PENGARUH RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN
YANG LISTING INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (Sub Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi 2015-2018)
JURNAL ILMIAH
DISUSUN OLEH :
ILHAM GIBRAN ABDULLAH 165020507111028
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
PENGARUH RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN
DALAM LISTING INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (Sub Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi 2015-2018)
Yang disusun oleh :
Nama : Ilham Gibran Abdullah NIM : 165020507111028
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jurusan : S-1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 28 Juli 2020
NIP 195702121984031003
Malang, 1 0 Agustus 2020 Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Munawar, S.E., DEA.
PENGARUH RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN DALAM
LISTING INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA
(Sub Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi 2015-2018) Ilham Gibran Abdullah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email : [email protected]
ABSTRAK
Harga saham merupakan salah satu tolak ukur apakah perusahaan memiliki potensi yang baik atau tidak. Dalam penelitian ini berfokus pada analisis fundamental untuk mengetahui bagaimana laporan keuangan suatu perusahaan dalam mempengaruhi harga saham. Objek penelitian yang diambil adalah sektor perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
Penelitian ini menggunakan Variabel ROA (X1), ROE (X2) dan EPS (X3) sebagai variabel independen dan Harga Saham (Y) sebagai variabel dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diambil dari website Otoritas jasa keuangan (OJK) dan website Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu model analisis regresi linear berganda dengan metode data panel. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel ROA, ROE dan EPS berpengaruh terhadap Harga Saham. Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa variabel ROA, ROE dan EPS berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Signalling Theory yaitu jika ROA, ROE dan EPS tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor.
Kata kunci :ROA, ROE, EPS, Harga Saham, Signalling Theory, Indeks Saham Syariah Indonesia
A.PENDAHULUAN
Salah satu upaya Indonesia dalam melakukan pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan sektor investasi dengan menggunakan instrumen pasar modal. Pada investasi, peran pasar modal sangat penting dan sangat diperhatikan di Indonesia. Pasar modal merupakan instrumen sangat penting pada perekonomian Indonesia maupun dunia mengingat pasar modal adalah sebagai media yang mampu menjadi jembatan antara pihak pemilik modal dan yang membutuhkan modal. Di dalam pasar modal juga menghubungkan antar pelaku ekonomi tanpa batas negara.
Kondisi pasar modal sangat menentukan investor untuk menanamkan modalnya, pertumbuhan pasar modal juga dapat dilihat melalui indeks harga saham. Indeks harga saham dapat dijadikan cermin atau acuan dari pergerakan saham dalam satu periode. Banyak hal yang dapat mempengaruhi harga saham, salah satunya adalah nilai tukar rupiah yang berubah, perubahan ini mencerminkan perusa haan tersebut mengalami eksposur nilai tukar (Putu Eka, 2015). Pasar modal dianggap sebagai indikator ekonomi dalam suatu negara. Ketika pasar modal menunjukan peningkatan maka terdapat indikator bahwa perekonomian suatu negara mengalami peningkatan. Sebaliknya, apabila pasar modal sedang lesu maka terdapat indikator bahwa perekonomian negara tersebut terjadi penurunan (Pratama dan Purwanto, 2014: 11).
Pasar modal syariah juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, dalam pelaksanaannya pasar modal syariah sedikit berbeda dengan pasar modal konvensional. Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang di perdagangkan dan mekanisme perdagangannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Adapun yang dimaksud sebagai efek-efek syariah menurut Fatwa DSN MUI No.40/DSN- MUI/X/203 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal Mencakup Saham Syariah, Reksadana Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragunan Aset Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Salah satu yang menjadi instrumen dari pasar modal itu sendiri adalah saham. Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas yaitu pemilik perusahaan yang menertbitkan surat berharga tersebut. Perusahaan- perusahaan yang telah go public (perusahaan terbuka) ini menerbitkan sahamnya di pasar modal. Oleh sebab itu, investor yang menjadi pelaku dalam pasar modal ini sangat berperan besar dalam menjalankan saham-saham yang dimiliki. Keputusan investor dalam hal ini akan menentukan kelangsungan dari modal yang ditanamkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5).
Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi perusahaan, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap perusahaan maka keinginan untuk berinvestasi pada perusahaan semakin kuat (Rahayu dan Dana, 2016:444). Seorang investor harus melakukan analisis terhadap perusahaan yang menjadi target investasinya karena diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu saham. Hal ini akan terjadi pada sifat saham yang sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan kondisi pasar uang, kinerja keuangan maupun situasi politik dalam negeri.
Saham yang memiliki kinerja yang baik meskipun harga mengalami penurunan karena adanya keadaan pasar yang kurang baik maka menyebabkan kepercayaan terhadap pemodal terguncang. Saham tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal pulih, siklus ekonomi akan membaik. Harga saham yang baik ini akan kembali naik, jadi risiko dari pemegang saham adalah turunnya harga saham. Cara mengatasinya adalah menahan saham tersebut dalam waktu yang cukup lama sampai keadaan mulai baik lagi (Rahayu dan Dana, 2016:445).
Profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio yang memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Profitabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dan modal yang digunakan dalam operasi. Pemodal dapat menggunakan profitabilitas suatu perusahaan sebagai alat ukur modal yang ditanamkan perusahaan tersebut (Sawir, 2005:17). Beberapa variabel rasio keuangan yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) antara lain Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) maka semakin baik perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai dan investor akan semakin tertarik sehingga harga saham akan naik (Sutrisno 2001: 245).
Dengan ingin mengetahui nilai dari harga saham positif atau negatif maka dapat dilihat dari perhitungan ROA,ROE, dan EPS. Dari beberapa penelitian yang menggunakan variabel yang sama ternyata menghasilkan hasil yang berbeda. Penelitian menggunakan variabel Return On Asset yang dilakukan oleh Watung dan Ilat (2016) menyatakan bahwa Return On Asset mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Dorothy (2016) yang menyebutkan bahwa Return On Asset tidak terdapat pengaruh terhadap harga saham. Takarini dan Hendrarini (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Return On Equity tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan penelitian Utami (2015) menyatakan bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap harga saham. Penelitian Dorothy (2016) yang menyebutkan bahwa Earning
Per Share mempunyai pengaruh terhadap harga saham, Sedangkan penelitian Desiana (2017) Earning Per Share tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Dari penelitian yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata banyak faktor yang penting untuk diperhatikan yang berkaitan dengan perubahan harga saham dan terdapat beberapa penelitian yang menggunakan variabel yang sama ternyata menghasilkan kesimpulan yang berbeda, hal ini menunjukkan terjadinya inkonsistensi dengan penelitian terdahulu untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi harga saham. Berdasarkan pembahasan diatas ada beberapa penelitian yang menunjukkan ketidaksamaan antara penelitian dengan teori yang ada. Urgensi dalam menulis penelitian ini juga salah satunya peneliti melihat adanya tren yang sangat positif dari neraca perdagangan di tahun 2016 – 2018. Statistik Kementerian Perdagangan (2020) menyebutkan adanya kenaikan signifikan dari 2016 sebesar
$280,839.0 juta hingga 2018 sebesar $368,724.0 juta. Serta adanya peningkatan sektor jasa sebagai penyumbang pendapatan negara hingga saat ini. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Dalam Listing Indeks Saham Syariah Indonesia Sub Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi 2015-2018”
B.TINJAUAN PUSTAKA Harga Saham
Menurut Agus Sartono (2001) menyatakan harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan. Harga saham adalah harga per lembar saham yang berlaku dipasar modal. Harga Saham dipasar modal terdiri atas tiga kategori, yaitu harga tertinggi, harga terendah dan harga penutupan. Harga tertinggi atau harga terendah merupakan harga yang paling tinggi atau yang paling rendah yang terjadi pada suatu hari bursa. Harga penutupan merupakan harga yang terjadi terakhir pada saat akhir jam bursa (Dramadji dan Fakhruddin, 2011).
Return on Asset
ROA adalah laba bersih perusahaan dibagi dengan rata-rata dari total aset. Laba atas aset rumus melihat pada kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan asetnya untuk mendapatkan laba bersih.
Laba bersih pada pembilang dari rumus pengembalian aset dapat ditemukan di laporan laba rugi perusahaan. Laba bersih adalah jumlah yang diterima oleh perusahaan setelah dikurangi keluar biaya yang dikeluarkan, termasuk penyusutan dan pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Ariskha Nordiana dan Budiyanto (2017) mengatakan semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat karena permintaan saham di pasar melebihi penawaran.
Return on Equity
Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas ekuitas yang telah diinvestasikan pada perusahaan (Kasmir, 2010). Semakin tinggi ROE, maka secara langsung akan memberikan jaminan atas keamanan investasi di perusahaan (Van Horne & Wachowicz, 2005). Return On Equity digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan perusahaan berdasarkan modal pemegang saham. Perusahaan yang memiliki ROE tertinggi berarti menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan yang mempengaruhi sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (Wira Desmond, 2014: 84).
Penelitian yang dilakukan oleh Ariskha Nordiana dan Budiyanto (2017) mengatakan semakin tinggi return on equity yang dihasilkan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut semakin efektif dalam mengelola ekuitas pemegang saham. Tentunya investor akan tertarik dengan ROE yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu, nilai yang tinggi pada return on equity menunjukkan tingkat pengembalian yang akan diterima investor tinggi pula. Hal ini tentunya akan menarik minat investor membeli saham, dan karena tingkat permintaan yang tinggi ini akan menyebabkan harga saham naik
Earning per Share
Earning Per Share pendapatan per lembar saham yaitu bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap per lembar saham yang telah dimiliki (Idris Sofyan, 2015:158). Semakin besar rasio EPS ini akan semakin baik. EPS merupakan salah satu rasio yang penting untuk menentukan harga saham yang wajar.
Earning Per Share menggambarkan profitabilitas perusahaan yang secara langsung tergambar secara langsung pada setiap lembar saham. Menurut Rosdian Widiati Watung dan Ventje Ilat (2016) Earning Per Share memiliki pengaruh yang positif. Semakin tinggi Earning Per Share maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi dikarenakan makin besar laba yang didapatkan oleh pemegang saham serta kemungkinan peningkatan jumlah dividen.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Sebuah hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. H1 : ROA berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2. H2 : ROE berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
3. H3 : EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
C.METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Mengambil objek studi kasus perusahaan Sub Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2015-2018. Data yang diperoleh dari data sekunder tidak perlu diolah lagi. Data sekunder penelitian ini berdasarkan runtun waktu atau time series yang diperoleh dari website Otoritas jasa keuangan (OJK), website Bursa Efek Indonesia (BEI) dan website Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2015-2018.
Metode Analisis Data
Metode analisis adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil dari suatu penelitian agar mendapatkan suatu kesimpulan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Eviews sebagai alat untuk menguji.
Analisis Data Panel
Analisis yang digunakan pada penelitian ini ialah analisis regresi data panel. Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu sedangkan data time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu, beberapa notasi yang akan digunakan dalam teknis estimasi data panel antara lain :
1 = 0+ 1 1 + 2 2 + 3 3 +
Keterangan : 1 = Harga saham papan pencatatan utama
0 = Konstanta
1.. 4 = Koefisien
1 = Return on Assets (ROA)
2 = Return on Equity (ROE)
3 = Earning per Share (EPS)
= 1,2,3 (data cross section perusahaan yang listing dalam Indeks Saham Syariah Indonesia)
= 1,2,3 (data time series 2015-2018)
= Error
Dalam menentukan model regresi data panel, terdapat beberapa asumsi atau uji yang harus dipenuhi sebagai berikut :
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Uji normalitas adalah membandingkan antara data yang kita miliki dan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita. Uji normalitas menjadi hal penting karena salah satu syarat pengujian parametric-test (uji parametik) adalah data harus memiliki distribusi normal (Sarjono dan Julianita, 2013).. Jika di dapat nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdisitribusi normal. Sedangkan jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan di antara variabel bebas memiliki masalah multikolinieritas (gejala multikolinieritas) atau tidak. Multikolinieritas adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang terjadi pada hubungan di antara variabel bebas. Cara mengetahui pada uji multikolinearitas pada model regresi ini adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), Nilai untuk menunjukkan tidak adanya problem multikolinearitas adalah jika hasil atau nilai tolerance > 0,10 dan hasil atau nilai VIF < 10 (Sarjono dan Julianita, 2013).
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka diseut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah terjadi homokedastisitas dalam model, atau dengan kata lain tidak terjadi heterokedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas yaitu melihat scatler plot (Sarjono dan Julianita, 2013). Selain menggunakan scatler plot, uji heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Uji tersebut digunakan untuk membuat model regresi yang melibatkan nilai absolut residual, sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen (Algifari, 2009).
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi bisa bersifat positif ataupun negatif. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu dan berkaitan antara satu sama lainnya, karena gangguan pada individu atau kelompok cenderung mempengaruhi individu atau kelompok lainnya (Ghozali, 2011). Pengujian dengan uji Durbin Watson dapat dilakukan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya masalah autokorelasi (Atmaja, 2009) dengan langkah sebagai berikut: Ho : ρ = 0 (tidak terjadi korelasi), H1: ρ ≠ 0 (ada korelasi).
Uji F (Simultan)
Uji F (simultan) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari seluruh variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F penelitian ini menggunakan signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Jika nilai signifikansi yang dihasilkan dari uji F adalah (Signifikansi F < 0,05) maka terdapat pengaruh antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji t (Parsial)
Uji t (parsial) digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji t penelitian ini menggunakan signifikansi sebesar 5% (α = 0,05). Jika nilai signifikansi yang dihasilkan dari uji t adalah (Signifikansi t < 0,05) maka variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya untuk menunjukkan sebarapa besarkemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R-quares 0.75, 0.50 dan 0.25 menunjukkan bahwa model kuat, sedang dan lemah. Kelemahan mendasar dari penggunaan R-squares adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai R-squares akan meningkat (Latan dan Temalagi, 2013) Sedangkan Menurut (Ghozali, 2011), koefisien determinasi (R2) yaitu untuk mengukur sebarapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Metode Estimasi Model Regresi Panel
Dalam menentukan model regresi panel terdapat beberapa uji yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:
Common Effect Model
Common effect model merupakan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bias menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar perusahaan, perbedaan intersep bias terjadi karena perbedaan budaya kerja, manajerial, dan insentif. Namun demikian, slopnya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
Random Effect Model
Model ini dibentuk untuk mengatasi kelemahan pada fixed effect dengan memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar unit cross section maupun time series ke dalam error term.
Pendekatan ini dinamakan random effect, mengasumsikan bahwa komponen error antara unit cross section dan time series tidak berkolaborasi satu sama lain.
Pemilihan Model Data Panel
Dalam memilih model data panel diatas diperlukan beberapa uji untuk dilakukan yaitu sebagai berikut:
Uji Chow
Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan
Uji Lagrange Multiplier
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect (OLS) digunakan uji Lagrange Multiplier (LM)
D.HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu memiliki distribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan uji Jarque-Berra (JB test). Bila probabilitas hasil uji Jarque-Berra (JB test) lebih besar dari 0,05 maka residual regresi berdistribusi normal.
