• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh tata kelola perusahaan terhadap

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh tata kelola perusahaan terhadap"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK

(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SELAMA PERIODE 2015-2017)

Oleh:

Fitriyana Miftahul Dini

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]

Dosen Pembimbing:

Dr. Dra. Endang Mardiati, M.Si., CA., Ak.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran pajak. Tata kelola perusahaan sebagai variabel independen diproksikan melalui komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional, sedangkan penghindaran pajak sebagai variabel dependen diproksikan dengan effective tax rate (ETR). Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2015-2017. Data dikumpulkan menggunakan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 108 perusahaan. Data penelitian dianalisis dengan regresi data panel menggunakan software EViews 9. Hasil pengujian menunjukkan bahwa komite audit dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, sedangkan komisaris independen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Kata Kunci: Tata Kelola Perusahaan, Penghindaran Pajak, Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Effective Tax Rate (ETR)

(2)

PENDAHULUAN

Pajak merupakan salah satu komponen paling penting dalam penerimaan negara. Burton (2014:188) menyatakan bahwa sumber pajak merupakan sumber paling dominan dalam APBN yang digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, pajak harus dikawal dengan baik dalam proses pemungutan dan pemanfaatannya. Meskipun penting, kenyataannya tidak seorangpun senang membayar pajak. Oleh karena itu perlawanan terhadap pajak yang dilakukan oleh wajib pajak merupakan hambatan dalam pemungutan pajak. Dari beberapa modus perlawanan pajak, penghindaran pajak merupakan permasalahan yang menarik untuk diulas, sebab upaya penghindaran pajak dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Meskipun secara literal tidak ada hukum yang dilanggar, semua pihak sepakat bahwa penghindaran pajak merupakan sesuatu yang secara praktik tidak dapat diterima. Penghindaran pajak umumnya dilakukan melalui skema-skema transaksi yang kompleks yang dirancang secara sistematis dan umumnya hanya dapat dilakukan oleh korporasi besar (Wijaya, 2014). Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme untuk mengawasi kinerja manajemen terutama dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban perusahaan. Salah satu mekanisme pengawasan terhadap manajemen adalah melalui tata kelola perusahaan yang baik.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah meneliti pengaruh tata kelola perusahaan terhadap penghindaran pajak, diantaranya adalah Annisa dan Kurniasih (2012), Winata (2014), serta Sandy dan Lukviarman (2015). Penelitian terdahulu umumnya mengukur penghindaran pajak menggunakan book tax difference, sedangkan pada penelitian ini pengukuran penghindaran pajak dilakukan menggunakan effective tax rate. Sedangkan untuk mengukur tata kelola perusahaan peneliti mengkombinasikan variabel-variabel yang digunakan oleh penelitian terdahulu, yaitu meliputi komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017)”.

(3)

TINJAUAN PUSTAKA Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan adalah teori yang dapat digunakan untuk memahami tata kelola perusahaan. Teori ini memberikan analisis untuk mengkaji dampak hubungan antara agen dengan prinsipal. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269), hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melakukan suatu jasa, dan dalam melakukan hal itu mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan pada agen tersebut.

Tata Kelola Perusahaan

Menurut Forum Corporate Governance on Indonesia (FCGI), tata kelola perusahaan adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban merka atau dengan kata lain sistem yang mengendalikan perusahaan. Istilah tata kelola perusahaan ini muncul karena adanya teori agensi, sebab kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikan.

Menurut Effendi (2016:11-15) ada beberapa prinsip yang harus diterapkan perusahaan untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik, yaitu keterbukaaan, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan kewajaran.

Dalam kaitannya dengan tata kelola perusahaan, Sutedi (2012:27) menjelaskan bahwa isu tata kelola perusahaan yang baik adalah jawaban atas ketidakpuasan ilmuwan finance atas kinerja teori agensi dalam tatanan empiris karena saat ini bukan hanya pemegang saham dan pemberi pinjaman saja yang harus diperhatikan, melaikan berbagai pihak yang berkaitan dengan pengoprasian suatu perusahaan modern yang dinamakan stakeholder.

Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak merupakan upaya mengefisienkan beban pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak (Pohan, 2013:11). Zain (2008:45-49) menjelaskan bahwa penghindaran pajak yang juga disebut sebagai tax planning, adalah proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki.

(4)

Pengaruh Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak

Komisaris independen merupakan mekanisme pemeriksa dan penyeimbang dalam meningkatkan efektivitas dewan komisaris (Mangel dan Singh, 1993). Adanya komisaris independen juga dapat menghindari benturan kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas. Dalam kaitannya dengan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan maka komisaris independen sebagai salah satu unsur tata kelola perusahaan memiliki peran mengantisipasi adanya kegiatan penghindaran pajak oleh perusahaan. Dengan demikian maka semakin banyak jumlah komisaris independen yang ada, maka dapat memperketat pengawasan terhadap menejemen sehingga dapat mencegah tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1: Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak

Keberadaan komite audit memiliki fungsi untuk meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan agar dapat berjalan dengan baik. Komite audit juga berfungsi memberikan pandangan mengenai masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Oleh karena itu, dengan adanya komite audit maka dapat memperkuat pengawasan terhadap tindakan pengukuran atau pengungkapan akuntansi yang tidak tepat sehingga akan mengurangi tindakan kecurangan oleh manajemen, termasuk dalam hal manajemen pajak (Annisa, 2012). Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Penghindaran Pajak

Rahayu (2005) yang menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dipandang sebagai mekanisme yang dapat menurunkan konflik agensi melalui penyelarasan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Jansen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat menurunkan dorongan manajer untuk memperoleh keuntungan, pengambilalihan kesejahteraan pemegang saham, dan untuk melakukan perilaku lain yang tidak

(5)

memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian, penghindaran pajak sebagai salah satu bentuk usaha oportunis yang dilakukan perusahaan dapat ditekan dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan saham manjerial. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H3: Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak

Bathala, Moon, dan Rao (1994) menyatakan bahwa, peningkatan kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik oleh manajer. Salah satu perilaku oportunistik yang potensial dilakukan manajer oleh adalah tindakan penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan institusional merupakan monitoring agent yang efektif untuk mengurangi agency conflict dalam perusahaan (Listyani, 2003). Dengan demikian maka semakin tinggi kepemilikan institusional akan meningkatkan pula pengawasan terhadap manajer, sehingga dapat meminimalisir perilaku penghindaran pajak. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H4: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2015-2017, yaitu sebanyak 155 perusahaan. Dari jumlah tersebut kemudian diseleksi menggunakan metode purposive sampling sesuai kriteria yang telah ditentukan, sehingga diperoleh 108 perusahaan yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

Data Penelitian dan Sumbernya

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berasal dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI selama periode 2015-2017. Data yang dikumpulkan termasuk sebagai data panel karena berasal dari objek berbeda-beda dan dalam kurun waktu tertentu. Data yang

(6)

merupakan data sekunder yang diperoleh dari situs milik BEI (www.idx.co.id) dan situs resmi milik masing-masing perusahaan.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen

1. Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik (Annisa dan Kurniasih, 2012). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan Peraturan No.

33/POJK.04/2014 pada Pasal 20 bahwa dewan komisaris paling sedikit terdiri dari dua orang anggota dewan komisaris dan satu diantaranya adalah komisaris independen. Jika dewan komisaris lebih dari dua orang, maka jumlah komisaris independen paling sedikit 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris.

Sesuai dengan penelitian yang oleh Sandy dan Lukviarman (2014) serta Puspita dan Harto (2014), dihitung menggunakan rasio berikut:

𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧 = Komisaris independen

Anggota dewan komisaris x 100%

Komisaris independen : Jumlah anggota dewan komisaris independen Anggota dewan komisaris : Jumlah seluruh anggota dewan komisaris

2. Komite Audit

Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Peraturan OJK No. 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit disebutkan bahwa jumlah komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, yaitu satu orang ketua yang harus berasal dari komisaris independen dan anggota lainnya

(7)

dari eksternal perusahaan. Sesuai pada penelitian yang dilakukan oleh Swingly dan Sukartha (2015) komite audit dihitung menggunakan rumus berikut:

𝐊𝐨𝐦𝐢𝐭𝐞 𝐀𝐮𝐝𝐢𝐭 =Komite audit diluar komisaris independen Anggota komite audit

Komite audit diluar komisaris independen : Jumlah anggota komite audit yang bukan berasal dari komisaris independen

Anggota komite audit : Jumlah seluruh anggota komite audit dalam perusahaan

3. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah situasi ketika manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain menejer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Kepemilikan manajerial dihitung dengan membandingkan kepemilikan saham oleh manajemen (direksi dan komisaris) dengan jumlah saham yang beredar di pasar saham. Sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Jansen dan Meckling (1976), yang kemudian digunakan juga oleh Maftukah (2013), Mahariana dan Ramantha (2014), kepemilikan manajerial dihitung menggunakan rumus berikut:

𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐧𝐚𝐣𝐞𝐫𝐢𝐚𝐥 =Saham manajemen Saham perusahaan

Saham manajemen : Jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen seperti kepemilikan saham oleh dewan direksi, dewan komisaris dan jajaran manajemen lainnya

Saham perusahaan : Total seluruh saham perusahaan yang beredar

4. Kepemilikan Institusional

Menurut Pohan (2009), kepemilikan institusional merupakan persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan blockholder.

Blockholder merupakan kepemilikan individu atas nama perorangan diatas 5%, tetapi tidak termasuk kedalam golongan kepemilikan insider. Sesuai dengan penelitian dilakukan oleh Pohan (2009) dan Pasaribu (2016), kepemilikan institusional dihitung menggunakan rasio berikut:

𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐢𝐭𝐮𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 =Saham institusi + saham blockholder Saham perusahaan

Saham institusi : Jumlah saham yang dimiliki oleh institusi seperti kepemilikan saham oleh perusahaan lain, pihak bank, perusahaan investasi, institusi pemerintahan, dan lain-lain.

Saham blockholder : Jumlah saham kepemilikan individu atau atas nama perorangan diatas lima persen (5%) tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan insider atau manajerial

(8)

Saham Perusahaan : Total seluruh saham perusahaan yang beredar Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah penghindaran pajak.

Penghindaran pajak adalah upaya memperkecil pembayaran pajak dengan cara memanfaatkan celah yang ada pada peraturan dan undang-undang perpajakan.

Untuk mengukur besarnya penghindaran pajak menggunakan nilai effective tax rate (ETR). ETR dengan penghindaran pajak memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Semakin tinggi nilai ETR semakin rendah penghindaran pajak, sedangkan semakin rendah nilai ETR maka semakin tinggi penghindaran pajak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen, Chen, Cheng, dan Shevlin (2009), yang kemudian digunakan juga oleh Timothy (2010), Guenther (2014), serta Sandy dan Lukviarman (2014), ETR dihitung menggunakan rumus berikut:

𝐄𝐟𝐟𝐞𝐜𝐭𝐢𝐯𝐞 𝐓𝐚𝐱 𝐑𝐚𝐭𝐞 (𝐄𝐓𝐑) = Pajak Laba sebelum pajak Pajak : Jumlah beban pajak penghasilan

Laba sebelum pajak : Jumlah laba akuntansi sebelum pajak

HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Tabel Statistik Deskriptif

ETR KOM_IND KMT_AUD SHM_MNJ SHM_INST

Mean 0.284993 0.409368 0.630935 0.052677 0.704049 Maximum 0.884223 0.666667 0.750000 0.894444 1.000000 Minimum 0.003745 0.200000 0.000000 0.000000 0.000000 Std. Dev. 0.149148 0.096226 0.112113 0.145987 0.219975

Sumber: Olah data EViews 9

Komisaris independen memiliki nilai rata-rata sebesar 0,409 menunjukkan bahwa rata-rata proporsi dewan komisaris independen yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 40,9%. Komisaris independen memiliki nilai minimum 0,20 dan maksimum 0,67 menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan yang tidak memiliki komisaris independen. Jumlah komisaris independen paling sedikit sebesar 20%

dimiliki oleh Unilever Indonesia Tbk dan Semen Baturaja (Persero) Tbk, sedangkan jumlah komisaris independen paling banyak dimiliki Primarindo Asia Infrastucture Tbk, Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, Jembo Cable Company Tbk, Kino Indonesia Tbk, dan Pelangi Indah Canindo Tbk yaitu sebesar 67%. Standar deviasi sebesar

(9)

0.096 menunjukkan bahwa batas penyimpangan komisaris independen adalah sebesar 9,6%.

