• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh tingkat pendidikan, modal, lama usaha, dan jam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh tingkat pendidikan, modal, lama usaha, dan jam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, MODAL, LAMA USAHA, DAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN PELAKU USAHA INDUSTRI RAKIK DI

KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Artika Suri,Lovelly Dwinda Dahen, Yolamalinda

Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat artikasuri2017@gmail.com

ABSTRACT

This research to know the influence of the influence of the education, capital, long effort, working hours are stimultan against industrial trade income rakik in district IV Jurai South Pesisir Regency. The results showed 1) education effect on revenue to the value of the coefficient value thitung & 0.229 3.140 > ttabel 2.030 influential positive & significantly.2 influence on capital income) with the value of the coefficient of 0, 180 & thitung > ttabel 2.030 2.932 a positive and significant effect 3) long influence on business income by the value of the coefficient of 0.196 & thitung 1.733 ttabel 2.030 influential positive < significant

& 4) hours of work have an effect on earnings with positive coefficients 0.109 influential &

significant 5) education, the old capital, businesses and working hours are stimultan against earnings with Fhitung 52.852 > Ftabel 2.87 and significant value 0.000 < 0.05

Keywords: Income, Education, Capital, Long Effort, Working Hours

PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari peran sektor industri, dimana sektor ini menjadi pahlawan roda penggerak dalam kegiatan ekonomi. Industri didefenisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya.

Pada umumnya industri mempunyai tiga kategori yaitu industri besar, industri menengah dan industri kecil, secara umum karakteristik industri

besar mempunyai tenaga kerja berjumlah 100 orang atau lebih, menggunakan teknologi yang modern dalam proses produksinya, sedangkan industri menengah memiliki skala usaha yang lebih kecil dari industri besar dengan tenaga kerja berjumlah 20-99 orang.

Perkembangan sektor industri yang ada di Negara Indonesia terbilang sangat fleksibel, dimana sektor industri ini mampu untuk bertahan bahkan sebagian ada yang meningkat saat terjadi goncangan krisis ekonomi dunia. Dibuktikan dengan

(2)

kontribusi sektor industri pengolahan yang besar terhadap PDB yang mana mampu untuk peningkatan nilai tambah yang tinggi dan menciptakan serta memperluas lapangan pekerjaan.

Permasalahan yang dihadapi usaha kecil di Indonesia umumnya ada pada iklim usaha yang belum kondusif dimana tampak pada terjadinnya persaingan yang kurang sehat, sarana prasarana yang belum memadai, dan pembinaan yang belum terpadu Hafsah dalam Mandala (2012).

Lebih lanjut menjelaskan bahwa keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan permasalahan yang dihadapi usaha kecil, karena sebagian usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun menurun.

Keterbatasan tersebut mencakup pendidikan informal maupun keterampilan, sehingga manajemen pengelolaan usaha kecil sangat praktis dan sederhana, yang menyebabkan sulitnya perkembangan yang optimal pada usaha kecil tersebut.

Pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi sangat relevan dilakukan di Indonesia mengingat struktur usaha yang berkembang sampai saat ini bertumpu pada keberadaan industri kecil/rumah tangga/menengah, meskipun dengan kondisi yang memprihatinkan, baik dari segi nilai tambah maupun dari keuntungan yang diperoleh. Perkembangan

UMKM masih belum maksimal dalam menjalankan fungsi dan perannya karena menghadapi berbagai kendala seperti masalah keterabatasan modal, teknik produksi, bahan baku, pemasaran, manajemen dan teknologi.

Mengemukakan bahwa

permasalahan yang sering dihadapi industri kecil, antara lain persaingan usaha yang ketat, kesulitan bahan baku, kurangnya kemampuan dan keterampilan.

Para pemilik industri kecil masih banyak menghadapi keterbatasan, seperti peralatan yang digunakan masih belum modern atau minimnya teknologi yang dipakai untuk beroperasi.

Dalam pengertian yang sederhana, pertumbuhan dalam ekonomi makro adalah penambahan PDB yang berarti pula peningkatan pendapatan nasional (Tambunan, 2003:41). Simon Kuznet dalam Todaro (2000:144) telah memberikan defenisi pertumbuhan ekonomi secara lebih komprehensif dengan lingkaran kapasitas dalam jangka panjang dari bersangkutan penduduknya.

Penulis memperoleh data pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat yang diperoleh dari Badan pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat yang dapat dlihat

pada tabel dibawah ini

(3)

Tabel 1. Pendapatan Perkapita Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012- 2016 (Jutaan Rupiah).

