• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KANTOR GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN

A. Dawaur Rahma Nur1

1) Program Magister Akuntansi, Universitas Muslim Indonesia

1) drndawaur@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine and analyze the internal control system, clarity of the budget target and delegation of the author to the managerial performance of the Makassar City government. The study uses primary data obtained from questionnaires. The respondents in this study were several staff and of the governor of North Sulawesi Province Office. The numbers of sample in this study were 64 respondens.

Analysis of research data using multiple linear regressions. The results of the study show that: (1) the internal control system had a positive and not signifikan effect on the managerial performance of the government, (2) the clarification of the budget targets has positive and not significant effect of the managerial performance of the government, (3) delegation of the authority has a positive and not significant effect on managerial performance of the government.

Keywords: internal control system, clarity of the budget targets, delegation of the authority, managerial performance.

History of article Received: 21-05-2019 Reviewed: 22-05-2019 Revised: 31-05-2019 Accepted: 01-06-2019 Published: 30-06-2019

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggung jawab yang telah diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang melahirkan nuansa baru dalam pemerintahan Indonesia, yaitu pergeseran kewenangan pemerintahan yang sentralistik birokratik ke pemerintahan yang desentralistik partisipatoris.

Adanya perubahan ini mengakibatkan adanya tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) salah satu unsur yang harus terpenuhi adalah adanya kinerja dari semua anggota dalam satuan organisasi/lembaga dalam mewujudkan kepemerintahan yang

bersih, mengedepankan dan

mempertimbangkan unsur-unsur efektivitas, efisiensi dan ekonomis dalam memberikan layanan prima kepada publik.

Keberhasilan organisasi/lembaga pemerintah yang baik memiliki tujuan dan kebijakan instansi yang ditetapkan ketika instansi berdiri. Untuk memudahkan pencapaian tersebut suatu instansi membutuhkan kinerja manajerial yang efektif.

Kinerja merupakan hal yang penting untuk memperbaiki tatanan kerja pemerintahan karena, kinerja merupakan tingkat pelaksanaan maupun perencanaan suatu kegiatan atau program untuk dapat membantu pemerintah yang berfokus pada tujuan dari misi dan visi yang berada dalam perumusan skema strategis suatu organisasi. Kinerja manajerial suatu instansi pemerintah juga dilakukan dalam pengalokasian sumberdaya pada sebuah keputusan.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang berpengaruh terhadap kinerja manajerial pemerintah?

(2)

ISSN: 2549-6182 (Online) Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang terhadap kinerja manajerial pemerintah. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan sektor publik, terutama dalam penerapan konsep-konsep kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang terhadap kinerja instansi pemerintah. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitian- penelitian akuntansi sektor publik.

2. Bagi pemerintah daerah, diharapkan menjadi masukan dalam penyusunan anggaran yang transparan dan akuntabel dengan memperhatikan para aparatur pemerintah, kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang untuk meningkatkan kinerja OPD, sehingga predikat Wajar Tanpa Pengecualian dapat diraih oleh Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian dengan topik yang sama.

TINJAUAN LITERATUR

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (teory agency) awalnya dikemukakan oleh Berle dan Means (1932) yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling[9] yaitu adanya hubungan kerja sama antar pihak pemberi wewenang (principal) dengan pihak yang menerima wewenang (agent) dalam bentuk kontrak kerja (nexus of contract) yang telah disepakati[1].

Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)

Teory penetapan tujuan (goal setting theory) awalnya dikemukakan oleh Edwin A.

Locke pada akhir tahun 1960. Locke menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Beliau menemukan bahwa tujuan spesifik dan sulit menyebabkan kinerja tugas lebih baik dari

tujuan yang mudah. Salah satu prinsip penetapan tujuan berkaitan dengan penelitian ini yaitu kejelasan tujuan harus terukur, tidak ambigu dan ada jangka waktu tertentu yang ditetapkan untuk penyelesaian tugas[2]. Manfaatnya ketika ada sedikit kesalahpahaman dalam perilaku, maka orang masih akan tetap menghargai atau toleran sebab mereka tahu apa yang diharapkan, dan orang dapat menggunakan hasil spesifik sebagai sumber motivasi. Kaitannya dengan penelitian ini bahwa manajer yang berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran akan menginternalisasikan standar dan tujuan yang ditetapkan, sehingga mendorong kepuasan pribadi dari pekerjaan ke arah pencapaian anggaran.

Teori Pilihan Publik (Public Choice Theory) Teori pilihan publik (public of theory) yang dikemukakan oleh James dan Tullock (1986) dalam Maani[3] adalah teori ekonomi yang diupayakan untuk penerapan dalam ruang administrasi publik dengan mengkaji suatu kebijakan sebagai upaya baik dalam proses politik agar penerapan kebijakan benar- benar memberikan manfaat dan sesuai dengan analisis dan kebutuhan kelompok masyarakat.