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Statistik uji Nilai sig. Keterangan
Jarque-Berra 0,0656 Berdistribusi Normal
Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi residual regresi yang terbentuk lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas terhadap residual regresi terpenuhi.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dengan cara menganalisis matriks korelasi variabel – variabel independen yang dapat di lihat melalui Variance inflantion Factor (VIF). Nilai VIF yang dapat ditolernasi adalah 10. Apabila VIF variabel independen < 10 berati tidak ada multikolinearitas..
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Bebas VIF Keterangan
X1 4,864 Non Multikolinearitas
X2 7,117 Non Multikolinearitas
X3 3,552 Non Multikolinearitas
Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui variabel bebas dalam penelitian ini memiliki Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas antara varibel bebas dalam penelitian ini.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi heteroskedastisitas dilakukan dengan metode pengujian statistik uji Glejser.
Apabila nilai sig. > 0,05 maka akan terjadi homoskedastisitas dan jika nilai sig. < 0,05 maka akan terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Statistik Uji Obs*R squared Sig. Keterangan
Glejser 5,1335 0,1623 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas. Hal tersebut dapat dilihat dari dua nilai yaitu nilai tolerance dan VIF. Untuk nilai tolerance di setiap variabel lebih dari 0,10 sehingga lolos dari multikolinearitas. Untuk nilai VIF di setiap variabel kurang dari 10 sehingga lolos dari multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Statistik uji yang digunakan adalah metode Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Berikut hasil perhitungannya:.
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Statistik uji Sig. Interprestasi
Durbin Watson 2,0179 Tidak terjadi autokorelasi Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel diatas diketahui bahwa nilai Durbin Watson berada diantara du<DW<4-du sehingga disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang terbentuk.
Pemilihan Model Regresi
Pemilihan model dilakukan untuk memilih beberapa model yang terbentuk. Metode yang dapat digunakan adalah Chow Test, Correlated Random Effects – Hausman Test dan LM test (Lagrange Multiplier Test).
Uji Chow
Hipotesis dalam uji Chow adalah:
H0 : Common Effect Model atau Pooled OLS H1 : Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan F hitung dengan F tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F tabel maka H0 ditolak yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah Common Effect Model (Widarjono, 2009).
Tabel 4.5 Hasil Pemilihan Regresi Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 31.29934 (69,207) 0.0000
Cross-sectionChi square 682.223825 69 0.0000
Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai F hitung sebesar 33,784. Nilai F tabel 5% pada derajat bebas 69 dan 207 sebesar 1,363. Nilai F hitung yang lebih besar dari nilai F tabel menunjukkan bahwa hipotesis yang diterima adalah H1 yang berarti model regresi yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).
Uji Hausman
Hipotesis yang digunakan pada kedua pengujian tersebut adalah:
H0 : Model yang digunakan adalah Random Effect Model (REM) H1 : Model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM)
Kaidah pengambilan keputusan dalam kedua pengujian tersebut adalah dengan menggunakan nilai signifikansi, di mana jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha 5% maka hipotesis H0 yang diterima, dan jika nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5%, maka hipotesis H1 yang diterima
Tabel 4.6 Hasil Pemilihan Model Regresi Correlated Random Effects – Hausman Test
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 13.149483 3 0.0043
Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai signifikansi (p-value) dari Cross-section sebesar 0,0031. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 5% menunjukkan bahwa hipotesis yang diterima adalah H1 yang berarti model regresi yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).
Uji Lagrange Multiplier
Hipotesis dari uji LM ini adalah:
H0 : Model yang digunakan adalah Ordinary Least Square
H1 : Model yang digunakan adalah Model Efek Random (The Random Effect)
Pengambilan keputusan pada uji ini menggunakan nilai signifikansi, di mana jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha 5% maka hipotesis H0 yang diterima, dan jika nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5%, maka hipotesis H1 yang diterima.
