• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ekonomi dan Bisnis

http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/JEKOBS

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance

Yusarisna Sofiani1✉, Ririh Dian Pratiwi2

1 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang

2 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Article Information

________________

Article history:

Accepted: November 2022 Approved: December 2022 Published: January 2023 ________________

Keywords:

profitability leverage

institutional ownership tax avoidance

____________________

Abstract

____________________________________________________________

Tax avoidance is a strategy to legally minimize the tax burden by taxpayers. This practice is mostly carried out by various types of companies, including companies in the mining sector.

There are several factors that influence a company's practice of tax avoidance, including the level of profitability, leverage, and institutional ownership. The research was conducted in the 2015-2020 period. The independent variables as predictors in this study were profitability, leverage, and institutional ownership as independent variables and tax avoidance as the dependent variable. Samples were taken by considering various criteria and obtained the number of observations of 47 companies. The data used comes from the company's financial statements. The data were analyzed using multiple linear regression analysis with the help of SPSS version 25. The results of the study concluded that only the profitability variable had an effect on tax avoidance.

Tax avoidance adalah sebuah strategi untuk meminimalkan beban pajak oleh wajib pajak seacara legal. Praktik ini banyak dilakukan oleh berbagai jenis perusahaan, termasuk perusahaan sector pertambangan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam melakukan praktik tax avoidance, diantaranya adalah tingkat profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional. Penelitian dilakukan pada periode 2015- 2020. Variabel bebas sebagai prediktor dalam penelitian ini profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional sebagai variabel bebas dan tax avoidance sebagai variabel terikat. Sampel diambil dengan mempertimbangkan berbagai kriteria dan diperoleh jumlah observasi 47 perusahaan. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan perusahaan.. Data dianalisis dengan analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPSS versi 25. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hanya variable profitabilitas yang berpengaruh terhadap tax avoidance.

How to Cite: Sofiani, Y., & Pratiwi, R. (2023). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2(1), 12-22. Retrieved

from http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/JEKOBS/article/view/7491.

correspondence address:

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang Jalan Imam Bonjol, Pendrikan Kidul, Semarang

E-mail: 211201805297@mhs.dinus.ac.id

ISSN 2964-8866 (online)

(2)

PENDAHULUAN

Pajak adalah iuran wajib secara perseorangan maupun badan kepada pemerintah tanpa mendapat imbalan yang seimbang, bersifat memaksa sesuai undang-undang yang berlaku dan nantinya digunakan untuk keperluan pemerintahan dan pembangunan (Sugianto, 2008). Pembayaran pajak merupakan bentuk kewajiban kenegaraan. Dalam hal ini, masyarakat dapat berperan sebagai wajib pajak mendukung pembiayaan Negara dan pembangunan nasional (Darsani & Sukartha, 2021).

Tabel 1: Realisasi Penerimaan Negara 2015-2020 (Triliun Rupiah)

Tahun Penerimaan Pajak Penerimaan Bukan Pajak

2015 1.240,42 255,63

2016 1.284,97 261,98

2017 1.343,53 311,22

2018 1.518,79 409,32

2019 1.643,08 386,33

2020 1.285,13 343,81

Sumber: Data diolah, 2022

Pajak masih menjadi penyumbang penerimaan terbanyak untuk negara dengan kontribusi sebesar 82,5% dari total pemasukan negara (Kemenkeu, 2019). Meski demikian, pemerintah masih terkendala dalam mengoptimalkan penerimaan pajak Negara, salah satunya dikarenakan upaya wajib pajak dalam mengelola pajak terhutangnya dalam bentuk penghindaran atau penggelapan pajak (Darsani & Sukartha, 2021).

Manajemen pajak adalah cara yang dapat dicoba perusahaan untuk meminimumkan jumlah pajak. Pohan (2013) menyatakan manajemen pajak adalah suatu upaya sistematis seperti perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan pengendalian dibidang perpajakan untuk tujuan memenuhi kewajiban perpajakan yang minimum.

Untuk melakukan manajemen pajak diperlukan yang namanya perencanaan pajak. Definisi perencanaan pajak adalah rangkaian strategi perusahaan dalam mengendalikan akuntansi serta keuangan yang tujuannya untuk meminimalkan beban pajak dengan metode yang benar serta tidak melanggar aturan pajak (Pohan, 2013). Perencanan pajak merupakan langkah awal menyusun strategi untuk penghematan pajak dalam upaya efisiensi pajak penghasilan. Hal yang perlu dilakukan yaitu mengumpulkan ketentuan perpajakan yang ada untuk mengetahui upaya efisiensi pajak penghasilan dimasa mendatang (Suarningrat dan Setiawan, 2014).

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah rangkaian strategi guna meminimumkan pajak. Tax avoidance merupakan kegiatan legal dan terletak pada batas definitif yang memanfaatkan celah hukum dalam undang-undang perpajakan untuk mengurangi pajak dengan cara menggunakan tunjangan pajak, dan aparat perpajakan tidak dapat melakukan tindakan (Eskandar & Ebrahimi, 2020).

Salah satu kasus di Indonesian yaitu PT Adaro yang dicurigai melakukan penghindaran pajak dengan metode memindahkan beberapa labanya yang berasal dari kegiatan operasional penambangan batu bara yang dilakukan di dalam negeri ke perusahaannya yang berada di luar negeri. Global Witness melaporkan bahwa semenjak 2009-2017 PT Adaro melalui Coltrade Services International (anak perusahaan di singapura) sudah mengendalikan agar mereka bisa membayarkan pajaknya lebih rendah US$ 125 juta dolar dibandingkan yang sepatutnya dibayarkan di Indonesia. PT Adaro sukses kurangi beban pajaknya di Indonesia sebesar US$ 14 juta tiap tahunnya, yang artinya PT Adaro mengurangi pendapatan ataupun penerimaan pajak untuk pemerintah Indonesia (Wareza, 2019).

Fenomena tax avoidance lainnya sebagaimana yang dilansir dalam berita online Media

(3)

Indonesia (2019), sebanyak 56 perusahaan sektor pertambangan di Kabupaten Bengkulu Utara melakukan penggelapan pajak mencapai Rp1,3 miliar per tahun selama dua tahun yakni tahun 2016- 2017 (Kurniawan, 2019).

Terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi tax avoidance. Aspek pertama ialah tingkatan profitabilitas perusahaan. Menurut Dewinta dan Setiawan (2016) profitabilitas suatu perusahaan akan menampilkan keahlian perusahaan tersebut dalam menciptakan laba sepanjang periode tertentunya melalui penggunaan asset, modal saham atau tingkat penjualan. Aspek kedua yaitu kebijakan leverage. Bagi Ganiswari (2019) kebijakan leverage dalam menciptakan laba sebelum kena pajak dengan memakai utang sebagai sumbernya menimbulkan beban bunga, yang dapat mengurangi pajak yang harus ditanggung perusahaan. Hal ini dapat dikategorikan sebagai tindakan tax avoidance.

Aspek ketiga adalah kepemilikan institusional. Bagi Merslythalia dan Lasmana (2016) kepemilikan institusional mempunyai kedudukan yang kuat seperti memantau, mendisiplinkan hingga mampu mendorong keputusan manajer dengan bukti jika prosentase kepemilikan saham investor lebih besar, maka kuat alasan investor untuk menekan manajer agar mau berbuat sesuai dengan keinginannya tanpa peduli dengan kepentingan dirinya sendiri.

Penelitian mengenai faktor yang berpengaruh terhadap tax avoidance selalu menarik untuk diteliti lebih mendalam sebab hasil empiris memberikan perbedaan hasil. Penelitian sebelumnya oleh (Chang & Sun, 2010) Arianandini dan Ramantha (2018), Dewinta dan Setiawan (2016), Yulyanah dan Kusumastuti (2019), Kimsen dkk (2018), Hidayat (2018), Nursari dkk (2016) dan Puspita dan Febrianti (2017) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Namun Nugrahitha dan Suprasto (2018) menemukan hasil sebaliknya.

(Mulyati et al., 2019), Nabilla dan ImamZulFikri (2018), Nugrahitha dan Suprasto (2018), Nursari dkk (2016), Kimsen dkk (2018) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Berlawanan dengan Dewinta dan Setiawan (2016), Puspita dan Febrianti (2017), Arianandini dan Ramantha (2018), Hidayat (2018) dan Yulyanah dan Kusumastuti (2019) yang menyatakan sebaliknya.

Kemudian penelitian yang dilakukan (Khan et al., 2017), Merslythalia dan Lasmana (2016), Yulyanah dan Kusumastuti (2019), Nursari dkk,(2016) menunjukkan hasil kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Arianandini dan Ramantha (2018), Fiandri dan Muid (2017), dan Oktaviyani dan Munandar (2017) yang menemukan hasil berlawanan.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat praktik tax avoidance pada perusahaan sektor pertambangan, dilihat dari tingkat profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional yang mereka miliki..

Tinjauan Pustaka Teori Stakeholder

Teori stakeholder mendeskripsikan hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya terkait dengan kegiatan operasionalnya. Teori stakeholder menerangkan mengenai perusahaan bukan semata-mata beroperasi untuk kepentingannya sendiri, melainkan harus memberi manfaat atau imbal balik yang baik bagi stakeholdernya (Ghozali dan Chariri, 2014).

Teori Trade-off

Menurut Brigham dan Houston (2015) teori trade off merupakan teori yang membahas mengenai struktur modal, dimana perusahaan dapat menggunakan manfaat pajak dari pembiayaan utang. Pada dasarnya pemerintah membayarkan sebagian dari biaya utang, dengan kata lain utang memberi manfaat perlindungan pajak. Akibatnya dengan penggunaan lebih banyak utang akan mengurangi jumlah pajak, dan dengan begitu memungkinkan lebih banyak laba operasional perusahaan yang mengalir ke investor.

(4)

H1

H2 Risiko Bisnis

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

METODE

Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI sebagai populasi, serta mengambil sampel dengan kriteria: (1). Perusahaan sektor pertambangan BEI periode 2015-2020, (2).

Mempunyai data lengkap sesuai dengan tujuan penelitian, (3). Perusahaan tidak rugi selama tahun pengamatan, serta memiliki nilai ETR < 25% untuk tahun 2015-2019, dan < 22% untuk tahun 2020.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dijelaskan dan diukur sebagai berikut:

Tabel 2. Definisi Operasional Varibel

Nama Variabel Definisi Variabel Pengukuran

Profitabilitas Rasio penciptakan laba (Hidayat, 2018).

𝐑𝐎𝐀

= 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭

Leverage Rasio pengukur seberapa jauh aktiva perusahaan akan ditanggung

oleh utang (Hidayat, 2018). 𝐃𝐀𝐑 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭

Kepemilikan institusional

Persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki institusi lain. (Dhypalonika, 2018)

𝐈𝐍𝐒𝐓

= 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐢𝐭𝐮𝐬𝐢 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

(5)

Tax avoidance Usaha memperkecil pajak namun tidak melanggar ketentuan undang- undang perpajakan (Hidayat, 2018).

𝐄𝐓𝐑

= 𝐁𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐊𝐢𝐧𝐢 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤

Sumber : disarikan untuk penelitian ini, 2022

Persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Tax avoidance = α + β1(Profitabilitas) + β2(Leverage) + β3(Kepemilikan Institusional) + e

HASIL DAN DISKUSI Statistik Deskriptif

Tabel 2: Statistik Deskriptif

N Nilai

Terendah

Nilai Tertinggi

Rata- rata

Standar Deviation

Profitabilitas 47 .001 .456 .08904 .097769

Leverage 47 .027 .871 .46319 .179287

Kepemilikan Institusional

47 .140 .974 .64134 .233659

Tax avoidance 47 .000 .245 .15528 .078861

Valid N (listwise) 47 Sumber: Data diolah, 2022

Dari sampel yang diperoleh sebanyak 47 perusahaan, diperoleh data yang memiliki variasi relatif baik.

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Tabel 3: Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Asymp. Sig. (2-tailed) .091c Sumber: Data diolah, 2022

Terlihat signifikansi bernilai 0,091 > 0.05 artinya variabel dalam penelitian berdistribusi normal.

(6)

Uji Multikolinieritas

Ada tidaknya korelasi antar variabel bebas dilakukan dengan uji multikolinearitas sebagai berikut:

Tabel 4: Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Keterangan Tolerance VIF

ROA .991 1.009

DAR .980 1.020

INST .972 1.029

Sumber: Data diolah, 2022

Ringkasan hasil pengujian statistic menunjukkan dimana nilai tolerance melebihi 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian in tidak terjadi ada multikolinieritas.

Uji Autokorelasi

Tabel 5: Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model Durbin-Watson

1 2.054

Sumber: Data diolah, 2022

Tabel 5 menunjukkan nilai DW adalah 2,054. Nilai dU dengan k (variabel bebas)= 3, dan n (banyaknya data) = 47 adalah 1,669. Angka yang telah ditemukan berada pada kondisi dU < d < 4-dU (1,669 < 2,054 < 2,331). Kondisi tersebut menggambarkan tidak adanya masalah autokorelasi dalam model regresi.

Uji Heterokedastisitas

Hasil uji heterokedastisitas dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 6: Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa Keterangan Sig.

ROA .992

DAR .593

INST .472

Sumber: Data diolah, 2022

Pada tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi ketiga variabel melebihi 0,05, dimana dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

(7)

Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Uji regresi linier berganda mendapatkan hasil persamaan regresi mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 7: Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Keterangan B

(Constant) .223

ROA .067

DAR -.019

INST -.074

Sumber: Data diolah, 2022

Dari tabel di atas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 0,223 + 0,067X1 – 0,019X2 – 0,074X3 + e

Uji Kelayakan Model

Pengujian Simultan (Uji F)

Tujuan uji F adalah melihat apakah seluruh variabel bebas yang termasuk ke dalam model memiliki pengaruh simultan terhadap variabel terikat.

Tabel 8: Uji F

ANOVAa

Model Sig

1 .001

Sumber: Data diolah, 2022

Dari hasil uji F yang terangkum pada tabel menunjukkan tingkat signifikansi 0,001. Karena nilai tersebut

< 0,05, maka secara simultan variabel profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap variabel tax avoidance.

Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi menunjukkan kemampuan variabel bebas dalam menggambarkan variasi variabel terikat.

Tabel 9: Koefisien Determinasi Model Adjusted R Square

1 .316

Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel model summary, nilai Adjusted R Square sebesar 0,316 atau 31,6%. Angka tersebut menggambarkan bahwa variasi dari variabel tax avoidace digambarkan sebesar 31,6% oleh variabel

(8)

profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional. Sedangkan sisanya 68,4% digambarkan oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam model.

Pengujian Hipotesis

Pengujian Parsial (Uji-t)

Tujuan uji statistic-t untuk memperlihatkan sampai dimana variasi variabel terikat dapat diartikan oleh variabel bebas secara individual.

Tabel 10: Uji-t

Coeffisientsa Keterangan Sig.

ROA .000

DAR .629

INST .156

Sumber: Data diolah, 2022

Hasil nilai profitabilitas signifikansi sebesar 0,000 atau < 0,05 menyatakan profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance. Sebaliknya yang terjadi pada variabel leverage dan kepemilikan institusional, karena keduanya memiliki nilai probabilitas signifikansi yang melebihi taraf nyata 5%.

Profitabilitas dan Tax avoidance

Berdasarkan hasil uji-t didapatkan probabilitas signifikansi variabel profitabilitas sebesar 0,000 (<

5%), yang menjelaskan bahwa variabel profitabilitas memiliki pengaruh terhadap variabel tax avoidance.

Hasil penelitian ini menerima hipotesis pertama (H1). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, contoh kasus pada perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk (ANTM) tahun 2016 memiliki nilai profitabilitas yang dihitung menggunakan ROA sebesar 0,002 dengan nilai tax avoidance yang dihitung menggunakan ETR sebesar 0,008. Ditahun 2017 nilai ROA meningkat menjadi 0,005 diikuti nilai ETR juga meningkat menjadi 0,116. Hal ini juga terjadi ditahun 2018, dimana nilai ROA meningkat menjadi 0,026 dan nilai ETR meningkat lagi menjadi sebesar 0,232.

Tinggi atau rendahnya nilai profitabilitas suatu perusahaan berpengaruh pada tindakannya dalam praktik tax avoidance. Perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi akan memutuskan untuk tertib dan matang dalam merencanakan pajaknya sehingga dapat menghasilkan kesuksesan dalam optimalisasi pajak dan jauh dari praktik tax avoidance. Hasil penelitian ini mendukung Puspita dan Febrianti (2017), Dewinta dan Setiawan (2016), dan Yulyanah dan Kusumastuti (2019)..

Sejalan dengan teori stakeholder yang membahas tanggung jawab perusahaan terletak pada seluruh pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut (semua stakeholder). Semua stakeholder adalah semua pihak yang akan terkena dampak dari semua kebijakan atau keputusan yang diambil oleh pengelola termasuk tindakan tax avoidance. Dimata stakeholder, perusahaan yang baik adalah perusahaan yang tidak melakukan tax avoidance. Para stakeholder tidak ingin manajemen perusahaan mengambil keputusan yang berisiko, yaitu dengan melakukan tindakan tax avoidance. Tindakan tax avoidance dapat merugikan perusahaan dan stakeholder terkait adanya sanksi yang akan diterima. Oleh sebab itu, dalam menjalankan perusahaan yang dikelolanya dan untuk memperjuangkan kelangsungan hidup perusahaan, manajemen didukung oleh para stakeholder lainnya harus mengupayakan ketaatan terhadap kewajiban perpajakan (Dessy dkk., 2018).

Leverage dan Tax avoidance

Berdasarkan hasil uji-t hipotesis kedua (H2) ditolak. Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap variabel tax avoidance, hal tersebut dapat disimpulkan dari nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,629 (>5%). Artinya tinggi rendahnya leverage tidak mempengaruhi tax avoidance.

(9)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, contoh kasus pada perusahaan PT. Bayan Resources Tbk (BYAN) ditahun 2017 memiliki nilai leverage yang dihitung menggunakan DAR sebesar 0,420 dengan nilai tax avoidance yang dihitung menggunakan ETR sebesar 0,208. Ditahun 2018 nilai DAR mengalami menurun menjadi 0,411 dan nilai ETR meningkat menjadi 0,226. Terjadi peningkatan nilai DAR ditahun 2019 menjadi 0,516 dan nilai ETR masih juga meningkat menjadi 0,239. Contoh kasus kedua pada perusahaan PT. Darma Henwa (DEWA) ditahun 2016 memiliki nilai DAR sebesar 0,410 dengan nilai ETR sebesar 0,113. Terjadi peningkatan nilai DAR ditahun 2017 menjadi 0,434 namun nilai ETR menurun menjadi 0,039. Ditahun 2018 nilai DAR menurun menjadi 0,411 diikuti nilai ETR yang kembali menurun menjadi 0,038.

Hasil di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi atau semakin rendah leverage tidak berdampak pada praktik tax avoidance suatu perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Dewinta dan Setiawan (2016), Arianandini dan Ramantha (2018), Yulyanah dan Kusumastuti (2019), Puspita dan Febrianti (2017), dan Hidayat (2018).

Dalam teori trade off dijelaskan nilai hutang suatu perusahaan dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Dengan melakukan keputusan pendanaan seperti itu dapat dijadikan gambaran adanya tindakan penghindaran pajak terkait dengan tarif pajak efektif. Namun pada penelitian ini hal tersebut tidak mempengaruhi perusahaan dalam melakukan tax avoidance. Keputusan pendanaan dengan meningkatkan atau menurunkan tingkat hutang tidak terbukti menjadi faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan tax avoidance.

Kepemilikan Institusional terhadap Tax avoidance

Berdasarkan hasil uji-t didapatkan nilai signifikansi variabel kepemilikan institusional sebesar 0,156 (>0,05) yang menunjukkan bahwa ketiga (H3) ditolak. Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap variabel tax avoidance. Artinya tinggi rendahnya kepemilikan institusional tidak mempengaruhi tax avoidance.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, contoh kasus pada perusahaan PT. Bayan Resources Tbk (BYAN) tahun 2017 memiliki nilai kepemilikan institusional yang dihitung menggunakan INST sebesar 0,300 dengan nilai tax avoidance yang dihitung menggunakan ETR sebesar 0,208. Ditahun 2018 nilai INST menurun menjadi 0,140 dan nilai ETR meningkat menjadi 0,226. Ditahun 2019 nilai INST meningkat menjadi 0,300 dan nilai ETR kembali meningkat menjadi sebesar 0,239. Contoh kasus kedua pada perusahaan PT. Darma Henwa Tbk (DEWA) tahun 2016 memiliki nilai INST sebesar 0,361 dan nilai ETR sebesar 0,113. Ditahun 2017 nilai INST meningkat menjadi 0,402 dan nilai ETR menurun menjadi sebesar 0,039. Tahun 2018 nilai INST menurun menjadi 0,290 diikuti penurunan nilai ETR lagi menjadi sebesar 0,038.

Hasil di atas menunjukkan bahwa keputusan suatu perusahaan melakukan tax avoidance tidak dipengaruhi oleh semakin tinggi atau semakin rendah kepemilikan institusional. Seharusnya pemegang saham institusional berperan penting untuk memantau manajemen. Hal ini menjadikan alasan manajemen untuk tdak berperilaku mementingkan diri sendiri, namun pemegang saham institusional juga memiliki wewenang untuk memastikan bahwa manajem. Namun, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemegang saham institusional belum tentu memberikan pengawasan terhadap tindakan manajemen, termasuk keputusan dan tindakannya dalam tax avoidance. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arianandini dan Ramantha (2018), Fiandri dan Muid (2017), dan Oktaviyani dan Munandar (2017) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

KESIMPULAN DAN SARAN

Uraian hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan leverage dan kepemilikan institusional tidak terbukti demikian. Saran yang dapat diberikan peneliti bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah faktor-faktor lain yang lebih besar dalam mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan tax avoidance dan dapat menggunakan sektor lain selain sektor pertambangan dan menambah periode penelitian dengan periode yang berbeda agar menghasilkan penelitian dengan kualitas yang baik.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arianandini, P. W., & Ramantha, I. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi, 22, 2088.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2015). Fundamental of Financial Management. Chengage Learning.

Chang, J. C., & Sun, H. L. (2010). Does the disclosure of corporate governance structures affect firms’

earnings quality? Review of Accounting and Finance, 9(3), 212–243.

https://doi.org/10.1108/14757701011068048

Darsani & Sukartha. (2021). The Effect of Institutional Ownership, Profitability, Leverage and Capital Intensity Ratio on Tax Avoidance. American Journal of Humanities and Social Sciences Research (AJHSSR), 5(1), 13–22. https://www.ajhssr.com/wp-content/uploads/2021/01/C215011322.pdf Dessy, Kamaludin, & Nikmah. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility,

Preferensi Resiko Eksekutif dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance Perusahaan Sektor Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI. Fairness, 8(2), 153–170.

Dewinta, I. A. R., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi, 14(3), 1584–

1615.

Dhypalonika, M. R. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Leverage, dan Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance Pada Industry Perbankan. STIE Perbanas Surabaya.

Eskandar, H., & Ebrahimi, P. (2020). Tax Avoidance and Institutional Ownership : Active vs . Passive Ownership. International Journal of Finance and Managerial Accounting, 5(17), 95–106.

Fiandri, K. A., & Muid, D. (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Mediasi Padaperusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesiatahun 2011 – 2014. Diponegoro Journal of Accounting, 6(2), 31–43.

Ganiswari, R. A. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017). Jurnal Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1–15.

Ghozali, I., & Chariri, A. (2014). Teori Akuntansi (4th ed.).

Hidayat, W. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 3(1), 19–26.

Kemenkeu. (2019). APBN 2019. Kementrian Keuangan Repubik Indonesia.

Khan, M., Srinivasan, S., & Tan, L. (2017). Institutional ownership and corporate tax avoidance: New evidence. Accounting Review, 92(2), 101–122. https://doi.org/10.2308/accr-51529

Kimsen, K., Kismanah, I., & Masitoh, S. (2018). Profitability, Leverage, Size of Company Towards Tax Avoidance. JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi), 4(1), 29–36.

Kurniawan, S. (2019). 56 Usaha Tambang Gelapkan Pajak. Media Indonesia.

Merslythalia, R., & Lasmana, M. S. (2016). Pengaruh Kompetensi Eksekutif, Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 117.

Mulyati, Y., Subing, H. J. T., Fathonah, A. N., & Prameela, A. (2019). Effect of profitability, leverage and company size on tax avoidance. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 6(8), 26–35.

Nabilla, S. S., & ZulFikri, I. (2018). Pengaruh Risiko Perusahaan, Leverage (Debt To Equity Ratio) dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur subsektor makanan & minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2017).

Seminar Nasional Cendikiawan.

(11)

Nugrahitha, I. M. A., & Suprasto, H. B. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Corporate Governance, dan Karakter Eksekutif pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 22(3), 2016–

2039.

Nursari, M., Diamonalisa, & Sukarmanto, E. (2016). Pengaruh Profitabilitas , Leverage , dan Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance ( Studi Empiris pada Perusahaan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) pada Periode Tahun 2009-2016 ). Prosiding Akuntansi, 3(2), 259–266.

Oktaviyani, R., & Munandar, A. (2017). Effect of Solvency, Sales Growth, and Institutional Ownership on Tax Avoidance with Profitability as Moderating Variables in Indonesian Property and Real Estate Companies. Binus Business Review, 8(3), 183.

Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama.

Puspita, D., & Febrianti, M. (2017). Faktor-faktor yang memengaruhi penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 19(1), 38–46.

https://doi.org/10.34208/jba.v19i1.63

Suarningrat, L. F., & Setiawan, P. E. (2014). Manajemen Pajak Sebagai Upaya Untuk Efisiensi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. E-Jurnal Akuntansi, 5(2), 291–306.

Sugianto. (2008). Pajak dan Retribusi Daerah (Pengelolaan Pemerintah Daerah Dalam Aspek Keuangan, Pajak dan Retribusi Daerah). PT Grasindo.

Wareza, M. (2019). Disebut Terlibat Transfer Pricing Adaro, Siapa Coaltrade? CNBC Indonesia.

Yulyanah, & Kusumastuti, S. Y. (2019). Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Dan Konsumsi Sub Sektor Makanan Dan Minuman. Media Ekonomi, 27(1), 17–36.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dari paparan singkat tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size terhadap Tax Avoidance

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui pengaruh kompensasi eksekutif, profitabilitas perusahaan, dan Leverage terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada

“Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen Dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di

Nilai koefisien ukuran perusahaan adalah sebesar -0.002262 yang artinya apabila ukuran perusahaan naik sebesar satu satuan maka tax avoidance akan turun sebesar

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage terhadap tindakan tax avoidance.. Penelitian ini

Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak Tax Avoidance Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan paparan diatas dan juga didukung dengan perbedaan hasil penelitian terdahulu terkait variabel yang mempengaruhi tax avoidance, maka peneliti mengambil judul penelitian

Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance dimana penelitian yang dilakukan oleh Aulia & Mahpudin 2020 dan Amaliah & Tanjung 2021 menunjukkan bahwa ukuran