• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN, NON KEUANGAN DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP INITIAL RETURN DAN RETURN 60 HARI SETELAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH VARIABEL KEUANGAN, NON KEUANGAN DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP INITIAL RETURN DAN RETURN 60 HARI SETELAH "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN, NON KEUANGAN DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP INITIAL RETURN DAN RETURN 60 HARI SETELAH

IPO

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Elsa Theana Ayu Kusuma 145020401111003

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2018

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH VARIABEL KEUANGAN, NON KEUANGAN DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP INITIAL RETURN DAN RETURN 60 HARI

SETELAH IPO

Yang disusun oleh :

Nama : Elsa Theana Ayu Kusuma

NIM : 145020401111003

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Maret 2018

Malang, 26 Maret 2018 Dosen Pembimbing,

Dr. Rachmad Kresna Sakti, SE., M.Si

NIP. 19631116 199002 1 001

(3)

1

Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Makro Ekonomi Terhadap Initial Return dan Return 60 Hari Setelah IPO

Elsa Theana Ayu Kusuma

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email :[email protected]

ABSTRAK

Permasalahan pada penelitian ini adalah adanya perbedaan antara hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan inkonsistensi atas hasil penelitian pada pengaruh variabel keuangan, non keuangan dan makro ekonomi terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan apakah variabel keuangan, non keuangan dan makro ekonomi berpengaruh terhadap initial return maupun return saham 60 hari setelah IPO, terdapat perbedaan initial return pada saham underpricing dan overpricing pada saat IPO, terdapat perbedaan keuntungan saham antara initial return dengan return saham 60 hari setelah IPO. Variabel keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rate Of Return on Total Asset, Earning Per Share, dan Current Ratio. Variabel non keuangan yang digunakan adalah umur perusahaan dan reputasi underwriter. Sedangkan variabel makro ekonomi yang digunakan yaitu inflasi dan nilai tukar. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang melakukan IPO pada tahun 2016-2017 dan memiliki laporan keuangan yang lengkap, sehingga terdapat 32 perusahaan yang dapat diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa komponen variabel keuangan yang berpengaruh terhadap initial return hanya EPS, variabel non keuangan (umur perusahaan dan reputasi underwriter) berpengaruh terhadap initial return dan variabel makro ekonomi yaitu inflasi dan nilai tukar juga berpengaruh terhadap initial return. Sedangkan dari komponen variabel keuangan, non keuangan maupun makro ekonomi tidak ada yang mempengaruhi return 60 hari setelah IPO. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan initial return pada saham underpricing dengan saham overpricing pada saat IPO. Hasil penelitian membuktikan adanya perbedaan antara initial return dengan return saham 60 hari setelah IPO

Kata kunci: Variabel Keuangan, Non Keuangan, Makro Ekonomi, Initial Return dan Return saham 60 hari setelah IPO.

A. PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan globalisasi dan pasar bebas memberi dampak bagi perkembangan ekonomi dunia. Terlebih didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan keuangan, hal ini menyebabkan semakin meluasnya jangkauan aktivitas bisnis di seluruh dunia. Keadaan ini membawa dampak pada persaingan antar perusahaan yang berdampak pada kelangsungan hidup maupun kesempatan berkembang. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk mengembangkan strategi untuk mempertahankan hal tersebut, diantaranya adalah dengan melakukan perluasan usaha (Bussines Expansion), untuk melakukan hal ini perusahaan membutuhkan dana tambahan modal.

Ketika perusahaan memiliki saldo laba yang dapat mencukupi maka masalah pendanaan tidak mungkin terjadi, karena dengan melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) maka saldo laba dapat dialokasikan menjadi modal kerja atau dengan cara lain saldo laba dikonvensi menjadi deviden kemudian disetor dan dicatatkan sebagai modal ditempatkan dan disetor penuh secara proporsional oleh pemegang saham. Perubahan anggaran dasar permodalan sehubungan dengan adanya tambahan modal ditempatkan dan disetor penuh, menimbulkan konsekuensi pada jumlah saham beredar akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan masalah bagi perusahaan itu sendiri. Apabila cara ini tidak dapat dilakukan maka perusahaan harus melakukan cara lain yaitu dengan melakukan pengajuan kredit ke bank tetapi perusahaan harus dalam kondisi layak mendapatkan fasilitas kredit dan harus menyediakan jaminan. Tetapi cara ini juga mengandung konsekuensi yaitu perusahaan harus menanggung biaya-biaya yang harus dibayar berupa biaya provisi dan biaya bunga. Demikian juga jika perusahaan menerbitkan surat utang atau obligasi karena adanya bunga (kupon) yang harus dibayarkan kepada pemegang obligasi. Alternatif lain yang bisa ditempuh perusahaan dan tidak seberapa banyak yang ditanggung oleh perusahaan yaitu melalui pasar modal dengan menawarkan sahamnya kepada masyarakat umum atau go public.

