• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RISIKO KREDIT, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS PADA KINERJA KEUANGAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH RISIKO KREDIT, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS PADA KINERJA KEUANGAN "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

41

PENGARUH RISIKO KREDIT, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS PADA KINERJA KEUANGAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

Cicilia Juari TeguhErawati

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa email: cicilia.juari04@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to examine whether credit risk, liquidity and profitability affect financial performance.

This study took a sample of banking companies listed on the Indonesian stock exchange from 2016- 2018 and the sampling technique used purposive sampling. The amount of data processed is 45 data.

The results showed that credit risk has a negative and significant effect on financial performance, liquidity has a negative and significant effect on financial performance, and profitability has a positive and significant effect on financial performance.

Keywords: Credit Risk, Liquidity, Profitability, Financial Performance.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah risiko kredit, likuiditas dan profitabilitas mempengaruhi kinerja keuangan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun 2016-2018 dan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Jumlah data yang diolah adalah 45 data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kredit memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan, likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan, dan profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.

Kata kunci: Risiko kredit, Likuiditas, Profitabilitas, Kinerja keuangan.

PENDAHULUAN

Sektor perbankan Indonesia telah berubah secara dramatis sejak liberalisasi dan pasar keuangan. Sebelum 1980-an, bank masih merupakan institusi yang berorientasi pada produk. Masyarakat yang membutuhkan perbankan masih merupakan metode tradisional, bank tetap berpegang pada konsep menjual suatu produk atau layanan dan kepuasan pelanggan bukanlah fokus perhatian mereka. Berlawanan dengan ketentuan paket Juni (Pakjun) tahun 1983, bank telah mengalami pertumbuhan yang spektakuler dalam hal jumlah bank, cabang bank dan jumlah produk/layanan yang menerima layanan modern. Persaingan antar bank atau antar cabang menjadi semakin parah dalam hal

inovasi produk, tingkat harga (suku bunga) dan tingkat layanan. Layanan tanpa cela, tetapi juga negara tanpa cela, sangat penting bagi bank untuk memenangkan persaingan. Bank perlu mengubah orientasi produk ke orientasi pelanggan.

Layanan tanpa cela dan pengembangan produk dan layanan berkualitas tinggi berkontribusi pada kinerja bank. Kinerja bank/tingkat kesehatan bank akan dicerminkan oleh aspek pemenuhan modal minimum (Capital Adequacy Ratio/CAR), kualitas aktiva produktif (Asset Quality), kesehatan manajemen (Management), kemampuan memperoleh laba (Earning Power), kemampuan memenuhi kewajiban segera (Liquidity) dan sensitivitas pasar (Aspek Risiko). Faktor-faktor ini harus didukung oleh

(2)

42

penerapan ketentuan kebijakan moneter lainnya di sektor perbankan. B atas pinjaman legal (LLL), posisi devisa neto (PDN), aturan KUK, dll. Faktor-faktor dan penentu kinerja bank harus terus dikelola untuk mencapai kinerja yang diinginkan.

Sektor perbankan adalah sektor yang kompleks dengan risiko tinggi bagi perusahaan di sektor ini. Di luar sektor perbankan, kondisi ekonomi seperti inflasi dan nilai tukar kemungkinan akan berubah dan ekonomi akan saling berhubungan selama abad ini. Sektor perbankan memainkan peran penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Peran sebagai perantara keuangan adalah unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mentransfer dana pesta dengan dana surplus kepada mereka yang membutuhkan uang atau yang memiliki sumber daya yang cukup pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya 2009, 14 dalam Natalia, 2015).

Selain itu, bank harus memperhatikan kekuatan bank agar selalu terjaga karena bank mengandalkan kepercayaan nasabah dalam kegiatan usahanya (Merkusiwati, 2007 dalam Darwis, et al, 2017). Kepercayaan masyarakat untuk simpanan di bank dipengaruhi oleh informasi tentang kondisi kesehatan bank.

