• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Receivable Financing dan Inventory Financing Terhadap Profitabilitas di BSI KCP Medan Iskandar Muda

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Tingkat Receivable Financing dan Inventory Financing Terhadap Profitabilitas di BSI KCP Medan Iskandar Muda"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 1064-1070

Pengaruh Tingkat Receivable Financing dan Inventory Financing Terhadap Profitabilitas di BSI KCP Medan Iskandar Muda

M. Ridwan1*), Ahmad Fauzi Sitorus2)

1,2Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara

*Email korespondensi: m.ridwanku@gmail.com

Abstract

This research is motivated by the fact that financing is the main source of income for banks. Profitability is a measuring tool used to determine how far a bank has progressed towards the goal of increasing bank profits.

Equity financing, including debt financing under Qardh contracts(debt financing) and inventory financing under sales agreements (inventory financing), can affect the Bank's income. In addition, the increase in outflow of funds from banks is expected to affect the income of Islamic banks. The researcher examines the effect of receivables and inventories on the profitability of BSI KCP Medan Iskandar Muda in these cases. This research was conducted at BSI KCP Medan Iskandar Muda Medan Iskandar Muda The data analysis method used is quantitative. The data collection technique used in this thesis is in the form of documentation of the financial statements of Indonesian Islamic banks in 2017-2021

Keywords: Effect of Receivable Financing and Inventory Financing

Saran sitasi: Ridwan, M., & Sitorus, A. F. (2023). Pengaruh Tingkat Receivable Financing dan Inventory Financing Terhadap Profitabilitas di BSI KCP Medan Iskandar Muda. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 1064-1070. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i1.8350

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i1.8350

1. PENDAHULUAN

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang- Undang tahun 1998 tentang perubahan Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan Bank Syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pranomo 2012). Pada Undang- undang di atas menjelaskan tentang pengertian bank terkait tentang pelaksanaan kegiatan bank yang berdasarkan prinsip syariah. Dimana kegiatan bank syariah diantaranya ialah menghimpun dana, menyalurkan dana dan jasa. Tujuan di dirikan Bank syariah untuk mempromosikan dan mengembangkan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan serta bisnis yang terikat (Damayanti, Suartini, and Mubarokah 2021). Berdirinya bank syariah merupakan murni dari keinginan umat islam untuk bisa bertransaksi dengan keuangan yang berbasiskan syariat islam. Pada

dasarnya yang membedakan operasional bank konvensional dan bank syariah meliputi beberapa hal, seperti aspek akad dan legalitas. Akad dalam istilah perbankan syariah diartikan sebagai ikatan atau kesepakatan antar bank dengan nasabah.

Landasan dasar beroperasinya bank syariah adalah penerapan prinsip-prinsip dasar ekonomi islam dalam sistem operasionalnya salah satunya adalah tidak adanya konsep bunga uang atau tidak digunakannya istilah peminjaman uang. Akan tetapi bank syariah menggunakanistilah kemitraan atau kerjasama dengan prinsip bagi hasil.

Peminjaman uang hanya untuk tujuan sosial tanpa imbalan apapun (Jennah and Yuli 2019)Pembiayaan di bank syariah atau disebut kredit di bank konvensional, pada dasarnya merupakan suatu kesepakatan bank dengan nasabah yang memerlukan dana untuk membiayai kegiatan atau aktivitas tertentu. Kesepakatan penyaluran pembiayaan bank kepada nasabah tersebut dapat dibedakan berdasarkan akad yang digunakan.

(2)

Akad pembiayaan bisa berupa jual beli, akad penanaman modal atau investasi, akad sewa atau sewa beli dan akad lainnya. Ada pula akad pinjam meminjam uang tanpa tambahan atas pokok atau bunga. Pembiayaan merupakan aktivitas utama bank yang menghasilkan pendapatan bagi bank syariah.