Komite audit memiliki nilai rata-rata sebesar 0,63 menunjukkan bahwa rata- rata jumlah komite audit diluar komisaris independen adalah sebesar 63%. Jumlah komite audit paling sedikit yaitu sebesar 0,00 dimiliki oleh Tempo Scan Pacific Tbk menunjukkan bahwa seluruh anggota komite audit berasal dari komisaris independen, sedangkan Arwana Citra Mulia Tbk, Ashimas Flat Glass Tbk, Kimia Farma (Persero) Tbk, dan Semen Indonesia Tbk merupakan perusahaan dengan komite audit diluar komisaris independen paling banyak yaitu sebesar 75%. Standar deviasi sebesar 0.112 menunjukkan bahwa batas penyimpangan komite audit adalah sebesar 11,2%.

Kepemilikan manajerial memiliki nilai rata-rata sebesar 0,053 menunjukkan bahwa rata-rata proporsi kepemilikan manajerial adalah sebesar 5,3%. Kepemilikan manajerial paling sedikit sebesar 0,00 salah satunya dimiliki oleh Kalbe Farma Tbk dan Japfa Comfeed International Tbk, sedangkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial tertinggi adalah Betonjaya Manunggal Tbk yaitu sebesar 89%. Standar deviasi sebesar 0.146 menunjukkan bahwa batas penyimpangan kepemilikan manajerial adalah sebesar 14,6%.

Kepemilikan saham institusional memiliki nilai rata-rata sebesar 0,705 menunjukkan bahwa rata-rata saham perusahaan manufaktur sebesar 70,5%

dimiliki oleh institusi dan kepemilikan blockholder. Saranacentral Bajatama Tbk menjadi perusahaan denagan kepemilikan institusional paling sedikit yaitu sebesar 0,00, sebagian besar saham Saranacentral Bajatama Tbk dimiliki oleh pemegang saham manajerial yaitu sebanyak 74%. Sedangkan perusahaan dengan kepemilikan institusional baling banyak adalah perusahaan Voksel Electric Tbk, yaitu sebesar 100%. Standar deviasi sebesar 0.219 menunjukkan bahwa batas penyimpangan kepemilikan institusional adalah sebesar 21,9%.

Effective Tax Rate (ETR) memiliki nilai rata-rata sebesar 0.284 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah ETR perusahaan manufaktur adalah sebesar 28,4%. Nilai ETR paling tinggi dimiliki Intan Wijaya International Tbk yaitu sebesar 88%, sedangkan nilai ETR paling rendah sebesar 0,3% dimiliki oleh Ertex Djaya Tbk.

(10)

Standar deviasi sebesar 0.149 menunjukkan bahwa batas penyimpangan nilai ETR adalah sebesar 14,9%.

Pemilihan Model Regresi Data Panel

Terdapat dua tahap uji yang dapat dilakukan untuk menentukan model estimasi yang paling tepat, yaitu uji Chow dan uji Hausman.

1. Uji Chow

Uji Chow untuk membandingkan antara model common effects dengan model fixed effects. Berikut adalah hasil uji Chow:

Tabel Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 3.652097 (107,152) 0.0000

Cross-section Chi-square 336.022685 107 0.0000

Sumber: Olah data EViews 9

Hasil uji Chow menunjukkan bahwa nilai probabilitas cross-section F yaitu sebesar 0.0000 lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya model fixed effects lebih baik dibandingkan dengan model common effects, sehingga harus dilakukan uji kedua yaitu uji Hausman.

2. Uji Hausman

Uji Hausman untuk membandingkan antara model fixed effects dengan model random effects. Berikut adalah hasil uji Hausman:

Tabel Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 10.122167 4 0.0384

Sumber: Hasil olah data EViews 9

Hasil uji Hausman menunjukkan bahwa p-value sebesar 0.0384 lebih kecil dari α sebesar 0.05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya model random effects bukan model yang lebih baik dibandingkan dengan fixed effects, sehingga model yang akan digunakan adalah fixed effects.

Model Regresi Data Panel

Berikut adalah regresi data panel menggunakan model fixed effects:

Tabel Regresi Data Panel Model Fixed Effects

Dependent Variable: ETR Method: Panel Least Squares

(11)

Date: 10/27/19 Time: 16:41 Sample: 2015 2017

Periods included: 3

Cross-sections included: 108

Total panel (unbalanced) observations: 264

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

KOM_IND 0.025217 0.060919 0.413951 0.6795

KMT_AUD 0.120771 0.031420 3.843780 0.0002

SHM_MNJ 0.118323 0.112341 1.053247 0.2939

SHM_INST 0.297974 0.104159 2.860767 0.0048

C -0.017787 0.104427 -0.170331 0.8650

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.729221 Mean dependent var 0.284993 Adjusted R-squared 0.531482 S.D. dependent var 0.149148 S.E. of regression 0.102089 Akaike info criterion -1.429521 Sum squared resid 1.584178 Schwarz criterion 0.087548 Log likelihood 300.6968 Hannan-Quinn criter. -0.819917 F-statistic 3.687787 Durbin-Watson stat 3.105111 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Olah data EViews 9 Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel di atas nilai R2adj adalah sebesar 0.531482, artinya tata kelola perusahaan memiliki pengaruh sebesar 53,15% terhadap penghindaran pajak, sedangkan sisanya sebesar 46,85%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

Uji F

Uji F digunakan untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Untuk menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, harus dibandingkan nilai probabilitas F-hitung dengan F-tabel. Berdasarkan tabel di atas nilai F-hitung sebesar 3.687787 lebih besar dari F-tabel sebesar 2.4064964, artinya persamaan regresi yang terbentuk masuk kriteria cocok (fit).

Pengujian Hipotesis dan Analisis Hasil Penelitian

Pengaruh Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak

Komisaris independen (KOM_IND) memiliki t-hitung sebesar 0,413951 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,971325, artinya variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap ETR. Dengan demikian maka H1 yang menyatakan bahwa

(12)

proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian maka komisaris independen bukanlah faktor penentu terjadinya penghindaran pajak.

Menurut Dewi dan Jati (2014), penambahan anggota dewan komisaris independen pada perusahaan mungkin hanya untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan, sementara pemegang saham mayoritas masih memegang peranan yang penting sehingga kinerja dewan komisaris tidak meningkat. Selain itu, adanya nepotisme dalam pemilihan dewan komisaris juga memungkinkan keberadaan komisaris independen belum tentu benar-benar independen dan mampu mengantisipasi adanya tekanan dan intervensi dari manajemen atau pemegang saham mayoritas yang memiliki kepentingan atas keputusan tertentu dalam perusahaan. Rifai (2009) menyatakan bahwa, Jaman Orde Baru banyak anak, saudara, cucu bahkan saudara jauh pejabat, petinggi atau mantan jenderal yang duduk sebagai komisaris hanya sekedar bertujuan untu membuka akses hubungan kousi antara pengusaha dan pemerintah. Adanya nepotisme ini mungkin berlanjut hingga saat ini.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012), Dewi dan Jati (2014), serta Puspita dan Harto (2014) yang menemukan bahwa persentase dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Winata (2014), Sandy dan Lukviarman (2015) yang menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak

Komite audit (KMT_AUD) memiliki t-hitung sebesar 3,843780 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,969166, artinya variabel komite audit berpengaruh terhadap ETR. Koefisien komite audit sebesar 0.120771 menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah komite audit sebesar 1 satuan maka ETR akan naik sebesar 0.118606 satuan, dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Naiknya jumlah ETR menunjukkan bahwa penghindaran pajak yang dilakukan semakin rendah. Dengan demikian maka H2 yang menyatakan bahwa jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak diterima,

