• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DOSIS AZOLLA DAN SKARIFIKASI BIJI PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla King.) - Repository Universitas Panca Marga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH DOSIS AZOLLA DAN SKARIFIKASI BIJI PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla King.) - Repository Universitas Panca Marga"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Tanaman mahoni tersusun dalam sistematika sebagai berikut (Suhono, 2010) :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae Genus : Swietenia

Spesies : Swietenia macrophylla King B. Morfologi

1. Akar Tanaman Mahoni

Mahoni merupakan tanaman tahunan dengan tinggi 10 sampai 20 meter dan diameter lebih dari 100 cm. Akar tunggang tanaman mahoni adalah akar utamanya. (Suhono, 2010)

Gambar 2.1 Akar Tanaman Mahoni

(2)

2. Batang Tanaman Mahoni

Tanaman mahoni memiliki tajuk berbentuk payung, batang bulat, warna condong ke arah coklat tua keabu-abuan, dan banyak cabang.

(Suhono, 2010).

2.2 Batang Tanaman Mahoni 3. Daun Tanaman Mahoni

Tumbuhan mahoni memiliki daun kompleks menyirip, dengan tulang daun menyirip, helaian daun lonjong, ujung runcing, dan pangkal runcing. Daun mahoni bisa memiliki panjang antara 35 dan 50 cm. Daunnya berwarna merah saat masih muda dan berubah menjadi hijau saat tua. Tanaman mahoni biasanya tidak berbunga sampai berumur 7 tahun.

1.3. Daun Tanaman Mahoni

(3)

4. Bunga Tanaman Mahoni

Bunga majemuk pada pohon mahoni mekar dalam tandan dan muncul di ketiak daun. Bunga putih ini memiliki panjang antara 10 dan 20 cm.

Mahkota bunga silindris berwarna kuning-coklat terbuat dari bunga.

Mahkota bunga terbuat dari benang sari. (Samsi, 2000).

2.4 Bunga Tanaman Mahoni

5. Buah Tanaman Mahoni

Tanaman mahoni menghasilkan buah berbentuk lonjong berwarna coklat dengan lima buah guratan. Buahnya mengeras hingga ketebalan 5-7 mm di bagian luar dan membentuk bentuk kolumnar dengan lima sudut yang melebar ke luar di tengah.

(Suhono, 2010).

Saat matang dan kering, buah mahoni tua akan retak dari ujungnya.

Buah mahoni mengandung banyak biji. Biji mahoni berbentuk pipih, berwarna coklat tua, dan memiliki ujung yang relatif tebal. Biasanya ada 35–45 biji mahoni di setiap buah; benih-benih tersebut terhubung ke columella melalui sayapnya, menciptakan tanda setelah benih dilepaskan.

(Adinugroho dan Sidiyasa, 2006).

(4)

2.5 Buah Tanaman Mahoni

C. Syarat tumbuh

Tanaman mahoni dapat dengan mudah tumbuh di pasir payau di dekat pantai asalkan memiliki akses ke ruang terbuka dan sinar matahari langsung yang cukup. Mahoni adalah tanaman yang dapat tumbuh subur di berbagai daerah kering, gersang, atau marginal dengan tanah yang sedikit asam atau basa dan tidak memerlukan jenis tanah tertentu. Bahkan bisa tumbuh subur meski tidak hujan selama berbulan-bulan. kehidupan. Akan tetapi, pada tanah yang subur, tanah yang dalam, dan pH yang diangin-anginkan dengan baik 6,5 hingga 7,5, pertumbuhan akan menjadi yang terbaik. Dapat mencapai 1.000 meter di atas permukaan laut dan terutama ditemukan di daerah tropis dengan monsun lembab dan curah hujan tahunan 1.500 mm (Schmidt-Ferguson tipe iklim A sampai C) (Anonim, 2017)