Penilaian tingkat kesehatan bank ini akan menunjuk kepada kinerja bank, salah satunya adalah kinerja keuangan bank.

Kondisi kinerja keuangan perbankan saat ini belumlah konstan. Kondisi internal bank yang lemah seperti manajeman yang kurang baik dapat menyebabkan kinerja keuangan bank menurun. Kinerja keuangan bank dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk risiko kredit yang tidak dapat dilunasi oleh pihak nasabah, ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, dan perusahaan tidak dapat memperoleh laba.

Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur dan / atau pihak lain tidak akan memenuhi kewajibannya kepada bank. Untuk mengukur risiko kredit, indikator yang digunakan adalah tingkat kredit bermasalah (NPL), yang membandingkan jumlah total pinjaman yang diberikan. Sementara itu, risiko likuiditas adalah kewajiban yang harus dibayar oleh Perusahaan pada tanggal jatuh tempo. Ini berarti bahwa perusahaan dalam keadaan likuid jika perusahaan memiliki aset jangka pendek yang melebihi utang jangka pendeknya.

Indikator untuk mengukur risiko likuiditas adalah penggunaan rasio deposit terhadap deposito (LDR), yang merupakan rasio pinjaman pihak ketiga terhadap dana pihak ketiga. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut (Widarjo dan Setiawan, 2009 dalam Fernos, 2017), profitabilitas adalah hasil bebas dari berbagai kebijakan dan keputusan yang menggunakan rasio ini sebagai ukuran kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap rupiah pendapatan.

Profitabilitas perusahaan menunjukkan hubungan antara hasil dan aset atau modal dengan mana keuntungan dibuat.

KAJIAN LITERATUR

Teori Likuiditas

Menurut Veithzal (2007:387) mengemukakan bahwa ada empat teori likuiditas perbankan yang dikenal. Masing-masing merupakan dasar untuk menjelaskan masalah penelitian.

Commercial Loan Theory

Likuiditas akan terjamin ketika aktiva produktif yang terdiri dari kredit jangka pendek yang dapat dicairkan. Apabila bank akan memberikan kredit jangka panjang sebaiknya menggunkan sumber dana dari modal bank dan sumber dana jangka panjang. Secara khusus teori ini menjelaskan bahwa bank harus memberikan kredit jangka pendek.

Shiftability Theory

Teori ini menyatakan likuiditas tergantung pada kemampuan sebuah bank dalam memindahkan aktivanya ke pihak lain dengan harga yang dapat diramalkan sehingga bank dapat melakukan investasi pada pasar terbuka jangka pendek dalam portofolio aktivanya.

Anticipated Income Theory

Teori ini menerangkan bank sebaiknya bisa memberikan kredit jangka panjang dimana pembayarannya diharapkan dibayar tepat waktu. Pelunasan debitur berupa angsuran pokok dan bunga ini akan memberikan cash

(3)

43 flow secara teratur yang dapat dipakai untuk

mencukupi kebutuhan likuiditas bank.

The Liability Management Theory

Teori ini menjelaskan suatu bank bisa menata passivanya sehingga menjadi likuiditas. Bank perlu mengetahui likuiditasnya untuk melakukan pembayaran atas penarikan dana pihak ketiga, untuk memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo, dan untuk memenuhi permintaan pinjaman nasabahnya.

Risiko Kredit. Risiko kredit diukur dalam beberapa penelitian menggunakan variabel kredit macet (NPL). NPL adalah jumlah kredit yang tidak dibayar atau tidak dapat ditagih, dengan kata lain adalah kredit macet atau kredit yang bermasalah. Pinjaman dalam kesulitan adalah pinjaman dengan kualitas rendah, diragukan dan berkualitas buruk. Menurut (Ali, 2006 dalam Anam, 2018), risiko kredit adalah risiko kerugian bagi bank, yang terkait dengan kemungkinan bahwa rekanan akan default pada kewajibannya kepada bank. Singkatnya, risiko kredit adalah risiko kerugian bagi bank karena debitur tidak membayar kembali pokok pinjaman (ditambah bunga).

Dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat, bank akan menghadapi risiko kredit. (Siamat, 2005:358 dalam Natalia, 2015), berpendapat bahwa risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan kemungkinan pelanggan gagal bayar atau risiko bahwa debitur tidak dapat membayar kembali pinjaman. risiko kredit ditentukan oleh suku bunga kredit bermasalah. Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengelola kredit bermasalah. Semakin kecil NPL, semakin rendah risiko kredit yang ditanggung bank. Saat memberikan pinjaman, bank harus menganalisis kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjaman mereka.

Setelah pinjaman diberikan, bank diwajibkan untuk memantau penggunaannya serta kapasitasnya dan kepatuhan terhadap kewajiban debitur. NPL yang tinggi akan meningkatkan biaya pencadangan aktiva produktif dan biaya-biaya lainnya, sehingga akan berdampak pada penurunan kinerja keuangan bank. Karena semakin tinggi risiko kredit bank, maka semakin menurun kinerja keuangan bank. Hal ini menandakan adanya pengaruh seperti yang dibuktikan oleh Chairul

Anam (2018) bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan.

Likuiditas. Risiko likuiditas (liquidity risk) adalah risiko yang dapat dihadapi bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas mereka dan untuk merespons secara bersamaan dengan aplikasi pinjaman dan semua penarikan tunai yang dilakukan oleh penabung. Risiko likuiditas muncul ketika bank tidak dapat menyediakan likuiditas untuk memenuhi kebutuhan perdagangan pelanggan dan untuk memenuhi kewajibannya yang harus dipenuhi dalam waktu kurang dari satu tahun. Risiko likuiditas bagi bank adalah mereka tidak dapat memaksimalkan pendapatannya karena persyaratan likuiditas. Risiko likuiditas umumnya berasal dari dana pihak ketiga, aset dan kewajiban pihak lawan.

LDR adalah rasio dari jumlah total pinjaman bank terhadap dana yang diterima dari bank (Dendawijaya, 2009 dalam Anam, 2018). Seperti penjelasan sebelumnya bahwa LDR yaitu rasio yang menunjukkan likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dipinjam dari bank (terutama dana publik). Semakin tinggi LDR, likuiditas bank semakin berisiko. Sebaliknya, bank yang kurang efisien dalam kredit, semakin rendah rasio solvabilitasnya. Semakin tinggi LDR, semakin tinggi dana yang ditransfer ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka bank akan memperoleh kinerja (ROA) yang semakin meningkat.

Karena semakin besar utang bank maka semakin menurun kinerja keuangan bank. Hal ini menandakan adanya pengaruh seperti yang dibuktikan oleh Gyan Exqyu Sandy (2015) bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perbankan.

Profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan bisnis (Sunyoto 2013:113 dalam Mirnawati, Wuryanti, & Purwanto, 2015). Masalahnya di sini adalah efektivitas manajemen dalam menggunakan aktivitas keseluruhan dan aset bersih. Efisien si diukur dengan menghubungkan laba bersih dengan aset yang digunakan untuk menghasilkan laba (Sunyoto, 2013 dalam Maulana, 2017). Rasio profitabilitas adalah sekelompok tindakan yang menggabungkan efek likuiditas, manajemen aset dan utang pada hasil (Brigam dan Huston,

(4)

44

2010:146 dalam Mirnawati et al., 2015).

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dicapai dengan membandingkan berbagai bagian laporan keuangan, khususnya neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah untuk menguji evolusi perusahaan dalam periode waktu tertentu (menurun atau meningkat) dan penyebab perubahan (Kasmir, 2010:196 dalam Sari, Musriha, & Istanti, 2017).

Rasio keuntungan atau profitabilitas yaitu menjelaskan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode waktu untuk menilai kemampuannya untuk berfungsi secara efektif. Menurut (Kasmir, 2008:196 dalam Wiguna, 2015), ukuran profitabilitas adalah ukuran yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba.