Teori Ekonomi Publik (Economi Public Theory)

Teori ekonomi publik (economic public theory) didasarkan pada asumsi bahwa anggaran digunakan sebagai dasar yang sehat untuk memilih dan membagi informasi diantara anggota yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran[4].

Toeri Prospek (Prospect Theory)

Berdasarkan prospect theory memungkinkan sesorang untuk membuat pilihan dalam situasi dimana meraka harus memutuskan antara alternatif yang melibatkan resiko, misalnya dalam keputusan keuangan[5]. Prospect theory menggambarkan bagaimana individu mengevaluasi potensi kerugian dan keuntungan, sebagaimana dikatakan bahwa pengelolah keuangan daerah akan ikut berperan aktif pada setiap kebijakan pemerintah manakala merasakan bahwa implementasi kebijakan tersebut menguntungkan.

(3)

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu (periode) tertentu dimasa yang akan datang. Oleh karena rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting dalam arti segala kegiatan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat diukur pencapian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang akan datang.

Sistem Pengendalian Internal

Sistem Pengendalian Internal (SPI) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh dilingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Kejelasan Sasaran Anggaran

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja adalah kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran akan memudahkan OPD untuk menyusun rencana kegiatan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Daerah, sehingga anggaran dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja dengan kata lain kualitas anggaran daerah dapat menentukan kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi Pemerintah Daerah.

Sasaran anggaran yang jelas akan meningkatkan pencapaian kinerja dalam suatu organisasi.

Pelimpahan Wewenang

Pelimpahan wewenang adalah pembagian wewenang dan kekuasaan kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Pelimpahan wewenang hanyalah

tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggungjawaban[6]. Pelimpahan wewenang diperlukan karena dalam suatu organisasi kita diharuskan untuk beradaptasi dan menghadapi berbagai macam watak dan tingkah laku seseorang. Untuk itu, pemahaman dalam masalah diatas diperlukan untuk menjalin kerjasama dalam menjalankan suatu organisasi secara efektif dan efisien.

Kinerja Manajerial

Kinerja merupakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok, atau organisasi pada sektor pemerintahan, kinerja dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah atau instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat didalam satu periode[7]. Kinerja manajerial adalah hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan pertanggungjawaban, pembinaan, dan pengawasan.

Rumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teoritis, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap kinerja manajerial pemerintah.

H2 : kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pemerintah.

H3 : pelimpahan wewenang berpengaruh terhadap kinerja manajerial pemerintah.

Gambar 1. Model Penelitian

Kinerja Manajerial

(Y) Sistem

Pengendalian Internal (X1)

(X1)

Kejelasan Sasaran Anggaran

(X2)

Pelimpahan Wewenang

(X3)

(4)

ISSN: 2549-6182 (Online) METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan- penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa staf/pegawai pada Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari 3 Biro. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan sampel yang terdiri dari 64 responden dari 3 Biro yaitu: Biro Perekonomian, Biro Pengelolaan dan Aset Daerah, serta Biro Umum dan Perlengkapan.

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling yang meliputi simple random sampling (teknik acak sederhana).

Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terkecil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi menjadi sampel atau untuk mewakili populasi.

Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari reponden. Kuesioner dalam penelitian ini dibagikan kepada responden untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel pengendalian internal, kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang terhadap kinerja manajerial.

Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yaitu analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data, uji asumsi klasik.

Pengelohan data menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science).

Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan:

Y : kinerja manajerial pemerintah;

X1 : sistem pengendalian internal X2 : kejelasan sasaran anggaran;

X3 : pelimpahan wewenang;

a : konstanta;

b1…b3 : koefisien regresi;

e : kesalahan acak (error).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Setelah hasil uji asumsi klasik dilakukan dan hasilnya secara keseluruhan menunjukkan model regresi memenuhi asumsi klasik, maka tahap berikut adalah melakukan evaluasi dan interpretasi model regresi berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, berikut disajikan tabel 1 yang merupakan hasil uji regresi linear berganda sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil No Variabel

Independen

Koefisien Regresi

t-

hitung Sig. r- parsial 1. X1 0,059 0,500 0,619 0,064 2. X2 0,177 1,904 0,062 0,239 3. X3 0,048 0,572 0,570 0,074

Konstanta = 3,030 R Square = 0,100 Multiple-R = 0,317 Sig. F = 0,094 Fhitung = 2,227 α = 0,05 Sumber: data primer diolah (2019).

Tabel 1 menunjukkan bahwa koefisien korelasi serempak (Multiple R) bertujuan untuk mengetahui derajat atau tingkat keeratan hubungan antara keseluruhan variabel independen dan variabel dependen. Nilai koefisien korelasi serempak (Multiple R) dalam penelitian ini sebesar 0,317 (tabel 1) yang berarti bahwa hubungan korelasi antara variabel independen (sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang) terhadap variabel dependen (kinerja manajerial) adalah rendah.

Besarnya pengaruh variabel independen secara keseluruhan ditunjukkan oleh nilai Multiple R2 yaitu 0,100. Hal ini berarti bahwa ketiga variabel independen tersebut mempunyai pengaruh sebesar 10,0% terhadap kinerja manajerial, sedangkan sisanya sebesar 90,0% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(5)

Pembahasan

Pengaruh kompetensi sistem pengendalian internal terhadap kinerja manajerial

Berdasarkan tabel 1 untuk variabel sistem pengendalian internal (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 0,500< ttabel sebesar 1,670 dan tingkat signifikansinya lebih besar dari taraf kepercayaan sebesar 5% yaitu 0,169 >

0,05, maka nilai ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel sistem pengendalian internal (X1) berpengaruh positif dan tidak siginifikan terhadap kinerja manajerial (Y), sehingga hipotesis pertama pada penelitian ini ditolak.

Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial

Berdasarkan tabel 1 untuk variabel kejelasan sasaran anggaran (X2) diperoleh nilai thitung sebesar 1,904 > ttabel sebesar 1,670 dan dan tingkat signifikansinya lebih besar dari taraf kepercayaan sebesar 5% yaitu 0,062

> 0,05, maka nilai ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel kejelasan sasaran anggaran (X2) berpengaruh positif dan tidak siginifikan terhadap kinerja manajerial (Y).

sehingga hipotesis pada penelitian ini ditolak.

Pengaruh pelimpahan wewenang terhadap kinerja manajerial

Berdasarkan tabel 1 untuk variabel pelimpahan wewenang (X3) diperoleh nilai thitung sebesar 0,572 < ttabel sebesar 1,670. dan tingkat signifikansinya lebih besar dari taraf kepercayaan sebesar 5% yaitu 0,579 > 0,05, maka nilai ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel pelimpahan wewenang (X3) berpengaruh positif dan tidak siginifikan terhadap kinerja manajerial (Y), sehingga hipotesis ketiga pada penelitian ini ditolak.

Pengaruh sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang terhadap kinerja manajerial

Pengaruh variabel independen secara keseluruhan ditunjukkan oleh nila R square yaitu 0,100. Hal ini berarti bahwa ketiga variabel independen (sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran anggaran dan pelimpahan wewenang) mempunyai pengaruh sebesar 10% variabel dependen kinerja manajerial), sedangkan sisanya sebesar 90%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil uji F yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel X (sistem pengendalian internal, kejelasan sasaran anggaran, dan pelimpahan wewenang) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel Y (kinerja manajerial).

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, maka simpulan penelitian adalah:

Sistem pengendalian internal berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja manajerial pemerintah. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja manajerial pemerintah. Pelimpahan wewenang berpengaruh terhadap kinerja manajerial pemerintah.

Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran bagi pemerintah (Kantor Gubernur Proinsi Sulawesi Selatan) adalah memberikan kesempatan kepada Aparatur Sipil Negara, baik di tingkat manajerial maupun jajaran dibawahnya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan perencanaan, penganggaran serta pelatihan yang berhubungan dengan sistem pengendalian internal demi peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga diharapkan pengetahuan yang lebih baik akan meningkatkan kinerja manajerial pemerintah, menempatkan aparatur yang berkompeten sesuai latar belakang pendidikan dan keahliannya, serta memberikan kesempatan kewenangan sesuai tugas dan tanggungjawabnya melalui pendelegasian sebagai tugas pimpinan dalam pertimbangan pengambilan keputusan.

Adapun saran bagi penelitian selanjutnya adalah diharapkan dapat menggunakan metode yang lain guna mendapatkan data yang lengkap serta disarankan dapat menambahkan dan menggunakan variabel lainnya yang berkaitan dengan kinerja manajerial pemerintah.

(6)

ISSN: 2549-6182 (Online) DAFTAR PUSTAKA

[1] Pagalung, G. 2008. Agency Teori Dalam

Pemerintahan Daerah.

http://www.fajar.co.id

[2] Ferry, R. 2012. Teori dan Perilaku Organisasi.

http://perilakuorganisasi.com/tag/goal- setting-theory.

[3] Maani, K. 2013. Pergulatan Antara Ekonomi dan Politik Dalam Perspektif Public Choice. Prodi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Padang. 9 (2).

[4] Laswel & Kaplan. 1970. Power and Society. New Haven: Yale University Press.

[5] Kahneman & Kaplan. 1970. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under Risk Author. 47 (2): 263-291.

[6] Davis, R.C. 2001. The Fundamental of The Management. New York: Harper and Brother.

[7] Suryaningsih. 2012. Pengaruh Desentralisasi, Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada SKPD Se-eks Karesidenan Surakarta).

[8] Jansen & Meckling. 1975. Theory of the Firm: Management Behavior Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. 3 (4): 305-360.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan kuasa-nya yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan bathin kepada diri kami, sehingga setelah

Gkh Gkhmhmhnjnj UgkUgkmjkmjk ybybmlml sgrsgrjmljml fulfulbb ejsejsgaugautt bmbmb`jb`jsbsb ajbajbybyb tgktgkmjkmjk btbbtbuu bmbbmb`js`jsbb Gkh Gkhmhmhnjnj