(13)

sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian maka komite audit merupakan faktor penentu terjadinya penghindaran pajak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Artinya, semakin besar jumlah komite audit maka akan semakin kecil potensi terjadinya penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya komite audit sebagai pengawas jalannya perusahaan dapat meningkatkan pengawasan yang akhirnya akan meminimalisir adanya tindakan penghindaran pajak oleh manajemen. Sesuai dengan pernyataan Annisa dan Kurniasih (2012), adanya komite audit dapat memperkuat pengawasan terhadap tindakan pengukuran atau pengungkapan akuntansi yang tidak tepat sehingga akan mengurangi tindakan kecurangan oleh manajemen, termasuk dalam hal manajemen pajak.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012), Winata (2014), Dewi dan Jati (2014), Sandy dan Lukviarman (2015) yang menemukan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Namun bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Calvin dan Swingly (2015), Damayanti dan Susanto (2015).

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Penghindaran Pajak

Kepemilikan manajerial (SHM_MNJ) memiliki t-hitung sebesar 1,053247 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,969166, artinya variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap ETR yang mewakili penghindaran pajak. Dengan demikian maka H3 yang menyatakan bahwa proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial bukanlah penentu terjadinya penghindaran pajak.

Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajerial tetap tidak dapat meminimalisir adanya penghindaran pajak. Hal ini dapat terjadi karena minimnya jumlah kepemilikan saham manajerial pada perusahaan manufaktur. Rata-rata kepemilikan saham perusahaan manufaktur hanya sebesar 5%. Dalam kaitannya dengan konflik kepentingan yang terjadi karena adanya hubungan agensi, adanya

(14)

kepemilikan manajerial ternyata tidak mampu menjadi penyelaras kepentingan yang mengutamakan kepentingan perusahaan. Upaya oportunis ternyata tetap dilakukan oleh manjer. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jamei (2017) yang menyatakan bahwa tata kelola perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak

Kepemilikan institusional (SHM_INST) memiliki t-hitung sebesar 2,860767 lebih besar dari t-tabel sebesar 1,969166, artinya variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap ETR yang mewakili penghindaran pajak. Koefisien kepemilikan institusional sebesar 0.297974 menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah kepemilikan institusional sebesar 1 satuan maka ETR akan naik sebesar 0.297974 satuan, dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Naiknya jumlah ETR menunjukkan bahwa penghindaran pajak yang dilakukan semakin rendah. Dengan demikian maka H4 yang menyatakan bahwa proporsi kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya proporsi kepemilikan saham oleh institusi merupakan faktor penentu terjadinya penghindaran pajak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dengan penghindaran pajak. Artinya, semakin besar jumlah kepemilikan saham oleh institusi maka akan semakin kecil potensi terjadinya penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Sesuai dengan pernyataan Ngadiman dan Puspitasari (2014), semakin tinggi kepemilikan institusional maka pemilik institusional berdasarkan besar hak dan suara yang dimiliki dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku yang mementingkan diri sendiri. Rata-rata besarnya kepemilikan sahaham oleh institusi sebesar 70%, ternyata memang memiliki pengaruh terhadap upaya meminimalisir penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Selain itu, dengan adanya kepemilikan institusional yang tinggi dapat ternyata mampu menjadi alat monitoring yang efektif bagi perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Ngadiman dan Puspitasari (2014), Praditasari dan Setiawan (2017), serta Putri dan Lawita (2019).

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

(15)

Kesimpulan

Penelitian ini ditujukan untuk menguji dan menganalisis apakah tata kelola perusahaan yang diproksikan oleh komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional merupakan faktor penentu terjadinya penghindaran pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit dan kepemilikan institusional merupakan faktor penentu terjadinya penghindaran pajak. Jumlah komite audit merupakan penentu terjadinya penghindaran pajak, semakin besar jumlah komite audit maka akan semakin kecil potensi terjadinya penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Dengan demikian maka adanya komite audit sebagai pengawas jalannya perusahaan dapat meningkatkan pengawasan yang akhirnya akan meminimalisir adanya tindakan penghindaran pajak. Selain itu, kepemilikan institusional juga merupakan faktor penentu terjadinya penghindaran pajak, semakin besar proporsi kepemilikan institusional maka akan semakin kecil potensi terjadinya penghindaran pajak. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka pemilik institusional berdasarkan besar hak dan suara yang dimiliki dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku yang mementingkan diri sendiri. Selain itu, dengan adanya kepemilikan institusional yang tinggi dapat menjadi alat monitoring yang efektif bagi perusahaan.