(4)

2

Perusahaan-perusahaan yang go public biasanya memiliki tujuan masing-masing dan berbeda- beda, proses go public harus melalui tahapan-tahapan, mulai dari tahap persiapan, tahap pengajuan pernyataan pendaftaran, tahap penawaran efek pada pasar Perdana (primary market), dan tahap terakhir yaitu pencatatan efek di bursa perdagangan di pasar sekunder (Bursa Efek). Dengan melihat tahapan – tahapan ini maka dapat disimpulkan bahwa saham sebelum diperjualbelikan di pasar sekunder atau bursa efek terlebih dahulu dilakukan penawaran umum saham penjualan saham pada publik oleh perusahaan untuk pertama kalinya di pasar perdana atau primary market, hal ini disebut dengan initial public offering (IPO).

Pada saat IPO umumnya investor memiliki informasi terbatas seperti yang diungkapkan dalam prospektus yang memuat rincian informasi serta fakta material mengenai penawaran umum emiten baik berupa informasi keuangan maupun non keuangan. Dari informasi yang dimuat dalam prospektus tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan bagi investor ketika akan membeli saham.

Informasi keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan informasi non keuangan berisi informasi tentang penjamin emisi, auditor, independen, konsultal hukum, nilai penawaran saham, presentasi saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lain yang mendukung (Kim et al, 1993; Broude, 1997; Duchame et al, 2000).

Selain informasi tersebut adapula faktor makro ekonomi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk keputusan investasi, faktor makro ekonomi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan hal tersebut, ibrohim (2002) dalam Yusof (2007) mengungkapkan bahwa kondisi pasar modal merupakan leading indicator bagi ekonomi suatu negara saling berkaitan dengan kondisi makro ekonomi di suatu negara tersebut. Dengan kata lain ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan, investor akan mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan, kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Aksi jual-beli saham ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga saham, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks-indeks di pasar modal maupun tingkat pengembalian bagi investor.

Fenomena yang sering kali terjadi saat perusahaan melakukan IPO adalah munculnya perbedaan harga saham di pasar perdana dan pasar sekunder. Penentuan harga saat penawaran perdana atau IPO ditentukan atas kesepakatan emiten dengan penjamin emisi atau underwriter. Harga saham pasar sekunder berdasarkan atas permintaan dan penawaran atau bisa disebut dengan mekanisme pasar. Kedua mekanisme ini menimbulkan perbedaan harga antara harga saat penawaran perdana dengan harga saham di pasar sekunder, perbedaan harga ini disebut dengan adanya overpricing dan underpricing.

Rahmawati (2007) dalam Fitriani (2013) menjelaskan overpricing merupakan suatu keadaan saham memberikan return negatif pada transaksi pasar sekunder setelah penawaran perdana. Ketika terjadi overpricing perusahaan berhasil menghimpun dana yang lebih murah, sedangkan investor mengharapkan underpricing saat membeli saham di pasar perdana, karena investor mengharap mendapatkan capital gain (Mardiyah, 2002). Sedangkan Menurut Nyoman dan Suad (2004) dalam Fitriani (2013) menyatakan Underpricing merupakan suatu keadaan dimana harga yang terjadi pada saat penawaran perdana dianggap lebih murah dibandingkan harga sebenarnya, selisih harga inilah yang dikenal dengan initial return (IR) atau positif return bagi investor.

Initial Return atau positif return adalah keuntungan yang didapatkan pemegang saham atau investor karena adanya margin harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham tersebut di pasar sekunder. Para memilik saham biasanya lebih menginginkan untuk meminimalisir situasi underpricing, karena jika terjadi situasi ini menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik saham karena investor akan menerima Initial Return (Beatty, 1989).