Profitabiltas atau kemampuan sangat penting bagi perusahaan karena dapat mencerminkan keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Profitabiltas menunjukan keunggulan perusahaan dalam persaingan bisnis. Semakin tinggi tingkat profitabiltas maka kinerja perusahaan semakin baik. (Marlinah 2014)

Kini bank syariah telah mengalami perkembangan yang pesat. Saat ini jumlah bank yang berlandaskan prinsip syariah dan bank umum yang telah membuka unit usaha syariah semakin bertambah. Menurut data statistik perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan awal tahun 2021 terdapat 14 bank umum syariah di Indonesia. Dilihat dari sisi aktivas neraca akan terlihat bahwa sebagian besar dana operasional setiap bank diputarkan dalam pembiayaan yang diberikan.

Kenyataan ini menggambarkan bahwa pembiayaan merupakan sumber pendapatan terbesar, namun sekaligus merupakan sumber risiko operasi bisnis perbankan yang terbesar yang berakibat pada pembiayaan atau pembiayaan bermasalah bahkan macet yang akan menggangu operasional dan likuiditas bank. Bagi Bank Syariah hambatan utama yang dapat menjadi ancaman adalah banyaknya piutang yang saat sudah waktunya pembayaran sesuai akad perjanjian tetapi tidak dapat membayar dengan tepat waktu.

Banyaknya piutang yang mengakibatkan terganggunya perputaran dana pada Bank Syariah.

Apalagi masalah piutang macet tidak dapat segera ditangani secara serius, tidak mungkin kerugian yang lebih besar tidak dapat dihindar lagi. Maka dari itu risiko pembiayaan yang bermasalah atau macet dapat di perkecil dengan melakukan analisa pembiayaan, yang tujuan utamanya adalah menilai seberap besar kemampuan dan kesediaan debitur mengembalikan pembiayaan yang mereka pinjamdan membayar margin keuntungan dan bagi hasil sesuai perjanjian pembiayaan (Jurnal et al. 2022) Sebagian besar dana yang di pergunakan oleh bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah dana nasabah investor, sehingga dana nasabah

penyimpan/nasabah investor wajib mendapatkan perlindungan hukum.

Profitabilitas atau laba merupakan tujuan utama berdirinya suatu perusahaan termasuk bank syari’ah. Sedangkan menurut (Margaretha and Oktaviani 2016). Profitabilitasadalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Bagi perusahaan masalah profitabilitas sangat penting. Bagi pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidak perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan, maka ada peluang untuk meningkatkan gaji karyawan. Tujuan inilah yang menjadikan bank syari’ah harus aktif dalam mencari sumber- sumber dari mana mereka bisa memperolehnya. Profitabilitas yang tinggi akan dapat mendukung kegiatan operasional secara maksimal. Tinggi rendahnya profitabilitas dipengaruhi banyak faktor seperti modal kerja. Dalam melakukan aktivitas operasionalnya setiap perusahaan akan membutuhkan potensi sumber daya, salah satunya adalah modal, baik modal kerja seperti kas, piutang, persediaan dan modal tetap seperti aktiva tetap. Modal merupakan masalah utama yang akan menunjang kegiatan operasional perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya (Arifin and Indrayang 2017). Berikut adalah grafik yang menunjukkan tingkat profitabilitas bank syariah dilihat dari laba yang diperoleh dari tahun 2013 - 2020

Gambar 1

Pertumbuhan Laba Bank Syariah Indonesia Periode 2013-2020 (dalam persen)

Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Indonesia pada 25 januari 2021

Bedasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa laba Bank Syariah Indonesia menunjukkan pola yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal tersebut wajar terjadi dalam dunia perbankan. Karena

(3)

sebagai lembaga yang bergerakdi sektor keuangan tidak akan lepas dari pengaruh kondisi perekonomian yang tengah terjadi.

Penurunan laba bisa terjadi lantaran seiring penurunan margin yang diperoleh sehingga mengakibatkan laba menurun. Mengingat pentingnya modal kerja di dalam perusahaan, manajer keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Pembiayaan modal kerja yang meliputi receivable financing (pembiayaan piutang) dan inventory financing (pembiayan persediaan)

Inventory financing (pembiayaan persediaan) adalah pembiayaan yang digunakan untuk mendanai komponen modal kerja. Bank syariah memenuhi setiap kebutuhan modal kerja dengan menggunakan prinsip jual beli (murabahah, istishna dan salam).