Sedangkan komisaris independen dan kepemilikan saham manajerial bukanlah penentu terjadinya penghindaran pajak perusahaan. Besarnya persentase komisaris independen tidak berpengaruh terhadap besarnya penghindaran pajak. Penambahan anggota dewan komisaris independen pada perusahaan mungkin hanya untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan, sementara pemegang saham mayoritas masih memegang peranan yang penting sehingga kinerja dewan komisaris tidak meningkat. Adanya nepotisme dalam pemilihan dewan komisaris juga memungkinkan keberadaan komisaris independen belum tentu benar-benar independen dan mampu mengantisipasi adanya tekanan dan intervensi dari manajemen atau pemegang saham mayoritas yang memiliki kepentingan atas keputusan tertentu. Selain itu, besarnya proporsi kepemilikan saham manajerial juga tidak berpengaruh terhadap besarnya penghindaran pajak. Minimnya rata-rata kepemilikan saham oleh manajerial membuat upaya penghindaran pajak tidak dapat

(16)

diminimalisir. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa komite audit dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, sedangkan komisaris independen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terdapat beberapa Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan perusahaan manufaktur pada tahun 2015 yang sudah tidak tersedia. Hal tersebut mengakibatkan tidak semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017 dapat diobservasi.

Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan, saran yang peneliti berikan untuk peneliti selanjutnya adalah jika data yang diperlukan sudah tidak tersedia pada situs Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun website resmi perusahaan, maka dapat ditambahkan sumber perolehan data lain. Salah satu sumber perolehan data yang dapat ditambahkan yaitu The Indonesia Capital Market Institute (TICMI).

TICMI bekerja sama dengan BEI menyediakan layanan akses data-data historis perusahaan mulai tahun 1977 dan informasi pasar modal Indonesia yang dapat diakses secara online.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Nuralifmida A. & Kurniasih, Lulus. (2012). Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8(2), 95-189.

Anthony, Robert N. & Govindarajan, Vijay. (2005). Management Control System.

Jakarta: Salemba Empat.

Badertscher, B., Philips, J., Pincus, M., Rego, S. (2009). Earning management strategies and trade-off between tax benefits and detection risk: to conform or not to conform?. The Accounting Review, 84(1), 63-97.

Burton, Richard. (2014). Kajian Perpajakan dalam Konteks Kesejahteraan dan Keadilan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Brotodihardjo, R. Santoso. (1991). Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi 3.

Bandung: PT Eresco.

(17)

Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. (2009). Are faamily firms more tax aggressive than non-family firms?. Journal of Financial Economics, 95,41-61.

Christiawan, Yulius Jogi & Tarigan, Josua. (2007). Kepemilikan manajerial:

kebijakan hutang, kinerja dan nilai perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9(1), 1-8.

Effendi, Muh. Arief. (2016). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Guenther, David A. (2014). Measuring corporate tax avoidance: effective tax rates and book-tax differences. Lundquist College of Business, University of Oregon.

Jamei, R. (2017). Tax avoidance and corporate governance mechanisms : evidence from tehran stock exchange. International Journal of Economics and Financial, 7(4), 638–644.

Julianto, Pramdia Arhando. (2018). Kemenperin: Industri Manufaktur Penyumbang Pajak Terbesar. Diakses dari website media massa Kompas:

http://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/09/211727326/kemenperin- industri-manufaktur-penyumbang-pajak-terbesar.

Kementrian Keuangan. (2017). APBN 2017. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017.

Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta: KNKG.

Listyani, Theresia Tyas. (2003). Kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, dan pengaruhnya terhadap kepemilikan institusional. Jurnal Maksi, 3(6), 98- 114.

Maftukah, Ida. (2013). Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kinerja keuangan sebagai penentu struktur modal perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, 4(1), 69-81.

Mahariana, I Dewa G. P. & Ramantha, I Wayan. (2014). Pengaruh kepemilikan manajerial dan institusional pada manajeman laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 7(2), 519-528.

(18)

Masri, Indah & Martani, D. (2012). Pengaruh tax avoidance terhadap cost of debt.

Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin.

Pasaribu, Mirry Yuniyanti. (2016). Pengaruh struktur modal, struktur kepemilikan, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Jurnal Administrasi Bisnis, 35(1), 154-164.

Pujiati, Diyah & Widanar, Erman. (2009). Pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan: keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, 12(1),71-86.

Pohan, Chairil Anwar. (2011). Optimizing Corporate Tax Management: Kajian Perpajakan dan Tax Planning-nya Terkini. Jakarta: Bumi Aksara.

Pohan, Chairil Anwar. (2013). Manajemen perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pohan, Chairil Anwar. (2014). Pembasan Komperhensif Pengantar Perpajakan:

Teori dan Konsep Hukum Pajak. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Pohan, Hotman T. (2009). Analisis pengaruh kepemilikan institusi, rasio Tobin Q, akrual pilihan, tarif efektif pajak, dan biaya pajak ditunda terhadap penghindaran pajak pada perusahaan publik. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, 4(2), 113-135.

Praditasari, N. K. A., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas pada tax avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 19, 1229–1258.

Putri, A. A. & Lawita N. A.. (2019). Pengaruh kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap penghindaran pajak. Jurnal Akuntansi dan Ekonomika, 9(1), 69-75.

Rifai, Badriyah. (2009). Peran komisaris independen dalan mewujudkan good corporate governance di perusahaan publik. Jurnal Hukum, 3(16), 396- 412.

Sandy, Syeldila & Lukviarman Niki. (2015). Pengaruh corporate governace terhadap tax avoidance: studi empiris pada perusahaan manufaktur. JAAI, 19(2), 85-98.

(19)

Santoso, Budi. (2015). Keagenan (Agency): Prinsip-Prinsip Dasar, Teori, dan Problematika Hukum Keagenan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Scott, William R. (2015). Financial Accounting Theory. Edisi 7. Toronto: Parentice Hall.

Sriyana, Jaka. (2014). Metode Regresi Data Panel. Sleman: Ekonisia.

Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS.

Yogyakarta: Andi Offset.

Surya, Indra & Yustiavadana, Ivan. (2006). Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Sutedi, Adrian. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Swingly, Calvin & Sukartha, I Made. (2015). Pengaruh karakteristik eksekutif, komite audit, ukuran perusahaan, leverage dan sales growth pada tax avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 10(1), 47-62.

Timothy, Yeung Chi Kwan. (2010). Effect of corporate governance on tax aggressiveness. Hong Kong Baptist University.

Warsono, S., Amalia F., & Rahajeng, D. F. (2009). Corporate Governance Concept and Model: Perserving True Organization Welfare. Yogyakarta: Center for Good Corporate Governance FEB UGM.

Wijaya, Ibnu. (2014). Mengenal Penghindaran Pajak, Tax Avoidance. Diakses dari website Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Pajak:

http://www.pajak.go.id/content/article/mengenal-penghindaran-pajak- tax-avoidance.

Winata, Fenny. (2014). Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Tax

& Accounting Review, 4(1).

Zain, Mohammad. (2008). Manajemen Perpajakan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) terhadap praktik penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan manufaktur sektor

Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa komite audit dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penghindaran pajak sedangkan dewan komisaris,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “ PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN

Penelitian ini menganalisis pengaruh praktek tata kelola perusahaan (corporate governance) terhadap kepemilikan institusional (intstitutional ownership) dengan dugaan bahwa

Kata kunci : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, preferensi risiko eksekutif, leverage , ukuran perusahaan,

Maka Ha ditolak dan Ho diterima artinya secara bersama- sama manajemen laba, komite audit, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak dan veriabel independen adalah ukuran dewan, ukuran dewan independen, kepemilikan manajerial,

PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional dan komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap