• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, SALES GROWTH DAN FIRM SIZE TERHADAP TAX AVOIDANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, SALES GROWTH DAN FIRM SIZE TERHADAP TAX AVOIDANCE"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, SALES GROWTH DAN FIRM SIZE TERHADAP TAX AVOIDANCE

(Studi Empiris pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan di BEI periode 2016-2018)

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi

Salah satu syarat mendapatkan gelar Diploma III

Disusun Oleh : Derawati Yahya

221610146

PROGRAM STUDI D III AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PELITA BANGSA

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Be positive, and give positive things to the other”

- Derawatiyahya

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

- HR. Ahmad, ath-Thabrani

(6)

vi ABSTRAK

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, SALES GROWTH DAN FIRM SIZE TERHADAP TAX AVOIDANCE

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR PROPERTY, REAL ESTATE DAN KONTRUKSI BANGUNAN TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA 2016 – 2018) Derawati Yahya

Program Studi D3 Akuntansi, Universitas Pelita Bangsa

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size terhadap tax avoidance. Variabel profitabilitas diproksikan sebagai ROA (return on assets), leverage diproksikan dengan DER (debt to equity ratio). Variabel independen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah tax avoidance.

Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2016 – 2018. Dengan menggunakan metode purposive sampling, didapatkan sebanyak 29 sampel perusahaan yang memiliki laporan keuangan lengkap dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas, leverage, dan sales growth berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Sedangkan firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil koefisien determinasi menunjukan hasil sebesar 34.9%. Hasil tersebut menandakan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dalam penelitian ini sebesar 34.9%, sementara 65.1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Tax Avoidance, Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, Firm Size.

(7)

vii ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF PROFITABILITY, LEVERAGE, SALES GROWTH DAN FIRM SIZE ON TAX AVOIDANCE AT COMPANY SECTOR PROPERTY,

REAL ESTATE AND CONSTRUCTION LISTING IN STOCK EXHANGE INDONESIA 2016 – 2018

Derawati Yahya

Accounting Diploma, Pelita Bangsa University

The purpose of this study was to analyze the effect of profitability, leverage, sales growth and firm size on tax avoidance. The profitability variable is proxied as ROA (return on assets), leverage is proxied by DER (debt to equity ratio). The independent variables analyzed in this study are profitability, leverage, sales growth and firm size, while the dependent variable used is tax avoidance.

The population in this study is the Property Sector, Real Estate and Building Construction Service Companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) for the period of 2016 - 2018. By using the purposive sampling method, as many as 29 sample companies have complete financial statements that are in accordance with the criteria which are desired.

This study shows that profitability, leverage, and sales growth have a significant effect on tax avoidance. While the firm size has no significant effect on tax avoidance. The results of the coefficient of determination show a result of 34.9%. These results indicate that the ability of the independent variable in explaining the dependent variable in this study amounted to 34.9%, while 65.1%

was explained by other variables not examined in this study.

Keywords : Tax Avoidance, Profitability, Leverage, Sales Growth, Firm Size

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan segala Berkat dan Rahmat-Nya yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Rasullullah SAW sebagai pembimbing seluruh umat manusia.

Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari banyak pihak, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kepada Allah SWT yang mana selalu memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan Laporan ini.

2. Bapak M.Hatta Fahamsyah,S.Sy.M.Sc Selaku Kerya STIE Pelita Bangsa.

3. Ibu Dian Sulistyorini Wulandari, S.E.M,Si.AK.CA Selaku Ketua Program studi Akuntansi.

4. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan dorongan semangat yang tiada hentinya.

5. Ibu Adibah Yahya, S.E. M.M Selaku dosen pembimbing yang sangat banyak membantu dan memberikan arahan dengan sangat sabar kepada penulis sehingga dapat tersusunnya laporan tugas akhir ini dengan baik.

6. Tim Dosen yang mana telah menyusun buku panduan pembuatan Laporan Tugas Akhir yang dijadikan acuan mahasiswa program Diploma III STIE Pelita Bangsa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan penulis yang mana telah memberikan banyak saran dan masukan, juga semangat yang tiada hentinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun agar dapat dijadikan bahan evaluasi penulis untuk penyusunan Laporan yang lebih baik lagi, dan demi kesempurnaan penulisan laporan yang lebih baik dimasa yang akan dating.

(9)

ix

Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi, 06 September 2019 Penulis

Derawati Yahya

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iii

PERNYATAAN PENULIS ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...7

1.4.1 Manfaat Teoritis ...7

1.4.2 Manfaat Praktis ...7

1.5 Sistematika Penulisan ... BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Landasan Teori ...10

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ...10

2.1.2 Tax Avoidance ...11

2.1.3 Profitabilitas...13

2.1.4 Leverage ...14

2.1.5 Sales Growth ...16

2.1.6 Firm Size ...17

(11)

xi

2.2 Penelitian Terdahulu ...19

2.3 Kerangka Pemikiran ...24

2.4 Hipotesis ...25

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance ...25

2.4.2 Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance...25

2.4.3 Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance ...26

2.4.4 Pengaruh Firm Size terhadap Tax Avoidance ...27

2.4.5 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth dan Firm

Size terhadap Tax Avoidance...27

BAB III LANDASAN TEORI ... 28

3.1 Jenis dan Sumber Data ...28

3.2 Populasi dan Sampel ...28

3.2.1 Populasi ...28

3.2.2 Sampel ...28

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...29

3.3.1 Variabel Dependen / Terikat ...29

3.3.2 Variabel Independen / Bebas ...30

3.4 Teknik Analisis Data ...32

3.4.1 Uji Statistik Deskriptif ...32

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ...33

a. Uji Normalitas ...33

b. Uji Multikolonieritas ...33

c. Uji Heteroskedastitas ...34

d. Uji Autokorelasi ...34

3.5 Analisis Regresi Linier Berganda ...35

3.6 Uji Hipotesis ...36

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R

2

) ...36

3.6.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ...36

3.6.3 Uji Pengaruh Simultan (Uji Statistik F) ...37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...38

(12)

xii

4.2 Uji Statistik Deskriptif ...39

4.3 Uji Asumsi Klasik ...41

4.3.1 Uji Normalitas ...41

4.3.2 Uji Multikorelasi ...44

4.3.3 Uji Heterokedastisitas ...44

4.3.4 Uji Autokorelasi ...45

4.4 Uji Analisis Regresi Linier Berganda ...46

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R

2

) ...48

4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ...49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan...55

5.2 Saran ...56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Ukuran Perusahaan ... 18

Tabel 2.2 Penelitian Tedahulu ... 21

Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional ... 32

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 38

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 40

Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikorelasi ... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 47

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R

2

) ... 49

Tabel 4.8 Hasil Uji t ... 50

Tabel 4.8 Hasil Uji f ... 53

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 24

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 42

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas P-Plot ... 42

Gambar 4.3 Hasil Heterokedastisitas ... 45

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Daftar Perusahaan Sampel ... 53

Lampiran 2. Data Sampel ... 54

Lampiran 3. Hasil Uji SPSS ... 65

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber utama pendapatan suatu negara . Pendapatan pajak digunakan untuk membiayai semua pengeluaran negara termasuk pengeluaran yang digunakan dalam pembangunan suatu negara. Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 yaitu pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara. Oleh sebab itu, negara akan berusaha semaksimal mungkin agar penerimaan pajak negara tersebut dapat terlaksana secara optimal (Syifa dan Ni Ketut, 2019).

Pendapatan pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dapat dikembangkan secara optimal, karena dapat diterima secara terus-menerus oleh negara dan diperoleh dari pajak rakyat. Penerimaan negara dari sektor pajak ini diharapkan dapat mengalami kenaikan setiap tahunnya agar dapat membiayai pembelanjaan negara dan mendukung kegiatan pembangunan negara. Maka dari itu pemerintah menaruh harapan yang besar terhadap sektor pajak. Berdasarkan Surat Direktur Jendral Pajak No. S-14/PJ.7/2003, di Indonesia usaha Intensifikasi dan Ektensifikasi pajak dilakukan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak negara.

Intensifikasi pajak adalah upaya mengoptimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek pajak dan subjek pajak yang telah terdaftar di DJP serta meningkatkan kinerja dalam hal pemungutan pajak. Sedangkan ekstensifikasi pajak adalah upaya untuk memperluas subjek dan objek dengan cara menambah jumlah Wajib Pajak yang belum terdaftar serta melakukan penyesuaian terhadap tariff pajak (Sumitro, 1990). Akan tetapi, usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam rangka mengoptimalkan penerimaan pajak ini bukan tanpa kendala.

Tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan perusahaan menjadi salah satu kendala dalam rangka usaha optimalisasi penerimaan pajak. Penghindaran pajak adalah usaha yang dilakukan wajib pajak untuk meminimalisir, mengurangi, dan menghindari atau meringankan beban pajak

(17)

2 dengan cara yang diperbolehkan oleh Undang-Undang Pajak. (Kurniasih dan Sari, 2013).

Praktik pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tidak selamanya sejalan dan dapat diterima dengan baik oleh Wajib Pajak, terutama perusahaan. Perusahaan sebagai wajib pajak mengakui bahwa pajak merupakan suatu beban yang akan mengurangi keuntungan perusahaan.

Perusahaan akan berusaha untuk mendapatkan laba yang besar dengan melakukan efisiensi biaya dan meminimalisir pajak yang harus dibayarkan.

Perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin untuk untuk mengurangi beban pajak sehingga laba yang didapatkan oleh perusahaan besar.

Pemerintah sebagai penerima pendapatan pajak justru mengingikan penerimaan pajak yang tinggi agar program pemerintah dan pembangunan negara dapat terlaksana dengan baik. Perbedaan Kepentingan ini yang menyebabkan perusahaan berusaha untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak dan menghindari pembayaran pajak baik secara legal maupun ilegal (Abrar, 2018).

Perbedaan kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah jika dibandingkan dengan rata-rata penerimaan pajak yang belum mencapai target dapat menjadi tanda bahwa adanya perusahaan atau wajib pajak yang melakukan tindakan penghindaran pajak dengan nilai yang cukup besar. Hal ini menyebabkan penerimaan pajak negara masih belum mencapai target yang telah ditentukan (Annisa dan Kurniasih, 2012). Perbedaan kepentingan antara pemerintah dan perusahaan berdasarkan teori keagenan akan menyebabkan ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak atau pihak manajemen perusahaan yang berdampak pada perusahaan untuk melakukan Tax Avoidance (Diantari dan Ulupui, 2016).

Permasalahan Tax Avoidance ini menjadi suatu permasalahan yang unik, karena tindakan tax avoidance merupakan hal yang tidak diinginkan oleh pemerintah karena akan mengurangi pendapatan negara. Namun disisi lain tindakan tersebut juga termasuk dalam tindakan yang diperbolehkan atau legal karena tidak melanggar Undang-Undang Pajak. Memanfaatkan kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang pajak merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan dalam melakukan tindakan tax avoidance (Pohan, 2013). Sehingga dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak juga tidak dapat melakukan penuntutan dan memberi sanksi secara hukum kepada perusahaan

(18)

3 yang melakukan penghindaran pajak. Perusahaan melakukan Tax Avoidance dengan cara memanfaatka beberapa hal yang belum diatur dalam Undang- Undang Pajak, dalam pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa masih ada peraturan yang kurang ketat dari Undang-Undang Perpajakan sehingga kelemahan itu menjadi peluang perusahaan dalam melakukan tindakan penghindaran pajak (Mangoting, 1999).

Tindakan tax avoidance ini pernah dilakukan oleh Perusahaan Internasional ternama seperti Apple Inc (2012) dengan tuduhan kasus menyembunyikan uang pendapatan senilai US$ 11 miliar di Virginia Island, Irlandia dan Luxemburg yang negara-negara tersebut merupakan negara yang mendapat keringanan pajak (tax haven), Sehingga pajak yang dibayarkan kecil.

Starbuck pada tahun 2008-2010 juga diduga melakukan tindakan tax avoidance dengan tuduhan membuat laporan keuangan seolah rugi 112 juta poundsterling, sedangkan pada kenyataannya selama 3 tahun tersebut Starbuck telah mendapatkan keuntungan sebesar 1.2 milyar poundsterling.

Tindakan tax avoidance ini juga pernah dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia, diantaranya pernah dilakukan oleh perusahaan minuman ternama PT Coca Cola Indonesia, PT. Bumi Resources, PT. Arutmin Indonesia. Pada tahun 2002-2005, PT Asian Agri juga pernah terbukti kurang membayar beban pajak sebesar Rp1,25 triliun dan harus membayar denda senilai Rp1,25 triliun. Sehingga PT Asian Agri Tbk pada saat itu harus membayar pajak senilai Rp2,5 triliun (Kompas.com, 2014).

Tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan minuman ternama PT. Coca Cola Indonesia (CCI) pernah terjadi pada tahun 2002-2006.

PT Coca Cola Indonesia diduga mengurangi pembayaran pajak dengan cara mengsiasati pajak sehingga menimbulkan kekurangan penerimaan pajak negara senilai Rp49,24 miliar (Kompas.com., 2014). Pada tahun 2007, PT Kaltim Prima Coal (KCP), PT. Bumi Resources, dan PT. Arutmin Indonesia diduga melakukan tindakan tax avoidance masing masing sebesar Rp1,5 triliun, Rp376 miliar, dan Rp300 miliar (Tempo.co, 2010).

Beberapa kasus diatas ternyata hanya sebagian dari banyak kasus yang telah dilakukan oleh perusahaan ternama dan perusahaan yang menanamkan modal asing di Indonesia, diataranya seperti Amazon, PT. RNI, perusahaan pertambangan (migas, mineral, dan batubara atau bahan galian), 18 kasus permasalahan pajak ditangani oleh Kantor Wilayah Direktorat Jendral (Dirjen)

(19)

4 Pajak Jawa Tengah II yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur dan perdagangan, Global Financial Integrity, 2000 perusahaan multinasional, Google Indonesia, PT. Asian Agri Grup, dsb.

Beberapa faktor yang menentukan terjadinya Tax Avoidance diantaranya adalah Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size. Tingkat pengembalian aset atau yang biasa disebut return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai seberapa besar laba yang dihasilkan dari total asset yang dimiliki perusahaan, hasil dari persentase rasio tersebut bisa menjadi tolak ukur seberapa efisien perusahaan dalam mengelola assetnya. Semakin tinggi persentase ROA maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya.

Semakin tinggi kemampuan perusahaan mengelola assetnya, maka akan semakin tinggi laba yang dihasilnya. Hal ini disebabkan perusahaan dengan laba yang tinggi akan dapat memanfaatkan celah dalam pengelolaan beban pajaknya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tresna, Arif dan Haqi, (2017) dan Wastam (2018) menunjukan bahwa ROA berpengaruh negatif pada Tax Avoidance. Penelitian lain yang dilakukan oleh Syifa dan Ni Ketut (2019) menunjukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance.

Bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amanda, Siti dan Endang (2017) yang menyebutkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Leverage juga merupakan salah satu faktor yang menentukan terjadinya Tax Avoidance. Leverage atau yang biasa disebut sebagai struktur utang merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar utang yang dimiki perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktivitas operasi perusahaan (Vidi dan Bella, 2016). Besarnya jumlah hutang yang digunakan perusahaan akan menimbulkan beban tetap (fixed rate return) yang disebut dengan beban bunga. Komponen beban bunga ini akan mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga total beban pajak yang dibayarkan menjadi berkurang (Adelina, 2012). Penelitian faktor Leverage terhadap Tax Avoidance telah dilakukan terlebih dahulu oleh Amanda, Siti dan Endang (2017) hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa Leverage tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance, Penelitian juga dilakukan oleh Abrar (2018), yang menunjukan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance.

(20)

5 Prospek perusahaan dan profitabilitas dimasa yang datang dapat dilihat dari seberapa besarnya pertumbuhan penjualan disebuah perusahaan. Apabila profitabilitas di perusahaan meningkat maka pertumbuhan penjualan juga akan meningkat itu menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, kinerja perusahaan yang membaik juga akan mempengaruhi laba yang dihasilkan dari suatu penjualan dan dapat mendorong peningkatan terhadap pertumbuhan penjualan (Hermawan, 2015). Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka semakin besar pajak yang harus dibayarkan perusahaan, maka dari itu Sales Growth dinilai menjadi salah satu faktor terjadinya Tax Avoidance.

Penelitian terhadap faktor Sales Growth telah dilakukan terlebih dahulu oleh Puji dan Fadjar (2016), hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa Sales Growth berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance. Sedangkan hasil penelitian Wastam (2018) menunjukan hasil yang berbeda, yang menyatakan bahwa Sales Growth berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance.

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa faktor. Total nilai asset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah pegawai dapat menjadi dasar untuk menilai besar kecilnya ukuran perusahaan. Viola dan Dian (2018) dan Abrar (2018) telah melakukan penelitian terlebih dahulu pada Faktor Firm Size terhadap Tax Avoidance, hasil dari penilitiannya menunjukan bahwa Firm Size tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Namun, hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Nur (2015) menyatakan bahwa Firm Size berpengaruh positif signifikan terhadap Tax Avoidance.

Ketidakkonsistenan pada hasil dari penelitian-penelitian terdahulu juga menjadi dasar pengajuan penelitian ini. Fenomena gap, dan research gap yang tidak konsisten dan didukung oleh teori-teori yang telah dikemukakan diatas menjadi dasar dan latar belakang pengajuan penelitian ini. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya Tax Avoidance, berdasarkan latar belakang diatas peneliti akan menguji dan menemukan bukti-bukti mengenai Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size terhadap Tax Avoidance.

Penelitan ini menggunakan studi kasus pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Pengambilan objek penelitian ini didasari oleh perkembangan sektor kontruksi dan bangunan di Indonesia selama 5 tahun sedang mengalami pertumbuhan yang pesat, serta pertumbuhan ekonomi di

(21)

6 Indonesia yang tumbuh sekitar 10% pertahun ditunjang oleh sektor kontruksi dan bangunan.

Sehingga dari paparan singkat tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate, dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?

2. Apakah Leverage b berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?

3. Apakah Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?

4. Apakah Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?

5. Apakah Profitabilitas, Leverage, Sales Gowth, dan Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016- 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018.

(22)

7 2. Untuk mengetahui pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018.

3. Untuk mengetahui pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018.

4. Untuk mengetahui pengaruh Firm Size terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018.

5. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di BEI tahun 2016- 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitaan diatas, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mata kuliah Manajemen Keuangan, Analisis Laporan Keuangan, dan Perpajakan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi pihak perusahaan tentang Tax Avoidance. Karena dengan adanya praktik Tax Avoidance oleh Perusahaan dapat mengakibatkan menurunnya penerimaan negara, dan akan berdampak pada kemajuan pembangunan Indonesia. Perusahaan diharapkan dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan apabila ingin melakukan Tax Avoidance atau penghindaran pajak dan tetap dalam batas peraturan yang telah ditetapkan pemerintah.

(23)

8 b. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah terkait tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Sehingga pemerintah diharapkan dapat membuat dan menentukan kebijakan serta peraturan yang tepat dalam mengatasi dan permasalahan penghindaran pajak ini.

c. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini, penulis dapat mengetahui apakah Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Jasa Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia periode 2016- 2018.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai penulisan tugas akhir ini, maka dalam penulisannya dibagi kedalam lima bab, dengan rincian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang menampilkan landasan pemikiran secara garis besar baik dalam teori maupun fakta yang ada, yang menjadi alasan dibuatnya penelitian ini. Perumusan masalah berisi mengenai pernyataan tentang keadaan, fenomena, dan atau konsep yang memerlukan jawaban melalui penelitian. Tujuan dan manfaat penelitian yang merupakan hal yang diharapkan dapat dicapai mengacu pada latar belakang masalah, perumusan masalah, dan hipotesis yang diajukan. Pada bagian terakhir dari bab ini yaitu sistem penulisan, diuraikan mengenai ringkasan materi yang akan dibahas pada setiap bab yang ada dalam tugas akhir ini.

BAB II : KERANGKA ACUAN KERJA

Bab ini menguraikan landasan teori, yang berisi jabaran teori-teori dan menjadi dasar dalam perumusan hipotesis serta membantu dalam analisis hasil penelitian. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan oleh

(24)

9 peneliti-peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Kerangka pemikiran adalah skema yang dibuat untuk menjelaskan secara singkat permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis adalah pernyataan yang disimpulkan dari tinjauan pustaka, serta merupakan jawaban sementara atas masalah peneliti. Selain itu, terdapat Metode Penelitian yang menjelaskan tentang gambaran populasi, sampel penelitian, variabel penelitian, cara pengukuran variabel-variabel tersebut, definisi operasional, objek penelitian, jenis dan sumber data, metode dalam pengumpulan data serta analisis data.

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan isi pokok dari penelitian yang menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan, pengolahan data dan hasil atas pengolahan data tersebut. Selain itu juga menjelaskan tentang diskripsi obyektif objek penelitian yang berisi penjelasan singkat obyek yang digunakan dalam penelitian. Analisis hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian tersebut ditampilkan dalam bentuk yang lebih sederhana yang mudah dibaca dan mudah diinterpretasikan.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir dari tugas akhir ini yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari pembahasan. Saran yang diajukan berkaitan dengan penelitian dan merupakan anjuran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak- pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian.

(25)

10 BAB II

KERANGKA ACUAN KERJA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (Agency Theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2011) adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Hubungan antara principal dan agent tersebut disebut hubungan agensi yang terjadi ketika salah satu pihak dalam hal ini pemilik perusahaan sebagai principal menyewa dan mendelegasikan wewenang kepada pihak lain yaitu manajer sebagai agent untuk melaksanakan suatu jasa. Manajer perusahaan sebagai agent melakukan tugas-tugas tertentu untuk principal, sedangkan principal yaitu pemilik perusahaan atau pemegang saham mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan kepada si agent (Eliyani, 2018). Teori agensi diasumsikan bahwa semua individu akan bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, seperti sifat dasar manusia yang selalu mementingkan diri sendiri dari pada orang lain, sehingga dapat mendorong untuk berperilaku dan bertindak untuk kepentingan sendiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pemisahan wewenang dan perbedaan kepentingan antara pihak principal selaku pemilik perusahaan dan agent selaku pemegang kendali atas perusahaan dapat memicu timbulnya conflict of interest atau biasa disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Masalah keagenan (agency problem) antara pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent) potensial terjadi bila manajemen (agent) tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham (principal) tertentu menginginkan manajer (agent) bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (principal).

Sebaliknya, manajer perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (principal), tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri (agent) (Tiara, 2017).

Pihak agent umumnya memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja perusahaan secara

(26)

11 keseluruhan. Hal tersebut memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan agent yang biasa dinamakan sebagai asimetri informasi. Adanya asimetri informasi akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya (agent).

Dalam agency theory diasumsikan bahwa semua individu akan bertindak dan berbuat untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Manajer sebagai agent akan bertindak mensejahterakan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan opportunistik. Tindakan opportunistik ini dilakukan manajer dengan cara memaksimalkan laba perusahaan agar mendapatkan imbalan yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya tindakan opportunistik yang dilakukan manajer bisa mengarah pada praktek penghindaran pajak.

2.1.2 Tax Avoidance

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak menimbulkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara, sebesar-besarnya digunakan untuk kemakmuran rakyat.

Pajak merupakan kontribusi wajib bagi perorangan atau badan (perusahaan) yang harus disetorkan kepada negara. Namun demikian, para pemilik modal memiliki sifat enggan untuk mengorbankan sebagian laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Para pemilik perusahaan juga tidak bisa mengelak sepenuhnya dari kewajiban mereka untuk membayar pajak tetapi hanya dapat mengurangi jumlah pajak yang disetorkan tanpa ada implikasi terjadinya restitusi pajak atau kurang bayar pajak (Eliyani, 2018)

Pajak dipandang sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sesuatu yang tidak menguntungkan ini biasanya mendorong adanya upaya untuk melakukan penghindaran atau perlawanan pajak.

Tindakan penyelewengan dan penghindaran merupakan salah satu bentuk dari perlawanan terhadap pajak. Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik yang

(27)

12 masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Istilah yang sering digunakan adalah tax avoidance dan tax evasion (Dean & Mei, 2017).

Menurut Mardiasmo (2009), penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang – undang yang ada. Senada dengan Mardiasmo (2009), menurut Suandy (2011) penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan–ketentuan di bidang perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotongan–pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal–hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku.

Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam undang-undang perpajakan dalam hal ini adalah tax loopholes dan grey area. Tax loopholes merupakan cara legal untuk menghindari pembayaran pajak atau bagian dari tagihan pajak dikarenakan terdapat kesenjangan di dalam ketentuan pajak (Saptono 2013). Dengan memanfaatkan loopholes atau celah-celah dalam perpajakan dapat menguntungkan bagi wajib pajak dalam menghindari kewajiban pajaknya. Grey area muncul karena adanya peraturan perpajakan yang tidak jelas, akibatnya peraturan perpajakan yang tidak jelas tersebut menjadi kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak untuk melakukan penghindaran pajak.

Penghindaran pajak bukan pelanggaran undang-undang perpajakan, karena wajib pajak berusaha untuk mengurangi, menghindari, dan meminimalkan beban pajak yang dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas penghindaran pajak pada suatu perusahaan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode pengukuran Cash Efective Tax Rate (CETR). Rumus Cash Efective Tax Rate (CETR) adalah sebagai berikut :

CETR = Beban Pajak Kini Laba bersih sebelum pajak

(28)

13 Cash Efective Tax Rate (CETR) dirumuskan dengan membandingkan berapa besar biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar pajak dibagi dengan Laba bersih perusahaan sebelum pajak (Budiman dan Setiyono, 2012). CETR ini digunakan untuk mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak (tax planning) yang dilakukan perusahaan dengan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Eliyani, 2018).

2.1.3 Profitabilitas

Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.

Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan/laba.

Menurut Kasmir (2008:196) Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Menurut I Made Sudana (2011:22) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan.

Menurut Kasmir (2008:197) Adapun tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu;

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesuudah pajak dengan modal sendiri;

(29)

14 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri;

7. Dan tujuan lainnya.

Dalam praktiknya, ada beberapa jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian, antara lain : profit margin (profit margin on sales), return on investment (ROI), return on equity (ROE), laba per lembar saham, dan return on assets (ROA).

Salah satu proksi profitabilitas adalah Return on Assets (ROA), dimana ROA dapat diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan total aset yang dimiliki. Besarnya nilai ROA akan mempengaruhi nilai CETR. CETR merupakan salah satu cara untuk mengukur aktivitas penghindaran pajak. Semakin tinggi nilai ROA berarti semakin tinggi profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan berkesempatan untuk melakukan perencanaan pajak (tax planning) yang matang sehingga perusahaan dapat meminimalkan dalam pembayaran beban pajak.

ROA merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total aset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini. Rumus ROA adalah sebagai berikut:

ROA = Laba bersih setelah pajak Total Asset

2.1.4 Leverage

Rasio Leverage adalah suatu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset perusahaan. Rasio Leverage ini menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Rasio Leverage juga menunjukan risiko yang dihadapi perusahaan. Menurut Irfan Fahmi (2012), rasio

(30)

15 leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayi oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal.

Menurut Irawati (2006), leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai dengan adanya beban/biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan.

Menurut Sjahrial (2009), leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

Leverage diukur menggunakan rasio debt to equity ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan sebagai sumber pendanaan.

Perusahaan yang menggunakan hutang pada komposisi pembiayaan maka akan menimbulkan adanya beban bunga yang harus dibayar.

Beban bunga merupakan biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan kena pajak sehingga menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.

Menurut Kasmir (2008:158) Debt to Equity Ratio (DER) berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor)dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio ini, maka akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tunggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan nilai aktiva. Rasio inijuga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

(31)

16 Debt to Equity Ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung bagaimana karakteristik bisnis dan keberagaman arus kas perusahaan tersebut. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari arus kas yang kurang stabil.

Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan dengan cara membandingkan antara total utang dengan total ekuitas, sebagai berikut :

DER = Total Utang

Total Ekuitas

2.1.5 Sales Growth

Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dengan menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual kepada pihak pembeli (Mulyadi:2008). Definisi tersebut menekankan bahwa penjualan merupakan suatu proses pembebanan sejumlah biaya baik secara tunai maupun kredit kepada pelanggan atas barang dan jasa (Indrayenti Siska Natania:2016).

Menurut Widarjo dan Setiawan (2009) pertumbuhan penjualan mencerminkan kemampuan perusahaan dari waktu ke waktu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka perusahaan tersebut berhasil menjalankan strateginya. Sedangkan menurut Kesuma (2009) “pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu”.

Tingkat pertumbuhan penjualan secara keuangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri dan tingkat petumbuhan berkesinambungan. Tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan yang hanya dipicu oleh tambahan atas laba ditahan, sedangkan tingkat pertumbuhan berkesinambungan adalah tingkat pertumbuhan maksimum yang dicapai perusahaan tanpa melakukan

(32)

17 pembiayaan modal tetapi dengan memelihara perbandingan antara hutang dan modal.

Pertumbuhan penjualan (sales growth) juga dapat mempengaruhi aktivitas tax avoidance. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012) yang menjelaskan bahwa sales growth berpengaruh signifikan pada CETR yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax avoidance pada perusahaan manufaktur. Untuk menghitung tingkat pertumbuhan penjualan rumusnya adalah sebagai berikut :

Sales Growth = S1 – S0

S0

*keterangan =

S1 : Total Penjualan selama periode berjalan S0 : Total Penjualan selama periode yang lalu

2.1.6 Firm Size

Menurut Riyanto (2010) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aktiva. Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2011) ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar dari biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Sedangkan menurut Sujoko dan Ugi Soebiantoro (2010) ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Dari pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aktiva atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan.

Dewinta dan Setiawan (2016) mengatakan bahwa perusahaan merupakan wajib pajak, sehingga ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi cara sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban

(33)

18 pajaknya dan merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tax avoidance. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan. Besar kecilnya total aset juga mempengaruhi jumlah produktifitas perusahaan, sehingga laba yang dihasilkan perusahaan juga akan terpengaruh. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang memiliki aset besar akan memengaruhi tingkat pembayaran pajak perusahaan.

Menurut Machfoedz (1994) dalam Widaryanti (2009) menyatakan bahwa : “Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain).”

Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam tiga kategori, yaitu large firm, medium firm, dan small firm, (Kurniasih dan Sari, 2013). Sedangkan menurut Darmadi dan Zulaikha (2013) perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki total aset dalam jumlah besar, untuk perusahaan yang memiliki total aset yang lebih kecil dari perusahaan besar maka dapat dikategorikan dalam perusahaan menengah, dan yang memiliki total aset jauh dibawah perusahaan besar dapat dikategorikan sebagai perusahaan kecil. Klasifikasi ukuran perusahaan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6 tentang UMKM terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Berikut kriteria ukuran perusahaan berdasarkan klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 Kriteria Ukuran Perusahaan:

Tabel 2.1

Kriteria Ukuran Perusahaan

Klasifikasi Ukuran Perusahaan

Kriteria Asset

(Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha)

Penjualan Tahunan

Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta Kecil > 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2,5 M Menengah > 500 juta – 10 M > 2,5 M – 50 M

Besar > 10 M > 50 M

Sumber : UU No. 20 Tahun 2008

(34)

19 Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan natural log (Ln) total asset. Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Jika nilai total asset langsung dipakai begitu saja maka nilai variabelnya akan sangat besar, disebabkan oleh jumlah total asset perusahaan ini mencapai miliar bahkan triliyun. Dengan menggunakan natural log, nilai miliar bahkan triliyun tersebut disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya (Irawan, 2012).

Maka rumus yang digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan dalam penelitian ini adalah :

Firm Size = Ln (Total Asset)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait Tax Avoidance telah banyak dilakukan antara lain oleh Kurniasih dan Sari (2013), Syifa dan Ni Ketut (2019), Wastam (2018) dan sebagainya. Beberapa variabel independen yang digunakan diantaranya Profitabilitas, Leverage, Komite Audit, Karakter Eksekutif, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan , Likuiditas, dan Resiko Perusahaan.

Kurniasih dan Sari (2013) melakukan penelitian pada 72 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010. Variabel independen yang diteliti meliputi return on assets, leverage, corporate governance, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal. Sedangkan variabel dependen dalam peneltian ini adalah tax avoidance yang diproksikan dengan Cash Effective Tax Rates (CETR). ROA dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap total aset. Leverage diproksikan dengan total debt equity ratio. Corporate governance diproksikan dengan komisaris independen dan komite audit. Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset, sedangkan kompensasi rugi fiskal diproksikan dengan variabel dummy, yang akan diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi rugi fiskal pada awal tahun, dan bernilai 0 jika tidak terdapat kompensasi rugi fiskal pada awal tahun. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal secara parsial berpengaruh negatif signifikan

(35)

20 terhadap tax avoidance. Leverage dan corporate governance secara parsial tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Syifa dan Ni Ketut (2019) melakukan penelitian pada 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017. Variabel Independen yang digunakan adalah Profitabilitas, Leverage, Komite Audit, dan Karakter Eksekutif. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian nya adalah tax avoidance, yang mana perhitungannya juga menggunakan rumus Cash Efective Tax Rate (CETR). ROA yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Komite Audit dalam penelitian ini dihitung dari jumlah anggota komite audit yang ada dalam perusahaan. Sedangkan variabel karakter eksekutif diukur menggunakan risiko perusahaan (corporate risk). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas, leverage, dan karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap tax avoidance, sedangkan komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.

Wastam (2018) juga melakukan penelitian terhadap variabel independen profitabilitas, leverage dan pertumbuhan penjualan terhadap penghindaran pajak di 25 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. Dalam penelitian ini variabel ROA, Wastam (2018) juga menggunakan rumus yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Syifa dan Ni Ketut (2018) dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total asset. Rasio leverage diukur dengan menggunakan rumus Debt to Equity Ratio (DER) dengan cara membandingkan total utang dengan total Asset.

Pertumbuhan penjualan diukur dengan membandingkan selisih dari total penjualan tahun ini dan tahun lalu dibagi dengan total penjualan tahun ini.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Wastam (2018) adalah profitabilitas dan pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak (p value <0.05), sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu diatas, maka dapat disimpulkan penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :

(36)

21 Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1

Kurniasih dan Sari

(2013)

Pengaruh ROA, Leverage, Corporate Governance,

Ukuran Perusahaan,

dan Kompensasi

Rugi Fiskal pada Tax Avoidance pada

perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2007

- 2010

X1 = Return On Assets

X2 = Leverage X3 = Corporate Governance X4 = Ukuran Perusahaan X5 = Kompensasi Rugi Fiskal Y = Tax Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

-X1, X4 dan X5 secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance.

- X2 dan X3 secara parsial tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance

2

Syifa dan Ni Ketut

(2019)

Pengaruh Profitabilitas,

Leverage, Komite Audit, dan Karakter

Eksekutif terhadap Tax Avoidance pada

perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2015-

2017

X1 = ROA X2 = Leverage X3 = Komite Audit X4 = Karakter Eksekutif Y = Tax Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X1, X2, dan X4 berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

- X3

berpengaruh negatif terhadap tax avoidance

3 Wastam (2018)

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan

Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance pada

perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2011-

2014

X1 = ROA X2 = Leverage X3 = Pertumbuhan Penjualan

Y = Tax Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X1 dan X3 memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak (p value

<0.05) - X2 tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

4 Abrar (2018)

Pengaruh Firm Size, Profitabilitas,

Corporate Governance dan

X1 = Firm Size X2 = ROA X3 = Corporate Governance X4 = Leverage

Analisis Regresi Linier berganda

- X3 dan X4 memiliki pengaruh terhadap tax avoidance

(37)

22 Leverage,

terhadap Tax Avoidance pada

perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2015-

2017

Y = Tax Avoidance

- X1, dan X2 tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

5 Arifin et al (2015)

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Perusahaan terhadap Tax Avoidance pada

perusahaan Jasa sektor property dan Real Estate di BEI tahun 2014-

2016

X1 = Ukuran Perusahaan X2 = ROA X3 = Risiko Perusahaan Y = Tax Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X3

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.

- X1, dan X2 berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

6

Viola dan Dian (2018)

Analisis Implementasi

Good Coorporate Governance,

Ukuran Perusahaan, Leverage, dan

Profitabilitas terhadap Tax Avoidance pada Bank Riau Kepri

tahun 2015- 2017

X1 = Good Corporate Governance X2 = Ukuran Perusahaan X3 = Leverage X4 = ROA Y = Tax Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X3 dan X4 berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.

- X1, dan X2 tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.

7

Puji dan Fadjar (2017)

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan

Sales Growth terhadap Tax Avoidance pada

perusahaan Manufaktur di

BEI sektor Makanan dan Minuman tahun

2013-2016

X1 = Firm Size X2 = Komisaris Independen X3 = Komite Audit X4 = Sales Growth Y = Tax

Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X1, X3 dan X4 berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.

- X2 tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

8

Tresna dan Arief

(2017)

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan

Leverage terhadap Tax

X1 = ROA X2 = Likuiditas X3 = Leverage

Analisis Regresi Linier berganda

- X1

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax

(38)

23 Avoidance pada

perusahaan Manufaktur sektor Aneka Industri di BEI

tahun 2013- 2017

Y = Tax Avoidance

avoidance.

- X2 dan X3 tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.

9

Calvin dan I Made (2015)

Pengaruh Karakteristik

Eksekutif, Komite Audit,

Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth terhadap Tax Avoidance pada

perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2011-

2013

X1 = Karakteristik Eksekutif

X2 = Komite Audit X3 = Ukuran Perusahaan X4 = Leverage X5 = Sales Growth Y = Tax

Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X1 dan X3 berpengaruh positif terhadap tax avoidance - X4

berpengaruh negatif terhadap tax avoidance - X2 dan X5 tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance

10

Siti dan Vidya (2017)

Pengaruh ROA, Leverage, Kepemilikan Instusional dan

Ukuran Perusahaan terhadap tax avoidance pada

perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2011-

2015

X1 = ROA X2 = Leverage X3 = Kepemilikan Institusional X4 = Ukuran Perusahan Y = Tax

Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X1

berpengaruh positif terhadap tax avoidance - X2, X3, dan X4 berpengaruh negatif terhadap tax avoidance

11

Deanna dan Meiriska

(2017)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2012-

2014

X1 = ROA

X2 = Sales Growth X3 = Leverage X4 = Ukuran Perusahan X5 = Intensitas modal X6 = Komposisi Komisaris Y = Tax Avoidance

Analisis Regresi Linier berganda

- X4, X1, dan X2 berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance - X3, X5, dan X6 tidak

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Sumber : Data diolah dari berbagai jurnal, 2019

Penelitian ini merupakan pengembangan berdasarkan penelitian–

penelitian terdahulu diatas. Karena pada dasarnya penelitian harus dilakukan

(39)

24 berulang-ulang seiring dengan berjalanya waktu untuk membandingkan hasil- hasil dari waktu yang sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya pada penelitian kali ini mengambil periode 3 tahun yaitu pada tahun 2016-2018.

2.3 Kerangka Pemikiran

Beberapa penelitian telah dilakukan peneliti sebelumnya, variabel independen penelitian ini terdiri dari 4 (empat), yaitu : Profitabilitas (ROA), Leverage (DER), Sales Growth, dan Firm Size. Sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tax Avoidance. Maka dapat disusun kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Data yang diolah, 2019 Return On Asset

(ROA) (x

1

)

Debt to Equity Ratio

(DER)

(x

2

)

Sales Growth

(x

3

)

Firm Size

(x

4

)

Tax Avoidance (y)

(H

1

)

(H

2

) (H

3

)

(H

4

)

(H

5

) +

+ +

-

(40)

25 2.5 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance

Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu pendekatan yang dapat mencerminkan tinggi rendahnya suatu profitibilitas perusahaan. ROA menunjukan besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan dengan melihat total asset yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang akan mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et al, 2010).

Sehingga apabila profitabilitas perusahaan terjadi peningkatan maka perusahaan juga cenderung meningkatkan upaya untuk melakukan penghindaran pajaknya (tax avoidance).

Pendapat diatas didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syifa dan Ni Ketut (2019) dan Dewinta dan Setiawan (2016), dimana kedua penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Profitabilitas bepengaruh positif signifikan terhadap Tax Avoidance.

2.4.2 Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Leverage atau yang biasa disebut sebagai struktur utang merupakan rasio yang menunjukan besaran utang yang dimiliki perusahaan untuk membiayai aktivitas perusahaan operasinya.

Semakin tinggi rasio Leverage maka semakin tinggi jumlah pendanaan perusahaan yang berasal dari utang. Akibatnya laba yang diperoleh perusahaan akan menjadi lebih rendah, karena adanya beban bunga dari utang tersebut.

Menurut UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf angka 3 menyatakan bahwa bunga pinjaman merupakan

(41)

26 biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense). Didukung dengan adanya peraturan perpajakan tersebut maka perusahaan memandang bahwa adanya biaya bunga tersebut akan menjadi pengurang pajak, dengan kata lain perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi akan mendapatkan insentif pajak yang dapat digunakan perusahaan untuk meminimalkan beban pajaknya (Tiara, 2017).

Dari penjelasan singkat tersebut, diindikasikan bahwa perusahaan memanfaatkan biaya bunga yang timbul dari utangnya untuk meminimalkan beban pajak. Viola dan Dian (2018) dan Puji dan Fadjar (2017) telah melakukan penelitian terdahulu terhadap variabel leverage, dan hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini ialah :

H2 : Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Tax Avoidance.

2.4.3 Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance

Pertumbuhan penjualan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas tax avoidance. Tingginya pertumbuhan penjualan berati tinggi juga laba yang didapatkan perusahaan. Semakin besar laba yang didapatkan perusahaan maka semakin besar peluang perusahaan untuk memimimalkan pembayaran beban pajak.

Perusahaan yang memiliki penjualan yang cenderng meningkat akan mendapatkan laba yang meningkat pula. Ketika laba yang didapatkan perusahaan tersebut besar, maka beban pajak yang harus ditanggung perusahaan juga besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mendapatkan laba yang besar cenderung berusaha mengurangi pajak yang harus dilakukan dengan cara melakukan praktik tax avoidance.

Menurut penelitian Putu dan Ida (2016) dan Puji dan Fadjar (2017) menunjukan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak, sehingga apabila pertumbuhan penjualan suatu perusahaan meningkat, maka perusahaan cenderung melakukan penghindaran pajak, agar mendapatkan laba yang maksimal.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

(42)

27 H3 : Sales Growth berpengaruh positif signifikan terhadap Tax Avoidance.

2.4.4 Pengaruh Firm Size terhadap Tax Avoidance

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total asset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai pada item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu (Viola dan Dian, 2018).

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar asset yang dimiliki perusahaan untuk membayar pajaknya. Perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah dan memiliki citra yang baik, maka dari itu perusahaan besar akan menjaga reputasi perusahaan agar tetap baik dimata publik dan pemerintah dengan melakukan perencanaan pajak yang tidak melanggar ketentuan undang-undang perpajakan.

Penelitian yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance telah dilakukan oleh Vidi dan Bella (2016) dan Kurniasih dan Sari (2013).

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ke empat dalam penelitian ini adalah :

H4 : Firm Size berpengaruh negatif signifikan terhadap Tax Avoidance.

2.4.5 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth dan Firm Size terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukan hasil bahwa adanya pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size terhadap Tax Avoidance, maka dapat disimpulkan hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah :

H5 : Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Referensi

Dokumen terkait

(2) nilai karakter yang dipilih oleh kedua sekolah berpedoman pada 5 pilar utama PPK, (3) nilai karakter yang digunakan kemudian diintegrasikan dan dipadukan dengan visi, misi,

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance, sales growth, dan leverage terhadap tax avoidance dengan profitabilitas sebagai

Terkadang subjek pun ingin mengetahui lebih lanjut mengenai topik survey, untuk itu subjek dapat melakukan diskusi dengan pewawancara jika waktu masih tersedia, jika subjek

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Sales Growth dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi Pada

melakukan penelitian tentang Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance. Hasil dari

&#34;Pengaruh Company Size, Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity dan Likuiditas terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI

Penelitian ini menguji pengaruh sales growth, leverage, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur sub sektor kimia

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ramdan (2014), mengenai tingkat inflasi terhadap volume impor mobil CBU dengan nilai tukar sebagai variabel moderasi,