Receivable financing (pembiayaan piutang) yaitu bentuk pinjaman untuk berbagai keperluan, khususnya pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan dana untuk kebutuhan mendesak Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja bukan dengan cara meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan kerjasama dengan nasabah (Arwiana, Rinofah, and Sari 2020). Keberadaan receivable financing (pembiayaan piutang) dan

inventory financing (pembiayaan

persediaan)digunakan bank dalam memperoleh laba yang tentunya diimbangi dengan pengelolaan dana yang baik. Sehingga dengan laba yang meningkat maka BSI mampu meningkatkan profitabilitasnya dengan baik.

2. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan asosiatif untuk mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Untuk mengetahui pengaruh dana piutang dan persediaan terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia akan dilakukan analisis data kuantitatif menggunakan angka dan analisis data yang ada .Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dokumen, gambar dan dokumen elektronik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini disajikan data penelitian yang didapatkan dari laporan keuang BSI yaitu data variabel Receivable Financing, Inventory Financing, dan Profitabilitas yang digunakan juga untuk pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS versi 27.0

Tabel 1 Data Penelitian Tahun

Receivable Financing

(qardh)

Inventory Financing (Murabahah)

Profitabiltas 2017 1.963.321 36.198.342 0,59 2018 2.609.571 36.233.737 0,59 2019 4.044.308 38.355.135 0,88 2020 6.441.269 50.170.279 1,69 2021 7.244.191 45.852.119 1,65 Sumber : data diolah peneliti, (2022)

Hasil Uji Deskriptif, hasil uji deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan data yang diambil pada tiap item variabel tanpa mengambil kesimpulan secara umum. Data yang digambarkan berupa nilai rata-rata, median, nilai minimum, maksimum, range, dan std. deviation. Berikut ini hasil uji deskriptif variabel.

Tabel 2

Hasil Uji Deskriptif Variabel Statistik Receivable

Financing

Inventory Financing

Profitabilitas Mean 4,460,532.0

0

41,361,922 .40

1.080 0 Median 4,044,308.0

0

38,355,135 .00

.8800 Std.Deviatio 2,318,805.6

36

6,319,624.

791

.5516 3 Range 5,280,870 13,971,937 1.10 Minimum 1,963,321 36,198,342 .59 Maximum 7,244,191 50,170,279 1.69

Dari tabel diatas diketahui nilai rata-rata pada variabel Receivable Financing sebesar Rp.4.460.532,00, median sebesar Rp.4.044.308,00.

Std. deviation sebesar Rp.2.318.805,637. Range atau selisih antara nilai tertinggi dan terendah sebesar Rp.5.280.870. nilai terendah sebesar Rp.1.963.321.

dan nilai tertinggi sebesar Rp.7.244.191. Pada variabel Inventory Financing diketahui nilai rata-rata pada variabel Inventory Financing sebesar Rp.

41.361.922,40, median sebesar Rp. 38.355.135,00.

Std. deviation sebesar Rp.6.319.624,791. Range atau selisih antara nilai tertinggi dan terendah sebesar

(4)

Rp.13.971.937. nilai terendah sebesar Rp.36.198.342.

dan nilai tertinggi sebesar Rp.50.170.279. Pada variabel Profitabilitas diketahui nilai rata-rata pada variabel Profitabilitas sebesar1,08% median sebesar 0,88%. Std. deviation sebesar 0,55163%. Range atau selisih antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 1,10%. nilai terendah sebesar 0,059%. dan nilai tertinggi sebesar 1,69%.

Uji Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi, determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar variabel dependen bisa dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilainya adalah antara nol sampai dengan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Berikut ini hasil uji Koefisien determinasi (R2).