Tabel 4.7 Hasil Pemilihan Model Regresi dengan LM Test (Lagrange Multiplier Test)
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 300.3565 1.853171 302.2096
(0.0000) (0.1704) (0.0000)
Sumber : Data diolah, 2020
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai signifikansi (p-value) dari Cross-section sebesar 0,0000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 5% menunjukkan bahwa hipotesis yang diterima adalah H1 yang berarti model regresi yang digunakan adalah Random Effect Model (REM).
Dari ketiga pengujian model, Fixed Effect Model yang digunakan karena hasil uji Chow dan Housman menunjukkan bahwa model ini yang terpilih.
Hasil Uji Regresi Panel Fixed Effect Model
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Panel Fixed Effect Model
Variable Coefficient
Std.
Error
t-
Statistic Prob.
C 5.951189 0.054852 108.4961 0.0000
ROA 0.111163 0.052027 2.136635 0.0338
ROE 0.124670 0.057747 2.158892 0.0320
EPS 0.071916 0.031646 2.272561 0.0241
R-squared 0.950589
Adjusted R-squared 0.933402 S.E. of regression 0.350256
F-statistic 55.31023
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data diolah, 2020
Variabel dependen pada hasil uji regresi panel adalah HARGA SAHAM dan variabel independennya adalah ROA (X1), ROE (X2) dan EPS (X3). Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah:
Harga Saham = 5,951 + 0,111 X1 + 0,125 X2 + 0,072 X3 + e Variabel ROA
Koefisien regresi variabel ROA yang bernilai positif sebesar 0,111 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel ROA sebesar 1 satuan maka variabel Harga Saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,111 satuan.
Variabel ROE
Koefisien regresi variabel ROE yang bernilai positif sebesar 0,125 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel ROE sebesar 1 satuan maka nilai variabel Harga Saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,125 satuan.
Variabel EPS
Koefisien regresi variabel EPS yang bernilai positif sebesar 0,072 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel EPS sebesar 1 satuan maka nilai variabel Harga Saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,072 satuan.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Y), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Berdasarkan hasil dapat diketahui nilai R Square sebesar 0,950 atau 95,0%. Artinya kontribusi terhadap variabel HARGA SAHAM dijelaskan sebesar 95,0% oleh variabel ROA (X1), ROE (X2) dan EPS (X3). Sedangkan kontribusi pengaruh terhadap variabel HARGA SAHAM lainnya sebesar 5%
dijelaskan oleh variabel lain atau variabel independen di luar persamaan regresi.
Uji Hipotesis I (Uji Simultan)
Untuk menguji hipotesis pengaruh simultan dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), digunakan uji statistik F. Berdasarkan hasil didapatkan F hitung sebesar 55,310 signifikansi sebesar 0,000. Nilai F hitung ini lebih besar dari F tabel (2,637) dan Sig F (0,000) yang lebih kecil dari 5% (0,050) menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel ROA (X1), ROE (X2) dan EPS (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y
Uji Hiptesis II (Uji Parsial)
Untuk menguji hipotesis II yaitu pengaruh parsial dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (HARGA SAHAM), digunakan uji statistik t. Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial
Variabel t hitung t tabel Nilai. sig
ROA 2,173> 1,996 0,0338
ROE 2,137> 1,996 0,0320
EPS 2,273> 1,996 0,0241
Sumber : Data diolah, 2020
Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham Perusahaan di Indeks Saham Syariah Indonesia
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menyatakan tingkat ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2015-2018. Dalam perusahaan yang sudah memiliki banyak investor dan merupakan salah satu perusahaan terbuka, tentunya memiliki banyak aset, dimana aset tersebut yang mempengaruhi bagaimana operasional perusahaan dan merupakan alat perusahaan untuk mendapatkan laba. Artinya jika laba perusahaan rendah maka investor lebih mempertimbangkan dengan menilai tingkat profitabilitas perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi ROA maka investor memberikan reaksi positif dengan kemampuan untuk memberikan investasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Signalling Theory yaitu jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor. Karena dengan ROA tinggi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tersebut baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang berupa surat berharga atau saham. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Watung dan Ilat (2016) menyatakan bahwa Return On Asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh ROE Terhadap Harga Saham Perusahaan di Indeks Saham Syariah Indonesia
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menyatakan tingkat ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2015-2018. Tinggi rendahnya ROE terhadap harga saham pada perusahaan di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mempengaruhi harga saham. Hal ini memberikan indikasi bahwa tingkat pengembalian investasi yang diterima para investor tinggi, sehingga investor tertarik untuk membeli saham tersebut ,hal ini menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.
