• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGUNAAN Azolla microphylla Kaulf. TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KACANG BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PENGUNAAN Azolla microphylla Kaulf. TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KACANG BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGUNAAN Azolla microphylla Kaulf. TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI KACANG BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

Indri Novia Martha, Ismed wahidi, dan Novi

Program studi pendidikan biologi sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan (STKIP) PGRI Sumatra Barat

Email : [email protected]

ABSTRACT

Haricot bean is avegetable pods that the government strived from year to year fulfill the Indonesian people needs. Information obtained from the Indonesian institute of science say that the needs of Indonesian people to nuts about 40gr/day, while the number of haricot bean production tended to decrease each year. The decroasing of haricot bean production was caused by the lack of proper fertilization and the use of inorganic fertilizers could lead to deficit of some nutrients. One of effort to reduce defendences o inorganic fertilizers is to use organic fertilizers such as Azolla microphylla Kaulf, not only to enrich the nutrient but also to increse soil microbio activity.Therefore, this researchhas been carried outin october 2016 to january 2017 at Nagari Aia Angek, Kecamatan x Koto Kabupaten Tanah Datar. The purpose of this study was to determine the effect of use Azolla microphylla Kaulf. on the growt and production of haricot bean, this study was on experimental study. Design that has been used was RAL consisting of 6 treatments and 5 replication. Data were analyzed by analysis of variance followed by BNT with 5%. That result shawed that Azolla microphylla Kaulf azolla fertilizer affect the growth and production of haricot bean including amount of leave and weight of pods. Azolla microphylla Kaulf fertilizer dose that most effective for the growth and production of haricot bean is 60g/polybag.

Key Word : Azolla microphylla Kaulf., Hariccot bean, growth, production.

PENDAHULUAN

Kacang buncis merupakan sayuran polong yang terus diupayakan pemerintah dari tahun ke tahun untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

Saat ini kacang buncis telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang potensial bagi sektor hortikultura Indonesia, baik dalam bentuk buncis segar maupun olahan.

Informasi yang diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuhan Indonesia (LIPI) dalam Setianingsih dan Khaerodin (2005), diperkirakan bahwa penduduk Indonesia membutuhkan kacang-kacangan 40 gram/hari. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014 penduduk Indonesia mencapai sekitar 254,9 jiwa. Jadi dapat diperkirakan kebutuhan kacang-kacangan sebesar 372.154 ton setiap tahun. Sedangkan jumlah yang diproduksi oleh petani buncis setiap tahunnya cenderung menurun. Beberapa penyebab menurunnya produksi kacang buncis adalah pemupukan yang kurang tepat dan

pengunaan pupuk anorganik secara terus menerus.

Menurut Pranata (2004) penggunaan pupuk anorganik secara terus- menerus dapat menyebabkan struktur tanah menjadi padat, inefisiensi pupuk dan akan menyebabkan keseimbangan hara terganggu.

Pupuk anorganik biasanya hanya memiliki 1-3 unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Akibat pemakaian pupuk anorganik bisa menyebabkan defisitnya beberapa unsur hara, kondisi ini bisa membahayakan pertumbuhan tanaman. Selain itu harga pupuk anorganik lebih mahal dan cenderung fluktatif dari tahun ke tahun karena adanya pengurangan subsidi pupuk oleh pemerintah.

Upaya mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian pupuk anorganik diperlukan suatu teknologi yang mampu menekan penggunaan pupuk anorganik.

Salah satunya adalah dengan menggunakan pupuk organik seperti azolla untuk dijadikan subsitusi pupuk anorganik dan membantu

(2)

dalam memperbaiki keadaan fisik dan kimia serta biologi tanah sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Arifin, 2003).

Kandungan unsur hara Azolla 3,5%

Nitrogen, 1,25% Phosphor, 2,5% Kalium, 2,5% Kalsium 0,5% Magnesium (Pranata, 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Azolla microphylla Kaulf. terhadap pertumbuhan dan produksi kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2016 hingga Januari 2017 di Nagari Aia Angek, kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, meteran, sekop, thermometer, alat tulis, kamera, timbangan (Neraca ohause), handsprayer, ember, ajir.

Sedangkan bahan yang digunakan benih kacang buncis varietas Logawa, tanah ultisol, kertas label, air, paku air Azolla microphylla Kaulf., polybag ukuran 40 cm x 30 cm, karung goni, insektisida, pupuk NPK.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu: A: Tanpa azolla dan tanpa pupuk NPK / polybag, B : Pupuk NPK

10 gr / polybag, C : 50 gr Azolla kering / polybag, D : 60 gr Azolla kering/ polybag, E : 70 gr Azolla kering/ polybag, F : 80 gr Azolla kering / polybag. Data yang diperoleh diuji dengan analisis sidik ragam (ANOVA) pada taraf α 5%, dan dilakukan uji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada perlakuan yang memberikan pengaruh.

Penelitian ini dimulai dari penyedian paku air Azolla microphylla Kaulf., penyediaan media tanam, pengaplikasian azolla, pemasangan label, persiapan benih, penanaman benih, pemupukan, pemeliharaan, panen.

pengamtan yang dilakukan yaitu jumlah daun, jumlah polong, berat polong dan panjang polong kacang buncis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pengunaan pupuk Azolla microphylla Kaulf. terhadap

pertumbuhan dan produksi kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun kacang buncis(Phaseolus vulgaris L.) dengan beberapa dosis Azolla microphylla Kaulf. dan pupuk NPK

Perlakuan Jumlah daun ( Helai)

A (Tanpa pupuk ) 79,60 c B (NPK 10gr/ polybag) 87,40 b c C (Azolla kering 50 gr/ polybag) 85,20 b c D (Azolla kering 60 gr/ polybag) 99,00 a E (Azolla kering 70 gr/ polybag) 88,00 a b c F (Azolla kering 80 gr/ polybag) 92,80 a b

Keterangan: Notasi = rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 %

(3)

Dari uji analisis sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% diketahui bahwa penggunaan pupuk Azolla microphylla Kaulf berpengaruh terhadap parameter jumlah daun sehingga perlu dilakukan uji lanjut BNT. Berdasarkan uji lanjut untuk jumlah daun kacang buncis pada Tabel 2 diketahui bahwa perlakuan A, B, C, dan E

memberikan pengaruh tidak nyata, perlakuan B, C, E, dan F memberikan pengaruh tidak nyata dan perlakuan D, E, dan F juga memberikan pengaruh tidak nyata. Dilihat dari jumlah daun maka perlakuan D (60 gr Azolla kering / polybag) memberikan hasil yang lebih tinggi.

Tabel 3. Rata-rata produksi kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan beberapa dosis Azolla microphylla Kaulf. Dan pupuk NPK

Perlakuan Jumlah

polong (Buah)

Berat polong (Gram)

Panjang polong (Cm)

A (Tanpa pupuk ) 22,60 189,74 b 17,57

B (NPK 10gr/ polybag) 28,00 244,06 a b 17,78

C (Azolla kering 50 gr/ polybag) 29,20 250,38 a b 17,79 D (Azolla kering 60 gr/ polybag) 32,40 295,64a 18,29 E (Azolla kering 70 gr/ polybag) 29,20 235,24 a b 17,33 F (Azolla kering 80 gr/ polybag) 33,80 285,94 a 18,07

Keterangan:Notasi = rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan uji analisis sidik ragam terhadap produksi kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) yang diberi Azolla microphylla Kaulf. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pengunaan Azolla microphylla Kaulf berpengaruh nyata terhadap berat polong kacang buncis sehingga perlu dilakukan uji lanjut. Setelah dilakukan uji lanjut terlihat bahwa perlakuan A, B, C, dan E memberikan pengaruh tidak nyata, perlakuan B, C, D, E,dan F juga

memberikan pengaruh tidak nyata. Dilihat dari hasil berat polong kacang buncis diperoleh rata-rata berat polong tertinggi juga terdapat pada perlakuan D (60 gr Azolla kering / polybag). Namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong dan panjang polong kacang buncis, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut. Jika dilihat dari hasil panjang polong maka diperoleh polong terpanjang juga pada perlakuan D (60 gr/ polybag).

Pembahasan

Jumlah daun kacang buncis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian Azolla microphylla Kaulf memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata antar perlakuan terhadap jumlah daun. Hasil terbaik terdapat pada perlakuan D (60 gr Azolla kering/polybag) hal ini diduga karena unsur hara telah dapat memenuhi kebutuhan tanaman kacang buncis terutama terhadap unsur hara N yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pembentukan daun. Unsur N sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk membentuk protein yang berperan penting dalam proses

fotosisntesis. Menurut Ngadiman, dkk dalam Wibowo (2010) bahwa kandungan yang menonjol dalam azolla adalah Nitrogen (3- 5%). Mineralisasi hara nitrogen berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif dimana hara Nitrogen sangat diperlukan dalam mensintesis asam amino dan asam nukleat sebagai senyawa esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Wibowo (2010) bahwa perlakuan dosis kompos azolla 60 gr pertanaman memberikan hasil terbaik terhadap jumlah daun pada umur 5 - 6 minggu setelah tanam.

Ini berarti pemberian pupuk Azolla kering pada perlakuan D (Azolla kering 60 gr), telah bisa mengantikan pemakaiaan pupuk

(4)

NPK, sehingga diperoleh jumlah daun yang lebih banyak.

Produksi kacang buncis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap produksi kacang buncis dapat dilihat bahwa pemberian Azolla microphylla Kaulf memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata antar perlakuan terhadap berat polong kacang buncis. Hal ini diduga karena adanya variasi ukuran polong kacang buncis. Jika dilihat dari hasil berat polong kacang bucis perlakuan D (60 gr Azolla kering/ polybag) menunjukkan jumlah polong sedikit namun memiliki berat tertinggi sedangkan pada perlakuan F (80 gr Azolla kering/polybag) menunjukkan jumlah polong terbanyak namun memiliki berat polong yang rendah hal ini dikarenakan ukuran kacang buncis pada perlakuan D lebih besar dan panjang dibandingkan dengan perlakuan F yang ukuran buahnya kecil dan lebih pendek.

Dilihat dari hasil jumlah polong dan panjang polong pengunaan pupuk Azolla microphylla kaulf. tidak berpengaruh antar perlakuan. Hal ini diduga karena pembentukan jumlah polong dan panjang polong dipengaruhi oleh genetik tanaman dimana daya serap dan pertumbuhan benih berbeda. Selain itu pertumbuhan jumlah polong dan panjang polong dipengaruhi adanya faktor lingkungan yang kurang mendukung seperi cahaya, angin dan curah hujan. Pada saat penelitian keadaan cuaca seperti angin kencang memungkinkan terjadinya penguguran bunga selain itu curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan pencucian beberapa unsur hara serta cahaya yang kurang pun dapat menyebabkan tergangunya proses fotosintesis yang berakibat terhadap jumlah polong yang lebih sedikit. Namun dilihat dari produksi panjang polong perlakuan D (60 gr azolla kering/polybag) menunjukkan hasil paling tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa Pemberian pupuk Azolla microphylla kaulf.

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kacang buncis namun tidak berpengaruh terhadap jumlah polong dan panjang polong. Takaran pemberian pupuk Azolla microphylla kaulf. dalam bentuk Azolla kering yang paling efektif adalah dengan dosis 60 gr/ 8 kg tanah telah dapat menigkatkan pertumbuhan dan produksi

kacang buncis yang meliputi jumlah daun, berat polong, dan panjang polong kacang buncis.

Saran

Dari penelitian ini penulis menyarankan agar petani buncis menggunakan pupuk organik sebagai penganti pupuk anorganik dalam budidaya buncis yaitu salah satunya dengan mengunakan pupuk Azolla microphylla kaulf. dalam bentuk kering.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2003. Azolla, Pembudidayaan dan Pemanfaatan Pada Tanaman Padi.

Penebar Swadaya: Jakarta.

Pranata. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia pustaka. Jakarta.

Setianingsih, T dan Khaerodin. 2007.

Pembudidayaan Buncis Tegak dan

Merambat. Penebar swadaya.

Jakarta.

Wibowo, A. 2010. Pengaruh Waktu Aplikasi dan Pemberian Berbagai Dosis Kompos Azolla Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill). Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Data pengamatan jumlah cabang produksi kacang merah pada varietas dan perlakuan frekuensi penyiraman yang berbeda serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 24 sampai

Hasil pengamatan bobot polong muda pertanaman menunjukkan bahwa pemberian kompos tithonia dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh terhadap bobot polong muda

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kombinasi pupuk kotoran kuda dengan pupuk limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan dan produksi biomassa Azolla microphylla serta

Dimana mutu tempe yang diamati adalah kandungan protein, sifat organoleptik (aroma, warna, tekstur, dan rasa), dan jenis substrat yang digunakan adalah kacang buncis

Hal ini menunjukkan bahwa azolla segar yang diberikan pada berbagai waktu aplikasi mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter berat polong segar perplot kacang

Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah biochar sekam padi dan pupuk

KOMPARASI BERANGKAS Azolla microphylla DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKCOY Brassica rapa L Oleh : Viki Azhari Dibawah bimbingan Murytanto dan Sri Utami

Hasil perhitungan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi menunjukkan bahwa minimal terdapat satu perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang