• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN HARGA EMAS TERHADAP PEMBIAYAAN GADAI EMAS (RAHN) PADA PT BANK BSI INDONESIA - Repository UM Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN HARGA EMAS TERHADAP PEMBIAYAAN GADAI EMAS (RAHN) PADA PT BANK BSI INDONESIA - Repository UM Jember"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian yang semakin pesat di era Revolusi Industri ini menjadi pendorong bagi Negara berkembang seperti Indonesia untuk terus memperbaiki perekonomian bangsanya. Oleh sebab itu, kegiatan ekonomi dapat dijadikan salah satu sarana untuk mencapai kepentingan bersama yaitu kepentingan semua orang dari waktu kewaktu maupun kepentingan bagi kelompok tertentu. Kebutuhan ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh sebagian orang, baik kebutuhan modal usaha, kebutuhan mendesak maupun kebutuhan sehari-hari. Semakin bertambahnya biaya hidup dimasa sekarang yang semakin besar dan memaksa masyarakat untuk harus tetap bisa melakukan kegiatan ekonomi entah hanya untuk berkonsumsi atau untuk penambahan modal. Salah satu solusi tercepat untuk menutupi kebutuhan ekonomi tersebut adalah dengan memanfaatkan secara maksimal jasa kredit yang tersedia di sektor perbankan dan lembaga keuangan non-bank.

Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2023 tetap tumbuh kuat sebesar 4,94% (yoy), meskipun sedikit melambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,17% (yoy). Ke depan pertumbuhan ekonomi akan didukung oleh permintaan domestik, baik konsumsi swasta dan Pemerintah, maupun investasi. Sejalan dengan hal tersebut dalam hal penyaluran kredit di Indonesia juga mengalami peningkatan seperti hasil Survei Perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa penyaluran kredit baru pada triwulan III 2023 terindikasi meningkat. Hal tersebut tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 95,4%, lebih tinggi dibandingkan 94,0% pada triwulan sebelumnya.

Hal ini membuktikan bahwa sektor perbankan berkontribusi penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bank memiliki peran dalam memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, memobilisasi dana, dan memastikan alokasi sumber daya finansial yang efisien di Indonesia. Setelah berkembangnya perekonomian dan bervariasinya pilihan masyarakat terhadap produk-produk perbankan membuat masyarakat menjadi lebih familiar terhadap produk-produk perbankan, termasuk perbankan syariah.

Indonesia memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Islam. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan tahun 2023, di Indonesia terdapat 13 Bank Umum Syariah.

Tersebarnya bank syariah ini, membuat bank juga semakin berinovasi untuk mengembangkan produk-produknya. Produk pembiayaan perbankan syariah salah satunya yaitu pembiayaan

1

(2)

emas. Pembiayaan ini terdiri dari gadai emas dan cicilan emas. Salah satu bank syariah yang menawarkan produk pembiayaan emas adalah PT Bank Syariah Indonesia dengan nama produk BSI Gadai Emas.

BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat Nomor SR- 3/PB.1/2021. Selanjutnya, pada 1 Februari 2021, Presiden Joko Widodo meresmikan kehadiran BSI. Penggabungan ini menyatukan kelebihan dari ketiga bank syariah tersebut, sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap, jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih baik. Keberadaan BSI juga menjadi cermin wajah perbankan Syariah di Indonesia yang modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap alam (Rahmatan Lil ‘Aalamiin). Sebelum merger menjadi satu, salah satu bank yaitu PT Bank Syariah Mandiri sudah meluncurkan produk gadai emas di tahun 2001, dimana dalam peluncuran ini menjadikan BSM sebagai bank syariah pertama di Indonesia yang memiliki produk gadai emas. Sehingga setelah merger produk ini terus dilanjutkan dan dikembangkan sampai saat ini dengam nama produk BSI Gadai Emas. BSI Gadai Emas merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat yang diperuntukkan bagi nasabah perorangan.

Penyaluran dana yang dilakukan oleh Bank Syariah Indonesia adalah penyaluran dana melalui berbagai sistem atau akad. Diantaranya sistem atau akad utamanya adalah pembiayaan dengan sistem pemberian jasa penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dan pihak yang diberi kepercayaan (Wadi’ah), pembiayaan dengan sistem kemitraan antara bank syariah (sebagai mudharib atau pengelola) dan nasabah (sebagai rabb al-mal atau pemilik modal) dengan sistem bagi hasil yang dimana seluruh modal kerja

yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank (Mudharabah), dan sistem pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar Harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati (Murabahah). Sedangkan untuk akad yang dipakai dalam produk gadai emas, BSI menggunakan akad qardh dengan jaminan berupa emas yang diikat dengan akad rahn, dimana emas yang diagunkan disimpan dan dipelihara oleh Bank selama jangka waktu tertentu dengan membayar biaya pemeliharaan atas emas sebagai objek rahn yang diikat dengan akad ijarah.

(3)

Bank Syariah Indonesia tidak dapat memisahkan permasalahan eksternal dan internal dalam melakukan kegiatan pembiayaan di perusahaan yang dapat mempengaruhi penentuan jumlah pembiayaan. Masalah internal itu sendiri menyangkut variabel-variabel yang berada di dalam kendali BSI, dan variabel eksternal tentunya berada di luar kendali BSI. Namun, keberadaan variabel eksternal secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku BSI dalam menentukan jumlah pembiayaan. Faktor eksternal diantaranya merupakan faktor ekonomi yang terdapat di dalam ekonomi tersebut yaitu inflasi dan harga emas sebagai faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian.

Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa penelitian seperti:

(Aziz, 2013), (Maheny et al., 2019), (Rasyidah, 2021), (Zufriano, 2019), (Simarintis, 2018), dan (Hasibuan, 2021) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produk gadai emas.

Berbagai faktor tersebut dapat berasal dari faktor internal seperti manajemen perusahaan, kebijakan produk dan faktor eksternal seperti inflasi dan harga dasar emas yang menjadi acuan taksiran nilai emas itu sendiri.

Menurut Putong (dalam Faizin, 2022) inflasi merupakan bentuk kenaikan harga komoditas secara umum akibat ketidaksinkronan program sistem pengadaan komoditi (produksi, pencetakan uang, ketetapan harga, dan lainnya) dengan besarnya penghasilan masyarakat. Tingkat inflasi juga mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Apabila inflasi meningkat akan menyebabkan nasabah akan menarik dana dari bank untuk memenuhi kebutuhan akibat meningkatnya harga barang dan jasa serta nilai mata uang rupiah yang menurun untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank akan menurun. Hal ini dapat mempengaruhi penyaluran kredit bank akan menurun dan juga ini akan membuat orang untuk menggadaikan simpanan barang berharga mereka (emas) karena kebutuhan meningkat akibat meningkatnya harga barang dan jasa serta nilai mata uang rupiah yang menurun untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Dahlan, 2015) menyatakan bahwa tingkat infllasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan, namun pada penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawan, 2019) menyatakan bahwa Tingkat Inflasi Berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyaluran Pembiayaan Rahn, yang artinya apabila Tingkat Inflasi meningkat maka Pembiayaan Rahn juga akan mengalami peningkatan, sama halnya pada penelitian yang dilakukan oleh (Jayanti et al., 2016), (Ma’arifa & Budiyono, 2015) dan (Hawa & Rosyidi, 2018) yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh postif terhadap pembiayaan bank.

(4)

Sedangkan menurut (Anisa & Tripuspitorini, 2019) inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap pembiayaan pada bank syariah.

Faktor eksternal yang mempengaruhi lainnya adalah tingkat harga emas yang setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Umumnya barang yang paling sering digadaikan adalah emas sebagai agunan, sehingga BSI sangat bergantung pada fluktuasi harga emas. Harga emas memainkan peran penting dalam menentukan nilai taksiran agunan yang diberikan oleh debitur. Akibatnya, jumlah pinjaman yang didapatkan oleh debitur menjadi lebih besar dan berdampak pada peningkatan pembiayaan rahn pada bank. Sebaliknya, jika harga emas turun nilai agunan juga akan menurun yang berakibat pada pembatasan jumlah pinjaman yang dapat diberikan oleh bank. Pada penelitian yang dilakukan (Handayani, 2021) disimpulkan bahwa dalam penelitian diperoleh bahwa adanya pengaruh harga emas terhadap penyaluran gadai syariah (rahn) pegadaian terhadap PT. Pegadaian periode 2011-2020. Sedangkan pada penelitian (Zufriano, 2019) menyatakan bahwa fluktuasi harga emas tidak berpengaruh terhadap produk gadai emas.

