• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III LANDASAN TEORI

3.6 Uji Hipotesis

3.6.3 Uji Pengaruh Simultan (Uji Statistik F)

Uji simultan atau disebut juga uji F dalam analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara bersama-sama atau secara serempak (simultan) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Dasar pengambilan keputusan keputusan untuk uji f adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

2) Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor property, real estate, dan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016 sampai dengan 2018 sebanyak 79 perusahaan. Laporan Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Laporan Keuangan yang telah disampaikan di Bursa Efek Indonesia dan telah dipublikasikan. Dari seluruh populasi yang ada, diambil beberapa perusahaan sebagai sampel penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling. Dari metode purposive sampling tersebut diperoleh sebanyak 29 perusahaan yang memenuhi kriteria.

Berikut ini adalah nama perusahaan sektor property, real estate, dan kontruksi bangunan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini :

Tabel 4.1

Daftar Sampel Perusahaan Jasa

Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan Yang terdaftar di BEI

Periode 2016-2018

No Nama Perusahaan Kode Saham

1 Acset Indonusa Tbk. ACST

2 Adhi Karya (Persero) Tbk. ADHI

3 Agung Podomoro Land Tbk. APLN

4 Bekasi Fajar Industrial Estate BEST

5 Bumi Serpong Damai Tbk. BSDE

6 Ciputra Development Tbk. CTRA

7 Duta Anggada Realty Tbk. DART

8 Duta Pertiwi Tbk DUTI

9 Fortune Mate Indonesia Tbk FMII

10 Perdana Gapuraprima Tbk. GPRA

11 Greenwood Sejahtera Tbk. GWSA

12 Indonesia Pondasi Raya Tbk. IDPR

13 Jaya Konstruksi Manggala Prata JKON

14 Jaya Real Property Tbk. JRPT

15 Lippo Cikarang Tbk LPCK

16 Modernland Realty Tbk. MDLN

39

17 Metropolitan Kentjana Tbk. MKPI

18 Mega Manunggal Property Tbk. MMLP

19 Metropolitan Land Tbk. MTLA

20 Nusa Raya Cipta Tbk. NRCA

21 Paramita Bangun Sarana Tbk. PBSA

22 PP Properti Tbk. PPRO

23 PP (Persero) Tbk. PTPP

24 Suryamas Dutamakmur Tbk. SMDM

25 Summarecon Agung Tbk. SMRA

26 Sitara Propertindo Tbk. TARA

27 Total Bangun Persada Tbk. TOTL

28 Wijaya Karya (Persero) Tbk. WIKA

29 Waskita Karya (Persero) Tbk. WSKT

Sumber : Bursa Efek Indonesia - Data diolah, 2019

4.2 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptifmenunjukan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standard deviasi dari masing-masing variabel serta jumlah data (N) yang digunakan dalam penelitian ini. Standar deviasi menunjukan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan.

Semakin besar nilai standard deviasi maka semakin besar nilai riil menyimpang dari yang diharapkan. Analisa statistik deskriptif yang digunakan terdiri atas:

a. Mean (nilai rata-rata) yakni nilai rata-rata dari data yang diamati.

b. Maximum (nilai tertinggi) yakni mengetahui nilai tertinggi dari data.

c. Minimum (nilai terendah) yakni mengetahui nilai terendah dari data.

Standar deviasi digunakan untuk mengetahui variabilitas dari penyimpangan terhadap nilai rata – rata.

40 Tabel 4.2

Hasil Output Uji Statistik Deskriptif

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019.

Dari tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 29 sampel dan disebabkan karena jangka waktu observasi selama 3 tahun maka N seharusnya sebanyak 87, akan tetapi karena adanya data yang esktrem dan membuat proses pengolahan data menjadi tidak baik, maka ada sebanyak 25 sampel yang di outlier. Sehingga N (total sampel) yang diteliti adalah 62 sampel.

Tabel 4.2 merupakan statistik deskriptif untuk model penelitian dalam mengukur variabel dependen yaitu, Tax Avoidance yang di proksikan sebagai CETR. Menunjukan bahwa rata rata Tax Avoidance (penghindaran pajak) pada perusahaan property, real estate dan kontruksi bangunan yaitu 0.14881 dengan standar deviasi 0.163087. Dan perusahaan yang memiliki nilai CETR terbesar yaitu perusahaan PT. Sitara Propertindo Tbk. pada tahun 2017 sebesar 0,510.

Perusahaan yang memiliki nilai CETR terendah yaitu perusahaan PT. Duta Pertiwi Tbk pada tahun 2016 yaitu 0,004.

Variable independen pertama yaitu Profitabilitas yang di proksikan dengan ROA. Menunjukan bahwa yang memiliki nilai ROA terbesar yaitu perusahaan PT. Jaya Real Property Tbk pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,120 dan yang memiliki nilai ROA terkecil yaitu perusahaan PT. Sitara Propertindo Tbk pada tahun 2018 yaitu 0,001. Dan rata rata ROA pada perusahaan property, real estate, dan kontruksi bangunan yaitu sebesar 0,4990, dengan standar deviasi 0.033089.

Variable independen kedua yaitu Leverage yang di proksikan dengan DER. Menunjukan bahwa yang memiliki nilai DER terbesar yaitu perusahaan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada tahun 2016 yaitu sebesar 2.692 dan yang

Descriptive Statistics

N Min. Max. Mean Std.

Deviation

Tax Avoidance 62 ,000 ,510 ,14881 ,163087

Profitabilitas 62 ,001 ,120 ,04990 ,033089

Leverage 62 ,066 2,692 ,75713 ,567552

Sales Growth 62 -,546 ,587 ,01692 ,255950

Firm Size 62 27,223 31,584 29,48989 1,141067 Valid N (listwise) 62

41 memiliki nilai DER terkecil yaitu perusahaan PT. Sitara Propertindo Tbk pada tahun 2018 yaitu 0,066. Dan rata rata DER pada perusahaan property, real estate, dan kontruksi bangunan yaitu sebesar 0,75713, dengan standar deviasi 0.567552.

Variable independen ketiga yaitu Sales Growth yang di proksikan dengan Sg. Menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki nilai Sg terbesar yaitu PT.

Bumi Serpong Damai Tbk pada tahun 2017 yaitu sebesar 0.587 dan yang memiliki nilai Sg terendah yaitu perusahaan PT. Sitara Propertindo Tbk pada tahun 2016 yaitu -0.546. Dan rata rata Sg pada perusahaan property, real estate, dan kontruksi bangunan yaitu sebesar 0,01692 dengan standar deviasi 0.255950.

Variable independen keempat Firm Size yang di proksikan dengan Fz.

Menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki nilai Fz terbesar yaitu PT. Bumi Serpong Damai Tbk pada tahun 2018 yaitu sebesar 31.584 dan yang memiliki nilai Fz terendah yaitu perusahaan PT. Paramita Bangun Sarana Tbk pada tahun 2018 yaitu 27.223. Dan rata rata ukuran perusahaan pada perusahaan property, real estate, dan kontruksi bangunan yaitu sebesar 29.48989 dengan standar deviasi 1.141067.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi syarat dari asumsi klasik sehingga kelayakannya dapat diketahui. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji Normalitas, uji Heteroskedastisitas, uji Multikolinearitas dan uji Autokorelasi.

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonaldan ploting data akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal (Imam Ghozali, 2009:107).

42 Gambar 4.1

Grafik Histogram

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi sekilas normal karena berbentuk simetris, akan tetapi jika kesimpulannya tidak normal data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini akan memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah melihat normal probability plot. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Gambar 4.2 Grafik Histogram Uji Normalitas P-P Plot

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

43 Dalam grafik normalitas plot terlihat data mengumpul di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan variabel memiliki data yang terdistribusi normal. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ini layak menggunakan parametrik, seperti : uji t dalam pembahasannya.

Tabel 4.3

Uji Normalitas – Kolmogorov Smirnov

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

Berdasarkan hasil output SPSS pada gambar di atas dilihat bahwa nilai Test Statistic uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah sebesar 0.056 dan nilai asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.200, hal ini menunjukkan bahwa hasil uji kolmogorov smirnov lebih besar dari nilai taraf signifikansi yaitu sebesar 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 62

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std.Deviation ,12722025

Most Extreme Differences

Absolute ,056

Positive ,056

Negative -,051

Test Statistic ,056

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

44 4.3.2 Uji Multikorelasi

Uji Multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dengan nilai VIF. Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika tolerance < 0,10 dan VIF > 10 atau variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika tolerance> 0,10 dan VIF < 10. Berdasarkan tabel 4.4 nilai tolerance dari profitabilas, leverage, sales growth dan firm size masing-masing sebesar 0.887, 0.617, 0.872, dan 0.626. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai tolerance masing-masing variabel lebih besar dari 0.100. Nilai VIF dari variabel bebas berturut-turut sebesar 1.128, 1.621, 1.174, dan 1.597.

Dimana masing-masing variabel nilainya lebih kecil dari 10 yang berarti bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas.

Tabel 4.4 a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

4.3.3 Uji Heterokedastisitas

Pada uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Hasil heteroskedastisitas dilihat berupa grafik scatterplot yang menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah

45 angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat dsimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.

Gambar 4.3

Grafik Heterokedastisitas

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada kolerasi antar kesalahan penggangu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian di uji dengan uji Runs Test

46 Tabel 4.5

Uji Autokorelasi

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

Dari tabel hasil perhitungan di atas dapat dilihat nilai runs test sebesar 1,000 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat simpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi. Dengan demikian asumsi nonautokorelasi terpenuhi.

4.4 Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menganalisis pengaruh Profitabilias (X1), Leverage (X2), Sales Growth (X3), dan Firm Size (X4) terhadap Tax Avoidance (Y) pada perusahaan real estate, property dan kontruksi bangunan yang tercatat di BEI periode 2016-2018. Hasil persamaan regresi dapat dilihat pada tabel 4.6 :

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -,00056

Cases < Test Value 31 Cases >= Test

Value 31

Total Cases 62

Number of Runs 32

Z ,000

Asymp. Sig.

(2-tailed) 1,000

a. Median

47 Tabel 4.6

Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) ,972 ,532 1,826 ,073

Profitabilitas -1,788 ,541 -,363 -3,306 ,002

Leverage ,083 ,038 ,289 2,199 ,032

Sales

Growth -,214 ,070 -,335 -3,030 ,004

Firm Size -,027 ,019 -,188 -1,441 ,155

a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

Dari tabel diatas diperoleh hasil regresi linier berganda yaitu sebagai berikut : Y = 0.972 – 1.788 X1 + 0.083 X2 – 0.214 X3 – 0.027 X4

Keterangan :

Y = Cash Effective Tax Rate (Tax Avoidance) X1 = ROA (return on assets)

X2 = DER (debt to equity ratio) X3 = Sales Growth

X4 = Firm Size

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas atau ROA (return on assets) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,002 dengan nilai signifikansi 0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel tax avoidance, hal ini dapat diketahui dari signifikansi variabel yang lebih rendah dari nilai signifikan 0,05. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif sebesar -1,788.

48 Untuk variabel leverage atau yang diproksikan dengan DER (debt on equity ratio) didapatkan tingkat signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menandakan bahwa variabel leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel tax avoidance karena tingkat signifikansi variabel yang lebih rendah dari nilai signifikan 0,05.

Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah sebesar 0,083.

Variabel Sales Growth memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 dengan nilai signifikan 0.05. hal ini menandakan bahwa variabel sales growth memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel tax avoidance, karena tingkat signifikansi variabel lebih rendah daripada nilai signifikan 0,05.Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif yaitu sebesar -0,214.

Variabel Firm Size memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,155 dengan nilai signifikan 0.05. hal ini menandakan bahwa variabel firm size tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel tax avoidance, karena tingkat signifikansi variabel lebih tinggi daripada nilai signifikan 0,05. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif yaitu sebesar -0,027.

4.5 Uji Hipotesis

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika dalam proses mendapatkan nilai R2 yang tinggi adalah baik, tetapi jika nilai R2 rendah tidak berarti model regresi jelek (Imam Ghozali, 2009;15).

Nilai R2 pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 :

49 Tabel 4.7

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

Table 4.7 diatas menunjukan nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,349. Hal ini berarti profitabilitas (X1), leverage (X2), sales growth (X3) dan Firm Size (X4) berpengaruh terhadap tax avoidance (Y)

sebesar 34.9%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar (100% - 34.9%)

= 65.1% dijelaskan oleh faktor – faktor lain selain variabel yang diteliti di atas.

4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas : Profitabilitas (X1), Leverage (X2), Sales Growth (X3) dan Firm Size (X4) terhadap Tax Avoidance (Y).

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α). Berikut hasil uji t disajikan dalam tabel 4.8 :

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,626a ,391 ,349 ,131608 1,646

a. Predictors: (Constant), Firm Size, Profitabilitas, Sales Growth, Leverage

b. Dependent Variable: Tax Avoidance

50 Tabel 4.8

Hasil Uji t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficient

s t Sig.

Collinearity Statistics

B Std.

Error Beta Tol. VIF

(Constant) ,972 ,532 1,826 ,073

Profitabilitas -1,788 ,541 -,363 -3,306 ,002 ,887 1,128 Leverage ,083 ,038 ,289 2,199 ,032 ,617 1,621 Sales Growth -,214 ,070 -,335 -3,030 ,004 ,872 1,147 Firm Size -,027 ,019 -,188 -1,441 ,155 ,626 1,597 a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

Berdasarkan tabel diatas dan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. H1 : Profitabilitas bepengaruh positif signifikan terhadap Tax Avoidance.

Dari hasil perhitungan diatas, variabel profitabilitas (X1) memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap tax avoidance. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada profitabilitas perusahaan akan berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax avoidance.

Nilai koefisien yang dimiliki sebesar -1,788 menunjukan profitabilitas berhubungan negatif terhadap tax avoidance. Pengaruh negatif yang ditunjukan oleh profitabilitas mengindikasikan bahwa apabila tingkat profitabilitas khusunya ROA meningkat maka tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan akan semakin kecil . Karena perusahaan mampu membayar kewajibannya untuk membayar pajak. Hal ini menggambarkan bahwa H1 yang menyatakan

51 profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance ditolak.

2. H2 : Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Tax Avoidance.

Dari hasil perhitungan tabel 4.8 diatas, variabel leverage (X2) memiliki nilai signifikan sebesar 0,032 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage berpengaruh secara parsial terhadap tax avoidance. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada rasio leverage perusahaan akan berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax avoidance.

Nilai koefisien yang dimiliki sebesar 0,083 menunjukan profitabilitas berhubungan positif terhadap tax avoidance. Pengaruh positif yang ditunjukan oleh leverage mengindikasikan bahwa apabila tingkat leverage khususnya DER meningkat maka tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan akan semakin besar.

Semakin besar perusahaan yang menggunakan hutang pada komposisi pembiayaan maka akan menimbulkan adanya beban bunga yang harus dibayar. Beban bunga merupakan biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan kena pajak sehingga menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan . Hal ini menggambarkan bahwa H2 yang menyatakan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance diterima.

3. H3 : Sales Growth berpengaruh positif signifikan terhadap Tax Avoidance.

Dari hasil perhitungan tabel 4.8 diatas, variabel sales growth (X3) memiliki nilai signifikan sebesar 0,004 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sales growth berpengaruh secara parsial terhadap tax avoidance. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada pertumbuhan

52 penjualan perusahaan akan berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax avoidance.

Nilai koefisien yang dimiliki sebesar -0,214 menunjukan pertumbuhan penjualan berhubungan negatif terhadap tax avoidance.

Pengaruh negatif yang ditunjukan oleh sales growth mengindikasikan bahwa apabila tingkat pertumbuhan penjualan meningkat maka tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan akan semakin kecil. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang baik atau stabil dan meningkat berati perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik, sehingga perusahaan masih mampu untuk membayar kewajibannya dalam membayar beban pajak . Hal ini menggambarkan bahwa H3 yang menyatakan sales growth berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance ditolak.

4. H4 : Firm Size berpengaruh negatif signifikan terhadap Tax Avoidance.

Dari hasil perhitungan tabel 4.8 diatas, variabel firm size (X4) memiliki nilai signifikan sebesar 0,155 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel firm size tidak berpengaruh secara parsial terhadap tax avoidance. Hal ini mengindikasikan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax avoidance.

Nilai koefisien yang dimiliki sebesar -0,027 menunjukan ukuran perusahaan berhubungan negatif terhadap tax avoidance.

Perusahaan besar atau kecil tidak berpengaruh pada tindakan tax avoidance, karena perusahaan patuh untuk tidak melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku. Perusahaan tidak ingin mengambil resiko untuk direpotkan dengan proses prmeriksaan atau dikenakan sanksi yang dapat menyebabkan citra perusahaan berdampak buruk.

Pengawasan yang dilakukan oleh pihak fiskus tidak hanya pada perusahaan besar, akan tetapi perusahaan kecil juga dapat menarik perhatian fiskus agar dapat mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku dan dikenakan pajak yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini menggambarkan bahwa H4 yang menyatakan firm size berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance ditolak.

53 5. H5 : Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Firm Size

berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Dari hasil perhitungan secara simultan diperoleh nilai signifikansi dari profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size sebesar 0.000.

Karena nilai signifikansi variabel independen lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size yang terjadi dapat berpengaruh terhadap tax avoidance.

Nilai F yang dimiliki sebesar 9,168 menunjukan bahwa profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size berhubungan positif terhadap tax avoidance. Pengaruh positif yang ditunjukan oleh profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size mengindikasikan bahwa apabila profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size kecil, maka tindakan tax avoidance juga akan kecil dan sebaliknya. Semakin besar profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size, maka mengindikasikan tindakan tax avoidance juga cenderung besar. Hal ini menggambarkan bahwa H5 yang menyatakan profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size berpengaruh terhadap tax avoidance yang diajukan diterima.

4.5.3 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama / simultan terhadap variabel dependen Imam Ghozali, 2009; 16). Berikut hasil Uji F yang diolah menggunakan SPSS disajikan dalam tabel 4.9 :

54 Tabel 4.9

Hasil Uji F ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression ,635 4 ,159 9,168 ,000b

Residual ,987 57 ,017

Total 1,622 61

a. Dependent Variable: Tax Avoidance

b. Predictors: (Constant), Firm Size, Profitabilitas, Sales Growth, Leverage Sumber : Output Data Sekunder yang diolah SPSS 25.0, 2019

Dari tabel uji F dapat dilihat, nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai F hitung sebesar 9.168. Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (0,000˂0,05) menunjukkan adanya pengaruh profitabilitas, leverage, sales growth dan firm size terhadap tax avoidance. Dasar pengambilan keputusan yang lain adalah nilai F hitung harus lebih besar dari F tabel untuk menentukan adanya pengaruh secara simultan.

55 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas (X1), leverage (X2), sales growth (X3) dan firm size (X4) terhadap tax avoidance (Y) pada perusahaan jasa sektor property, real estate dan kontruksi bangunan periode 2016-2018.

Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang dilakukan telah dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil

1. Profitabilitas (X1) berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance (Y), hal ini dilihat dari nilai t tabel yang lebih kecil dari 0.05 dengan nilai signifikansi 0.002 dengan nilai koefisien sebesar -1,788.

2. Leverage (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance (Y), hal ini dilihat dari nilai t tabel yang lebih kecil dari 0,05 dengan nilai signifikansi 0.032 dengan nilai koefisien 0,083.

3. Sales Growth (X3) berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance (Y), hal ini dapat dilihat dari nilai t tabel yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,032 dengan nilai koefisien -0,214.

4. Firm Size (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance (Y), hal ini dapat dilihat dari nilai t tabel yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,155 dengan nilai koefisien -0,027.

5. Profitabilitas (X1), Leverage (X2), Sales Growth (X3), dan Firm Size (X4) secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance (Y), hal ini dilihat dari nilai F = 9,168 dengan nilai signifikan 0.000.

Hasil perhitungan nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar 0,349. Hal ini berarti varians Profitabilitas (X1), Leverage (X2), Sales Growth (X3), dan Firm Size (X4) secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance (Y) sebesar 34,90%. Ini menunjukkan bahwa masih banyak variabel independen di luar fungsi yang dapat mempengaruhi Beta yaitu sebesar 0.651 atau 65,10%.

56 5.2 Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu akuntansi yang khususnya berada pada bidang pajak mengenai dampak dari tindakan tax avoidance. Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya :

1. Penelitian selanjutnya bisa mempertimbangkan untuk meneliti tax avoidance untuk jangka panjang (10 Tahun), Dyreng et al dalam Aisha

(2016) menyatakan bahwa pengukuran tax avoidance yang tepat bagi perusahaan adalah secara jangka panjang, karena diharapkan mampu menghapuskan permanent difference sehingga benar-benar mencerminkan perilaku tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan,

(2016) menyatakan bahwa pengukuran tax avoidance yang tepat bagi perusahaan adalah secara jangka panjang, karena diharapkan mampu menghapuskan permanent difference sehingga benar-benar mencerminkan perilaku tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan,

Dokumen terkait