D. Budidaya Tanaman Mahoni 1. Perbenihan Dan Pembibitan

a. Pengadaan Benih

Buah sebaiknya dipetik langsung dari pohon sebelum buah merekah atau dapat juga benihnya dikumpulkan dari bawah tegakan sesaat setelah jatuh, Pada umumnya buah diunduh dengan cara

(5)

memanjat pohon mahoni dan mengunduh benih yang telah masak fisiologis. Buah masak fisiologid dicirikan dengan buah berwarna coklat tua keabu-abuan dengan dengan bintik putih pada hampir separuh bagian kulit buat dan buahnya sudah mudah pecah. Di dalamnya benih bersayap warna coklat tua. Produksi benih bervariasi menurut tempat tumbuh dan umur. Pohon dewasa mahoni dapat menghasilkan sekirar lebih 200 buah masak pertahun atau sekitar 2,5- 4 kg benih. Jumlah benih per kg berkisar antara 1429- 2500 benih dan jumlah benih per buah dapat mencapai 29-58 benih.

Ekstraksi benih dilakukan dengan cara kering yaitu buah diperam (after rifening) kemudian di jemur dibawah sinar matahari selama 1 - 4 hari hingga merekah atau bisa dilakukan pemecahan secara manual sampai benih keluar dari buah. Sayap benih dipotong sebagian tetapi tidak sampaui merusak struktur bagian dalam benih.

Penyimpanan benih dan pengendalian hama penyakit benih : Sebelum dilakukan penyimpanan, kadar air benih harus diturunkan rerlebuh dahulu benih dijernur selama 1-2 hari lalu kering-anginkan selama l hari hingga kadar air rnencapai 5%-8%. Kernudian benih dapat disimpan dengan memasukkan ke dalam wadah kedap udara dan disirnpan di ruang ber AC suhu I 8°C-20°C, kelembaban nisbi 70% atau disimpan di ruang DCS (dryc old storage) suhu 4°C-8°C dengan kelembaban nisbi 40%-50%. Pengendalian hama dan penyakit benih saat penyimpanan dapat dilakukan dengan selalu

(6)

mernpertahankan kadar air ama benih mahoni 5-8% Sedangkan jika timbul cendawan Aspergillus sp., Botryodoplodia sp., Curvularia sp. dan Fusarium sp. pada benih, pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara pemberian benomil 50% atau 25 gram dari berat total benih (Anonim, 2017).

b. Perkecambahan

Sebelum benih ditanam, sebaiknya media semainya disterilkan terlebih dahulu dengan cara disangrai atau diberi fungisida. Untuk mencegah serangan harna, bak kecambah dibuat setinggi ± 1 meter dari permukaan tanah. Media semai dari campuran tanah dan pasir halus, dengan perbandingan 1: 1 atau 2 : 1 yang ditaruh pada bak kecambah

Ukuran bak kecambah 5 x 1 m atau 2 x 1 m. Pekecambahan benih dilakukan dengan cara menabur benih dan membenamkannya dalam media sedalam 2/3 bagian dengan posisi sayap di atas.. Bak kecambah diberi naungan dari paranet 60 %. Untuk menjaga kelembaban pada bedeng tabur, dilakukan penyiraman dua kali atau saru kali dalam sehari. Benih akan mulai berkecambah pada hari ke 5 - 21. Benih yang memiliki rnutu yang baik dapat berkecambah sekitar 90-100%. Benih yang sudah berkecambah selanjutnya disapih kedalam kantong plastik ukuran 8 X 15 cm.

Cara lain penaburan biji dapat dilakukan ke kontainer arau kantong plastic semai yang sudah diberi lobang- lobang kecil. Media

(7)

yang digunakan adalah media yang sama dengan yang digunakan sama seperti pada bak kecambah. Pada cara ini tidak diperlukan penyapihan bib it, tetapi diperlukan penyulaman pada kantong plastik yang bijinya tidak tumbuh (Anonim, 2017).

c. Persemaian

Persemaian dapat dibuat secara permanen untuk penyediaan bibit dalam jumlah banyak atau persemaian sementara untuk areal tanam terbatas. Benih disemai dengan cara membenamkannya sedalam 1 cm dalam bak kecambah yang telah berisi media semai dengan jarak sekitar 5 x 3 cm secara teratur.

Penyapihan semai dari bak kecambah kedalam kancong bibit, hams dilakukan dengan hati-hati agar akar tidak patah atau rusak Semai ditanam secara berdiri cegak dan akar semai tidak melipat.

Penyapihan dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan dilakukan dibawah naungan. Bibit yang telah disapih dipindahkan dan disusun pada bedeng sapih berukuran 5 x 1 m untuk dipelihara menjadi bibit sampai siap tanam. Pemupukan pertama dengan NPK dilakukan sewaktu mencampur media semai dengan dosis 1 gram (1 sendok teh) setiap kantong. Pemupukan kedua dan selanjumya dilakukan setiap bulan dengan dosis yang sama.

Bibit siap ditanarn di lapangan setelah berumur ± 6 bulan.

Ukuran tinggi bibit ± 25 cm (dari pangkal batang sampai ujung daun), bagian batang bibit sudah berkayu, diameter bibit > 2 mm,

(8)

sehat dan segar. Mahoni dapat ditanam dengan menggunakan stump (panjang 20 - 40 cm). Pembuatan stump mahoni dilakukan di persemaian. menggunakan bibit mahoni yang sudah mencapai tinggi 50 cm dan berdiameter 1 cm. dengan perbandingan 3 bagian akar dan 1 bagian batang (Anonim, 2017).

2. Penanaman

a. Penyiapan lahan

Persiapan lahan untuk penanaman dilakukan dengan membersihkan semak belukar secara mekanis maupun manual tergantung kondisi lahan yang akan ditanami. Serangkaian kegiatan penyiapan lahan untuk lahan yang ada pohonnya rerdiri atas:

penebasan, penebangan pohon- pohon pengganggu jika ada, Pencincangan sisa tebangan dan perapihan. Hasil pekerjaan penyiapan lahan adalah terbentuknya lahan rerbuka yang sudah bersih dari rerumputan, semak belukar serta pepohonan yang tidak diinginkan dengan serasah dan sisa tebangan yang tidak digunakan dapat dicincang jadi potongan-potongan kecil dan disebarkan secara merata. Potongan-potongan tersebut nantinya akan terdekomposisi dan menjadi masukan unsur hara atau pupuk untuk meningkatkan kesuburan. Sedangkan untuk lahan-lahan dengan kemiringannya relatif rerjal, penyiapan lahan dapat dilakukan dengan pembersihan secara jalur tanam selebar 1-2 meter tergantung kondisi vegetasi yang ada dan lahannya (Anonim, 2017).

(9)

b. Sistem penanaman

Sistern penanaman mahoni dapat dilakukan secara monokultur yaitu murni tanaman mahoni dalam satu hamparan lahan, secara campuran antara tanaman mahoni dengan tanaman kehutanan lainnya ( sengon, jabon dan lainnya) atau dapatpula secara tumpangsariyang dicampur dengan tanaman pertanian (tanaman semusim, palawija, tanaman buah-buahan, tanaman obatobatan dan lain-lain) tergantung kondisi lahan. Untuk lahan terjal dan lahan yang tidak subur sebaiknya penanaman secara campuran sedangkan untuk lahan yang relatif subur, lahan rakyat atau lahan penyangga sebaiknya secara tumpangsari. Sistem tumpangsari yang sudah banyak dilakukan adalah tumpangsari mahoni dengan menanam tanaman palawija ( padi gogo, jagung, kacang, dan lain-lain ) (Anonim, 2017).

c. Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam ditentukan oleh kondisi lahan dan tujuan penanaman. Jikamenggunakan sistern monokultur atau campuran, jarak tanam yang digunakan adalah 3 x 2 m, 3 x 3 m atau 3 x 4 rn, sedangkan jika menggunakan sistem tumpang sari, jarak tanamnyasebaiknya minimal adalah 6 x 3 m atau 5 x 5 meter, tergantung jenis tanaman pertaniannya. Kegiatan penentuanjarak tanam di lapangan sebaiknya menggunakan kompas agar rapih.

Lakukan penandaan jarak tanam dengan ajir yang dibuat dari

(10)

bamboo atau bahan lainnya berukuran sekitar panjang lm dan lebart 2 cm sebagai tanda untuk membuat lubang tanam (Anonim, 2017).

d. Pembuatan lubang tanam

Buat lubang tanam minimal berukuran 30 X 30 X 30 cm ditempat pemasangan ajir biasanya 1-2 minggu sebelum tanarn.

Lakukan pemberian pupuk dasar yaitu pupuk organik atau pupuk kandang yang telah masak di dasar lubang tanam sebanyak 1 Kg atau pupuk anorganik 50 gram perlubang tanam, kemudian cutup dengan tanah sebagian agar pupuk tersebut ridak langsung bersentuhan dengan akar tanaman saat awal penanaman (Anonim, 2017).

e. Pengangkutan bibit

Menjelang waktu pelaksanaan penanaman, bibit harus sudah berada dekat dengan lahan yang akan di tanami agar bibit dapat beradaptasi dengan lingkungan tanam. Untuk lahan yang luas (HTI, HTR), biasanya ada kegiatan pemindahan bibit dari persemaian ke tempat penanaman, sebelum diangkut bibit disiram terlebih dahulu dan pengangkutan bibit sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.

Kegiatan bongkar muat bibit harus dilakukan secara hati-hati jangan mengangkat bibit pada batangnya agar bibit utuh dengan medianya.

Siram dan rawadah bibit minimal selama 2-3 hari sebelum ditanam.

Sedangkan jika penanaman dilakukan berdekatan dengan tempat bibit berada atau penanaman di areal dekat pemukiman, bibit bisa

(11)

langsung ditanam tan pa perlu waktu adaptasikarena kondisi lingkungan relatif sama (Anonim, 2017).

f. Penanaman

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, yaitu setelah curah hujan cukup merata sekitar intensitas 100 mm/hari atau tanah telah basah sampai kedalaman 30 cm. Cara penanaman dapat dilakukan dengan terlebih dahtilu melepas kantong bibit dengan hati-hati dapar dilakukan dengan menyayat sebagian kantong atau merobeknya sehingga media tumbuh tetap utuh. Kemudian bibit ditanam pada lubang secara tegak lurus dan usahakan akar tidak terlipat, jika ada akar serabut yang keluar media dapat dipotong kecuali akar tunjang. Tutup lubang tanam dengan tanah bekas galian lubang sampai batas leher akar dan padatkan tanah atasnya agar menyangga bibit yang baru di tanam (Anonim, 2017).

3. Pemeliharaan a. Penyulaman

Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, dapat dilakukan I - 2 bulan sesudah penanaman, yaitu sewakru curah hujan masih banyak dcngan bibit yang sama umurnya Penyulaman berikumya serelah tan am an di lapangan berumur 1 - 2 rahun serta dilakukan pada musim penghujan (Anonim, 2017).

(12)

b. Penyiangan dan pendangiran

Penyiangan dan pendangiran dilakukan minimal 3 kali setahun.

Pada tahun pertama clan kedua lakukan penyiangan total agar tanarnan mahoni muda bebas dari gulma. Sedangkan pendangiran bertujuan rnernperbaiki kondisi fisik tanah disekitar tanaman mahoni dengan jalan menggemburkan tanah sekeliling tanaman mahoni muda dengan jari-jari 0,5 s/d 1 meter (Anonim, 2017).

c. Pemupukan

Pada areal yang kurang subur, pemupukan akan memacu pertumbuhan anakan mahoni di lapangan. Lakukan pemupukan dengan pupuk anorganik majernuk NPK sebanyak 75 gram sampai 100 gram per pohon pada tahun pertama. Jika tidak menggunakan pupuk majemuk, dapat menggunakan pupuk anorganik lain dengan dosis sebesar 3,6 gram N + 2,4 gram P + 3,6 gram K perpohon atau dapat juga dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg Phospat + 50 kg KCl per hektar. Fosfor merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan mahoni sehingga pernupukan sangat diperlukan. Di lahan hutan rakyat yang berdekatan dengan pernukiman, pernupukan dapat juga dilakukan dengan menambahkan pupuk kandang yang telah masak atau dengan menumpukan mulsa daun kering di sekitar pohon (Anonim, 2017).

d. Pemberantasan hama dan penyakit

(13)

Hama yang sering rnerusak tanaman mahoni adalah penggerek pucuk yaitu Hypsipyla robusta sehingga terjadi kernacian pucuk clan benruk batang jadi pendek dan banyak cabang. Pengendalian penggerek pucuk tersebut dapat dilakukan clengan menggunakan insektisida sisternik seperti Dimecron, Nuvacron dan Perfektion dengan dosis 2 s/d 4 cc perliter air menjelang musim hujan setiap 10 hari sekali sampai 3 kali berturut-turut. Untuk mengurangi serangan hama dan penyakit, penanaman mahoni dapat dicampur dengan jenis Melia azedarachra dan Azadirachta indica secara selang seling. Selain itu perlunya pengecekan kesehatan tanaman sesering mungkin agar serangan hama clan penyakit terdereksi 1ebih awal sebelum eksplosif clan secara fisik pengendaliannya dengan membuang bagian tanarnan yang terserang hama atau penyakit dan menguburnya sebelum menyebar ke bagian lain (Anonim, 2017).

E. Pupuk Azolla

Famili Azollaceae hanya memiliki satu genus paku-pakuan air terapung, yaitu Azolla. Genus ini berisi tujuh spesies berbeda. Famili Azollaceae telah dimasukkan ke dalam famili Salvinaceae sebagai hasil penelitian morfologi azolla dan molekuler tanaman.. (Smith, dkk 2006).

Tumbuhan paku air (Azolla pinnata) memiliki taksonomi sebagai berikut (Vashishta, Sinha, & Kumar, 1971) :

(14)

Kingdom : Plantae Divisi : Pteriophyta

Kelas : Leptosporangiopsida Ordo : Salviniales

Famili : Azollaceae Genus : Azolla

Spesies : Azolla pinnata

Bakteri biru-hijau Anabaena azollae, yang berasosiasi dengan azolla, dapat secara langsung memfiksasi nitrogen dari udara. Hasilnya, azolla dapat digunakan sebagai pupuk hijau baik di sawah maupun di lahan kering.

Azolla akan berkembang dan tumbuh pada tingkat 35% setiap hari dalam keadaan ideal. Di Azolla, kandungan proteinnya berkisar antara 24 hingga 30 persen. Lisin, khususnya, memiliki konsentrasi 0,42 persen lebih mungkin mengandung asam amino esensial daripada konsentrat jagung, dedak, atau beras pecah. (Akrimin, 2002; Arifin, 1996).

Tidak dapat diragukan lagi tentang Azolla yang meningkatkan produksi

beras. Hal ini telah dibuktikan di berbagai lokasi dan negara. Kontribusi utama Azolla adalah untuk mempertahankan hasil yang tinggi. Meskipun pupuk Azolla dapat meningkatkan hasil produksi dan masih umum digunakan di Cina dan Vietnam, sebenarnya meningkatkan biaya tenaga kerja, sehingga kurang diminati untuk digunakan di semua pertanian padi.

Pupuk yang disebut kompos dibuat dari unsur-unsur organik termasuk daun, potongan rumput, jerami, fragmen ranting dan cabang, kotoran

(15)

hewan, dan lain-lain yang dipecah oleh organisme tanah dan mikroba untuk menghasilkan humus. (Reijntjes dkk., 1999).

Pupuk azolla merupakan salah satu pupuk yang dapat mengurangi kebutuhan akan pupuk anorganik sekaligus meningkatkan kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah agar lebih baik untuk pertumbuhan tanaman.

(Kustiono dkk., 2012).

Azolla mengandung nutrisi berikut: N 1,96-5,30 (%), S 0,22-0,73 (%), Fe 0,04-0,59 (%), P 0,16-1,59 (%), Si 0,16-3,35 (%), Mn 66 - 2944 (%), K 0,31-5,97 (%), Na 0,16-1,31 (%), Co 0,264 (%), Ca 0,45-1,70 (%), Cl 0,62- 0,90 (%), Zn 26 - 989 (%), Mg 0,22-0 ( persen )

Gambar 2.6 Azolla segar (kiri) , Pupuk azolla (kanan) F. Skarifikasi

Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mematahkan dormansi benih:

1) pemarutan atau pengikisan (skarifikasi, skarifikasi); 2) melunakkan biji dari kekerasannya; (3) menghancurkan strofiol benih yang menghalangi masuknya air ke dalam benih; 4) perubahan suhu; stratifikasi benih yang diinduksi suhu rendah atau tinggi ; dan 5) menggunakan bahan kimia untuk merangsang perkecambahan biji, seperti asam sulfat (H2SO4) (Kartasapoetra, 1986).

(16)

Skarifikasi benih merupakan pendekatan yang sering digunakan untuk mengganggu dormansi. Bentuk skarifikasi yang paling sederhana adalah menipiskan kulit biji menggunakan amplas agar permeabel terhadap oksigen dan air. Air dan oksigen dapat mencapai biji lebih cepat karena kulit bijinya keropos. Aktivitas metabolisme benih semakin cepat ketika air menembusnya, meningkatkan kualitas perkecambahan berikutnya (Juhanda et al, 2013). Biji mahoni memiliki viabilitas dan vigor yang lebih tinggi bila memiliki luas permukaan yang lebih luas. Skarifikasi dapat diterapkan pada seluruh bagian luar benih.

Skarifikasi merupakan proses yang juga dapat memanfaatkan bahan kimia selain amplas. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi penyerapan air selama imbibisi dengan membuat kulit biji lebih permeabel.

Salah satu zat yang sering digunakan adalah larutan asam kuat dengan konsentrasi pekat, seperti asam sulfat, untuk melunakkan kulit biji sehingga lebih mudah lolos. (Sahuapala, 2007).

Fahmi (2012) mengatakan bahwa Menurut keadaan benih yang akan diproduksi, larutan asam sulfat, atau H2SO4, lebih sering digunakan untuk memecahkan dormansi benih dengan menerapkan penyesuaian konsentrasi.

Agar kedua faktor tersebut bekerja sama untuk menghasilkan hasil terbaik daripada merusak embrio dan mengganggu pertumbuhan embrio, lamanya waktu perendaman juga harus mempertimbangkan kondisi kulit biji atau pericarp. Hal ini lebih lanjut dijelaskan oleh Bhanu (2009) yang mengatakan bahwa asam sulfat pekat merupakan senyawa kimia yang paling sering digunakan untuk memecahkan dormansi kulit biji. Untuk beberapa spesies

(17)

tanaman, terapi ini lebih unggul daripada perendaman dalam air panas. Panjang periode perendaman juga dimodifikasi.

G. Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Faktor Penelitian Hasil Penelitian 1.

Pengaruh Waktu Aplikasi dan Dosis Kompos Azolla (Azolla pinnata) Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa var. chinensis) Peneliti : Laili, dkk (2014)

Perlakuan pertama yaitu waktu aplikasi (A):

A1 = 0 hari (saat tanam), A2 = 7 hari sebelum

tanaman, A3 = 14 hari sebelum

tanam.

Perlakuan kedua dosis kompos Azolla (B) : B1 = 3 ton ha, B2 = 6 ton/ha, B3 = 9 ton/ha.

Perlakuan dosis kompos Azolla 6

ton/ha (B2)

menghasilkan tinggi tanaman yang tinggi, tetapi mempunyai jumlah daun yang tidak berbeda nyata dengan Perlakuan dosis kompos Azolla 9 ton/ha (B3).

2. Pengaruh Dosis Unsur NPK anorganik dan Kompos Azolla Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Baby Corn (Zea mays saccharata)

Faktor I adalah dosis kompos azolla (K) : KO : 0 ton/ha K1 : 6 ton/ha K2 : 12 ton/ha K3 : 18 ton/ha Faktor II adalah

pemberian dosis pupuk NPK (P) :

Dosis yang dianjurkan bagi petani adalah pupuk NPK anorganik (P2) 50 persen karena hasil bobot tongkol tanpa tongkol menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Dosis pupuk NPK 50

(18)

Peneliti :

Garfansa, dkk (2015)

P0 = 100% (Urea 225 kg/ha; SP-36 150 kg/ha; KCl 75 kg/ha), P1 = 75% (Urea 169 kg/ha; SP-36 112,5 kg/ha; KCl 56 kg/ha), P2 = 50% (Urea 112,5 kg/ha; SP-36 75 kg/ha;

KCl 37,5 kg/ha)

persen (P2) atau 75 persen (P1) yang dikombinasikan dengan berbagai dosis kompos azolla (K1, K2, dan K3) setara dengan pemberian dosis 100 persen NPK anorganik (P0) pada nilai indeks luas daun.

3. Pengaruh Skarifikasi Terhadap Viabilitas dan Vigoritas Benih Kelor (Moringa oleifera) Pada Skala Rumah Kaca.

Peneliti :

Aulia, dkk (2020)

Perlakuannya sebagai berikut :

P0 = benih tanpa perlakuan skarifikasi (kontrol)

P1 = benih diamplas pada satu sisi P2 = benih diamplas pada dua sisi P3 = benih diamplas pada tiga sisi

Perlakuan skarifikasi pada tiga sisi benih berpengaruh sangat nyata (P<0,01) menurunkan daya kecambah, kecepatan berkecambah,

keserempakan

berkecambah, berat kering kecambah normal.

4. Pengaruh Skarifikasi dan Suhu Terhadap Pemecahan

Dormansi Biji Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.)

Peneliti :

Faktor I adalah skarifikasi (S) :

S0 = Tanpa diskarifikasi S1 = Diamplas

S2 = Disayat

Faktor II adalah suhu perendaman (P) :

S1P2 (skarifikasi diamplas dan direndam dalam air dengan suhu 60 º C selama 10 menit) dan S2P2 (skarifikasi disayat dan direndam dalam air dengan suhu 60 º C selama 10 menit) berpengaruh optimal

(19)

Sri, dkk (2013) P0 = Tanpa direndam P1 = Direndam air dalam suhu 40 º C selama 15 menit P2 = Direndam air dalam suhu 60 º C selama 10 menit P3 = Direndam air dalam suhu 80 º C selama 5 menit

terhadap parameter presentase

perkecambahan dan panjang akar.

sedangkan pada parameter kecepatan perkecambahan yang paling optimal pada S1P1 (skarifikasi diamplas dan direndam dalam air bersuhu 40 º C selama 15 menit).

Kesimpulannya adalah skarifikasi benih dan suhu perendaman berpengaruh optimal terhadap parameter presentase

perkecambahan, kecepatan

perkecambahan dan panjang akar.

H. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian adalah sebagai berikut:

1. Dosis Azolla berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King.)

(20)

2. Perlakuan skarifikasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King.)

3. Terjadi interaksi antara dosis azolla dan perlakuan skarifikasi terhadap pertumbuhan bibit tanaman mahoni (Swietenia macrophylla King.).

Referensi

Dokumen terkait