Tingkat inflasi dan harga emas merupakan indikator yang cocok untuk menganalisis perkembangan pembiayaan gadai emas di masa Revolusi Industri ini, karena fluktuasi tingkat inflasi berdampak pada kenaikan harga yang mendasari dan memperparah masalah ekonomi yang menimpa masyarakat Indonesia. memaksa mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik dalam hal produksi maupun konsumsi. Sementara itu, perubahan harga emas mempengaruhi penyaluran kredit karena sebagian besar masyarakat menjaminkan aset berupa emas untuk mendapatkan uang. Tingkat inflasi juga berperan dalam fluktuasi harga emas, artinya harga emas akan meningkat setidaknya sebesar tingkat inflasi pada suatu waktu. Harga emas cenderung turun ketika nilai tukar naik dan sebaliknya. Oleh karena itu, harga emas dan tingkat inflasi merupakan dua faktor yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan pembiayaan dengan emas, seperti gadai, yang menentukan stabilitas keuangan sistem perbankan syariah.

Berdasarkan beberapa hasil dari penelitian terdahulu masih adanya beberapa penelitian yang memiliki hasil yang berbeda pada pengaruh tingkat inflasi dan harga emas terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh tingkat inflasi dan fluktuasi harga emas terhadap pembiayaan gadai emas. Dapat juga disimpulkan bahwa tidak semua fakta penemuan konsisten dengan teori yang ada. Hal ini didukung dengan adanya kesenjangan penelitian pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berbagai penelitian di

(5)

atas menunjukkan adanya perbedaan pengaruh variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi penyaluran pembiayaan gadai emas.

Adanya ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori dan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten, serta untuk memperkuat teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam pengaruh tingkat inflasi dan harga emas terhadap penyaluran pembiayaan gadai emas (Rahn). Untuk itu penulis menilai penting untuk mengadakan penelitian dan membahas hal tersebut dengan judul “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Emas Terhadap Pembiayaan Gadai Emas (Rahn) pada PT Bank BSI Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah menjadi beberapa, diantaranya:

1. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap pembiayaan gadai emas pada PT Bank BSI Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh harga emas terhadap pembiayaan gadai emas pada PT Bank BSI Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi dan harga emas terhadap pembiayaan gadai emas pada PT Bank BSI Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap pembiayaan gadai emas pada PT Bank BSI Indonesia

2. Untuk mengetahui pengaruh harga emas terhadap pembiayaan gadai emas pada PT Bank BSI Indonesia

3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan, tingkat inflasi, dan harga emas terhadap pembiayaan gadai emas pada PT Bank BSI Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak diantaranya:

1. Manfaat teoritis

(6)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis, yaitu memperluas wawasan tentang perubahan tingkat suku bunga dan inflasi terhadap pembiayaan gadai emas pada bank. Dan untuk membangun, memperkuat dan menyempurnakan teori yang sudah ada.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi PT Bank BSI Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta dapat meningkatkan kinerja dari pegadaian agar bisa mengantispasi hal-hal yang mempengaruhi pembiayaan. Sehingga dapat mendorong perkembangan bisnis pembiayaan gadai emas di Indonesia.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu laporan tahunan, sehingga penulis mampu dalam menganalisa, mempraktekkan teori serta memecahkan masalah yang ada. Dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya di bidang pembiayaan.

c. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan akan sangat bermanfaat bagi pembaca. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu untuk dijadikan standar yang dapat memberikan informasi teoritis dan empiris bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah tersebut dan melengkapi sumber literatur yang sudah sudah tersedia sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian keduaMulyafip lebih cenderung kepada implementasi akad Rahn sedangkan penelitian Penulis lebih cenderung ke pelaksanaan gadai emas dan permasalahannya,

Karena adanya ketidaksesuaian data dengan teori serta ketidakkonsistensi hasil peneilitian terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian lanjutan tentang nilai

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi dan harga emas terhadap penyaluran pembiayaan cicil emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Tabel 7.. Jika semua variabel bebas yaitu fluktuasi harga emas dan tingkat inflasi memiliki nilai nol maka pendapatan gadai emas syariah sebesar 1.353,56189.. Nilai

Berdasarkan uraian diatas yang telah penulis paparkan serta hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukan hasil yang tidak konsisten sebab adanya gap, maka

Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, Harga Emas dan Inflasi secara Simultan terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh

Dalam hal ini, penelitian terdahulu lebih menekankan pada pendapatan dari keseluruhan pegadaian syariah yang ada di Indonesia, sedangkan penelitian ini meneliti apakah adanya pengaruh

Adapun perbedaan dalam skripsi ini dengan milik penulis yaitu dimana penulis sebelumnya hanya menggunakan sumber Fatwa DSN- MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas dalam