Fenomena underpricing ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi investor karena investor bisa menikmati return dari pembelian saham yang dilakukan, fenomena ini seringkali terjadi diberbagai negara maupun indonesia dalam jangka pendek. Dalam pengamatan lebih lanjut ternyata perusahaan yang melakukan IPO banyak mengalami penurunan kinerja dalam jangka waktu yang lama. Akibat dari penurunan ini bisa dikatakan investor yang membeli saham untuk periode jangka waktu yang lebih lama bisa tidak menikmati return yang telah diharapkan.

Penelitian mengenai perbedaan harga di pasar Perdana lebih rendah dibandingkan di pasar sekunder sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian terdahulu tentang IPO lebih memfokuskan pada variabel keuangan dan non keuangan terhadap initial return dan return, dan hasilnya juga banyak variabel – variabel yang tidak konsisten yang berpengaruh terhadap initial return maupun return.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, dengan menggunakan variabel

(5)

3

keuangan, non keuangan dan makro ekonomi. Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuktikan apakah variabel keuangan, non keuangan dan makro ekonomi berpengaruh terhadap initial return maupun return saham 60 hari setelah IPO, membuktikan apakah terdapat perbedaan initial return pada saham yang mengalami underpricing dan overpricing pada saat IPO, dan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan antara keuntungan saham initial return dengan return saham 60 hari setelah IPO.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Saham atau sekuritas merupakan selembar kertas yang merepresentasikan hak pemilik lembar kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari tujuan masa depan atau prospek kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2004).

Bagi para investor dengan berbagai macam alasan, investasi saham lebih menarik. Pada umumnya fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh mekanisme pasar atau penawaran dan permintaan di pasar. Harga saham akan cenderung mengalami kenaikan jika permintaan terhadap saham itu meningkat, sedangkan harga saham akan mengalami penurunan jika penawaran berlebihan.

Keuntungan hasil penjualan akibat adanya fluktuasi harga saham ini dapat berupa capital gain maupun capital loss.

Capital gain merupakan keuntungan dari jual beli harga saham, diperoleh pada saat nilai jual lebih besar daripada nilai beli, sedangkan capital loss adalah kerugian dari hasil jual beli saham dimana harga beli lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual. Biasanya pemegang saham akan tetap mempertahankan saham dengan tidak ditransaksikan untuk menghindari kerugian atau capital loss dan mempunyai harapan harga saham akan meningkat kembali. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapi. Return dan risiko investasi sulit dipisahkan karena terdapat korelasi sebagaimana yang dijelaskan dalam teori portofolio semakin tinggi return yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risiko dalam sekuritas yang bersangkutan (high risk high return). berarti, setiap ekspektasi di masa datang atas suatu investasi maka pasti terdapat risiko potensial akan terjadi dari investasi tersebut.

Terlebih masa datang mengandung ketidakpastian, sementara ketidakpastian sesungguhnya adalah risiko. Terkait dengan ekpektasi investor tersebut dijelaskan dalam teori expectancy dan teori motif (motive theory). Teori expentancy menjelaskan bahwa investor memiliki pengharapan keuntungan tertentu dari investasi. Psikologis investasi para investor aakaan meningkat jika kemungkinan ekpektasi keuntungan masa datang lebih besar dari probalitas risiko yang muncul. Kontek dari teori expectancy tersebut diperkuat oleh sikap opportunistik investor sebagaimana dijelaskan dalam motive theory bahwa investor merupakan pihak rasional, sehingga mereka akan menjatuhkan pilihan investasi apabila economic benefit akan diperolehnya. Oleh karena itu, investor akan melakukan kalkulasi trade of cost and benefit dalam banyak tindakan dan keputusan. Investor akan memberikan ruang dan peluang manakala instrumen tersebut dapat memberikan probabilitas return yang diharapkan.

Menurut Robert Ang (1995) dalam Nor Hadi (2013) menjelaskan bahwa Return (kembalian) merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan.

Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak melakukan investasi. Dengan demikian, setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bagi investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat, tetapi bagi investor lain, saham memberikan penghasilan yang berupa deviden. Bagi investor, deviden memiliki suatu daya tarik dalam memiliki saham dengan orientasi jangka panjang. Sedangkan investor yang memiliki orientasi jangka pendek lebih menyukai dan mengharapkan capital gain. Menurut Gordon (1963) dalam Rina (2008) menyatakan bahwa investor lebih memilih deviden karena dianggap lebih pasti dibandingkan capital gain. Sementara jika dikaitkan dengan pajak, menurut Brigham dan Daves (2002) dalam Rina (2008) maka investor cenderung untuk lebih memilih capital gain daripada deviden hal ini disebabkan karena pajak dari deviden lebih tinggi dibandingkan dengan pajak capital gain, dan pembayaran pajak capital gain dapat ditunda sampai investor mengexercise sahamnya.

