62
PENGARUH RETURN ON ASSET DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN
REAL ESTATE DI BEI
Adelia Octaviani1, Yudha Trishananto2*
1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Negeri Salatiga, Indonesia
* Corresponding Author: [email protected]
ABSTRACT
Purpose - This study aims to answer the effect of return on assets (ROA) and leverage on tax avoidance with corporate governance as a moderating variable.
Research method - The data used in this research is secondary data, namely data in the form of annual financial reports on property and real estate companies that have been listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2020. Sampling in this study used a purposive sampling method, namely taking samples according to certain criteria. The data analysis method used was multiple linear regression analysis, using the eviews version 9.0 program.
Findings - The results of testing the hypothesis show that ROA has no effect on tax avoidance.
Leverage has a positive and significant effect on tax avoidance. Simultaneously ROA and leverage have a positive and significant effect on tax avoidance. Corporate governance can moderate the effect of ROA on tax avoidance. Corporate governance can moderate the influence of leverage on tax avoidance.
Implication - The corporate governance variable can strengthen the level of tax avoidance because the data obtained by the researcher describes the independent commissioner as a party who is not bound in any way with the controlling shareholder, has no affiliation with the board of directors or the board of commissioners and does not serve as a director in a company.
Keywords: return on asset, leverage, tax avoidance, corporate governance.
JEL code: G3, H26
PENDAHULUAN
Menurut Pasal 1 ayat (1) KUP (Ketentuan Umum Perpajakan), perpajakan adalah iuran wajib orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa kepada negara yang diatur oleh peraturan perundang-undangan dengan tanpa mendapat imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak bagi perusahaan dipandang sebagai beban yang dapat mengurangi penghasilan (laba) bersih, akibatnya perusahaan ingin meminimalkan pungutan pajak seringan ringannya. Dalam hal perhitungan dan pembayaran pajak, manajemen berusaha memperoleh pungutan pajak yang paling minim sehingga perusahaan mampu mendapat penghasilan atau laba yang terbaik.
Dengan cara manajemen perusahaan mampu meminimalkan pembayaran pajak adalah dengan menerapkan tax avoidance (Kurniasih & Sari, 2013).
Tax avoidance (penghindaran pajak) seperti yang dikemukakan oleh Brian dan Martini, (2014) Merupakan kegiatan manipulatif yang mengurangi pendapatan kena pajak dengan masih mematuhi peraturan perpajakan. Menurut Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), mengemukakan maka penggelapan pajak merupakan
63 permasalahan yang pasti di Indonesia. Kira-kira per tahun ada Rp 110 triliun angka tax avoidance dimana umumnya merupakan badan usaha sekitar 80% dan sisanya adalah wajib pajak perorangan (Husain, 2017).
Kasus penghindaran pajak berikutnya adalah perusahaan PT. Toyota Manufacturing.
Produsen mobil internasional ternama ini pada tahun 2013 tertuduh melakukan aksi penghindaran pajak seperti yang dikemukakan oleh Administrasi Negara Pajak. Ia menekankan bahwa penjualannya setinggi Rp 32,9 triliun. Setelah diteliti ulang oleh Direktorat Jenderal Pajak, hasilnya menunjukkan bahwa tingginya mencapai Rp 34,9 triliun, mengakibatkan Toyota wajib meningkatkan pembayaran pajaknya sebesar Rp 500 miliar. Penyebab penurunan itu karena Toyota mematok harga yang tidak wajar di bawah biaya produksi kepada anak perusahaannya di Singapura. Dimana tingkat pembayaran pajak Singapura sangat lebih rendah dibandingkan Indonesia (Fadjarenie & Anisah, 2016).
Fenomena tax avoidance di atas telah memberikan gambaran bahwa masih lemahnya aturan dari pihak pemerintah, sehingga perusahaan masih banyak memanfaatkan celah tersebut untuk menghindari pajak. Berdasarkan fenomena di atas, maka dipilih perusahaan manufaktur sebagai objek dalam penelitian ini. Dibuktikan sejak tahun 2012 sekitar 4000 Perusahaan Modal Asing (PMA) dimana kebanyakan bergerak di bidang manufaktur dan pengolahan bahan baku melaporkan mengalami kerugian selama tujuh tahun berturut-turut sehingga laporan pajak mereka nihil karena tidak menghasilkan laba (Astuti & Aryani, 2016).