Rasio ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dapat memperoleh manfaat dari kegiatan operasional dan non- operasional. Semakin tinggi nilai profit maka akan semakin baik kinerja keuangan yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya semakin rendah profit maka semakin buruk kinerja keuangan yang dihasilkan. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin banyak investor akan berinvestasi. Dengan investasi para investor maka bank akan memperoleh kinerja (ROE) yang semakin meningkat. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh bank maka semakin meningkat kinerja keuangan bank. Hal ini menandakan adanya pengaruh seperti yang dibuktikan oleh Mailinda Octaviana (2019) bahwa Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan.

Kinerja keuangan adalah gambaran dari semua hasil ekonomi yang dapat diperoleh para bankir selama periode tertentu berkat aktivitas perusahaan dalam rangka mewujudkan laba yang efisien dan efektif. Ini dapat diukur dengan mengembangkan analisis data keuangan yang termasuk dalam laporan keuangan (Supriyono, 2011 dalam Anam, 2018). Menurut (Bastian, 2006 dalam Anam, 2018), kinerja keuangan dapat diukur menggunakan ukuran ROE atas investasi dan profitabilitas. ROA adalah ukuran kemampuan manajemen bank untuk menghasilkan laba menggunakan total aset. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba bersih menggunakan modal mereka sendiri. Kinerja keuangan manajemen di pihak manajemen mengantisipasi laba bersih yang tinggi karena semakin tinggi laba bersih, semakin fleksibel perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Suyono, 2005 dalam Natalia, 2015).

Berdasarkan pada rumusan masalah dan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Risiko kredit berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan

H2 : Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan

H3 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan.

Gambar 1. Model Penelitian

METODA PENELITIAN

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor keuangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2016-2018. Sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria- kriteria dan pertimbangan tertentu. Perusahaan yang memenuhi kriteria sebanyak 15 dari 30 perusahaan.

Definisi Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel independen: risiko kredit, likuiditas dan profitabilitas.

Risiko Kredit Risiko Kredit

Likuiditas

Profitabilitas

Kinerja Keuangan

(5)

45 Darmawi dalam Darwis et al. (2017),

mendefinisikan Non Performing Loan “Kredit sebagai pinjaman yang tidak dapat dipinjam oleh peminjam dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang telah ia tandatangani karena berbagai alasan dan karenanya perlu ditinjau.

atau dimodifikasi. "Bank memberi tahu Bank Indonesia dan masyarakat secara berkala tentang kualitas aset produktif mereka. Dalam laporan itu kualitas kredit dibagi atas lima tingkat, yaitu: Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, Macet”.

Rumus Non Performing Loan (NPL) sebagai berikut:

𝑁𝑃𝐿 =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%

Likuiditas

Loan to Deposit Ratio adalah "rasio yang mengukur komposisi jumlah pinjaman yang diberikan relatif terhadap jumlah dana publik dan modal yang digunakan" (Kasmir, 2012: 319 dalam Darwis et al., 2017). Rumus Loan to Depsit Ratio (LDR) sebagai berikut:

𝐿𝐷𝑅 =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑃𝐾 𝑥 100%

Profitabilitas

Menurut Yatiningsih & Chabachib (2015) NIM merupakan rasio yang membandingkan antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif. Rumus Net Interest Margin (NIM) sebagai berikut:

𝑁𝐼𝑀 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perbankan yang di ukur dengan ROA. Penghitungan ROA dilakukan dengan membandingkan laba bersih dan total aset.

𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%

Model Analisis

Pada penelitian ini model analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda dan uji hipotesis. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas,

gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan persamaan linier dan untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari variabel independen. Dalam penelitian ini, model regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 Keterangan :

Y : Kinerja Keuangan b0 : Konstanta

b1b2b3 : Koefisien regresi X1 : Non Performing Loan X2 : Loan to Deposit Ratio X3 : Net Interest Margin

HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan membaca, mempelajari dan memasukkan media lain dari literatur, buku, dan dokumen bisnis (Sugiyono, 2014). Data dari situs web idx.com adalah sumber utama data. Ini adalah data laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Variabel independen risiko kredit (NPL) mempunyai nilai minimum sebesar 0,00030% dan nilai maksimum sebesar 0,09700%. Sementara nilai standar deviasi sebesar 0,01721160% dan nilai rata-rata sebesar 0,0243749%. Variabel independen likuiditas (LDR) mempunyai nilai minimum sebesar 0,57476% dan nilai maksimum sebesar 1,44853%. Sementara nilai standar deviasi sebesar 0,17082265% dan nilai rata-rata sebesar 0,8935339%. Variabel independen profitabilitas (NIM) mempunyai nilai minimum sebesar 0,03758% dan nilai maksimum sebesar 0,13177%. Sementara nilai standar deviasi sebesar 0,02764170% dan nilai rata-rata sebesar 0,0738475%. Variabel dependen return on asset (ROA) mempunyai nilai minimum sebesar 0,00181% dan nilai maksimum sebesar 0,03134%. Sementara nilai standar deviasi sebesar 0,00766172% dan nilai rata-rata sebesar 0,0160982%.

(6)

46

Tabel 1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Risiko Kredit 45 .00030 .09700 .0243749 .01721160 Likuiditas 45 .57476 1.44853 .8935339 .17082265 Profitabilitas 45 .03758 .13177 .0738475 .02764170 Kinerja Keuangan 45 .00181 .03134 .0160982 .00766172 Valid N (listwise) 45

Sumber: Data diolah, 2019 Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas. Uji normalitas model regresi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnof (K-S) test dengan melihat nilai

signifikansinya. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnof sebesar 0,474. Oleh karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,978 dimana nilai tersebut diatas nilai signifikansi yakni 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas

Uji Multikolinearitas. Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah

multikolinearitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF.

Jika Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 3

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .023 .006 3.750 .001

Risiko Kredit -.122 .053 -.274 -2.290 .027 .900 1.111 Likuiditas -.013 .005 -.289 -2.426 .020 .907 1.103 Profitabilitas .110 .034 .396 3.267 .002 .878 1.139 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data diolah, 2019

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 45

Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation .96530730 0E-7

Most Extreme Differences

Absolute .071

Positive .071

Negative -.065

Kolmogorov-Smirnov Z .474

Asymp. Sig. (2-tailed) .978

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Data diolah, 2019

(7)

47 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 3

dapat diketahui bahwa nilai tolerance pada variabel Risiko Kredit sebesar 0,900, Likuiditas sebesar 0,907, dan Profitabilitas sebesar 0,878 dimana nilai-nilai tersebut lebih besar dari 0,10.

Sedangkan nilai VIF pada variabel Risiko Kredit sebesar 1,111, Likuiditas sebesar 1,103, dan Profitabilitas sebesar 1,139 dimana nilai- nilai tersebut lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

Uji Autokorelasi. Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari

residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Taraf signifikansi menggunakan 0,05. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin- Watson (DW test). Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson (DW) hitung adalah sebesar 1,896 terletak pada daerah dU < DW < 4-dU (1,666 <

1,896 < 2,334) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Tabel 4

Hasil Uji Autokorelasi

UjiHeteroskedastisitas. Heteroskedas- tisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik- titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 1 dapat diketahui bahwa grafik tidak menunjukkan suatu pola yang jelas dan titik- titik tersebut menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan.

Sumber: Data diolah, 2019

Gambar 1

Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .687a .471 .433 .00577099 1.896

a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Likuiditas, Risiko Kredit b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data diolah, 2019

(8)

48

Analisis Regresi Linear Berganda

Setelah pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas

sudah terpenuhi, maka analisis regresi linear berganda dapat dilakukan untuk mengetahui ketergantungan satu variabel bebas, serta untuk mengetahui ketergantungan satu variabel terikat pada variabel-variabel bebas.

Pengujian Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi (𝐑𝟐), berdasarkan hasil R2 dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh variabel NPL, LDR, dan NIM terhadap ROA adalah 43,3%, sedangkan sisanya sebesar 56,7% dipengaruhi oleh

variabel lain di luar penelitian. Uji Signifikansi Simultan (Uji F), berdasarkan hasil uji F menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa NPL, LDR, dan NIM secara bersama-sama mempengaruhi variabel ROA.

Tabel 5 Hasil Uji Parsial

Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui konstanta sebesar 0,023 menunjukkan bahwa faktor risiko kredit, likuiditas, dan profitabilitas konstan maka harga saham akan naik sebesar 0,023. Koefisien regresi risiko kredit bernilai negatif yaitu -0,122 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikkan risiko kredit sebesar 1% maka harga saham akan turun sebesar -0,122.

Sebaliknya setiap ada penurunan risiko kredit sebesar 1% maka harga saham akan naik sebesar -0,122. Koefisien regresi likuiditas bernilai negatif yaitu -0,013 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikkan likuiditas sebesar 1% maka harga saham akan turun sebesar - 0,013. Sebaliknya setiap ada penurunan likuiditas sebesar 1% maka harga saham akan naik sebesar -0,013. Koefisien regresi profitabilitas bernilai positif yaitu 0,110 menunjukkan bahwa setiap ada kenaikkan profitabilitas sebesar 1% maka harga saham akan naik sebesar 0,110. Sebaliknya setiap ada penurunan profitabilitas sebesar 1% maka harga saham akan turun sebesar 0,110.

Berdasarkan tabel 5, hasil Uji Parsial diatas akan dijelaskan. Pengaruh Non Performing Loans (NPL) terhadap Return On Assets (ROA). Uji statistik t bernilai negatif dengan Sig. sebesar 0,027 yang lebih kecil dari

tingkat signifikansi α = 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa NPL secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Dengan demikian H1 yang menyatakan bahwa Risiko Kredit (NPL) berpengaruh negatif terhadap Kinerja Keuangan (ROA) diterima.

Pengaruh Loans to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA). Uji statistik t bernilai negatif dengan Sig. sebesar 0,020 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%

sehingga dapat disimpulkan bahwa LDR secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Dengan demikian H2 yang menyatakan bahwa Likuiditas (LDR) berpengaruh negatif terhadap Kinerja Keuangan (ROA) diterima.

Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Return On Assets (ROA). Uji statistik t bernilai positif dengan Sig. sebesar 0,002 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%

sehingga dapat disimpulkan bahwa NIM secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Dengan demikian H3 yang menyatakan bahwa Profitabilitas (NIM) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA) diterima.

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .023 .006 3.750 .001

Risiko Kredit -.122 .053 -.274 -2.290 .027 .900 1.111 Likuiditas -.013 .005 -.289 -2.426 .020 .907 1.103 Profitabilitas .110 .034 .396 3.267 .002 .878 1.139 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

(9)

49 PEMBAHASAN

Risiko Kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. (Siamat, 2005:358 dalam Natalia, 2015), berpendapat bahwa risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan kemungkinan pelanggan gagal bayar atau risiko bahwa debitur tidak dapat membayar kembali pinjaman. Risiko kredit ditentukan oleh suku bunga kredit bermasalah. Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengelola kredit bermasalah. Semakin kecil NPL, semakin rendah risiko kredit yang ditanggung bank. Saat memberikan pinjaman, bank harus menganalisis kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjaman mereka.

Setelah pinjaman diberikan, bank diwajibkan untuk memantau penggunaannya serta kapasitasnya dan kepatuhan terhadap kewajiban debitur. NPL yang tinggi akan meningkatkan biaya pencadangan aktiva produktif dan biaya-biaya lainnya, sehingga akan berdampak pada penurunan kinerja keuangan bank.

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa variabel NPL memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,122 dan nilai signifikansi sebesar 0,027 dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sehingga hipotesis 𝐻0 ditolak dan 𝐻𝑎

diterima, yang berarti NPL berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan karena bank mendapatkan pendapatan yang sumber utamanya berasal dari kredit yang disalurkan kepada masyarakat (Anshika, 2016 dalam Annisa, 2018). Jika bank menyalurkan kredit yang kualitasnya buruk maka akan berdampak pada meningkatnya kredit macet yang dapat dilihat dari besarnya nilai NPL sehingga kinerja keuangan akan semakin menurun. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan (Anam, 2018) yang menyatakan bahwa risiko kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Dan hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan (Sandy, 2015) yang menyatakan bahwa risiko kredit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. LDR yaitu rasio yang menunjukkan likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dipinjam dari bank (terutama dana publik). Semakin tinggi LDR, likuiditas bank semakin berisiko. Sebaliknya, bank yang kurang efisien dalam kredit, semakin rendah rasio solvabilitasnya. Semakin tinggi LDR, semakin tinggi dana yang ditransfer ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka bank akan memperoleh kinerja (ROA) yang semakin meningkat.

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa variabel LDR memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,013 dan nilai signifikansi sebesar 0,020 dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sehingga hipotesis 𝐻0 di tolak dan 𝐻𝑎 diterima, yang berarti likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Loan to Deposte Ratio semakin tinggi menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya jika semakin rendah Loan to Deposite Ratio menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio Loan to Deposite Ratio bank berada pada standart yang ditetapkan oleh bank, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif. Dengan meningkatnya laba, maka Return On Asset (kinerja keuangan) juga meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return On Asset (kinerja keuangan). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh dilakukan (Octaviana, 2019) yang juga menemukan hasil penelitian bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Dan hasil ini bertolak belakang dengan penelitian (Anam, 2018) yang menyatakan bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. Rasio keuntungan atau profitabilitas yaitu menjelaskan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode waktu untuk menilai kemampuannya untuk berfungsi secara efektif. Menurut (Kasmir, 2008:196 dalam Wiguna, 2015),

(10)

50

ukuran profitabilitas adalah ukuran yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dapat memperoleh manfaat dari kegiatan operasional dan non-operasional. Semakin tinggi nilai profit maka akan semakin baik kinerja keuangan yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya semakin rendah profit maka semakin buruk kinerja keuangan yang dihasilkan. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin banyak investor akan berinvestasi.

Dengan investasi para investor maka bank akan memperoleh kinerja (ROE) yang semakin meningkat.

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa variabel NIM memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,110 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sehingga hipotesis 𝐻0 di tolak dan 𝐻𝑎 diterima, yang berarti profitabiitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini disebabkan semakin tinggi Net Interest Margin menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit, sebaliknya ketika Net Interest Margin menunjukkan presentase yang minim, maka akan terjadi kecenderungan munculnya kredit bermasalah/ macet dalam hal ini akan meningkatkan rasio Non Performing Loan artinya semakin tinggi pendapatan bunga yang didapat dari kredit yang disalurkan maka laba juga akan meningkat. Sikap bank yang berhati- hati dalam memberikan kredit menyebabkan tetap terjaganya aktiva produktifnya. Dengan kualitas aktiva produktif yang baik maka dapat meningkatkan NIM sehingga pada akhirnya ROA juga akan meningkat. Apabila rasio NIM semakin tinggi maka kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya semakin baik, sehingga akan berdampak pada

peningkatan profit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Natalia, 2015) yang juga menemukan hasil penelitian bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Dan hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan (Dayana & Untu, 2019) bahwa NIM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama, variabel NPL memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Kedua, variabel LDR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Ketiga, variabel NIM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian selama tiga tahun, penggunaan periode penelitian selama tiga tahun masih di rasa kurang untuk menilai kinerja keuangan perbankan di Indonesia, penelitian ini menggunakan variable Risiko Kredit, Likuiditas, dan Profitabilitas yang di proksikan dengan Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Net Interest Margin (NIM) yang dirasa masih kurang untuk menilai kinerja keuangan suatu bank secara keseluruhan. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini dimasa yang akan datang, sekiranya dapat menambahkan variabel risiko perbankan lainnya dan menggunakan periode yang lebih panjang.

