dalam kegiatan khususnya pembelajaran tematik peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya baik berhubungan dengan kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Berdasarkan kurikulum 2013 pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapat siswa mencapai komponen tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional ,biasanya guru menetapkan tujuan belajar, siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil dalam tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. Menurut (Afandi, 2013) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif),dan kemampuan motorik halus dan kasar (psikomotorik) pada peserta didik.
Menurut (Maheni, 2019) hasil belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Hasil belajar tersebut sangat penting dalam proses pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan belajar.
Dalam lingkup pendidikan hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan guru. Hasil belajar tematik dapat dilihat dari perubahan pengetahuan sampai dengan tingkah laku dari peserta didik tersebut yang berdasar pada indikator pencapaian sesuai dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik tersebut. Hasil belajar adalah interaksi yang ditimbulkan antara tindakan
122
dalam pembelajaran dan mengajar. Hasil dari proses pembelajaran tersebut diakhiri dengan adanya penilaian dari kegiatan pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran yang kreatif, efektif dan inovatif dapat memberikan kenyamanan dalam proses pembelajaran sehingga dari kenyamanan peserta didik tersebut nilai yang akan didapatkan peserta didik akan bertambah. Hasil belajar yang baik dapat dikatakan sebagai tujuan dalam proses pembelajaran tersebut berhasil.
Di era pandemi saat ini banyak kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, namun pemerintah tetap mewajibkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring.
Berdasarkan observasi di lapangan yang bertempat di SDN 04 Madiun Lor, peneliti mendapatkan permasalahan yang menjadi latar belakang dalam penelitian. Permasalahan yang pertama yaitu media pembelajaran kurang bervariasi, didapatkan hasil bahwa dalam kegiatan pembelajaran daring yang dilaksanakan masih minim media. Pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah ini masih menggunakan media youtube sebagai alternatif dalam memberikan materi, penggunaan media yang masih minim menyebabkan media yang diberikan untuk proses pembelajaran cederung monoton dan tidak mengikuti perkembangan teknologi.
Permasalahan yang kedua yaitu hasil belajar masih tergolong rendah, pemanfaatan media belajar yang rendah menyebabkan masalah dalam pelaksanaan belajar mengajar, peneliti menemukan bahwasanya media yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan media yang kurang bervariasi, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik banyak mata pelajaran yang harus dijelaskan secara kongkrit, apalagi pada tema 5 ada pembelajaran IPA yang seharusnya dapat menjelaskan materi tersebut dengan menggunakan contoh yang nyata agar siswa mudah memahami materi. Kurang adanya pemahaman tersebut maka peserta didik memperoleh nilai yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Permasalahan yang keempat yaitu kurangnya interaksi antara guru dengan peserta didik, proses belajar mengajar seharusnya dilakukan oleh guru dan peserta didik yang harus memiliki hubungan timbal balik antara keduanya, tetapi ditemui pada sekolah ini guru hanya mengajar dengan satu arah dimana peserta didik hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya penggunaan media pada SDN 04 Madiun Lor, yang dapat mengakibatkan tidak adanya umpan balik yang diberikan guru kepada peserta didik karena pembelajaran yang dilakukan hanya guru yang menjadi narasumber satu-satunya. Permasalahan yang terakhir yaitu siswa kurang aktif
123
dalam proses pembelajaran, kurang aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya yaitu minimnya penggunaan media dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa tidak bisa secara penuh paham tentang materi yang diberikan.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti merujuk kepada media video berbasis articulate stroryline dalam proses pembelajaran tematik. Salah satu media pembelajaran yang digunakan guru untuk mengajar yaitu media pembelajaran interaktif.
Articulate storyline merupakan sebuah program yang bisa mendukung pembuatan media pembelajaran modern berbasis digital dan bisa digunakan oleh kalangan pemula hingga profesional. Menurut (Pratama,2018; Syabri dan Elfizon, 2020) articulate storyline merupakan media komunikasi dan presentasi. Dalam articulate storyline program aplikasi yang difasilitasi oleh smart brainware secara mudah dengan adanya video tutorial interaktif yang membantu pengguna dengan berbentuk CD,web personal maupun web processing, melalui template yang bisa digunakan secara online maupun offline. Selaras dengan (Amiroh, 2019) articulate storyline adalah sebuah multimedia authoring tools yang dapat dipergunakan dalam membuat video pembelajaran interaktif dengan memberikan vitur gambar, teks, suara, grafik, video serta animasi. Menurut (Nuraini dan Mintowati, 2018) Media interaktif articulate storyline dapat mempermudah guru dalam pembuatannya karena sudah terdapat template yang bisa digunakan dalam pemuatan latihan dan tes dan dapat dipublish secara online maupun offline. Publikasi hasil video pembuatan menggunakan articulate storyline dapat berupa media berbasis web yang dapat dipergunakan dalam bentuk perangkat tablet maupun laptop. Adapun perbedaan antara Articulate Storyline dengan Adobe Flash terletak pada pemogramanya, untuk articulate storyline tidak membutuhkan script dalam proses pembuatannya, seluruh perintah terdapat pada menu trigger dalam menu tersebut dapat untuk membuat video pembelajaran interaktif.
Media pembelajaran berbasis Articulate Storyline mempunyai tampilan seperti powerpoint, tetapi lebih unggul dari powerpoint keunggulan yang dimiliki berupa fitur penambahan character, berbagai macam template yang bisa digunakan dan terdapat layer yang dapat memisahkan bagian satu dengan yang lainnya dan ada trigger yang dapat mengarahkan tombol pada tempat yang diinginkan pengguna. Perangkat ini mempunyai layar kerja berupa slide dan scene serta memiliki vitur audio, video, gambar sehingga dalam penyampaikan materi lebih interaktif dan menarik. Articulate storyline mempunyai
124
komponen yang lengkap dapat membuat peserta didik belajar dengan menggunakan gaya masing-masing dapat belajar dengan auditori dan visual dapat memaksimalkan penerimaan materi belajar. Kelebihan yang kedua yaitu media pembelajaran articulate storyline merupakan software mix progrmming tools artinya dapat membantu para pemula hingga yang sudah profesional. Program articulate storyline mempunyai keunggulan smart brainware yaitu penggunaan yang sederhana dan dapat memaksimalkan sebuah program yang dibuat oleh guru dengan prosedur tutorial template dan memudahkan pengguna memformatnya dalam bentuk web personal, CD dan word processing.
Dari permasalahan di atas guru dapat menggunakan media video interaktif di kelas salah satunya dengan media video pembelajaran berbasis Articulate Storyline sehingga nanti siswa dapat tertarik dengan materi pembelajaran tematik menggunakan bantuan media video pembelajaran berbasis Articulate Storyline dalam melaksanakan pembelajaran tematik agar tidak terjadi kendala. Materi yang diberikan gurupun lebih terlihat kongkrit dan jelas karena media video Articulate Storyline dapat membantu peserta didik melihat dan mendengar apa yang menjadi pokok pembelajaran saat itu. Jika kondisi ini terpenuhi maka materi yang diberikan gurupun mampu diserap siswa dengan mudah.
Berdasarkan kondisi dan situasi di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengkaji secara lebih mendalam melalui penelitian tentang “ Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran Berbasis Articulate Storyline Terhadap Hasil Pembelajaran Tematik Kelas IV Di SDN 04 Madiun Lor”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quansi Eksperimen) dengan desain Posttest Only Control Grup Design.Ppada penelitian ini menggunakan kelas sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, pada masing-masing kelas akan diberikan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui hasil belajar siswa dilihat menggunakan tes yang dilakukan setelah adanya perlakuan (posttest).
Dalam penelitian berikut populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV yang ada di satu gugus 2 Mangunharjo. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN 04 Madiun Lor yang berjumlah 24 siswa. Dalam penelitian ini menggunakan pretest dan posttest. Prestes diberikan sebelum diadakan eksperimen kepada 24 siswa tersebut. Setelah itu dilakukan eksperimen da selanjutnya diberi posttes. Selain
125
itu, observasi yang dilakukan di SDN 04 Madiun Lor mengamati tentang subyek yang akan dilakukan penelitian, menanyakan kendala-kendala yang terdapat dalam proses pembelajaran tematik dan mengamati setiap perilaku peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tematik.
HASIL PENELITIAN
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar tematik siswa kelas IV pada tema 5, sedangkan variabel yang dijadikan tolok ukur adalah penggunaan media pembelajaran berbasis Articulate Storyline. Berkaitan dengan hal tersebut, instrumen utama dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Dengan demikian seluruh skor dalam penelitian ini merupakan nilai yang diperoleh dari eksperimen yang diberikan perlakuan berupa penggunaan media pembelajaran berbasis Articulate Storyline. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka beberapa hal yang perlu
dipaparkan diantaranya; (1) skor hasil belajar tematik kelompok siswa sebelum diajar menggunakan media pembelajaran berbasis Articulate Storyline; dan (2) skor hasil belajar tematik kelompok siswa setelah diajar menggunakan media pembelajaran berbasis Articulate Storyline.
Data yang berhasil dikumpulkan berkaitan dengan hasil belajar tematik siswa sebelum diajar menggunakan media pembelajaran berbasis Articulate Storyline menunjukkan nilai rata-rata sebesar 14,58. Adapun perolehan nilai tertinggi sebesar 21 dan nilai terendah sebesar 11 dengan standar deviasi 3,682. dari 24 responden, sebanyak 14 siswa memperoleh nilai pada rentang 11 sampai 14, selanjutnya 4 siswa memperoleh nilai rentang 15 sampai 18, dan sebanyak 6 siswa memperoleh nilai pada rentang 19 sampai 22.
Data tersebut terrangkum dalam histogram sebagai berikut.
126
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Tematik Kelompok Siswa Sebelum Diajar Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Articulate Storyline (Pretest)
Berdasarkan data di atas, kelompok siswa yang diajar sebelum menggunakan media pembelajaran berbasis articulate storyline nilai yang rendah. Hal ini membuktikan bahwa media pembelajaran menjadi salah satu kunci keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar.
Berkaitan dengan hal tersebut juga diketahui bahwa kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran akan sangat diperlukan.
Selanjutnya skor hasil belajar tematik kelompok siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis articulate storyline (posttest) didapatkan data dari 24 siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebanyak 15 siswa memperoleh nilai di rentang 13 sampai 18. Siswa yang memperoleh nilai di rentang 19 sampai 24 sebanyak 6 orang. Selanjutnya, sebanyak 4 siswa yang mendapatkan nilai di rentang 25 sampai 30. Untuk mempertegas hasi penelitian ini, berikut disajikan gambar histogram sebagai berikut.
127
Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Tematik Kelompok Siswa Setelah Diajar Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Articulate Storyline (Posttest) Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran berbasis articulate storyline menunjukkan nilai yang cukup baik. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai kebutuhan belajar siswa akan dapat menunjang nilai akademik.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti yang lain yaitu Ni Putu Ferina (2020) .Nilai rata-rata berdasarkan paparan pada tabel ditunjukkan bahwa hasil pada kelas kelas eksperimen lebih besar dari hasil kelas control, data kelas eksperimen sebesar 87,8 dan untuk kelas control 76,8. Untuk mengetahui data dapat berdisitribusi normal atau tidak dapat dilihat pada sebaran data yang diberikan. Untuk data kelas eksperimen mean sebesar 87, 8 dan (dk) =7. Pada kelas control mean sebesar 76,6 dan (dk)=10, sehingga menunjukan hasil postest lebih besar dibanding prestest. Kemudian untuk hasil table indepentent sampel test menggunakan SPSS hasil perhitungan sebesar 0,003 dimana hasil tersebut lebih kecil dari 0,05 atau 0,003
< 0,05. Kemudian hasil analisis hipotesis dengan uji paired sampel T test menunjukkan bahwa hasil uji t dengan nilai sig (2-tailed), sebesar 0,003 artinya sig 0,003 lebih kecil dari pada nilai 0,05 sehingga Ho di tolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwasannya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang
128
menggunakan media pembelajaran berbasis video. Sehingga Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, terbukti bahwa penggunaan media pembelajaran berbasis articulate storyline berpengaruh terhadap hasil belajar tematik siswa kelas IV SDN 04
Madiun Lor tahun pelajaran 2021/2022. Hal tersebut dikuatkan dengan perolehan nilai signifikansi <0,05. Selain itu ditinjau dari perbandingan nilai rata-rata dari pretest dan posttest, yang menunjukkan bahwa hasil belajar tematik siswa yang menunjukkan bahwa hasil belajar tematik siswa yang menerima pembelajaran menggunakan media pembelajaran articulate storyline lebih baik daripada sebelum diajar menggunakan media pembelajaran articulate storyline.
Temuan penelitian yang telah dipaparkan di atas sesuai dengan pernyataan dari Sanjaya (2015) bahwa media pembelajaran merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam hal ini pesan yang dimaksud adalah materi ajar, dan segala hal yang berkaitan dengan terjadinya proses transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa.
Pada hakikatnya, guru terus dituntut untuk mampu mengembangkan kompetensi demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru yang profesional tidak hanya sebatas bidang administrasi, tetapi juga mampu mengelola kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selaras dengan hal tersebut, dapat dilakukan dengan pemanfaatan dan pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Daryanto (2014) bahwa guru juga perlu memberikan fasilitas dan melatih siswa untuk lebih memperhatikan hal yang penting dari pemahaman materi ajar sehingga konsep pembelajaran yang bermakna bagi siswa dapat tercapai.
129
Uraian di atas telah mengerucutkan pada satu hal bahwa sejatinya media pembelajaran merupakan sebuah alat pelengkap yang harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar. Dalam hal ini tentu saja berkaitan dengan materi dan karakteristik siswa yang berbeda, media pembelajaran dapat menjadi penentu dalam peningkatan hasil belajar siswa.
SIMPULAN
Penelitian ini mempunyai maksud untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh terhadap pembelajaran tematik terhadap hasil belajar dengan bantuan media video pembelajaran berbasis articulate storyline pada siswa kelas IV SD. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di SDN 04 Madiun Lor. Dengan terdapatnya data yang telah dibuktikan dengan hasil rata-rata belajar siswa yang menunjukkan hasil pretest dan posttes (18,83 >
14,58). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pretest dan posttest lebih besar dibanding dengan nilai pretest. Sehingga nilai yang digunakan hanya nilai sig <0,05. Berhubung nilai sig 0,000 < 0,05, maka hipotesis yang berbunyi ada pengaruh penggunaan media video pembelajaran berbasis articulate storyline terhadap hasil belajar tematik dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M. (2013) Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar. Semarang. Unissula Press.
Alvionita, K., & Abidin, Z. (2020). Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Model Discovery Learning Pada Kelas IV Sekolah Dasar. E-Journal Pembelajaran Inovasi, Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(C), 141–152.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
Amiroh. (2019). Mahir Membuat Media Interaktif Articulate Storyline. Yogyakarta.
Pustaka Ananda Srva.
Damayanti, N. P. F. M. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Video Terhadap Hasil Belajar Subtema Tugasku Sehari-Hari Di Rumah Kelas 2 Melalui Daring Di Sd Negeri Latek Bangil. http://etheses.uin-
malang.ac.id/24446/1/16140113.pdf
130
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
Hidayati, W., Tarbiyah, F., State, T., & Kalijaga, S. (2016). Implementation of Curriculum 201 In Primary School Sleman Yogyakarta, 6(2), 6–12. https://doi.org/10.9790/7388- 0602020612
Mulyani, S., & F, F. (2019). Pengembangan Lkpd Berorientasi Eksperimen Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(1), 89–102.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i1.281
Narti, Y., Setyosari, P., Degeng, I. N. S., & Dwiyogo, W. D. (2016). Thematic Learning Implementation in Elementary School (Phenomenology Studies in Pamotan SDN 01 and 01 Majangtengah Dampit Malang). International Journal of Science and
Research, 5(11), 1849–1855. https://doi.org/10.21275/ART20163223
Nuraini, D., & Mintowati, M. (2018). Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Articulate Storyline Untuk Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas X Sman 3.
Ejournal.Unesa.Ac.Id, 7(1), 19–35.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/38808
Pratama, R. A. (2019). Media Pembelajaran Berbasis Articulate Storyline 2 Pada Materi Menggambar Grafik Fungsi Di Smp Patra Dharma 2 Balikpapan. Jurnal Dimensi, 7(1), 19–35. https://doi.org/10.33373/dms.v7i1.1631
Putu, N., Maheni, K., Ekonomi, J. P., Ekonomi, F., Pendidikan, U., & Singaraja, G.
(2019). PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA. 11(1), 85–95. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/view/20077/12049 Raden, I., & Lampung, I. (2015). Pembelajaran tematik integratif di sekolah dasar 34. 2,
34–49. https://doi.org/10.24042/terampil.v2i1.1280
Sanjaya. 2015. Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sari, N. A., Akbar, S., & Yuniastuti. (2018). Penerapan pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar. Journal.Um.Ac.Id, 3(12), 1572–1582.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11796
Syabri, K. I., & Elfizon. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Software Articulate Storyline Pada Pembelajaran Dasar Listrik Elektronika. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 1(1), 95–99.
http://jpte.ppj.unp.ac.id/index.php/JPTE/article/view/43
131