Tabel 3

Hasil Uji Koefisien Determinasi

R R Square Keterangan Hubungan

0,998a .804 Sangat Kuat

Dari tabel diatas diketahui nilai R square sebesar 0,804. maka total kontibusi yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 0,804 X 100 = 80,4%. Artinya Receivable Financing dan Inventory Financing berpengaruh terhadap Profitabilitas sebesar 80,4%. Sedangkan sisanya 19,6% dipenagruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.

Uji F

F-tes digunakan untuk menguji pengaruh secara bersama-sama antara Receivable Financing dan Inventory Financing terhadap Profitabilitas.

a. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel => Tidak ada pengaruh yang signifikanantara Receivable Financing dan Inventory Financing terhadap Profitabilitas.

b. Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel => Ada pengaruh yang signifikan antara antaraReceivable Financing dan Inventory Financing terhadap Profitabilitas.

Tabel 4 Hasil Uji F

F R Square Keterangan Hubungan

251.956 .004b Signifikan

Berdasarkan hasil uji F sebelumnya diketahui nilai F hitung sebesar 251,956 > F tabel 10,33 dan sig.

sebesar 0,004 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa secara simultan atau keseluruhan variabel Receivable Financing dan Inventory Financing berpengaruh terhadap Profitabilitas.

Uji T

Untuk mengetahui keterandalan serta kemaknaan dari nilai koefisien regresi, sehingga dapat diketahui apakah pengaruh variabel Receivable Financing (X1) dan Inventory Financing (X2) terhadap profitabilitas (Y), signifikan atau tidak. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu :

a. Ho diterima jika t hitung < t tabel => tidak ada pengaruh yang signifikan antara Receivable Financing dan Inventory Financing terhadap Profitabilitas.

b. Ho ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel => ada pengaruh yang signifikan antara Receivable Financing dan Inventory Financing terhadap Profitabilitas

Tabel 5 Hasil Uji T

Model T Sig. Keterangan

Receivable Financing 4.9 32 .03 9 Signifikan Inventory Financing 4.3 68 .04 9 Signifikan

Diketahui nilai t tabel dalam penelitian ini dimana N =5 dengan sig. 0,05 sebesar 2,570 Dari hasil uji T sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pada variabel Receivable Financing diketahui nilai t hitung sebesar 4,932 > t tabel 2,570 dan sig.

sebesar 0,039 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa variabel Receivable Financing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas.

b. Pada variabel Inventory Financing diketahui nilai t hitung sebesar 4,368 > t tabel 2,570 dan sig.

sebesar 0,049 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa variabel Inventory Financing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas.

4. PEMBAHASAN

Pengaruh Receivable Financing terhadap Profitabilitas

Receivable Financing (

pembiayaan piutang)

diartikan sebagai di bank syariah yang hanya

dapat dilakukan dalam bentuk al-qardh, dimana

bank tidak bolehmeminta imbalan, kecuali biaya

(5)

administrasi (Arifin and Indrayang 2017). Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk meningkatkan volume usahanya.

(Margaretha, Ekonomi, and Trisakti 2016) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra (2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui variabel Receivable Financing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas hal ini dapat dilihat juga pada uji regresi diketahui nilai koefisien regresi bernilai positif ini menandakan bahwa semakin meningkatnya variabel Receivable Financing maka akan menigkatkan profitabilitas bagi bank syariah Indonesia (BSI). Sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Ria Risky Amalia (2015) menemukan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank syariah, berdasarkan hasil analisis data. Receivable Financing (Pembiayaan piutang) dengan bentuk qardh memang tidak banyak memiliki keuntungan yang besar, namun keuntungan masih bisa diperoleh dari administrasi bank yang meningkat setiap tahunnya. Ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh terhadap kemudahan perusahaan dalam memperoleh hutang. Ukuran perusahaan ditentukan oleh total aset, total penjualan, total penjualan rata-rata, dan total aset rata-rata. Oleh karena itu, ukuran perusahaan didefinisikan sebagai jumlah aset yang dimiliki guna menjamin sumber pendanaan yang ada.

Pengaruh Inventory Financing terhadap Profitabilitas

Salah satu asset perusahaan yang berhubungan langsung untuk memperoleh laba adalah persediaan.Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang aktif dalam operasi perusahaan.Tinggi rendahnya profitabilitas dipengaruhi banyak faktor seperti modal kerja (kas, piutang dan persediaan).Persediaan merupakan salah satu asset perusahaan yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan perusahaan memperoleh pendapatan. Persediaan merupakan

aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan, aktiva dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Menurut (Ayu 2020) Pengelolaan inventory financing merupakan fungsi penting dalam perusahaan. Inventory yang berlebih dapat menyebabkan isu likuiditas, sementara inventory financing yang kurang, berakibat pada proses produksi dan pemenuhan order pelanggan. Para manajer perlu memahami dengan baik pengelolaan inventory financing secara efektif dan Perspektif keuangan dalam pengelolaan inventory mencakup aspek akuntansi dan manajemen keuangan., pengelolaan inventory mencakup penentuan tingkat inventory yang paling optimal dalam arti cost paling minimal dan service level yang maksimal.

Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, dimana kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat fatal. (Damayanti, Suartini, and Mubarokah 2021) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, kemungkinan semakin besar perusahaan akan memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaannya rendah maka kemungkinan semakin kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan.

Sedangkan (Silalahi, Octavia Elisabeth L.

Siregar, P. Tarigan 2018) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.Hal ini didukung oleh hasil penelitianLazaridis dan Tryfonidis (2006), Raheman dan Nasr (2007) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran persediaanberpengaruh terhadap profitabilitas.

Berdasarkan hasil uji statistic diketahui Inventory Financing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas hal ini dapat dilihat juga pada hasil uji regresi diketahui nilai koefisien bernilai positif artinya semakin baik Inventory Financing maka akan mengkatkan profitabilitas.. Hasil penelitian yang diteliti oleh peneliti ini menunjukkan bahwa Inventory Financing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas PT. Syariah Mandiri Tbk.

artinya semakin setiap terjadinya peningkatan pada

(6)

Inventory Financing maka akan meningkatkan Profitabilitas. Jika ada peningkatan pada Inventory Financing maka akan terjadi peningkatan pada Profitabilitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sufyan (2015) yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas Bank Umu m Syari’ah. Hal ini karena pembiayaan jual beli yang disalurkan oleh bank pada nasabah akan dikembalikan sesuai perjanjian yang telah disepakati bersama antara bank dengan nasabah sehingga dapat mengkatkan profitabiltas bagi bank.

Pengaruh Receivable Financing dan Inventory Financing terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji statistik pada hasil uji F diketahui sig. sebesar 0,004 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa secara simultan atau keseluruhan variabel Receivable Financing dan Inventory Financing berpengaruh terhadap Profitabilitas. Total kontribusi pengaruh yang berikan sebesar 80,4%.

Sedangkan sisanya 19,6% dipenagruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti, hal ini dapat dilihat pada tabel Hasil uji koefisien determinasi (R2).

Receivable Financing merupakan salah satu pembiayaan yang ada di bank syari’ah yaitu pembiayaan piutang yang mana merupakan bentuk pinjaman untuk berbagai keperluan nasabah, khususnya pembiayaan jangka pendek yang dijamin oleh piutang sedangkan Inventory Financing untuk memenuhi kebutuhan pendanaan persediaan dengan menggunakan prinsip jual beli. Oleh karena itu, kemampuan bank dalam mengelola aktiva lancar khususnya pada pembiayaan modal kerja dapat mempengaruhi kestabilan profitabilitas bank.

Menurut (Pranomo 2012) Nilai perusahaan merupakan suatu hal yang penting bagi seorang manajer maupun bagi seorang investor. Bagi seorang manajer nilai perusahaan merupakan suatu tolak ukur atas prestasi kerja yang telah dicapainya. Apabila seorang manajer mampu meningkatkan nilai perusahaan maka manajer tersebut telah menunjukkan kinerja yang baik bagi perusahaan.