DAFTAR REFERENSI

Anam, C. (2018). Pengaruh Risiko Kredit dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Pada Bank Umum Konvensional Yang Terdaftar Di BEI ( 2012-2016 ). Bisnis Dan Perkembangan

Bisnis, 2(2), 66–85.

Andriyani, N., & Musdholifah. (2017).

Pengaruh NPL, CAR, LDR, LTA, GWM dan GDP Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Persero Di Indonesia Periode 2008-2015. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 5(3), 1–12.

(11)

51 Annisa, A. (2018). Analisis Pengaruh Risiko

Perbankan Terhadap Kinerja Keuangan (Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.

Budiman, A., & Fadillah, A. R. (2017).

Pengaruh Rasio Kredit Macet dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat. Jurnal Ekonomi Manajemen, 3(2), 120–128.

Darwis, M., Widarko, A., & Salim, M. A.

(2017). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan To Deposit Ratio (LDR), Suku Bunga SBI Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. E-Jurnal Riset Manajemen, 5–24.

Dayana, P., & Untu, V. N. (2019). Analisis Risiko Pasar, Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Kecukupan Modal Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah Se-Indonesia Periode 2012-2017. 7(3), 3798–3807.

Dayu, P. Q. (2015). Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal, Likuiditas, Risiko Pasar, dan Risiko Kredit Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Konvensional.

Esthirahayu, D. P., Handayani, S. R., &

Hidayat, R. R. (2014). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Aktivitas Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis, 8(1), 1–9.

Fahruri, A. (2017). Pengaruh Corporate Governance, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Inflasi dan Kurs Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2010. I Komputerisasi Akuntansi, 15(Maret 2017), 8. https://doi.org/2550-1178 Fauzi, M. (2017). Pengaruh Rasio Likuiditas,

Solvabilitas dan Rentabilitas Terhadap Kinerja Keuangan Kopontren Al Hidayaat Kec Pringapus Kab Semarang Tahun 2009-2014. Skripsi.

Fernos, J. (2017). Analisis Rasio Profitabilitas Untuk Mengukur Kinerja PT.Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat.

Jurnal Pundi, 1(2), 107–118.

Maulana, I. (2017). Pengaruh Likuiditas dan Struktur Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 982–992.

Mirnawati, L., Wuryanti, L., & Purwanto, B.

(2015). Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Kinerja Keuangan PT Aneka Gas Industri Natar Lampung Selatan. Jurnal Riset Akuntansi Dan Manajemen, 4(2), 211–212.

Natalia, P. (2015). Analisis Pengaruh Risiko Kredit, Risiko Pasar , Efisiensi Operasi, Modal, dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Perbankan, 1(2), 62–73.

Octaviana, M. (2019). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017.

Sandy, G. E. (2015). Pengaruh Liquiditas dan Solvabilitas Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010 – 2012. Artikel Ilmiah.

Sari, N. R., Musriha, & Istanti, E. (2017).

Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas Terhadap Kinerja Perusahaan Pada PT. Kimia Farma Tbk.

Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Tahun 2011-2016. Manajemen Branchmark, 3(3), 957–970.

Utami, W. B., & Pardanawati, S. L. (2016).

Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Manajemen Aset Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar Dalam Kompas 100 Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 17(01), 63–72.

Wiguna, R. T. (2015). Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi.

Yudiartini, D. A. S., & Dharmadiaksa, I. B.

(2016). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. E- Jurnal Akuntansi, 14(2), 1183–1209.

Referensi

Dokumen terkait

ZiZa disputed that its defective application was a nullity, since it notified the Department of ZiZa’s intention to convert its unused old-order right to a new-order prospecting right

Hipotesis penelitian Berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat di tarik buah hipotesis, yaitu : H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan perubahan