Tingginya tingkat penghindaran pajak di Indonesia mengakibatkan penerimaan pajak belum dapat mencapai target setiap tahunnya, padahal penerimaan dari sektor pajak adalah denyut nadi pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat. Realisasi penerimaan pajak di indonesia sejak tahun 2018 hingga 2020 ditunjukan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Realisasi Penerimaan Pajak
Tahun 2018 2019 2020
Target 1.424 T 1.557 T 1.198 T
Penerimaan 1,315 T 1.332 T 1.069 T
Presentase 92,4 % 84,4 % 89,2 %
Leverage merupakan tingkat utang yang digunakan perusahaan dalam melakukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang menggunakan utang pada komposisi pembiayaan, maka akan ada beban bunga yang harus dibayar. Semakin tinggi nilai rasio leverage maka semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan (Alviyani, Surya, &
Rofika, 2016). Penelitian terkait dengan leverage yang dilakukan oleh Ngadiman dan Puspitasari (2017) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan tax avoidance adalah return on asset (ROA). Return on asset sendiri merupakan salah satu rasio dari profitabilitas yang menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset secara efisien dalam menghasilkan laba perusahaan dari pengelolaan aktiva. Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan tax avoidance karena mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya (Kurniasih & Sari, 2013). Dalam penelitian Handayani (2018) diperoleh hasil bahwa secara parsial ROA berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian yang dilakukan Maharani dan Suardana (2014) juga membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.
Tujuan komisaris independen adalah untuk mencapai objektivitas, independensi, dan keadilan serta untuk mencapai kesetaraan antara keperluan pemangku saham utama dan perlindungan pemangku saham kaum minoritas. Dalam hal lain, keberadaan komisaris
64 independen di perusahaan juga mampu memberi bimbingan dan pengarahan kepada pengelola perusahaan dan menguraikan taktik dalam perusahaan agar lebih mumpuni, termasuk menetapkan kebijakan pajak yang akan dilaksanakan kepada negara di masa depan (Diantari
& Ulupui, 2016).
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI. Alasan pemilihan perusahaan properti dan real estate disebabkan karena perkembangan sektor properti dan real estate di Indonesia pada tahun 2018-2019 sedang mengalami kenaikan yang sangat tinggi (Asriman, 2019). Pada tahun 2018, saham-saham properti dan real estate mengalami peningkatan. Analis Binaartha Parama Sekuritas menyebut pada kinerja indeks properti dan real estate yang naik sebesar 2,75% ke level 462 pada perdagangan (Herosian, Dalimunthe, Sinaga, & Lubis, 2021).
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) menggambarkan kerjasama antara satu orang bahkan lebih (principal) yang mendelegasikan kewenangan terhadap yang lainnya (agent) untuk membuat kesimpulan dalam melaksanakan bisnis (Jensen & Meckling, 1976). Agen yang diberikan kewenangan guna mengoperasikan perusahaan sebab dianggap pelaku yang memiliki sumber daya insani yang kompeten dan memiliki tanggung jawab dalam mengoperasikan perusahaan dengan optimal. Tetapi tidak dapat dialihkan pihak agen melaksanakan kegiatan atau pekerjaan semata-mata guna mencukupi keperluan atau kepentingan pribadinya dan menumbalkan posisi prinsipal.
Tax Avoidance
Persepsi Wang (2010), tax avoidance (penghindaran pajak) merupakan manipulasi mengurangi keharusan pajak perusahaan yang dilaksanakan secara legal dan aman bagi wajib pajak sebab tidak berbenturan dengan peraturan pajak.
Leverage
Bambang (2010), leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Menurut Sudana (2011) mengatakan bahwa leverage adalah timbul karena perusahaan dalam operasinya menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan beban tetap bagi perusahaan. Menurut Harjito dan Martono (2007) mengungkapkan leverage mengacu pada penggunaan aset dan sumber dana (sources of fund) oleh perusahaan dimana dalam penggunaan aset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Penggunaan aset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham.
Penelitian yang berkaitan dengan leverage terhadap tingkat tax avoidance diantaranya penelitian yang dilakukan Butje dan Tjondro (2014). Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh leverage secara simultan terhadap tax avoidance. Sedangkan penelitian yang dilakukan Astuti (2016), Ngadiman (2017), dan Andyka et al. (2018), hasil dari penelitian mereka menunjukkan tidak adanya hubungan atau pengaruh signifikan leverage terhadap tax avoidance, hasil ini berlawan dengan penelitian sebelumnya.
Return on asset (ROA)
Menurut Rahmawati (2011) menyatakan bahwa return on asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar
65 ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik. Penelitian yang berhubungan dengan return on asset (ROA) terhadap tax avoidance antara lain hasil riset oleh Handayani (2018) penelitiannya menyatakan jika ROA secara krusial berpengaruh positif kepada tax avoidance, dan diperkuat juga dengan penelitian Faizah (2017) dan Maharani (2014) dengan hasil positif.
Tetapi pada penelitian Saputra (2017) menjelaskan jika ROA tidak memiliki pengaruh kepada tax avoidance. Kemudian ditemukan gap antara penelitian yang dilakukan Handayani (2018), Faizah (2017), dan Maharani (2014) dengan Saputra (2017).
Corporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Tata Kelola (KNKG), Corporate Governance (CG) merupakan komponen fondasi dari sistem ekonomi pasar. Penerapan CG memicu kompetisi yang sehat dan lingkungan bisnis yang kondusif (Putri, 2018). Dalam corporate governance tata kelola perusahaan dapat didefinisikan sebagai metode dan prosedur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk menghasilkan peningkatan nilai dengan berkesinambungan. Menurut Wibawa, Wilopo, dan Abdillah (2016), unsur internal perusahaan mempunyai peran sebagai alat yang dapat mengontrol dan mengawasi peran manajemen dalam melaksanakan kegiatannya, unsur tersebut antara lain yaitu pemegang saham, manajer, dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, dan karyawan.
Komisaris Independen
Komisaris independen adalah orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan pemilik perusahaan dalam hal apapun dan tidak menjabat sebagai direktur pada perusahaan tertentu (Annisa & Kurniasih, 2012). Menurut Rifa'i (2009), komisaris independen adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk melindungi pemegang saham yang berbuat operasi penipuan atau berbuat tindak kejahatan di lantai bursa.
Return on Asset (ROA) terhadap Tax Avoidance
Salah satu profitabilitas yang digunakan pada penelitian ini ROA, memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih
& Sari, 2013). Semakin tinggi nilai ROA berarti semakin baik kinerja perusahaan dengan menggunakan aset sehingga diperolehnya laba yang besar, meningkatnya laba berdampak pada pajak terutang yang semakin besar. Perusahaan akan berupaya untuk meminimalkan atau memperkecil pajak yang terutang. Ada kemungkinan bagi perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Menurut Handayani (2018), return on asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap tax avoidance.
H1: Return on asset berpengaruh positif terhadap tax avoidance
Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Leverage merupakan salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan. Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukan risiko yang dihadapi perusahaan (Gusti, 2013). Hasil penelitian Marfu’ah (2015) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Semakin tinggi nilai leverage maka semakin tinggi tindakan tax avoidance.
H2: Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance
Corporate Governance memoderasi Return on Asset terhadap Tax Avoidance
Return on asset sendiri merupakan salah satu rasio dari profitabilitas yang menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset secara efisien dalam menghasilkan laba perusahaan dari pengelolaan aktiva. Laba merupakan dasar dari
66 pengenaan pajak, ketika perusahaan memperoleh laba yang besar maka pajak yang ditanggung oleh perusahaan pun semakin besar sesuai dengan peningkatan laba perusahaan sehingga kecenderungan perusahaan akan melakukan tax avoidance untuk meminimalisir pajak yang harus ditanggung.
Dewan komisaris independen merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Peneliti meyakini bahwa dewan komisaris independen dapat memoderasi ROA terhadap tax avoidance melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Putri, 2018). Semakin banyak jumlah dewan komisaris independen pengawasan terhadap laporan keuangan akan lebih ketat dan objektif.
H3: Corporate governance dapat memoderasi hubungan return on asset terhadap tax avoidance.
Corporate Governance memoderasi Leverage terhadap Tax Avoidance
Tingkat financial leverage perusahaan dapat menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang memiliki hutang besar memiliki kecenderungan melanggar perjanjian hutang dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki hutang lebih kecil.
Dewan komisaris independen bertugas serta bertanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan. Hal ini penting karena terdapat kepentingan dari manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba, yang akan memiliki dampak pada menurunnya kepercayaan para investor. Untuk mengatasi hal tersebut dewan komisaris diizinkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait perusahaan kepada dewan komisaris. Dewan komisaris independen memiliki tanggung jawab untuk melindungi kepentingan pemegang saham, sehingga mereka dapat memperjuangkan kepatuhan perusahaan dan mencegah kegiatan penghindaran pajak dan manajemen laba.
H4: Corporate governance dapat memoderasi hubungan leverage terhadap tax avoidance
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020. Seluruh data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria tertentu, sehingga didapatkan 15 sampel perusahaan dari 78 populasi.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa studi kepustakaan dan metode dokumentasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan cara purposive sampling sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sampel penelitian. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel adalah sebagai berikut:
67 Tabel 2. Perusahaan terdaftar dalam BEI yang dijadikan sampel penelitian
No. Keterangan Jumlah
1. Jumlah perusahaan sub sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI. 78 2. Dikurangi: jumlah perusahaan sub sektor property dan real estate yang memiliki
laporan keuangan tidak lengkap di tahun 2019.
(13) 3. Jumlah perusahaan property dan real estate yang sedang dalam proses delisting. (8) 4. Jumlah perusahaan property dan yang tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
analisis.
(12) 5. Jumlah perusahaan property dan real estate yang mengalami kerugian di tahun-
tahun penelitian.
(23)
6. Perusahaan yang tidak menyediakan annual report. (7)
Jumlah perusahaan yang masuk sampel 15
Jumlah tahun pengamatan 3
Total 45
Berdasarkan penjelasan di atas jumlah laporan keuangan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 laporan keuangan yang berasal dari 15 perusahaan sampel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 tahun yakni tahun 2018-2020.
Perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan
1. APLN Agung Podomoro Land Tbk. 9. MTLA Metropolitan Land Tbk.
2. ASRI Alam Sutera Realty Tbk. 10. POLL Pollux Properti Indonesia Tbk.
3. BEST Bekasi Fajar Industrial Tbk. 11. PPRO PP Properti Tbk.
4. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. 12. PWON Pakuwon Jati Tbk.
5. CITY Natura City Development Tbk. 13. RDTX Roda Vivatex Tbk.
6. CTRA Ciputra Development Tbk. 14. SMDM Suryamas Duta makmur Tbk.
7. INPP Indonesia Paradise Property Tbk. 15. SMRA Summarecon Agung Tbk.
8. JRPT Jaya Real Property Tbk.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 4. Uji Statistik Deskriptif
Date: 02/23/22 Time: 16:42 Sample: 2018 2020
Y X1 X2 Z
Mean -4.317138 -3.324284 -0.488251 -0.909405
Median -4.180461 -3.163053 -0.512910 -0.980829
Maximum -2.041859 -1.345262 1.318074 -0.405465
Minimum -8.436449 -5.496567 -2.457418 -1.386294
Std. Dev. 1.574841 0.966729 0.955681 0.257057
Skewness -0.843315 -0.553226 -0.380553 0.146537
Kurtosis 3.183819 2.677586 2.474717 2.092412
Jarque-Bera 5.397208 2.490346 1.603510 1.705516
Probability 0.067299 0.287891 0.448541 0.426238
Sum -194.2712 -149.5928 -21.97131 -40.92324
Sum Sq. Dev. 109.1254 41.12085 40.18633 2.907444
68
Observations 45 45 45 45
Tabel di atas memperlihatkan deskriptif statistika jika kolom observations ialah total data yang valid serta sampel sejumlah 45 sampel data. ROA mempunyai angka minimal senilai -5.496567 dari 45 sampel, nilai roa terendah oleh PT. Agung Podomoro Land Tbk (APLN) pada tahun 2019. Angka maksimal senilai -1.345262 dari 45 sampel, nilai tertinggi dari PT.
Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) pada tahun 2019. Dengan nilai median senilai - 3.163053 dan nilai rata-rata senilai -3.324284 dengan standar deviasi yang didapat senilai 0.966729.
Variabel leverage pengukuran dari Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai angka minimal senilai -2.457418 dari 45 sampel, angka leverage terendah termiliki PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX) pada tahun 2020. Angka maksimal senilai 1.318074 dari 45 sampel, angka tertinggi termiliki PT. Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL) pada tahun 2020. mean - 0.488251 dan nilai median senilai -0.512910 dengan standar deviasi yang senilai 0.95568.
Tabel 5. Uji Stasionare
NO Variabel Prob* Keterangan Tingkat
1. D(X1) 0.0006 Data Stasioner Level
2. D(X2,2) 0.0000 Data Stasioner 1st different
3. D(Y) 0.0001 Data Stasioner Level
4. D(Z) 0.0001 Data Stasioner Level
5. D(X1_Z) 0.0007 Data Stasioner Level
6. D(X2_Z,2) 0.0000 Data Stasioner 1st different
Dari output uji unit root pada tabel di atas menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki nilai prob* < 0.05, maka tiap-tiap variabel telah mencukupi syarat uji stasioneritas sehingga layak untuk diteruskan dengan uji berikutnya.
Uji Model Regresi
Memilih Common Effect atau Fixed Effect Tabel 6. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Equation: MODEL_FEM Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 3.101241 (14,28) 0.0052
Cross-section Chi-square 42.135146 14 0.0001
Pertama adalah dengan melakukan uji chow untuk menentukan model regresi antara common effect model dan fixed effect model. Hasil uji chow didapat nilai koefisien cross- section chi-square adalah 0.0001 < 0.05, sehingga model yang dipilih adalah fixed effect model.
Memilih Fixed Effect atau Random Effect
Uji Hausman dilakukan untuk membandingkan model random effect dan fixed effect.
Jika nilai prob. < 0.05 maka model yang cocok adalah fixed effect namun, jika nilai prob. >
0.05 maka model yang cocok adalah random effect (Bawono & Shina, 2018).
69 Tabel 7. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: MODEL_REM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.975895 2 0.6139
Dapat dilihat berdasarkan tabel di atas nilai cross-section random 0.6139 yang mana nilainya lebih dari > 0.05, sehingga model yang digunakan adalah random effect.
Memilih Common Effect Model atau Random Effect
Uji LM dilakukan untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik daripada model common effect (OLS). Pengambilan keputusan LM dilakukan jika nilai p-value < 0.05 maka model yang digunakan adalah random effect sedangkan, jika nilai p-value > 0.05 maka model yang digunakan adalah common effect (Sakti, 2018).
Tabel 8. Uji Lagrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided (all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 6.746470 0.943149 7.689619
(0.0094) (0.3315) (0.0056)
Dapat dilihat berdasarkan tabel di atas dari hasil uji Lagrange Multiplier nilai Both adalah 0.0056 lebih rendah dari 0.05, sehingga model yang digunakan adalah random effect model (REM).