Dengan adanya modal perusahaan yang tinggi maka akan meningkatkan laba sehingga ROE akan semakin tinggi dan akan meningkatkan harga saham pada perusahaan. ROE memiliki hubungan dengan teori sinyal apabila ROE meningkat, maka dapat diasumsikan perusahaan mampu menunjukkan efisiensi dalam penggunaan modal sendiri. Hal ini dapat dijadikan signal yang baik bagi para investor untuk membeli saham. Dengan adanya modal perusahaan yang tinggi maka akan meningkatkan laba sehingga ROE akan semakin tinggi dan akan meningkatkan harga saham pada perusahaan.Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Utami (2015) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan di Indeks Saham Syariah Indonesia
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menyatakan tingkat EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2015-2018. Peningkatan EPS menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran investor, hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan.
Hal tersebut dapat diartikan apabila EPS mengalami kenaikan maka harga saham akan naik dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat meningkatkan permintaan akan saham, sehingga harga saham pun akan naik, di mana hasil ini sesuai dengan Signaling Theory yang memberikan sinyal baik pada investor.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ventje Ilat dan Sonny Pangerapan (2017) menyatakan bahwa Earning per Share mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
E.PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh ROA,ROE, dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2015-2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2015-2018. Yang dimaksud adalah apabila jika ROA naik atau turun maka akan mempengaruhi harga saham pada perusahaan, dikarenakan ROA yang tinggi maka akan mendorong manajemen untuk menambah asset. Sehingga investor akan melihat ROA sebagai acuan investor untuk memberikan investasi.
2. ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2015-2018. Dengan adanya kenaikan pada ROE maka akan meningkatkan respon terhadap harga saham ataupun sebaliknya jika adanya penurunan ROE maka akan diikuti dengan penurunan harga saham.
3. EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2015-2018. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa EPS memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Apabila adanya
kenaikan EPS maka akan meningkatkan harga saham ataupun sebaliknya apabila ada penurunan EPS maka akan menurunkan harga saham.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat disampaikan yang sesuai dengan hasil penelitian adalah :
1. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan yang diteliti berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa ROA, ROE dan EPS berpengaruh terhadap harga saham. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan meningkatkan terus kinerja agar dapat memikat para investor, dikarenakan ROA, ROE dan EPS merupakan instrumen penting bagi investor untuk membaca kesehatan perusahaan.
2. Bagi Masyarakat/Investor
Bagi masyarakat atau investor disarankan sebelum membeli saham untuk membaca kinerja perusahaan melalui 3 instrumen diatas yaitu ROA, ROE dan EPS.
3. Bagi Peneliti
Bagi peniliti selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel-variabel eksternal yang berkaitan dengan harga saham agar mendapatkan hasil yang bervariatif yang dapat menggambarkan apa saja saja yang dapat mempengaruhi harga saham serta menambah objek penelitian serta menambah periode penelitian agar memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2011). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.
Algifari. (2009). Analisis Regresi Teori, Kasus, dan solusi.Yogyakarta: BPFE.
Amirullah. (2013). Metodologi Penelitian Manajemen. Malang: Bayu Media Publishing Anggota IKAPI.
Azis, Abdul. (2008). Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Brigham, E.F., dan Houston J.F. (2001). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba empat.
Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Desiana Lidia.(2017). Pengaruh PER, EPS, DYR, DPR, BVS dan PBV Terhadap Harga Saham Pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di JII. Jurnal I-Finance. Vol.3.No.2.