Sedangkan bagi investor peningkatan nilai perusahaan merupakan persepsi yang baik terhadap perusahaan.

Ketika seorang investor memiliki opini positif terhadap suatu perusahaan, hal itu menarik investor lain untuk berinvestasi, yang pada gilirannya meningkatkan harga saham dan meningkatkan nilai

perusahaan. Secara umum produk penyaluran dana kepada masyarakat adalah pembiayaan berdasarkan akad jual beli dalam bentuk qardh dan qardhul hasan, akad sewa, akad bagi hasil dan akad kredit sosial (tabarru). Dana yang terkumpul harus dikelola dengan baik. Misalnya dengan melakukan pelonggaran dana produktif atau pendanaan sehingga manfaat pendanaan mempengaruhi stabilitas pendapatan bank (BSI dalam hal ini). Bank syariah selalu bertindak sebagai perantara. Kepercayaan masyarakat akan menempati porsi sangat besar dalam kelangsungan hidup bank syari’ah karena kelangsungan hidup bank syari’ah sangat ditentukan oleh kepercayaan masyarakat. Alokasi penggunaan dana bank syari’ah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu: Earning Asset ( aktiva yang menghasilkan) dan Non Earning Asset (aktiva yang tidak menghasilkan). Dari pengalokasian dana tersebut maka bank syari’ah bisa memperoleh keuntungan. Adanya pengaruh receivable financing dan inventory financing dalam memperoleh laba ini tentunya diimbangi dengan pengelolaan dana yang baik. Sehingga dengan laba yang meningkat maka BSI mampu meningkatkan profitabilitasnya dengan baik.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat di tarik kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Variabel Receivable Financing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas b. Variabel Inventory Financing berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Profitabilitas c. Secara keseluruhan Receivable Financing dan

Inventory Financing berpengaruh terhadap Profitabilitas

d. Variabel Receivable Financing dan Inventory Financing berpengaruh terhadap Profitabilitas sebesar 80,4%. Sedangkan sisanya 19,6%

dipenagruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti

.

6. REFERENSI

Arifin, A. Z., & Indrayang, P. (2017). Dampak Kebijakan Modal Kerja, Leverage, Dan Aset Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek in Indonesia Periode 2010-2012. Jurnal Ekonomi 20(1): 20–

35.

(7)

Arwiana, I. K., Rinofah, R., & Sari, P. P. (2020).

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Kimia Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

Ayu, M. (2020). Pengaruh Perputaran Piutang Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Mandiri Saburai, 3(01): 59–67.

Damayanti, Erlyna, Suartini, S., & Mubarokah, I.

(2021). Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Dan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 7(1): 250.

Jennah, A., & Yuli, R. (2019). Pengaruh Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Jurnal Akuntansi, Vol. 8, No. 2, November (2019)8(2): 155–63.

Jurnal, H, Made Putri Ariasih, Ni Luh, & Rahmantari, L. (2022).Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis. Maret 2(1): 31–36.

Margaretha, Farah, Fakultas Ekonomi, and Universitas Trisakti. (2016). Pengaruh Manajemen Modal Kerja Dan Menengah Di Indonesia. Bisnis Dan Akuntansi 18(1): 11–24.

Margaretha, Farah, & Oktaviani, C. (2016). Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Usaha Kecil Dan Menengah Di Indonesia.

Jurnal Bisnis Dan Akuntansi 18(1): 11–24.

Marlinah, A. (2014). Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Dan Faktor Lainnya Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi 16(2): 103–13.

Pranomo. (2012). Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada CV.

Prima Cipta Pratama). Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen 11(2461–0593).

Silalahi, O. E. L. S., Tarigan, P., & Manurung, S.

(2018). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa. Jurnal Online Mahasiswa, 6(1).

Referensi

Dokumen terkait

After cycle 2 was done using L1 interchangeably with English in the explanations, the students’ achievement of writing English sentences in Present Perfect Tense increased to 75%,

AWARDS RECEIVED: From School: From Professional: From School Performance: From Community: From National: From International: ORGANIZATIONS INVOLVED: Category: LOCAL