Tabel 9. Uji Statistik
Variabel Koefisien Probabilitas
C -5.363701 0.0000
X1 -0.429017 0.0794
X2 0.777495 0.0148
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Hasil pengolahan uji statistik t, nilai t hitung untuk masing-masing variabel independen yaitu variabel return on asset (ROA) -1.798085 dan leverage 2.541100. Tingkat signifikansi masing-masing variabel independen yaitu return on asset (ROA) sebesar 0.0794 dan leverage sebesar 0.0148. Sehingga dapat dikatakan bahwa:
1. Variabel return on asset (ROA) memiliki nilai probabilitas 0.0794 yang artinya lebih tinggi dari pada 0.05 dan memiliki nilai t sebesar -1.798085 yang lebih rendah dari t tabel 2,01808 dengan memiliki coefficient -0.429017 (negatif). Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel return on asset (ROA) terhadap tax avoidance yang artinya H1 ditolak.
2. Variabel leverage memiliki nilai probabilitas 0.0148 yang artinya lebih rendah dari pada 0.05 dan memiliki nilai t sebesar 2.541100 yang lebih tinggi dari t tabel 2,01808 dengan memiliki coefficient 0.777495 (positif). Berdasarkan perhitungan di atas dapat
70 ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel leverage terhadap tax avoidance yang artinya H2 diterima.
Pada tabel di atas juga menunjukkan nilai coefficient sebesar -5.363701, sedangkan tiap variabel independen masing-masing memiliki nilai yaitu variabel return on asset (ROA) - 0.429017 dan variable leverage 0.777495. Sehingga persamaan regresi yang dapat dibuat sebagai berikut:
Y = -5.372932 - 0.302129 (ROA) + 0.868067 Leverage
a. Nilai koefisien sebesar -5.363701 menjelaskan bahwa rata-rata variabel dependen koefisien sama dengan rata-rata dari diferensiasi variabel tax avoidance yaitu sebesar - 5.363701.
b. Besarnya nilai koefisien variabel return on asset (ROA) sebesar -0.429017 hal tersebut menjelaskan bahwa setiap adanya penambahan variabel return on asset (ROA) sebanyak satu tingkat maka akan menurunkan variabel tax avoidance sebanyak - 0.429017 atau -42,9017%.
c. Besarnya nilai koefisien variabel leverage sebesar 0.777495. Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap adanya penambahan variabel leverage sebanyak satu tingkat, maka akan menaikan variabel tax avoidance sebanyak 0.777495 atau 77,7495%.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pada tabel di atas menghasilkan F sejumlah 8.924359 lebih besar dari pada f tabel 3,214 serta nilai prob (F-statistic) 0.000589. Hasil tersebut lebih kecil daripada 0.05, ditarik suatu kesimpulan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R Square) sejumlah 0.264813 ini dapat diartikan bahwa kontribusi variabel independen (return on asset (ROA) dan leverage) dalam mempengaruhi variabel dependen (tax avoidance) sejumlah 26,4813%, sehingga sisanya yaitu 73,5187% dipengaruhi variabel independen lain di luar model penelitian. Standard error of estimate (SEE) sebesar 0.963853. Semakin kecil nilai SEE maka akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Uji Regresi Berganda Moderated Regression Analysis (MRA)
Uji Moderasi Variabel Corporate Governance yang memoderasi Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Tax Avoidance.
Hasil uji keseluruhan variabel corporate governance memoderasi pengaruh variabel independen Return on asset (ROA) terhadap variabel dependen Tax avoidance dapat dilihat pada tabel regresi I dan tabel regresi II di bawah ini:
Tabel 10. Hasil Model Regresi I - Return on asset (ROA) terhadap Tax avoidance Weighted Statistics
R-squared 0.189028 Mean dependent var -1.920123
Adjusted R-squared 0.170168 S.D. dependent var 1.052693
S.E. of regression 0.958952 Sum squared resid 39.54233
F-statistic 10.02276 Durbin-Watson stat 2.399626
Prob(F-statistic) 0.002841
Angka Adjusted R Square merupakan koefisien determinasi atau peranan variance (variabel independen dalam hubungan dengan variabel dependen). Angka Adjusted R Square
71 persamaan I sebesar 0.170168 menunjukan bahwa hanya 17,0168% variabel Y yang bisa dijelaskan oleh variabel X1, sisanya sebesar 82,9832% dijelaskan oleh faktor lain.
Tabel 11. Hasil Model Regresi II - Return on asset (ROA) terhadap Tax Avoidance dengan Variabel Pemoderasi Corporate Governance
Weighted Statistics
R-squared 0.216629 Mean dependent var -1.808008
Adjusted R-squared 0.159309 S.D. dependent var 1.034315
S.E. of regression 0.948355 Sum squared resid 36.87444
F-statistic 3.779300 Durbin-Watson stat 2.432224
Prob(F-statistic) 0.017505
Dari tabel di atas angka Adjusted R Square sebesar 0.159309 dapat dilihat penurunan angka Adjusted R Square dari hasil model regresi I ke hasil model regresi II setelah ditambahkan variabel corporate governance sebagai pemoderasi yakni menurun sebesar 0.010859 atau 1,0859%. Jadi variabel yang moderasi corporate governance memperlemah hubungan antara variabel return on asset (ROA) terhadap tax avoidance.
Uji Moderasi Variabel Corporate Governance yang Memoderasi Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Dalam penelitian ini mempunyai hubungan moderasi yaitu variabel corporate governance memoderasi pengaruh variabel independen leverage terhadap variabel dependen terhadap tax avoidance. Hasil uji keseluruhan dapat dilihat pada tabel regresi I dan tabel regresi II di bawah ini:
Tabel 12. Hasil Model Regresi I - Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance Weighted Statistics
R-squared 0.257790 Mean dependent var -2.520355
Adjusted R-squared 0.240529 S.D. dependent var 1.163076
S.E. of regression 1.013593 Sum squared resid 44.17694
F-statistic 14.93505 Durbin-Watson stat 2.646715
Prob(F-statistic) 0.000371
Angka Adjusted R Square merupakan koefisien determinasi atau peranan variance (variabel independen dalam hubungan dengan variabel dependen). Angka Adjusted R Square pada persamaan I sebesar 0.240529 menunjukan bahwa hanya 24,0529% variabel leverage yang menjelaskan variabel tax avoidance.
Tabel 13. Hasil Model Regresi II - Leverage terhadap Tax Avoidance dengan Variabel Pemoderasi Corporate Governance
Weighted Statistics
R-squared 0.307029 Mean dependent var -2.416842
Adjusted R-squared 0.256324 S.D. dependent var 1.142737
S.E. of regression 0.985458 Sum squared resid 39.81623
F-statistic 6.055182 Durbin-Watson stat 2.788382
Prob(F-statistic) 0.001643
Dari tabel di atas angka Adjusted R Square pada persamaan II sebesar 0.256324 dapat dilihat kenaikan angka Adjusted R Square dari hasil model regresi I ke hasil model regresi II setelah ditambahkan variabel corporate governance sebagai pemoderasi yakni meningkat
72 sebesar 0.015795 atau 1,5795%. Jadi variabel moderasi corporate governance memperkuat hubungan antara variabel leverage terhadap variabel tax avoidance.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Gambar 1. Diagram Hasil Uji Normalitas
Dalam grafik histogram di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas, karena terlihat nilai Jarque-Bera 34.757940 dan probabilitas 0.092646 >
0.05, maka data dapat dipastikan tidak ada masalah normalitas.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)
Variabel Koefisien Probabilitas
C 1.441695 0.0089
X1 0.125773 0.3822
X2 0.139565 0.3382
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi return on asset (ROA) sebesar 0,3822 karena di atas 0,05 berarti data termasuk homogen. Selanjutnya nilai signifikansi variabel leverage sebesar 0,3382 karena di atas 0,05 data termasuk homogen. Sehingga dapat ditarik kesimpulan asumsi persamaan regresi datanya baik, yang berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Uji Multikolinieritas
Tabel 15. Hasil Uji Multikolinearitas
X1 X2
X1 1.000000 -0.501786
X2 -0.501786 1.000000
Dari tabel di atas dapat disimpulkan nilai variabel independen di atas adalah di bawah nilai 0.8 dan tidak lebih dari nilai 1, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa variabel-variabel tersebut tidak ada indikasi multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Table 16. Hasil Uji Autokorelasi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.137820 0.877461 -0.157066 0.8760
X1 -0.038161 0.237834 -0.160451 0.8733
73
X2 -0.011957 0.236556 -0.050546 0.9599
RESID (-1) 0.114357 0.163955 0.697494 0.4895
RESID (-2) 0.078149 0.161114 0.485054 0.6303
R-squared 0.020149 Mean dependent var -1.03E-15
Adjusted R-squared -0.077836 S.D. dependent var 1.243217 S.E. of regression 1.290694 Akaike info criterion 3.452677 Sum squared resid 66.63566 Schwarz criterion 3.653417 Log likelihood -72.68523 Hannan-Quinn criter. 3.527511
F-statistic 0.205632 Durbin-Watson stat 1.906449
Prob(F-statistic) 0.933797
Hasil uji autokorelasi pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Durbin watson adalah 1,906449. Jumlah unit analisis 45 (n) dan jumlah variabel 4 (k=4), di dapat nilai (batas bawah) dl=1,3357 dan (batas atas) du=1,7200. Selanjutnya jumlah variabel (k=4) dikurang dengan batas atas (du), (4–1,7200) = 2,28. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai dw 1,906449 lebih besar dari batas atas (du) 1,7200 dan kurang dari (4-du) 2,28 atau 1,7200 <
1,3357 < 2,28. Dapat disimpulkan bahwa jika (du < d < 4-du) artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negative, sehingga dalam penelitian ini tidak terdapat penyimpangan korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Pengaruh Return on asset (ROA) terhadap Tax avoidance
Berdasarkan pengujian yang dilakukan peneliti, hasil yang diperoleh dalam penelitian yang berjudul pengaruh variabel return on asset (ROA) dan leverage terhadap tax avoidance dengan corporate governance sebagai pemoderasi. Menunjukkan bahwa t, return on asset (ROA) sebesar -1.798085 dengan parameter koefisien sebesar -0.429017 dan nilai probabilitas 0.0794. Dilihat nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini return on asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Dengan hasil penelitian di atas, hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan Dicky (2017) dan Laila (2015) yang menyatakan bahwa return on asset (ROA) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis penelitian
“H1: Return on asset (ROA) berpengaruh terhadap Tax avoidance” ditolak.
Hal tersebut diindikasikan tingkat kesadaran masyarakat akan kewajiban pajak telah meningkat sehingga nilai ROA yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan telah memanfaatkan asetnya secara efektif dan efisien, sehingga perusahaan mampu membayar beban-beban perusahaan termasuk beban pajaknya. Tingginya nilai ROA akan dilakukan perencanaan pajak yang optimal dan cenderung aktivitas tax avoidance akan mengalami penurunan, maka perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi akan lebih memilih membayar beban pajak dari pada harus melakukan tindakan penghindaran pajak (tax avoidance).
Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan pengujian yang dilakukan peneliti, hasil yang diperoleh dalam penelitian yang berjudul pengaruh variabel return on asset (ROA) dan leverage terhadap tax avoidance dengan corporate governance sebagai pemoderasi. Menunjukkan t statistic, leverage sebesar 2.541100 dengan memiliki nilai koefisien sebesar 0.777495 dan memiliki nilai probabilitas 0.0148. Dapat dilihat nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.
Hasil penelitian di atas, hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andyka, Pratomo, dan Kurnia (2018) dan Astuti dan Aryani (2016) bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis penelitian “H2:
Leverage berpengaruh terhadap Tax avoidance” diterima.
74 Dimana perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi lebih banyak mengajukan hutang guna mendapatkan keuntungan dari pengurangan bunga atas hutang tersebut sehingga pajak yang dibayar akan menjadi lebih kecil. Contohnya perusahaan manufaktur cenderung memanfaatkan hutang untuk meminimalkan beban pajak perusahaan dan bahkan cenderung agresif terhadap pajak dengan memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang berlaku.
Corporate governance memoderatori pengaruh return on asset (ROA) terhadap Tax avoidance
Berdasarkan pengujian yang dilakukan peneliti, hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate governance memoderasi pengaruh return on asset (ROA) terhadap tax avoidance. Hasil tersebut ditunjukkan dengan uji Moderated Regression Analysis (MRA) dengan hasil yang menunjukan variabel corporate governance memperlemah pengaruh hubungan antara variabel return on asset (ROA) terhadap tax avoidance sebesar 0.010859 atau 1,0859%.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian ini membuktikan hipotesis “H4:
Corporate governance dapat memoderasi (memperlemah) pengaruh return on asset (ROA) terhadap Tax avoidance” diterima. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Badoa (2020) yang menyatakan dengan hasil penelitian variabel moderasi corporate governance memperlemah pengaruh return on asset terhadap tax avoidance.
Variabel corporate governance tersebut bisa memperlemah tingkat tax avoidance karena data yang diperoleh peneliti menggambarkan besarnya tingkat komisaris independen dalam suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajemen dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap peraturan guna menjaga reputasi dan akuntabilitas perusahaan, sehingga dapat menghalangi perilaku oportunis manajer. Komisaris independen sebagai salah satu elemen corporate governance mampu memperlemah hubungan profitabilitas terhadap penghindaran pajak, artinya mampu menekan kecenderungan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak.
Corporate Governance memoderasi Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan pengujian yang dilakukan peneliti, hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate governance memoderasi pengaruh leverage terhadap tax avoidance. Hasil tersebut ditunjukkan dengan uji Moderated Regression Analysis (MRA) dengan hasil yang menunjukan variabel corporate governance memperkuat pengaruh hubungan antara variabel leverage terhadap tax avoidance sebesar 0.015795 atau 1,5795%.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian ini membuktikan hipotesis “H5:
Corporate governance dapat memoderasi (memperkuat) pengaruh leverage terhadap tax avoidance” diterima. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh SA Satya (2021) dengan hasil penelitian variabel moderasi corporate governance memperkuat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
Variabel corporate governance tersebut bisa memperkuat tingkat tax avoidance karena data yang diperoleh peneliti menggambarkan komisaris independen sebagai pihak yang tidak terikat dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan. Peran komisaris independen sangat vital sebagai pengawas dalam kebijakan perusahaan tentang kebijakan hutang yang dilakukan oleh perusahaan, adanya hubungan tersebut yang menyebabkan adanya peran hubungan komisaris independen terhadap leverage pada praktik tax avoidance.
75 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menggambarkan jika variabel return on asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa return on asset (ROA) bertolak belakang dengan hipotesis yang dirumuskan.
Hasilnya menunjukan jika variabel leverage mempengaruhi positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Dari hasil tersebut, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa leverage sejalan dengan hipotesis yang dirumuskan. Hasil penelitian menggambarkan jika variabel corporate governance dapat menjadi pemoderasi pengaruh return on asset (ROA) terhadap Tax avoidance. Hal tersebut terbukti dalam uji regresi berganda hasil Adjusted R Square menjadi lebih rendah dibandingkan sebelum adanya variabel corporate governance. Yang artinya variabel corporate governance memperlemah hubungan pengaruh return on asset (ROA) terhadap tax avoidance. Dengan hasil tersebut, artinya hasil yang didapat sejalan dengan hipotesis yang telah dirumuskan bahwa variabel corporate governance dapat memoderasi hubungan return on asset (ROA) terhadap Tax avoidance.
Hasil penelitian menunjukan variabel corporate governance dapat memoderasi pengaruh leverage terhadap tax avoidance. Hal tersebut terbukti dalam uji regresi berganda hasil Adjusted R Square menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum adanya variabel corporate governance. Yang artinya variabel corporate governance memperkuat hubungan pengaruh leverage terhadap tax avoidance. Dengan hasil tersebut, artinya hasil yang didapat sejalan dengan hipotesis yang telah dirumuskan bahwa variabel corporate governance dapat memoderasi hubungan leverage terhadap tax avoidance.
Saran
Pemerintah terkhusus bagi Direktorat Jenderal Pajak, guna lebih tegas dalam pengawasan tax avoidance dalam perusahaan karena banyak celah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan tax avoidance, pada gambaran riset ini yang menjelaskan terkait kegiatan perusahaan manufaktur yang berusaha melakukan tax avoidance, agar kedepannya dapat meminimalisir kasus seperti diatas terjadi. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya merencanakan periode waktu tiap tahapan-tahapan penelitian, sebab semakin lama waktu pengerjaan penelitian maka isu yang diangkat dalam penelitian akan melemah. Agar penelitian dapat menghasilkan gambaran yang berbeda dan lebih akurat, penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel lain yang masih berkaitan dengan tax avoidance.
DAFTAR PUSTAKA
Alviyani, K., Surya, R. A. S., & Rofika. (2016). Pengaruh corporate governance, karakter eksekutif, ukuran perusahaan dan leverage terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) (study pada perusahaan pertanian dan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011- 2014). JOM Fekon, vol.3(No.1), 2540–2554.
Andyka, D., Pratomo, D., & Kurnia. (2018). Pengaruh Leverage (Dar), Capital Intensity Dan Inventory Intensity Terhadap Tax Avoidance (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2015), 5(1), 713.
Annisa, N. A., & Kurniasih, L. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Dan Auditing, 8(2), 95–189.
Asriman, A. T. (2019). Siklus Sektor Properti dan Real Estate.
Astuti, T. P., & Aryani, Y. A. (2016). Tren Penghindaran Pajak Perusahaan Manufaktur Di Indonesia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2001-2014. Jurnal Akuntansi, 20(3), 375–388.
Brian, I., & Martini, D. (2014). Analisis Pengaruh Penghindaran Pajak dan Kepemilikan Keluarga terhadap Waktu Pengumuman Keuangan Tahunan Perusahaan. Finance and
76 Banking, 16(2), 125–139.
Diantari, P. R., & Ulupui, I. A. (2016). Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris Independen, Dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi, 16(1), 702–732.
Fadjarenie, A., & Anisah, Y. A. N. (2016). Pengaruh Corporate Governance dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014). STAR - Study & Accounting Research, XIII(3), 48–58.
Handayani, R. (2018). Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Periode Tahun 2012-2015. Jurnal Akuntansi Maranatha, 10(1), 72–84.
Herosian, M. Y., Dalimunthe, R. P., Sinaga, H. N., & Lubis, I. G. (2021). Analisis nilai perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi & Akuntansi), 5(1), 1448–1568.
Husain, T. (2017). Pengaruh Tax Avoidance dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Online Insan Akuntan, 2(1), 137–156.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency cots and ownership structure. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cots and Ownership Structure, 3(4), 305–360.
Kurniasih, T., & Ratna Sari, M. (2013). Pengaruh Return on Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance.
Buletin Studi Ekonomi, 18(1), 58–66.
Maharani, I. G. A. C., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas Dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2, 525–539.
Ngadiman, N., & Puspitasari, C. (2017). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi, 18(3), 408–421.
www.idx.co.id