• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penghargaan finansial, pengakuan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penghargaan finansial, pengakuan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGHARGAAN FINANSIAL, PENGAKUAN PROFESIONAL, LINGKUNGAN KERJA, PERTIMBANGAN

PASAR KERJA, DAN PERSONALITAS TERHADAP PEMILIHAN KARIR MAHASISWA AKUNTANSI SEBAGAI

AKUNTAN PUBLIK

(STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA S1 AKUNTANSI KOTA MALANG)

Mega Sulistiyani1, Nurul Fachriyah2

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang Email:[email protected]1

Abstract :

This research is a quantitative research that aims to examine the effect of financial rewards, professional recognition, working environment, workforce market considerations, and personality on public accountants career option of accounting students. Data collection in this study used a survey method with a questionnaire. The scope of this research is the city of Malang, with samples of accounting S1 students who are / have taken semester 5 in Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Universitas Muhammdiyah Malang, Universitas Islam Malang, dan Universitas Merdeka Malang. From the questionnaire distributed, respondents obtained data that could be examined as many as 203 respondents' data.

The results of the Logistic Regression analysis show that the working environment and personality influence the career choice of accounting students as public accountants. While financial awards, professional recognition, and market considerations do not affect the career choice of accounting students as public accountants. The implication of this study is to provide an overview to the Public Accounting Firm to be able to maximize the factors that influence the career choice of accounting students as public accountants. So that it can attract more accounting students to pursue careers as public accountants.

Keywords: Career, Public Accountants, Financial Awards, Professional Recognition, Working Environment, Workforce Market

Abstrak:

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji pengaruh penghargaan finansial, pengakuan profesional, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survei dengan kuesioner. Ruang lingkup pada penelitian ini adalah wilayah Kota Malang, dengan sampel mahasiswa S1 akuntansi yang sedang/ telah menempuh semester 5 di Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Universitas Muhammdiyah Malang, Universitas Islam Malang, dan Universitas Merdeka Malang. Dari kuesioner yang disebar, diperoleh data responden yang dapat diteliti sebanyak 203 data responden. Hasil analisis Regresi Logistik menunjukkan bahwa lingkungan kerja dan personalitas berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik, sedangkan penghargaan finansial, pengakuan profesional, dan pertimbangan pasar tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Implikasi dari penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada Kantor Akuntan Publik untuk dapat memaksimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi

(2)

pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik, sehingga mampu menarik minat mahasiswa akuntansi lebih banyak untuk berkarir sebagai akuntan publik.

Kata Kunci: Akuntan Publik, Penghargaan Finansial, Pengakuan Profesional, Lingkungan Kerja, Pertimbangan Pasar Kerja

PENDAHULUAN

Seiring dengan globalisasi, dunia bisnis pun berkembang kian pesat. Apalagi juga didukung dengan adanya MEA semenjak 2015 silam. Berkembangnya dunia bisnis yang semakin pesat ini berdampak pada semakin ketatnya persaingan, baik dalam segi bisnis itu sendiri maupun sumber daya manusianya. Hal tersebut menuntut kecakapan, kemampuan,dan keahlian baik dalam manajemen bisnis maupun sumber daya manusianya sebagai pekerja.

Semakin kompleksnya dunia bisnis, persainganpun menjadi semakin ketat, sehingga untuk dapat bersaing dalam dunia kerja yang kompetitif tersebut dibutuhkan kecakapan, kemampuan, dan keahlian yang tidak hanya memadai tetapi juga tinggi.

Agar dapat meraih kesuksesan dalam karir serta dapat mempertahankan eksistensi di dunia kerja yang kian kompetitif, sangat diperlukan kinerja yang baik. Performance yang baik dalam karir dapat dicapai apabila tingkat kepuasan kerja tinggi, karena performance kinerja salah satunya dapat diindikasikan dari kepuasan kinerja seseorang. Tingkat kepuasan kinerja yang tinggi mengindikasikan bahwa orang tersebut merasa senang dalam bekerja.

Perasaan senang tersebut timbul karena mereka senang dalam menjalankan tugasnya. Dengan kesenangan terhadap pekerjaan menjadikan orang tersebut bersungguh-sungguh dan melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan tugasnya.

Sehingga mereka berusaha mengerjakan tugas tersebut semaksimal mungkin dengan mengerahkan kemampuan terbaik mereka untuk hasil yang optimal.

Kesenangan seseorang dalam pekerjaannya dapat diperoleh apabila terdapat kesesuaian antara pekerjaan seseorang dengan minat dan kebutuhannya.

Kesesuaian tersebut dapat diwujudkan dengan pemilihan karir yang tepat dan matang.

Agar dapat menentukan pilihan karir dengan tepat, perlu perencanaan karir yang baik dan matang. Untuk itu, perencanaan karir berperan sangat penting.

Perencanaan karir sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Setidaknya pada jenjang

kuliah, mahasiswa sebaiknya sudah memiliki perencanaan karir yang jelas dan matang. Sehingga ketika lulus dari bangku kuliah, mahasiswa sudah mantap menapaki dunia kerja yang dipilihnya.

Dengan mengetahui minat karir mahasiswa akuntansi, maka instansi pendidikan dalam hal ini perguruan tinggi program studi akuntansi dapat menyusun program dan kurikulum pendidikan yang relevan dengan dunia kerja terkini. Instansi pendidikan dapat menyusun program dan kurikulum yang relevan dan mendukung serta sesuai dengan kompetensi dan segala hal yang dibutuhkan dalam dunia kerja untuk mencetak lulusan yang unggul, berintegritas, dan berkualitas. Hal tersebut dilakukan salah satunya sebagai langkah persiapan untuk mendukung mahasiswa memasuki dunia kerja.

Faktanya, saat ini, minat mahasiswa dalam berkarir sebagai akuntan tidak terlalu tinggi. Padahal, permintaan pasar kerja atau kebutuhan terhadap profesi ini cukup tinggi. Karena akuntan merupakan profesi yang sangat penting dalam dunia ekonomi dan bisnis. Terlebih saat ini, dunia bisnis sedang gencar-gencarnya. Kian hari kian banyak perusahan-perusahaan yang mulai berkembang, baik skala kecil maupun besar. Saat ini, juga kian banyak startup yang mulai tumbuh terutama dalam bidang teknologi digital.

Menurut Afrianto (2016) pada laman okezone.com pada tahun 2016 terdapat 589 perguruan tinggi di Indonesia dengan angka kelulusan mahasiswa akuntansi mencapai lebih dari 35.000, sedangkan akuntan profesional yang tercatat di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) hanya sekitar 24.000 akuntan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah profesi akuntan di Indonesia masih minim dibandingkan dengan angka kelulusan mahasiswa akuntansi setiap tahunnya. Ini mengindikasikan bahwa lulusan akuntansi kurang tertarik untuk berkarir sebagai akuntan. Dengan kata lain, minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai akuntan tergolong masih rendah.

Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa profesi akuntan di

(3)

Indonesia sangat dibutuhkan. Namun, saat ini, jumlah profesi akuntan yang tersedia masih belum mencukupi kebutuhan terhadap tenaga akuntan. Dari segi kuantitas, profesi akuntan saat ini masih tergolong kecil, jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang menempuh jurusan ini. Dengan luasnya peluang kerja sebagai akuntan, seharusnya dapat menarik minat mahasiswa berkarir sebagai akuntan. Dengan mengacu pada data diatas, sebenarnya peluang karir pada profesi akuntan di Indonesia cukup tinggi. Mengingat profesi tersebut sangatlah penting dan begitu dibutuhkan. Akan tetapi faktanya tidak seperti itu. Kondisi riil saat ini, profesi akuntan mengalami krisis.

Minimnya kuantitas profesi akuntan salah satunya disebabkan oleh rendahnya minat lulusan akuntansi untuk memilih berkarir sebagai akuntan publik.

Masalah rendahnya minat mahasiswa akuntansi dalam memilih karir profesi sebagai akuntan perlu diatasi.

Mengingat pentingnya peran akuntan dalam dunia bisnis. Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan angka calon akuntan, dengan cara meningkatkan minat mahasiswa akuntansi agar tertarik untuk berkarir sebagai akuntan publik. Untuk itu penting diketahui hal-hal atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik. Dengan mengetahui motivasi dan hal-hal yang dapat menarik mahasiswa akuntansi untuk bekerja sebagai akuntan publik, diharapkan lembaga pencari kerja (akuntan) dapat memaksimalkan hal- hal tersebut guna menarik calon akuntan publik dan meningkatkan angka akuntan tercatat di Indonesia. Menurut penelitian terdahulu dalam bidang tersebut, setidaknya pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik dipengaruhi oleh faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai- nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas. Berdasarkan ulasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penghargaan Finansial, Pengakuan Profesional, Lingkungan Kerja, Pertimbangan Pasar Kerja, dan Personalitas, Terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi sebagai Akuntan Publik.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir

mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peristiwa yang terjadi pada penelitian terdahulu akan terjadi lai pada penelitian kali ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tiga aspek yaitu: 1). ruang lingkup penelitian, 2). Sampel penelitian dan 3) variabel independen penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penghargaan finansial, pengakuan profesional, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan pubik. Manfaat dari penelitian ini mencakup dua aspek utama yaitu manfaat teori dan manfaat praktik. Manfaat penelitian ini dari segi teori yaitu diharapkan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan dan teori untuk dapat saling mendukung Teori Holland, Teori Pengharapan, Teori Hierarki Kebutuhan dan Teori Higiene serta dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka untuk penelitian-penelitian terkait selanjutnya. Sedangkan manfaat praktiknya untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pemilihan karir lulusan akuntansi sehingga membantu mahasiswa mempersiapkan rencana karirnya, membanbantu perguruan tinggi program studi akuntansi untuk menyusun program pendidikan dan kurikulum yang relevan dengan dunia kerja terkini. Selain itu dapat memberikan gambaran kepada Lembaga Profesi Akuntansi mengenai karir akuntan publik terutama faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Dengan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan karir akuntan publik tersebut, diharapkan lembaga pencari kerja dapat memaksimalkan faktor- faktor yang dapat menarik lulusan akuntansi untuk bekerja sebagai akuntan. Sehingga mahasiswa akuntansi banyak yang tertarik untuk berkarir sebagai akuntan publik.

Dengan demikian dapat menambah angka profesi akuntan profesional tercatat. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi lebih pada akuntan yang telah bekerja.

TELAAH PUSTAKA Teori Holland

Teori Holland memberikan perhatian pada keturunan, lingkungan, dan

(4)

pengaruh mereka pada pemilihan karier, penekanannya adalah pada faktor-faktor yang berdampak pada pemilihan di titik waktu tertentu (Amundson, Harris- Bowlsbey, & Niles, 2014: 20). Teori Holland menurut Amundson, Harris- Bowlsbey, & Niles (2014: 20) dapat dirangkum dalam empat pernyataan berikut:

a. Kepribadian individu dapat dideskripsikan sebagai kombinasi dari enam tipe: realistik, investigatif, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional.

b. Lingkungan (termasuk pekerjaan, pekerjaan tertentu, program studi, dan kegiatan waktu luang) dapat dideskripsikan sebagai kombinasi dari keenam tipe yang sama.

c. Orang-orang dengan tipe tertentu dibuat tertarik oleh lingkungan dengan tipe yang sama atau mirip.

d. Menempatkan diri di sebuah lingkungan dengan tipe yang sama, atau yang sangat mirip dengan dirinya sendiri memberikan kontribusi yang signifikan pada potensi kepuasan, persistensi, dan kontribusi individu di lingkungan itu.

Teori Pengharapan

Konsep dari pemilihan profesi ini berhubungan dengan teori motivasi yakni teori pengharapan (expectancy theory).

Konsep dari pemilihan profesi ini berhubungan dengan teori motivasi yakni teori pengharapan (expectancy theory).

Motivasi merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan individu untuk memulai dan mengarahkan perilakunya terhadap pekerjaan tertentu (Gibson et al, 1997 dalam Setiyani 2005).

Sedangkan menurut Robbins (2015: 127) motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Teori pengharapan merupakan salah satu dari teori motivasi, definisi dari teori pengharapan adalah kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan pengharapan kita mengenai hasil yang diberikan dan ketertarikannya (Robbins, 2015: 148).

Dewasa ini penjelasan yang paling diterima secara luas mengenai motivasi adalah teori pengharapan dari Victor Vroom, dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan mengatakan bahwa karyawan akan berupaya lebih baik dan lebih keras jika karyawan tersebut meyakini upaya itu menghasilkan penilaian kinerja yang baik.

Penilaian kinerja yang baik akan mendorong imbalan organisasi seperti bonus, kenaikan gaji atau promosi. Dan imbalan tersebut akan memenuhi sasaran pribadi karyawan tersebut.

Teori Pengharapan berfokus pada tiga hubungan, (Robbins, 2015: 148):

1. Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas dirasakan oleh individu yang mengerahkan sejumlah upaya yang diberikan akan mengarahkan pada kinerja.

2. Hubungan kinerja-imbalan. Keadaan yang mana individu meyakini untuk melaksanakan pada suatu tingkat tertentu akan mengarahkan pada pencapain hasil yang diinginkan.

3. Hubungan imbalan-tujuan pribadi.

Keadaan yang mana imbalan organisasional akan memuaskan tujuan pribadi individu atau kebutuhan dan ketertatikan atas imbalan yang potensial tersebut bagi individu.

Kunci dari teori pengharapan adalah pemahaman sasaran idividu dan keterkaitan antara upaya dan kinerja, antara kinerja dan imbalan. Berdasarkan teori tersebut, pemilihan karir mahasiswa akuntansi ditentukan oleh pengharapan akan karir yang akan mereka pilih apakah karir tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan individu mereka dan apakah karir tersebut mempunyai daya tarik bagi mereka (Widyasari, 2010). Misalnya apakah karir tersebut dapat memberikan imbalan organisasi yang layak seperti bonus, kenaikan gaji atau promosi. Dengan kata lain mahasiswa mempunyai pengharapan terhadap karir yang dipilihnya ini dapat memberikan apa yang mereka inginkan ditinjau dari faktor-faktor gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas.

Teori Motivasi Maslow

Hierarki kebutuhan Maslow menyatakan bahwa di dalam setiap individu ada suatu jenjang untuk lima kebutuhan yaitu: Faali atau fisiologis (sandang, pangan, papan, dan kebutuhan ragawi lainnya), keamanan (perlindungan fisik dan emosional), sosial (kasih sayang, rasa dimiliki, persahabatan), penghargaan (harga diri, otonomi dan prestasi, status, pengakuan, perhatian), serta aktualisasi diri (pencapaian potensi diri dan pemenuhan diri). Teori ini menyatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang pernah dipenuhi

(5)

secara lengkap, suatu kebutuhan yang dipuaskan secara substansial tidak lagi memotivasi seseorang. Manusia harus bekerja atau berkarier untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, sehingga mendapatkan gaji atau kompensasi lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu juga membutuhkan rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri saat dia bekerja.

Teori Motivasi Higiene (Herzberg) Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg, seorang psikolog.

Dalam usaha mengembangkan kebenaran teorinya, Herzberg melakukan penelitian yang bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan: “Apa sesungguhnya yang diinginkan oleh seseorang dari pekerjaannya?” Timbulnya keinginan menemukan jawaban terhadap pertanyaan ini didasarkan pada keyakinan Herzberg bahwa hubungan seseorang dengan pekerjaannya sangat mendasar dan karena itu sikap seseorang terhadap pekerjaannya itu sangat mungkin menentukan sukses atau gagalnya individu tersebut (Siagian, 1995:164).

Hasil penelitian Herzberg menemukan bahwa apabila para pekerja merasa puas dengan pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan pada faktor-faktor yang sifatnya intrinsik seperti keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung jawab, kemajuan dalam karier dan pertumbuhan profesional dan intelektual, yang dialami oleh seseorang.

Sebaliknya apabila para pekerja merasa tidak puas dengan pekerjaannya, ketidakpuasan itu pada umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik—artinya bersumber dari luar diri pekerja yang bersangkutan—seperti kebijaksanaan organisasi, pelaksanaan kebijaksanaan yang telah ditetapkan, supervise oleh para manajer, hubungan interpersonal dan kondisi kerja, jaminan pekerjaan, jaminan sosial, dan gaji.

Herzberg berpendapat bahwa apabila para manajer ingin memberi motivasi pada para bawahannya, yang perlu ditekankan adalah faktor-faktor yang menimbulkan rasa puas, yaitu dengan mengutarakan faktor-faktor motivasional yang sifatnya intrinsik. Implikasi teori ini adalah bahwa seorang pekerja mempunyai persepsi berkaryatidak sekedar mencari nafkah, akan tetapi sebagaiwahana untuk memuaskan berbagai kepentingan dan

kebutuhannya, sebagaimanapun kebutuhan itu dikategorisasikan (Siagian, 95:165).

Jenis-Jenis Bidang Karir Profesi Akuntan a. Akuntan Publik

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. Jasa tersebut meliputi:

1. jasa audit atas informasi keuangan historis;

2. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan

3. jasa asurans lainnya.

Jumamik dalam Merdekawati dan Sulistyawati (2011) menyatakan bahwa akuntan publik adalah akuntan yang bergerak dalam bidang akuntansi publik, yaitu menyerahkan berbagai macam jasa akuntansi untuk perusahaan-perusahaan bisnis.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: No. 43/KMK.017/1997 tentang Jasa Akuntan Publik, izin menjalankan praktik sebagai akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan jika seseorang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Berdomisili di wilayah Indonesia.

2. Lulus ujian sertifikasi akuntan publik yang diselenggarakan oleh IAI.

3. Menjadi anggota IAI. telah memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya (3) tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit.

Berikut ini gambaran jenjang karir akuntan publik menurut Mulyadi (2002):

1. Auditor junior, bertugas melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

2. Auditor senior, bertugas untuk melaksankan audit dan bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuaI dengan rencana, mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior.

3. Audit Manager, merupakan pengawas audit yang bertugas membantu auditor senior dalam

(6)

merencanakan program audit dan waktu audit : mereview kertas kerja, laporan audit dan management letter.

4. Partner (rekan), merupakan jabatan tertinggi dalam hierarki auditor yang bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai auditing serta hubungan dengan klien.

b. Akuntan Perusahaan

Menurut Abdul Halim dalam Oktavia (2005), akuntan intern perusahaan merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan audit. Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan.

c. Akuntan Pemerintah

Menurut Mulyadi dalam Oktavia (2005), akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

d. Akuntan Pendidik

Menurut Soemarso dalam Widyasari (2005) akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, yaitu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan penelitian di bidang akuntansi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir sebagai Akuntan Publik 1. Penghargaan Finansial

Penghasilan atau gaji merupakan hasil yang diperoleh sebagai kontraprestasi dari pekerjaan yang telah diyakini secara mendasar bagi sebagian besar perusahaan sebagai daya tarik utama untuk memberikan kepuasan kepada karyawannya (Rahayu, 2003). Menurut Suyono (2014) penghargaan finansial dipandang sebagai alat ukur untuk menilai pertimbangan jasa yang telah diberikan karyawan sebagai imbalan yang telah diperolehnya. Kompensasi berbanding lurus dengan motivasi. Kompensasi erat kaitannya dengan motivasi. Hal ini menunjukkan bahwa jika ingin meningkatkan motivasi kerja maka tingkatkanlah kompensasi (Sinambela, 2016:244). Penghargaan finansial diuji dengan tiga butir pernyataan yaitu gaji awal

yang tinggi, potensi kenaikan gaji dan tersedianya dana pensiun.

2. Pengakuan profesional

Pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi (Setiyani, 2005). Menurut Stole dalam Setiyani (2005), pengakuan profesional ini juga dikategorikan sebagai penghargaan yang tidak berwujud finansial. Pengakuan profesional diuji dengan empat pernyataan mengenai kemungkinan bekerja dengan ahli lain, kesempatan untuk berkembang, dan pengakuan prestasi (Rahayu, 2003).

3. Lingkungan kerja

Menurut Rahayu (2003) sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan kerja merupakan faktor lingkungan pekerjaan.

Lingkungan kerja diuji dengan tujuh pernyataan mengenai sifat pekerjaan (rutin, atraktif, sering lembur).

Menurut Setiyani (2005) sifat pekerjaan profesi akuntan publik tidak rutin karena berhadapan dengan berbagai jenis klien yang berbeda-beda jenis perusahaannya. Klient yang beragam membuat situasi kerja berganti suasana dan berada pada kondisi yang baru, sehingga membuat pekerjaan menjadi menyenangkan, dan tidak membosankan. Pekerjaan akuntan publik lebih atraktif karena harus memahami karakter kliennya, sehingga tantangan menghadapi pekerjaan inipun lebih tinggi.

Banyaknya tantangan tersebut menimbulkan banyak tekanan kerja untuk mencapai hasil yang sempurna.

Tekanan kerja tersebut juga disebabkan oleh tingginya tingkat kompetisi dan adanya batasan waktu sehingga seringkali lembur. Tingginya tingkat kompetisi antar karyawan karena profesi tersebut selalu berusaha mendapatkan proyek dari banyak klien.

Setiyani (2005) juga menyatakan bahwa mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik lebih menjaga performance agar lebih percaya diri dan lebih dipercaya klien, sehingga kurang menyukai toleransi dalam berpakaian.

4. Pertimbangan Pasar Kerja

Menurut Wheeler dalam Aprilyan (2011), pertimbangan pasar kerja meliputi, tersedianya lapangan kerja, keamanan kerja, fleksibilitas

(7)

karir,dan kesempatan promosi.

Keamanan kerja merupakan faktor dimana karir yang dipilih dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Karir diharapkan bukan pilihan karir sementara,tetapi dapat terus berlanjut sampai seseorang pensiun.

Pertimbangan pasar kerja diuji dengan dua pernyataan mengenai keamanan kerja, dan kemudahan mengakses lowongan pekerjaan.

Mahasiswa akuntansi yang cenderung memilih akuntan publik sebagai pemilihan karirnya karena dengan informasi semakin banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri baik dalam perseorangan maupun perusahaan berbentuk badan hukum jasa seorang. Akuntan publik akan semakin banyak dicari dan hal ini menyebabkan semakin banyak peluang kerja yang ditawarkan.

5. Personalitas

Rahayu, dkk. (2003) menyatakan bahwa Personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi/kondisi tertentu. Personalitas diuji dengan satu pernyataan mengenai kesesuaian pekerjaan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang.

Pengaruh Penghargaan Finansial terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi sebagai Akuntan Publik

Penghargaan finansial dipertimbangkan dalam pemilihan profesi.

Karena tujuan utama seseorang bekerja adalah memproleh penghargaan finansial (Suyono, 2014). Bagi sebagian perusahaan, penghargaan finansial sebagai daya tarik utama untuk memberikan kepuasan kepada karyawan. Wheeler dalam Suyono (2014) menemukan bahwa orang-orang bisnis, psikologi, dan bidang pendidikan selain akuntansi beranggapan bahwa akuntansi menawarkan penghasilan yang lebih tinggi daripada pekerjaan dalam bidang pemasaran, manajemen umum, keuangan dan perbankan.

Menurut Chan (2012) berkarir di Kantor Akuntan Publik dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi atau besar dan bervariasi dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari karir yang lain. Hal ini disebabkan semakin besar perusahaan atau klien yang menggunakan jasa akuntan

publik, pendapatan yang diterima juga semakin tinggi. Selain itu banyaknya klien dan penggunaan jasa berulang juga dapat meningkatkan penghasilan. Sebagaimana menurut Aprilyan (2005) yang menyatakan bahwa menjaga hubungan relasi atau bahkan menambah relasi dengan klien yang berbeda otomatis akan menambah penghasilan.

Berdasarkan penelitian Rahayu (2003), Oktavia (2005), Setiyani (2005), Yendrawati (2007), dan Suyono (2014) menemukan bahwa penghargaan finansial menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan karir mahasiswa akuntansi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktavia (2005) penghasilan jangka panjang dan jangka pendek menjadi faktor pertimbangan yang pertama mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik. Hasil penelitian Setiyani (2005) sejalan dengan hasil penelitian Felton (1994) dan Stolle (1976), yang menunjukkan bahwa gaji merupakan faktor utama yang dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih kariernya.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H1: Penghargaan finansial berpengaruh terhadap pemilihan karier mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Pengaruh Pengakuan Profesional terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi sebagai Akuntan Publik

Pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi (Setiyani, 2005). Menurut Stole dalam Setiyani (2005), pengakuan profesional ini juga dikategorikan sebagai penghargaan yang tidak berwujud finansial. Menurut Rahayu (2003), mahasiswa yang memilih karir akuntan publik menganggap bahwa karir yang dipilihnya banyak memberikan kesempatan untuk berkembang, lebih sedikit menganggap bahwa karir yang dipilihnya lebih memberikan pengakuan apabila berprestasi. Banyaknya cara untuk naik pangkat dan banyaknya keahlian untuk mencapai sukses sangat diperlukan oleh mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan publik.

Berdasarkan penelitian Rahayu (2003), Setiyani (2005), Yendrawati (2007), menyatakan bahwa pengakuan profesional berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Hasil penelitian tersebut didukung

(8)

pula oleh penelitian Widyasari (2010) yang menemukan hal serupa.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H2: pengakuan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karier mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi sebagai Akuntan Publik

Yang disebut lingkungan kerja menurut Nitisemito (2001: 183) adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (dalam Aprilyan, 2011).

Menurut Robins, Stephen P & Judge, Timothy A (2015) lebih sering, pekerja menghargai suatu lingkungan kerja sebagai positif atau negatif dari segi pengalaman kerja mereka dengan pekerja lainnya, dibandingkan dengan kualitas lingkungan fisik. Menurut Rahayu, dkk. (2003) faktor lingkungan kerja meliputi sifat pekerjaan, tingkat persaingan, dan banyaknya tekanan kerja.

Arti (n.d.: 27) menyatakan bahwa situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap kali seseorang bekerja ia harus memasuki situasi kerja tersebut. Menurut Arti (n.d: 27) situasi yang menyenangkan akan mendorong seseorang untuk giat bekerja, namun pekerja akan mengalami kekecewaan hingga kegagalan jika berada di lingkungan kerja yang seringkali terdapat ketegangan. Lingkungan kerja yang aman dan menyenangkan dapat meningkatkan prestasi akuntan (Yendrawati, 2007).

Menurut hasil penelitian Rahayu (2003) dan Setiyani (2005), pekerjaan sebagai akuntan publik jenis pekerjaannya tidak rutin, pekerjaan lebih atraktif/ banyak tantangan, dapat terselesaikan dengan cepat, menyenangkan, tingkat kompetisi tinggi, dan ada tekanan kerja untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih baik. Akan tetapi pekerjaan tersebut sering lembur

Menurut Sanders et al., dalam Suyono (2014) karir profesi akuntan publik pada jenjang partner mengalami tingkat stres yang paling rendah di antara yang lain dan memiliki tingkat kepuasan kerja tertinggi serta mereka pula paling sedikit mengalami psychosomatic distress dan keinginan untuk berpindah kerja. Collins dan Killough dalam Suyono (2014) menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang cenderung bersuasana

stres dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja meningkat. Menurut Chatman dalam Suyono (2014) pekerjaan yang tidak sesuai kepribadian dapat meningkatkan ketidakpuasan.

Berdasarkan penelitian Rahayu (2003), Setiyani (2005), Widyasari (2010), dan Jumamik dalam Merdekawati &

Sulistyawati (2011) lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H3: Lingkungan kerja berpengaruh terhadap pemilihan karier mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Pengaruh Pertimbangan Pasar Kerja terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi sebagai Akuntan Publik

Pertimbangan pasar kerja berhubungan erat dengan pekerjaan yang dapat diakses di masa depan. Pekerjaan yang memiliki pasar kerja lebih luas, lebih diminati daripada pekerjaan yang pasar kerjanya kecil. Hal ini karena peluang pengembangan dari pekerjaan dan imbalan yang diperoleh lebih banyak. Dengan demikian, pertimbangan pasar kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mahasiswa akuntansi untuk menentukan karirnya (Suyono, 2014). Berdasarkan penelitian Rahayu., dkk. (2003), Oktavia (2005), Setiyani (2005), Yendrawati (2007), dan Suyono (2014) pertimbangan pasar kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H4: Pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan karier mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Pengaruh Personalitas terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi sebagai Akuntan Publik

Personalitas berarti karakteristik psikologi dari dalam yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Suyono, 2014).

Djuwita dalam Mazli dkk. (2006), mengatakan bahwa faktor penyebab seseorang kehilangan pekerjaan antara lain karena ketidaksesuaian kepribadian mereka dengan pekerjaan. Semakin cocok kepribadian seseorang dengan pekerjaan menjadi akuntan publik maka minat menjadi akuntan publik menjadi tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Chan (2012) dan Suyono (2014), personalitas

(9)

berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi. Hal ini sejalan dengan penelitian Jumamik dalam Merdekawati &

Sulistyawati (2011), personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H5: Personalitas berpengaruh terhadap pemilihan karier mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa program Strata 1 Jurusan Akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Malang. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa Program Strata 1 Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Malang, dan Universitas Merdeka Malang.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada Central Limit Theorema dan skala kecukupan sampel menurut Comfrey dan Lee. Menurut Comfrey dan Lee dalam (Setiyani 2005), kecukupan ukuran sampel dapat menggunakan skala pada tabel 1. Sampel dalam penelitian ini peneliti mengguanakan pendekatan skala kecukupan ukuran sampel menurut Comfrey dan Lee (dalam Setiyani:2005) dengan ukuran 200 sampel untuk memperoleh category “fairly” dalam penelitian.

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Desain atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampel atau pengambilan sampel bertujuan dengan memadukan dua tipe utama dalam pengambilan sampel bertujuan. yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (judgement sampling) dan sampel quota (quota sampling).

Data Penelitian dan Sumbernya

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Adapun sumber data tersebut adalah responden individu, yaitu mahasiswa program Strata 1 Jurusan

Akuntansi UB, UM, UIN Maulana Malik Ibrahim, UMM, UNISMA, dan UNMER Malang, semester 5 keatas. Sumber data tersebut peneliti peroleh dari survei dengan menyebar kuesioner. Cara mendistribusikan kuesioner kepada responden dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu cara online dan konvensional.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pilihan karir sebagai akuntan publik. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel binary atau variabel dummy. Variabel binary adalah data jenis nominal dengan dua kriteria saja, seperti:

“1” untuk “Ya” dan “0” untuk “Tidak”

(Darmawan, 2017). Indikator yang digunakan dalam mengkur variabel Y adalah sebagai berikut:

 0 = Tidak

 1 = Ya

Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari penghargaan finansial, pengakuan profesional, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas. Variabel dalam penelitian ini dikembangkan dari variabel yang digunakan oleh Rahayu (2003). Variabel yang diuji meliputi;

1. Penghargaan Finansial (X1)

Penghasilan atau gaji merupakan hasil yang diperoleh sebagai kontraprestasi dari pekerjaan yang telah diyakini secara mendasar bagi sebagian besar perusahaan sebagai daya tarik utama untuk memberikan kepuasan kepada karyawannya. Penghargaan finansial menurut Rahayu (2003), diuji dengan tiga instrument, yaitu gaji awal yang tinggi, potensi kenaikan gaji, dan tersedianya dana pensiun.

2. Pengakuan Profesional (X2)

Pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi.

Pengakuan profesional diuji dengan empat pernyataan mengenai kemungkinan bekerja dengan ahli lain, kesempatan untuk berkembang, dan pengakuan prestasi, sebagai berikut (Rahayu, 2003): Lebih banyak memberi kesempatan untuk berkembang, adanya pengakuan apabila berprestasi, memerlukan banyak cara untuk naik

(10)

pangkat, dan memerlukan keahlian tertentu untuk mencapai sukses.

3. Lingkungan Kerja (X3)

Lingkungan kerja menurut Nitisemito dalam Aprilyan (2011) adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan kerja merupakan faktor lingkungan pekerjaan.

Lingkungan kerja diuji dengan instrument berikut (Rahayu, 2003):

pekerjaan yang atraktif/ banyak tantangan, lebih sering lembur, tingkat kompetisi antar karyawan tinggi, dan terdapat tekanan kerja untuk mencapai hasil yang sempurna.

4. Pertimbangan Pasar Kerja (X4) Pertimbangan pasar kerja berhubungan erat dengan pekerjaan yang dapat diakses di masa depan.

Pertimbangan pasar kerja diuji dengan dua pernyataan mengenai keamanan kerja, dan kemudahan mengakses lowongan pekerjaan. Pertimbangan pasar kerja dapat diukur dengan instrument berikut (Rahayu, 2003):

keamanan kerjanya lebih terjamin (tidak mudah PHK), lapangan kerja yang ditawarkan mudah diketahui.

5. Personalitas (X5)

Personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi/kondisi tertentu.

Personalitas diuji dengan satu pernyataan mengenai kesesuaian pekerjaan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang, sebagai berikut (Rahayu, 2003): mencerminkan personalitas seorang yang bekerja secara profesional.

Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan bantuan program komputer melalui aplikasi SPSS (Statistikale Package for Sosial Science) yaitu IBM SPSS Statistiks versi 21. Alat analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik (logistik regression).

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda logistic binary. Uji regresi berganda logistik binary (Binary Logistic

Regression) merupakan pengujian regresi yang diperuntukkan untuk penelitian dengan variabel dependen yang berupa variabel binary (Santoso dalam Darmawan, 2017).

Pengujian dengan regresi logistik ini bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 95% atau taraf nyata signifikansi 5%. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada besarnya nilai P-Value, dengan syarat sebagai berikut, (Santoso dalam Darmawan, 2017):

a. Jika nilai P-Value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

b. Jika nilai P-Value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian yang dilakukan melalui dua cara, total keseluruhan kuesioner yang diterima sebesar 206 kuesioner, dari total 210 kuesioner. Dari 210 kuesioner tersebut, sebesar 70 kuesioner didistribusikan secara online melalui grup aplikasi obrolan maupun via pesan pribadi pada masing-masing responden. Sedangkan 140 kuesioner lainnya didistribusikan langsung kepada responden via konvensional, yaitu dengan membagikan kuesioner tercetak kepada responden di perguruan tinggi terpilih. Dari 70 kuesioner online yang didistribusikan dapat kembali seluruhnya. Sedangkan dari 140 kuesioner konvensional, terdapat 4 kuesioner yang tidak kembali atau tidak terisi.

Dari jumlah kuesioner yang dapat diterima kembali tersebut, tidak seluruhnya dapat digunakan. Karena terdapat kuesioner yang tidak sah, maka ada 3 kuesioner yang tidak diikutsertakan dalam pengujian statistik. Dengan demikian, jumlah data yang digunakan dalam penelitian sebanyak 203 data.

Dari total data yang dapat digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari 40 data dari responden yang berasal dari Universitas Brawijaya (UB), 28 dari Universitas Negeri Malang (UM), 32 dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maulana Malik Ibrahim), 35 dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 31 dari Universitas Islam Malang

(11)

(UNISMA), dan 35 dari Universitas Merdeka Malang (UNMER Malang).

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik Deskriptif Variabel Dependen

Berdasarkan tabel 2, responden yang memilih berkarir sebagai akuntan publik sebesar 74 responden. Dan sebanyak 129 responden yang lain memilih berkarir sebagai non-akuntan publik, dengan nilai simpangan 0,482 dan keragaman 0,233.

Dengan demikian, mayoritas mahasiswa S1 akuntansi lebih berminat untuk memilih berkarir pada non-akuntan publik.

Analisis Statistik Deskriptif Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari penghargaan finansial, pengakuan profesional, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas.

Hasil statistik deskriptif dari masing-masing instrument penghargaan finansial pada tabel 3, mengindikasikan bahwa mayoritas responden memilih jawaban setuju (S), dengan rata-rata jawaban item pertanyaan antara 3,32 hingga 3,81. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon positif terhadap masing- masing item pertanyaan pada variabel penghargaan finansial.

Hasil statistik deskriptif dari masing-masing instrument pengakuan profesional.pada tabel 4, mengindikasikan bahwa mayoritas responden memilih jawaban setuju (S), dengan rata-rata jawaban item pertanyaan antara 3,29 hingga 4,04. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon positif terhadap masing- masing item pertanyaan pada variabel pengakuan profesional.

Hasil statistik deskriptif dari masing-masing instrument lingkungan kerja pada tabel 5, mengindikasikan bahwa cukup banyak responden memilih jawaban setuju (S). Tetapi juga terdapat responden yang memilih kurang setuju hanya saja tidak sejak yang memilih setuju, dengan rata-rata jawaban item pertanyaan antara 2,44 hingga 3,33. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon positif dan negative terhadap masing-masing item pertanyaan pada variabel lingkungan kerja dengan perbandingan yang tidak begitu signifikan.

Hasil statistik deskriptif dari masing-masing instrument pertimbangan pasar kerja pada tabel 6, mengindikasikan

bahwa mayoritas responden memilih jawaban setuju (S), dengan rata-rata jawaban item pertanyaan antara 3,94 hingga 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon positif terhadap masing- masing item pertanyaan pada variabel pertimbangan pasar kerja.

Hasil statistik deskriptif dari masing-masing instrument personalitas pada tabel 7, mengindikasikan bahwa mayoritas responden memilih jawaban setuju (S), dengan rata-rata jawaban item pertanyaan 3,99. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon positif terhadap masing- masing item pertanyaan pada variabel.

Uji Kualitas Data Uji Validitas

Untuk mengetahui kevalidan indikator kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. R tabel adalah nilai r pada tabel distribusi frekuensi dengan beragam signifikansi. Penelitian ini menggunakan nilai signifikansi 1 s/d 5%. Untuk menentukan besarnya nilai r tabel dilakukan dengan menentukan besar nilai df-nya. Nilai df ditentukan berdasarkan rumus df = N-2.

N adalah jumlah sampel. N dalam penelitian ini sebanyak 203 responden. Sehingga nilai df-nya adalah 201.

Berdasarkan r tabel pada tabel distribusi frekuensi, besarnya r tabel signifikansi 1% adalah 0,181. Selanjutnya, nilai r tabel tersebut dibandingkan dengan nilai r hitung. Untuk mengetahui r hitung, dilakukan dengan cara melakukan uji korelasi. Nilai r hitung diindikasikan oleh nilai pada “pearson correlation”. Selain itu, juga ddindikasikan oleh nilai sig. (2-tailed).

Dimana nilai Sig. (2-tailed) dibandingkan dengan nilai signifikansi 1% atau 0,01. Data angket dinyatakan valid apabila memiliki nilai Sig. (2-tailed) lebih rendah dari 0,01.

Secara keseluruhan, variabel penghargaan finansial adalah valid. Masing- masing indikator pada variabel penghargaan finansial memiliki nilai r hitung lebih besar daripada r tabel sign. 1% senilai 0,181. Atau nilai Sig. (2-tailed) pada hasil analisis lebih rendah dari 0,01. Sehingga keseluruhan variabel penghargaan finansial adalah valid.

Masing-masing indikator pada variabel pengakuan profesional memiliki nilai r hitung lebih besar daripada r tabel sign. 1% senilai 0,181. Atau nilai Sig. (2- tailed) pada hasil analisis lebih rendah dari

(12)

0,01. Sehingga keseluruhan variabel pengakuan profesional adalah valid.

Masing-masing indikator pada variabel lingkungan kerja memiliki nilai r hitung lebih besar daripada r tabel sign. 1%

senilai 0,181. Atau nilai Sig. (2-tailed) pada hasil analisis lebih rendah dari 0,01.

Sehingga keseluruhan variabel lingkungan kerja adalah valid.

Masing-masing indikator pada variabel pertimbangan pasar kerja memiliki nilai r hitung lebih besar daripada r tabel sign. 1% senilai 0,181. Atau nilai Sig. (2- tailed) pada hasil analisis lebih rendah dari 0,01. Sehingga keseluruhan variabel pertimbangan pasar kerja adalah valid.

Masing-masing indikator pada variabel personalitas memiliki nilai r hitung lebih besar daripada r tabel sign. 1% senilai 0,181. Atau nilai Sig. (2-tailed) pada hasil analisis lebih rendah dari 0,01. Sehingga keseluruhan variabel personalitas adalah valid.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ditujukan untuk mengetahui konsistensi kuesioner atau angket. Konsistensi kuesioner diindikasikan oleh nilai Cronbach’s Alpha. Untuk mengetahui konsistensi masing-masing indikator kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai Cronbach’s Alpha dengan r tabel. R tabel adalah nilai r pada tabel distribusi frekuensi dengan beragam signifikansi. Penelitian ini menggunakan nilai signifikansi 1 s/d 5%. Untuk menentukan besarnya nilai r tabel dilakukan dengan menentukanbesar nilai df-nya. Nilai df ditentukan berdasarkan rumus df = N-2.

N adalah jumlah sampel. N dalam penelitian ini sebanyak 203 responden. Sehingga nilai df-nya adalah 201.

Berdasarkan r tabel pada tabel distribusi frekuensi, besarnya r tabel signifikansi 1% adalah 0,181. Selanjutnya, nilai r tabel tersebut dibandingkan dengan nilai Cronbach’s Alpha.. Untuk mengetahui Cronbach’s Alpha., dilakukan dengan cara melakukan uji reliabilitas. Selain itu, juga diindikasikan oleh nilai sig. (2-tailed).

Dimana nilai Cronbach’s Alpha dibandingkan dengan 0,6. Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliable apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih rendah dari 0,6.

Dari hasil uji reliabilitas, variabel penghargaan finansial secara keseluruhan dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Cronbach’s Alpha pada tiga item

pertanyaan variabel penghargaan finansial sebesar 0,754. Nilai 0,754 lebih tinggi daripada 0,6.

Dari hasil uji reliabilitas, variabel pengakuan profesional secara keseluruhan dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Cronbach’s Alpha pada empat item pertanyaan variabel pengakuan profesional sebesar 0,699. Nilai 0,699 lebih tinggi daripada 0,6. Sehingga kuesioer pengakuan profesional dinyatakan reliabel.

Dari hasil uji reliabilitas, variabel lingkungan kerja secara keseluruhan dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Cronbach’s Alpha pada tiga item pertanyaan variabel lingkungan kerja sebesar 0,739.

Nilai 0,739 lebih tinggi daripada 0,6.

Dari hasil uji reliabilitas, variabel pertimbangan pasar kerja secara keseluruhan dinyatakan reliabel.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai Cronbach’s Alpha pada tiga item pertanyaan variabel pertimbangan pasar kerja sebesar 0,833. Nilai 0,833 lebih tinggi daripada 0,6.

Variabel personalitas dalam hal ini tidak dilakukan uji reliabilitas karena hanya memiliki satu pertanyaan.

Sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat dibandingkan. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur kekonsistenan antar pertanyaan dalam kuesioner. Tentunya dalam uji tersebut diperlukan pertanyaan atau indikator lebih dari satu sebagai pembanding.

Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menguji adaatau tidaknya pengaruh variabel terhadap variabel terikat.

Pada pengujian hipotesis ini menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis.

Keputusan tersebut ditentukan dengan perbandingan nilai statistik Wald dengan nilai pembanding Chi-Square pada degree of freedom (df) = 1 pada alpha 5% yaitu sebesar 3,841. Hipotesis diterima apabila nilai statistik Wald lebih besar dari niai Chi- Square tabel atau nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5%.

Hasil pengujian hipotesis terlampir pada tabel 8. Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 8, rumus persamaan regresi logistik sebagai berikut:

Y = -5,788 + 0,104X1 + 0,051X2 + 0,214X3 – 0,188X4 + 0,560X5 + E

(13)

1. Variabel Penghargaan Finansial (X1) Berdasarkan hasil analisis pada variabel X1 diperoleh nilai statistik Wald sebesar 1,918, dengan nilai Sig.

0,166. Nilai tersebut lebih rendah dari nilai Chi Square tabel (1,918 < 3,841) atau nilai Sig. lebih tinggi dari nilai signifikansi 5% (0,166 > 0,05).

Berdasarkan hasil tersebut, maka H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penghargaan finansial tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Koefisien regresi variabel X1 bertanda positif (+). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi faktor-faktor penghargaan finansial maka seseorang akan cenderung memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penghargaan finansial (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap proses pemilihan karir oleh mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Merdekawati (2011) dan Chan (2012)..

Namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Rahayu (2003), Setiyani (2005), Yendrawati (2007), Widyasari (2010), dan Suyono (2014).

Pada penelitian ini, responden yang memilih berkarir sebagai akuntan publik maupun non akuntan publik memiliki pendapat yang sama terhadap penghargaan finansial. Mahasiswa akuntansi berpandangan bahwa profesi yang mereka pilih memiliki penghargaan finansial yang tinggi. Hal ini mungkin terjadi karena mahasiswa akuntansi dalam memilih karir baik sebagai akuntan publik maupun non- akuntan publik sama-sama berpandangan bahwa karir yang mereka pilih akan memberikan penghargaan finansial yang tinggi. Karena pada dasarnya semua manusia pasti menginginkan gaji yang tinggi dari pekerjaanya untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Gaji yang tinggi tidak hanya diperoleh dengan bekerja sebagai akuntan publik saja. Mungkin menurut mahasiswa akuntansi, banyak pilihan karir lain di bidang akuntansi yang juga memberikan kompensasi finansial yang

cukup tinggi kepada karyawannya.

Apalagi saat ini marak tumbuh start-up start up bisnis yang kian berkembang di Indonesia. Tentunya hal ini juga akan menawarkan insentif yang tinggi kepada karyawannya untuk menarik calon pekerja untuk bekerja di bisnis baru mereka.

2. Variabel Pengakuan Profesional (X2) Berdasarkan hasil analisis pada variabel X2 diperoleh nilai statistik Wald sebesar 0,436, dengan nilai Sig.

0,509. Nilai tersebut lebih rendah dari nilai Chi Square tabel (0,436 < 3,841) atau nilai Sig. lebih tinggi dari nilai signifikansi 5% (0,509 > 0,05).

Berdasarkan hasil tersebut, maka H2 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengakuan profesional tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Koefisien regresi variabel X2 bertanda positif (+). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi faktor-faktor pengakuan profesional maka seseorang akan cenderung memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengakuan profesional (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap proses pemilihan karir oleh mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suyono (2014). Namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Rahayu (2003), Setiyani (2005), Yendrawati (2007), dan Widyasari (2010), Merdekawati (2011).

Pada penelitian ini, responden yang memilih berkarir sebagai akuntan publik maupun non akuntan publik memiliki pendapat yang sama terhadap pengakuan profesional. Mahasiswa akuntansi berpandangan bahwa profesi yang mereka pilih dapat memberikan pengakuan profesional yang tinggi. Hal tersebut mungkin terjadi karena pengakuan profesional yang tinggi tidak hanya diperoleh dengan bekerja sebagai akuntan publik saja.

Tetapi profesi-profesi yang lain menurut mahasiswa akuntansi juga dirasa akan memberikan pengakuan profesional kepada pekerjanya. Karena seperti kita ketahui, pengakuan profesional penting untuk memotivasi

(14)

pekerja agar senantiasa giat dan meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian, secara keseluruhan organisasi/ profesi akan memberikan pengakuan profesional kepada pekerjanya.

3. Variabel Lingkungan Kerja (X3) Berdasarkan hasil analisis pada variabel X3 diperoleh nilai statistik Wald sebesar 13,530, dengan nilai Sig.

0,000. Nilai tersebut lebih tinggi dari nilai Chi Square tabel (13,530 > 3,841) atau nilai Sig. lebih rendah dari nilai signifikansi 5% (0,000 < 0,05).

Berdasarkan hasil tersebut, maka H3 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Koefisien regresi variabel X3 bertanda positif (+). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi faktor-faktor lingkungan kerja maka seseorang akan cenderung memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa lingkungan kerja (X3) berpengaruh signifikan terhadap proses pemilihan karir oleh mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jumamik dalam Merdekawati

& Sulistyawati (2011), Rahayu (2003), Setiyani (2005), dan Widyasari (2010).

Namun penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian Yendrawati (2007), Merdekawati (2011), Chan (2012), dan Suyono (2014).

Berdasarkan penelitian ini, lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir.

Lingkungan kerja profesi akuntan publik cenderung memiliki pekerjaan yang atraktif atau memberikan tantangan, lebih sering lembur, dan memiliki tekanan kerja yang cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena profesi akuntan publik cenderung bekerja dengan klien sesuai permintaan klient (independen). Klien tersebut mayoritas adalah instansi swasta atau perusahaan dari berbagai bidang usaha..

Karena bekerja sesuai permintaan klien, maka jenis klient-nya fleksibel. Klient dapat beragam karena terdapat banyak sekali perusahaan. Beragamnya klient

dan bidang usahanya tentunya memiliki manajemen yang beragam pula.

Beragamnya system bisnis antar perusahaan menyebabkan pekerjaan akuntan publik utamanya dalam melakukan prosedur audit, memiliki tantangan tersendiri. Sehingga jenis pekerjaannya tidak rutin, karena cenderung dihadapkan pada hal baru, baik situasi dan kondisi. Auditor dituntut untuk dapat beradaptasi dengan beragamnya klient.

Karena profesi akuntan publik menangani klien dari perusahaan, yang jumlahnya cukup banyak. ditambah lagi dengan proses audit yang kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup, sedangkan sumber daya waktu dan jumlah auditor yang terbatas, mengakibatkan profesi auditor dituntut untuk mampu mengerjakan tugas- tugasnya dengan cepat, tepat, dan akurat. Keterbatasan waktu dan sumber daya tersebut mengakibatkan profesi auditor sering lembur dalam bekerja.

Keterbatasan tersebut juga yang menyebabkan profesi akuntan publik memiliki tekanan kerja yang tinggi.

Pekerjaan akuntan publik yang kompleks dengan waktu yang terbatas tersebut, maka sangat menuntut keahlian dan kapabilitas yang tinggi.

Hal ini menuntut profesi akuntan publik yang cakap dan ahli di bidangnya.

Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan menjadi hal yang sangat penting. Terlebih profesi sebagai akuntan publik memiliki tanggung jawab yang besar terhadap opini kewajaran laporan keuangan. Sehingga, pengendalian mutu dan kualitas pelayanan menjadi hal penting dalam Kantor Akuntan Publik.

Untuk itu, salah satu upaya dalam mengendalikan dan meningkatkan mutu dan kualitas adalah melakukan evaluasi secara berkala.

Karena dituntut untuk dapat memenuhi kualifikasi profesi sebagai akuntan publik, maka masing-masing karyawan berlomba-lomba untuk dapat bekerja optimal agar dapat mempertahankan posisinya. Dengan demikian, tingkat kompetisi antar karyawan cukup tinggi.

Penelitian ini sesuai dengan teori motivasi Hygiene. Karena berdasarkan penelitian ini, mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai

(15)

akuntan publik dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang meliputi pekerjaan yang atraktif, lebih sering lembur, tingkat kompetisi dan tekanan kerja yang tinggi. Mahasiswa akuntansi memilih bekerja sebagai akuntan publik karena lebih puas dengan lingkungan kerjanya. Dimana lingkungan atau kondisi kerja ini termasuk dalam hygiene faktor. Hal ini sesuai dengan teori Motivasi Hygiene bahwa apabila kondisi ekstrinsik dissatisfiers, atau hygiene faktors (gaji, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status, kebijaksanaan perusahaan, kualitas supervise, kualitas hubungan antar pribadi dengan atasan/ bawahan/ sesama karyawan dan jaminan sosial) tidak ada menyebabkan ketidakpuasan diantara para karyawan.

4. Variabel Pertimbangan Pasar Kerja (X4)

Berdasarkan hasil analisis pada variabel X4 diperoleh nilai statistik Wald sebesar 2,191, dengan nilai Sig.

0,139. Nilai tersebut lebih rendah dari nilai Chi Square tabel (2,191 < 3,841) atau nilai Sig. lebih tinggi dari nilai signifikansi 5% (0,139 > 0,05).

Berdasarkan hasil tersebut, maka H4

ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Koefisien regresi variabel X4 bertanda positif (-). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah faktor-faktor pertimbangan pasar kerja maka seseorang akan cenderung memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pertimbangan pasar kerja (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap proses pemilihan karir oleh mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Merdekawati (2011). Yendrawati (2007), Chan (2012). dan Suyono (2014). Namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Rahayu (2003), Setiyani (2005), dan Widyasari (2010).

Pada penelitian ini, responden yang memilih berkarir sebagai akuntan publik maupun non akuntan publik memiliki pendapat yang sama terhadap

pertimbangan pasar kerja. Mahasiswa akuntansi berpandangan bahwa profesi yang mereka pilih memiliki pertimbangan pasar kerja yang tinggi.

Hal ini tampaknya terkait dengan keinginan mahasiswa untuk selalu dapat bekerja pada beberapa pekerjaan yang secara prinsip tidak lepas dari bidang akuntansi.

Mahasiswa akuntansi tidak mempertimbangakan ingin bekerja pada bidang pekerjaan yang memiliki peluang kerja yang tinggi dengan akses yang terbuka dan mudah ataupun peluang kerja yang rendah dengan akses yang cukup sulit dan minim. Mungkin karena mahasiswa akuntansi dapat dan ingin bekerja pada berbagai profesi dalam bidang akuntansi untuk memperoleh pengalaman-pengalaman tertentu.

Penelitian ini sesuai dengan permasalahan pada kebutuhan akuntan publik di Indonesia saat ini. Dimana kebutuhan akan profesi akuntan publik sangat tinggi, namun tidak diimbangi dengan angka akuntan publik tercatat.

Dengan demikian peluang profesi akuntan publik cukup tinggi. Karena banyak dibutuhkan, profesi akuntan publik memiliki permintaan pasar kerja yang tinggi. Dari penelitian ini juga sejalan dengan kondisi tersebut, karena ternyata pertimbangan pasar kerja memang tidak dipertimbangkan oleh mahasiswa akuntansi dalam memilih karirnya. Meskipun peluang kerja atau pertimbangan pasar kerja yang tinggi pada profesi akuntan publik, namun hal ini tidak menyebabkan mahasiswa akuntansi serta merta memilih profesi akuntan publik untuk dijalaninya setelah lulus.

5. Variabel Personalitas (X5)

Berdasarkan hasil analisis pada variabel X5 diperoleh nilai statistik Wald sebesar 5.822, dengan nilai Sig.

0,016. Nilai tersebut lebih tinggi dari nilai Chi Square tabel (5,822 > 3,841) atau nilai Sig. lebih rendah dari nilai signifikansi 5% (0,016 < 0,05).

Berdasarkan hasil tersebut, maka H5 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa personalitas berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Koefisien regresi variabel X5 bertanda

(16)

positif (+). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi faktor-faktor personalitas maka seseorang akan cenderung memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa personalitas (X5) berpengaruh signifikan terhadap proses pemilihan karir oleh mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Chan (2012), Suyono (2014) dan Jumamik dalam Merdekawati &

Sulistyawati (2011),. Namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Rahayu (2003), Widyasari (2010), dan Merdekawati (2011).

Hasil penelitian peneliti menyatakan bahwa personalitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik. Semakin cocok kepribadian seseorang dengan pekerjaan menjadi akuntan publik maka minat menjadi akuntan publik menjadi tinggi.

Mahasiswa akuntansi yang memilih berkarir sebagai akuntan publik cenderung memiliki personalitas profesional. Mereka memilih berkarir sebagai akuntan publik karena sesuai dengan personalitasnya. Biasanya mereka yang memiliki personalitas profesional adalah pribadi pekerja keras.

Hal ini juga berkaitan dengan lingkungan kerja akuntan publik yang cenderung atraktif, kompetitif, dan memiliki tekanan kerja yang tinggi.

Kemampuan yang dibutuhkan pada lingkungan kerja seperti ini cukup tinggi. Tidak hanya kemampuan dalam aspek akademis dan keahlian profesi semata, tetapi juga mental dan kepribadian yang tangguh.

Mahasiswa akuntansi yang memilih berkarir sebagai akuntan publik memiliki kepuasan terhadap kesesuaian personality dengan lingkungan kerjanya. Hal tersebut berkaitan dengan Teori Holland yang menyatakan bahwa menempatkan diri di sebuah lingkungan dengan tipe yang sama, atau yang sangat mirip dengan dirinya sendiri memberikan kontribusi yang signifikan pada potensi kepuasan, persistensi, dan kontribusi individu di lingkungan itu.

KESIMPULAN

Pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik dipengaruhi oleh lingkungan kerja, dan personalitas. Sedangkan penghargaan finansial, pengakuan profesional dan pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Dedy. (2016). Jumlah Akuntan Meningkat Drastis dalam 3 Tahun Terakhir. Diakses dari https://economy.okezone.com/read/

2016/02/16/320/ 1313171/jumlah- akuntan-meningkat-drastis-dalam- 3-tahun-terakhir

Amundson, Norman E., Harris-Bowlsbey, JoAnn., & Niles, Spencer G.

(2016). Elemen-Elemen Penting dalam Konseling Karier (Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto, Penerjemah).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aprilyan, Lara Absara. (2011). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi dalam Pemilihan Karir Menjadi Akuntan Publik (Studi Empiris pada Mahasiswa UNDIP dan Mahasiswa Akuntansi UNIKA). Skripsi.

Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/26837/1/s kripsi_Lara_absara-

C2C606071(r).pdf

Arti, Ayu Adi. (n.d.). Faktor-Faktor yang Ikut Menentukan Keberhasilan Kerja. Dalam Kartini Kartono (Ed.), Menyiapkan dan Memandu Karier (pp. 21-31). Jakarta: CV Rajawali.

Chan, Andi Setiawan. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier Menjadi Akuntan Publik oleh Mahasiswa Jurusan Akuntansi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol 1, No 1, 53-58

Darmawan, I Wayan Budi. (2018).

Pengaruh Nilai-nilai Sosial, Lingkungan Kerja, Personalitas, Pertimbangan Pasar Kerja, dan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja

Nilai R Square sebesar 0,354 atau 35,4%, ini menunjukkan bahwa variabel Pemilihan Profesi Akuntan yang dapat dijelaskan oleh variabel Persepsi Penghargaan Finansial,

Pengaruh penghargaan finansial dan pertimbangan pasar kerja terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir menjadi akuntan publik dapat diketahui dengan

1) Penghargaan finansial, dimana penghargaan finansial merupakan tolak ukur yang penting dalam pemilihan karir seseorang. Menjadi akuntan publik merupakan pekerjaan yang

Penelitian ini meneliti beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan profesi sebagai akuntan publik antara lain faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional,

Pengaruh Persepsi Mahasiswa mengenai Pertimbangan Pasar Kerja Profesi Akuntan Publik, Penghargaan Finansial Profesi Akuntan Publik, dan Risiko Profesi Akuntan Publik

Hipotesis Penelitian H1: Penghargaan finansial berpengaruh positif terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi H2: Pengakuan profesional berpengaruh

Serta secara keseluruhan dalam perspektif Islam bahwa gender, penghargaan finansial, pengakuan profesional, pelatihan profesional terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik sudah