No Kab/Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kep. Mentawai 27,351.16 29,567.41 32,593.39 36,082.49 39,684.41 2 Pesisir Selatan 15,186.74 16,767.76 18,542.74 20,541.85 22,071.54 3 Solok 19,471.60 21,481.02 23,718.83 26,025.83 27,842.28 4 Sijunjung 22,638.17 24,570.87 26,725.53 29,608.85 31,880.71 5 Tanah Datar 19,848.56 21,661.46 23,781.76 26,631.36 28,640.31 6 PadangPariamn 23,858.31 26,717.17 30,614.10 35,072.28 38.959.30 7 Agam 21,848.04 24,134.84 26,698.21 29,424.85 31,613.36 8 Lima puluh kota 21,817.07 23,840.24 26,352.43 28,953.59 31,378.70 9 Pasaman 16,886.13 18,329.53 20,001.84 22,323.97 23,809.92 10 Solok Selatan 18,758.11 20,480.63 22,308.00 24,786.48 26,436.69 11 Dharmasraya 26,031.43 28,073.42 30,530.40 33,073.47 34,595.58 12 Pasaman Barat 20,794.35 22,512.78 24,500.51 26,842.94 28,518.84 13 Padang 34,361.87 37,965.04 41,782.15 46,422.45 49,528.70 14 Solok 31,624.24 34,689.56 38,082.49 42,136.80 44,860.39 15 Sawahlunto 32,905.20 35,992.95 39,021.18 42,664.42 45,273.47 16 Padang Panjang 36,026.15 38,990.28 42,297.39 46,757.90 49,678.57 17 Bukit Tinggi 35,342.63 38,663.62 42,434.84 46,709.40 49,888.93 18 Payakumbuh 24,772.92 27,272.32 29,949.18 33,257.69 35,566.30 19 Pariaman 30,405.80 33,153.91 36,571.00 40,752.09 43,364.83 20 Total 24,034.99 26,406.91 29,122.33 32,308.08 34,680.99 21 Sumatera Barat 24,056.68 26,286.16 28,994.48 32,132.24 34,411.18 Sumber: BPS Sumatera Barat 2016

Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa dari 5 tahun terakhir yaitu tahun 2012 sampai dengan 2016 terdapat lima kabupaten/kota yang terdiri dari Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, Tanah Datar, Pasaman, Solok Selatan dan perubahan yang tidak terlalu besar pula.

Apabila pertumbuhan ekonomi suatu daerah,dana alokasi dan juga investasi

(Kuncoro,2006:497). Jika dilihat berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Barat Tahun 2017 untuk lima tahun terakhir yaitu antara 2012 sampai 2016 memang mengalami kenaikan yang tidak terlalu besar dan perubahan tiap tahun.

Dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 6,5 dan

(4)

pendapatan asli daerah sebesar 32,9% . jika dibandingkan dengan tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan sebesar 6,9% sedangkan pendapatan asli daerah mengalami penurunan sebesar 18,3%. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan naik sebesar 7,3% dan pendapatan asli daerah juga naik sebesar 82,0%. Sedangkan pada tahun 2015 juga naik ke angka 15,8% pada tahun terakhir yaitu 2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten pesisir selatan nak ke angka 8,1% dan pendapatan asli daerah naik sebesar73,4%. Berikut adalah data pendapatan perkapita PDRB Kabupaten Pesisir Selatan.

Dari tahun ke tahun UMKM mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ini dapat membantu pergerakan roda perekonomian serta penyerapan tenaga kerja dan juga tidak tertutup kemungkinan menambah jumlah ekspor pada bidang tertentu dalam skala yang lebih besar. UMKM memberikan sumbangan positif pada perekonomian daerah Kabupaten Pesisir selatan khususnya dikecamatan IV Jurai memiliki potensi yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, serta dapat menyerap tenaga kerja secara bertahap. UMKM ditandai dengan tumbuhnya industri-industri kecil.

Salah satu industri kecil yang saat ini dikembangkan di kabupaten pesisir selatan adalah industri rakik, industri ini mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi kabupaten Pesisir Selatan. Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu penghasil Industri terbanyak contohnya saja dikecamatan IV Jurai mempunyai tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan industri rakik.

Di Kecamatan IV Jurai industri rakik merupakan jenis industri terbanyak dibandingkan industri lainnya, berjumlah 40 orang pelaku usaha sedangkan dikecamatan bayang hanya terdapat 25 orang pelaku usaha industri rakik.

masyarakat disana banyak yang melakukan usaha kecil seperti usaha industri rakik yang masih bertahan sampai saat ini.

Industri rakik merupakan industri yang banyak dilakukan oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sektor industri juga berpengaruh terhadap pendapatan suatu usaha, Pendidikan sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan kehidupan sehari-hari. Namun perlu untuk melihat apakah tingkat pendidikan benar- benar berpengaruh terhadap tingkat pandapatan seseorang. Tingkat pendapatan

(5)

seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor lain di luar pendidikan sehingga menarik untuk dikaji seberapa jauh peran faktor tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan.Di duga untuk meningkatkan jumlah pendapatan produksi suatu industri terdapat beberapa faktor yang berpengaruh penting seperti modal dan tenaga kerja.

Hipotesis

1) Tingkat Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik dikecamatan IV Jurai kabupaten pesisir selatan.

2) Modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik dikecamatan IV Jurai kabupaten pesisir selatan.

3) Lama usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik dikecamatan IV Jurai Kabupaten pesisir selatan.

4) Jam kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik dikecamatan IV Jurai Kabupaten pesisir selatan.

5) Tingkat pendidikan, modal, lama usaha dan jam kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik dikecamatan IV Jurai kabupaten pesisir selatan

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian survey, menurut Abdurahman (2011:16) penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah individu atau unit analisis, sehingga ditemukan fakta atau keterangan secara faktual mengenai gejala suatu kelompok atau prilaku individu dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembuatan rencana atau pengambilan keputusan. Penelitian survey ini merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang uumumnya survey menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan datanya.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018 kepada seluruh pelaku usaha industri rakik di kecamatan IV Jurai yang terdaftar dikantor Diskoperindag Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat.

Menurut Sugiyono (2004:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari keseluruhan pelaku usaha industri rakik di kecamatan IV jurai berjumlah 40 orang pelaku usaha.

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah total sampling yaitu sampel jenuh adalah sensuskarena semua

(6)

populasi menjadikan objek dalam penelitian ini sehingga digunakan metode

sensus sejumlah 40 pelaku usaha industri rakik dikecamatan IV Jurai.

Tabel 2.Rincian Jumlah Populasi dalam Penelitian ini :

No Nagari Jumlah pelaku usaha

1 Salido 10

2 Painan 8

3 Lumpo 4

4 Tambang 5

5 Sago salido 6

6 Bungo pasang 7

Jumlah 40

Sumber : Diskoperindag Kabupaten Pesisir Selatan 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskriptif Variabel Pendapatan (Y)

Pendapatan adalah hasil dari rata- rata penerimaan dikurangi dengan rata-rata pengeluaran dalam satu bulan yang responden bisa dapatkan setiap bulannya pada pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir selatan. pendapatan responden dari hasil usaha industri rakik setiap bulannya paling banyak adalah Rp.1.800.001–

Rp.2.200.000 yaitu 35% responden dan paling sedikit adalah Rp.1.000.000–Rp.

1.400.000 yaitu 7,5% responden dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp.2.032.500, pendapatan tertinggi sebesar Rp.3.000.000 dan pendapatan terendah sebesar Rp.1.000.000.

Deskriptif Variabel Pendidikan (X1) Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan terakhir responden pada pelaku usaha rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. pendidikan paling banyak adalah 12 tahun yaitu 50%

responden dan paling sedikit adalah 9 tahun yaitu 5% responden dengan rata-rata 11 tahun, pendidikan tertinggi adalah 15 tahundan pendidikan terendah adalah 6 tahun.

Deskriptif Variabel Modal (X2)

Modal pada penelitian ini adalah modal yang dikeluarkan pelaku usaha rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.modal paling banyak adalah Rp.500.000-Rp.700.000 yaitu 27,5% respondendan paling sedikit adalah Rp.1.500.001-Rp.1.600.000 yaitu 2,5%

responden dengan rata-rata modal adalah Rp.960.000, modal tertinggi adalah

(7)

Rp.1.600.000 dan modal terendah adalah Rp.500.000

Deskriptif Variabel Lama Usaha (X3) Lama usaha pada penelitian adalah lama usaha pelaku rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. lama usaha paling banyak adalah 10-12 tahun yaitu 30% respondendan paling sedikit adalah 22-25 tahun yaitu 12,5% responden dengan rata-rata lama usaha adalah 16,1

tahun, paling lama adalah 25 tahun dan paling cepat adalah 10 tahun.

Deskriptif Variabel Jam Kerja (X4) Jam kerja pada penelitian adalah jam kerja pelaku rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. jam kerja paling banyak adalah 1 jam yaitu 30%

respondendan paling sedikit adalah 6 jam yaitu 2,5% responden dengan rata-rata jam kerja adalah 2,72 jam, paling lama adalah 6 jam dan paling cepat adalah 1 jam.

Tabel 3:Hasil Analisis Regresi Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.714 .314 15.036 .000

Pendidikan

(X1) .229 .073 .301 3.140 .003

Modal (X2) .180 .061 .261 2.932 .006

Lama Usaha

(X3) .196 .113 .237 1.733 .092

Jam Kerja

(X4) .109 .045 .276 2.407 .021

a. Dependent Variable: Pendapatan (Y) Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel 21 di atas, maka dapat dirumuskan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y= a + bı Xı + Y= 4,714+ 0,229X1+0,180X2 + 0,196X3+ 0,109X4

1. Dari model persamaan regresi linear berganda di atas dapat diketahui bahwa nilai konstanta sebesar 4,714, yang berarti bahwa tanpa adanya pengaruh dari variable pendidikan, modal, lama usaha dan jam kerja maka pendapatan telah mencapai 4,714satuan.

(8)

2. Koefisien regresi variabel pendidikan (X1) sebesar 0,229. Hal ini berarti apabila pendidikan meningkat sebesar satu Tahun maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,229 Rupiah.

Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

3. Koefisien regresi variabel modal (X2) sebesar 0,180. Hal ini berarti apabila modal meningkat sebesar satu maka pendapatan akan meningkatkan sebesar 0,180 dalam setiap satuannya, dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

4. Koefesien regresi variabel lama usaha (X3) sebesar 0,196. Hal ini berarti apabila lama usaha meningkat sebesar satu Tahun maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,196 Rupiah dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

5. Koefesien regresi variabel jam kerja (X4) sebesar 0,109. Hal ini berarti apabila jam kerja meningkat sebesar satu satuan maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,109 Rupiah.

dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji t

Dari tabel 24 di atas dapat dilihat pengaruh masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan adalah:

a. Hipotesis 1, terdapat pengaruh antara pendidikan (X1) terhadap pendapatan (Y). Diperoleh nilai koefisien regresi pendidikan sebesar 0,229 dan nilai thitung sebesar 3,140>ttabel sebesar 2,030 sedangkan nilai signifikan 0,003<α0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara pendidikan (X1) terhadap pendapatan (Y) pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

b. Hipotesis 2, terdapat pengaruh antara modal (X2) terhadap pendapatan(Y) Diperoleh nilai koefisien regresi modal sebesar 0,180 dan nilai thitung sebesar 2,932>ttabel sebesar 2,030 sedangkan nilai signifikan 0,006<α0,05, berarti Ha

diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara modal (X2) terhadap pendapatan (Y) usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

c. Hipotesis 3, tidak terdapat pengaruh antara lama usaha (X3) terhadap pendapatan (Y) Diperoleh nilai koefisien regresi lama usaha sebesar 0,196 dan nilai thitung sebesar 1,733<ttabel

sebesar 2,030 sedangkan nilai signifikan 0,092>α0,05, berarti Ha

ditolak dan H0 diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak

(9)

terdapat pengaruh antara lama usaha (X3) terhadap pendapatan (Y) usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

d. Hipotesis 4, terdapat pengaruh antara jam kerja (X4) terhadap pendapatan (Y) Diperoleh nilai koefisien regresi jam kerja sebesar 0,109 dan nilai thitung sebesar 2,407>ttabel sebesar 2,030 sedangkan nilai signifikan 0,021<α0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara jam kerja (X4) terhadap pendapatan (Y) usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

Hasil Uji f

Dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 25 di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung572,852>Ftabel2,87 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan, modal, lama usaha dan jam kerja bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan dengan nilai koefisien regresi pendidikan sebesar 0,229 dan nilai thitung sebesar 3,140>ttabel sebesar 2,030 sedangkan nilai signifikan 0,003<α0,05, berarti Ha

diterima dan H0 ditolak.

2. Modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. dengan nilai koefisien regresi modal sebesar 0,180 dan nilai thitung sebesar 2,932>ttabel sebesar 2,030 sedangkan nilai signifikan 0,006<α0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak.

3. lama usaha terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. dengan nilai koefisien regresi lama usaha sebesar 0,196 dan nilai thitung sebesar 1,733<ttabel sebesar 2,030 sedangkan nilai signifikan 0,092>α0,05, berarti Ha

ditolak dan H0 diterima.

4. jam kerja terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.dengan nilai koefisien regresi jam kerjasebesar 0,109 dan nilai thitung sebesar 2,407>ttabel

sebesar 2,030sedangkan nilai signifikan 0,021<α0,05, berarti Ha diterima dan H0

ditolak.

(10)

5. Tingkat pendidikan, modal, lama usaha dan jam kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha industri rakik di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Dimana diperoleh dengan Fhitung 52,852>Ftabel2,87 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat dkatakan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Ambar, 2004, Kemitraan dan Model- Model Pemberdayaan. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka. BPS Pesisir Selatan.

Hasibuan, S. P. M. (2007:69). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jhingan, MI. (2003). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.

Padang : PT. Raja Grafindo

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

\

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Tambunan, Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil Dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu Penting. Salemba Empat.Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Modal Usaha, Kreativitas dan Daya Saing terhadap Pengembangan UMKM Hasil analisis menyatakan bahwa modal usaha, kerativitas dan daya saing terbukti secara bersama- sama

[r]