1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstruksi jalan di Indonesia akhir-akhir ini memiliki perkembangan yang pesat, terlebih lagi rencana Ibu Kota Negara (IKN) akan dipindah dari DKI Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur. Sehingga pembangunan jalan akan berdampak pada wilayah-wilayah sekitarnya seperti Samarinda, Balikpapan, Tenggarong, Bontang dan sebagainya. Akhir-akhir ini sebagian jalan telah diperbaiki di beberapa kecamatan di Kota Samarinda, walaupun ada beberapa kecamatan yang belum mendapatkan perbaikan jalan.
Di Samarinda, semakin sering terjadi kerusakan jalan pada lapis perkerasan jalan berupa retak-retak, agregat terkelupas, terdapat lubang hingga terjadi amblas.
Hal ini terjadi disebabkan curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan menggenangnya air di permukaan jalan serta volume kendaraan yang semakin hari semakin bertambah. Hingga jalan-jalan raya saat ini mengalami kerusakan lebih cepat dari umur perkiraan, baik itu jalan yang baru saja dibangun sekalipun jalan yang baru saja diperbaiki. Agar kondisi jalan tetap terjaga pada layaknya untuk melayani berbagai moda transportasi harus adanya pengamatan permukaan jalan, untuk mengetahui kondisi kelayakan jalan tersebut apakah dalam kondisi yang layak atau perlu adanya rancangan pemeliharaan berkala.
Pendangkalan yang terjadi pada Bendungan Benanga menyebabkan air akan meluap dan merendam kawasan di sekitar Benanga (Niaga, 2019). Faktor ini yang menyebabkan kerusakan jalan di wilayah sekitar Bendungan Benanga yang berada di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara. Penyebab genangan air yang disebabkan hujan, terutama di daerah Bendungan Benanga di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara. Walaupun Bendungan Benanga digunakan sebagai pengendali banjir di Kota Samarinda namun kondisi permukaan Bendungan Benanga kini sebagian besar telah tertutupi oleh tanaman air eceng gondok dan jenis lainnya (Pramaningsih, 2019). Pertumbuhan yang cepat pada tanaman air bisa mengakibatkan pencemaran air dan pendangkalan Bendungan. Sehingga permukaan air naik ke permukaan jalan yang mengakibatkan kerusakan pada jalan
2
aspal khususnya. Hal ini disebabkan karena lemahnya daya dukung tanah, wilayah Hulu hujan hingga turun ke Bendungan Benanga yang mengakibatkan Bendungan meluap dan kondisi aspal yang tingkat kekesatannya kurang baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul untuk tugas akhir yaitu “Pengaruh Lama Rendaman Air Benanga Terhadap Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) Berdasarkan Uji Marshall”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana karakteristik marshall pada sampel aspal beton AC-WC yang direndam air Benanga?
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari masalah yang ditemukan, adapun tujuan dari studi penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis karakteristik marshall pada perkerasan aspal beton AC- WC yang direndam air Benanga.
1.4 Manfaat
Penulis berharap mampu memberikan manfaat yang baik bagi penulis dan peneliti selanjutnya, manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut.
1. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang akan mengkaji mengenai uji kuat tekan aspal menggunakan alat marshall
1.5 Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan dalam studi ini, maka penulis memaparkan batasan masalah yang akan dibahas sebagai berikut.
1. Menggunakan agregat kasar dan agregat halus berasal dari Palu.
2. Pengambilan air Benanga di daerah Kelurahan Lempake, Kalimantan Timur.
3. Pembuatan benda uji sebanyak 9 benda uji pada rendaman air benanga dan 9 benda uji pada rendaman air PDAM.
4. Perendaman benda uji menggunakan air benanga dan air PDAM sebagai pembanding.
3
5. Pengujian marshall dilakukan setelah benda uji direndam air PDAM dan air Benanga selama 12 jam, 24 jam, dan 48 jam.
6. Menggunakan aspal Pertamina pen 60/70 yang berasal dari suplayer Samarinda