Dorothy Gladys. (2016). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Net Profit Margin (NPM), Dan Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham PT Unilever Indonesia, Tbk. Dan Entitas Anak. Jurnal FinAcc Vol 1 No. 8.
Fahmi, I. (2012). Manajemen investasi,teori dan soal jawab. Jakarta: Salemba empat.
Fakhrudin dan Sopian Hadianto. (2001). Perangkat dan Modal Analisis Investasi di Pasar Modal.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. . Semarang: BPUD.
Hanafi, Mahmud M. (2008). Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Husnan, Suad. (2001). Dasar-dasar teori portofolio. Yogyakarta: YKPN.
Manan. (2009). Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana.
Misbahuddin dan Hasan,I. (2014). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Munawir. (2001). Analisis Laporan keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Noviri dan Agustina. (2013). Pengaruh ROA, EPS dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham pada Indeks LQ 45. Jurnal Akuntansi. Vol.5. No.1.
Pasaribu, R.B.F. (2008). The Influence Of Corporate Fundamentals To Its Stock Price. Journal of Economics and Business. Vol. 2. No. 2. ISSN: 1978 – 3116.
Praditha, H.E. (2018). Pengaruh Return On Assets, Return On Equity dan Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2014-2016. Skripsi. IAIN Surakarta.
Pratama, B.A.A., dan Purwanto, A, (2014). Pengaruh economic value added (EVA), profitabilitas , kebijakan dividen dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham (studi empiris pada perusahaan manifaktur di BEI periode 2011 - 2013). Diponegoro Journal Of Acounting.
Vol.3.No.3 Hal. 1-12. ISSN online.2337- 3086.
Raharjo, D., dan Muid, D. (2013). Analisis pengaruh faktor-faktor fundamental rasio keuangan terhadap perubahan harga. Diponegoro Journal of Accounting. Vol.2. No.2, Hal.1-11. ISN:2337-2806.
Rahayu, N. M. P. S., dan Dana, I. M. (2016). Pengaruh EVA,MVA, dan likuiditas terhadap harga saham perusahaan food dan beverages. E-Jurnal Manajemen Unud. Vol.5.No.1, Hal:443-469.
ISSN-2302-8912.
Ramdhani, R. (2013). Pengaruh return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada institusi finansial di Bursa Efek Indonesia. Journal The Winner, Vol.14. No.1, Hal:29-41.
Rusdin. (2008) . Pasar Modal Cetakan Kedua. Bandung:Alfabeta
Sapitri, D.P, dan Soedjatmiko. (2013). Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang liting di bursa efek indonesia periode 2002-2011. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Vol.6.No.1.
Sarjono,H.,& Julianita, W. (2013). SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset.
Jakarta: Salemba Empat.
Soematri, A. (2009). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Sugiarto, R.J.E. (2014). Pengaruh DER, DPS, ROA terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi di BEI. Jurnal ilmu dan Riset Manajemen. Vol.3. No.9.
Takarini N dan Hendrarini H. (2011).Rasio Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. Journal of Bussines and Banking Vol. 1. No.2.
Tandelilin, E. (2001). Analisis Investasi dan manajemen portofolio. Yogyakarta: BPFE.
Utami, P. (2015). Pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan economi value added terhadap harga saham perusahaan manifaktur (Studi empiris di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013). Skripsi.
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Utomo, J. (2001). Analisis beberapa faktor kondisi ekonomi dan kinerja keuangan yang berpengaruh terhadap indeks harga saham bank go public di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro.
Watung dan Ilat (2016). Pengaruh ROA, NPM, dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di BEI. Jurnal EMBA.Vol.4. No.2.
Yulsianti Henny. (2016). Pengaruh EPS, ROE dan DER terhadap harga saham dalam Jakarta Islamic Index tahun 2010-2014. Jurnal Adminika. Vol.2.No.1.