(6)

4 Overpricing dan Underpricing

Rahmawati (2007) dalam Fitriani (2013) menjelaskan overpricing merupakan suatu keadaan saham memberikan return negatif bagi investor pada transaksi pasar sekunder setelah penawaran perdana. Berdasarkan penjelasan tersebut maka overpricing merupakan keadaan ketika harga saham di pasar sekunder lebih rendah daripada harga dipasar perdana. Kondisi ini akan mempengaruhi initial return maupun return 60 hari setelah IPO.

Sedangkan underpricing dapat dikatakan sebagai keadaan dimana saham memberikan return positif pada transaksi di pasar sekunder setelah penawaran perdana. Menurut Jogiyanto (2007) underpricing adalah selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau pada saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal dengan initial return (IR) atau positif return bagi investor.

Teori – teori yang berkaitan dengan Underpricing dan Overpricing

Fenomena underpricing dan overpricing terjadi dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak penjami emisi dengan pihak perusahaan (emiten) maupun adanya ketidakseimbangan informasi antar investor. Pada ketidakseimbangan informasi anatara penjamin emisi dan emiten atau disebut model Baron (1982), penjamin emisi dianggap memiliki informasi yang lebih tinggi mengenai permintaan saham-saham perusahaan emiten daripada emiten itu sendiri. Penjamin emisi akan memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten yaitu dengan memperkecil risiko dalam keharusan membeli saham yang tidak laku dijual, karena emiten kurang memiliki informasi maka emiten harus menerima harga yang diberikan penjamin emisi bagi penawaran sahamnya. Model ini mengimplikasikan bahwa lebih besar ketidakpastian emiten mengenai kewajaran harga sahamnya. Kompensasi atas informasi yang diberikan penjamin emisi adalah dengan mengijinkan penjamin emisi menawarkan harga perdana sahamnya dibawah harga equilibrium (Trisnawati, 1999).

Sedangkan padaketikseimbangan informasi atar investor disebut model Rock,terdapat 2 jenis investor yaitu investor informed dan investor uninformated. Investor informed memiliki informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan emiten, maka mereka akan membeli saham-saham IPO yang diketahui pada pasar sekunder akan melebihi pasar perdana atau mengalami underpriced.

Sementara investor uninformated kurang memiliki informasi mengenai perusahaan emiten yang akan dibeli sahamnya, dan investor jenis ini akan melakukan penawaran secara sembarangan baik saham IPO undrerpriced maupun overpriced. Akibatnya kelompok ini akan memperoleh proporsi yang lebih besar dalam saham IPO overpriced. Dampaknya adalah investor uninformated akan meninggalkan pasar perdana karena menerima saham-saham IPO yang tidak proporsional. Agar tidak terjadi hal tersebut maka saham-saham IPO harus cukup underpriced (Trisnawati, 1999).

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai perbedaan harga di pasar perdana lebih rendah dibandingkan di pasar sekunder yang sudah dilakukan. Diantaranya adalah Caster dan Manaster (1990) mengungkapkan bahwa underpricing adalah hasil ketidakpastian harga saham di pasar sekunder. Menurut Beaty (1989) underpricing terjadi karena adanya asimetri informasi, antara emiten dan penjamin emisi (Model Rock) atau antara investor informed dan investor non informated.

Sedangkan penelitian mengenai IPO dan variabel-variabel yang mempengaruhi harga dan return saham juga sudah banyak dilakukan baik di luar negeri maupun di indonesia antara lain, penelitian yang dilakukan oleh di Indonesia adalah Fitriani (2013) yang meneliti bahwa apakah informasi akuntansi dan non akuntansi berpengaruh terhadap initial return dan return 30 hari sesudah IPO.

Informasi akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rate Of Return on Total Asset, Financial Leverage, Earning Per Share, Ukuran Perusahaan dan Current Ratio. Infomasi non akuntansi yang digunakan yaitu umur perusahaan, Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesi (BEI) tahun 2006-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya auditor yang memengaruhi initial return dan hanya ROA yang memengaruhi return saham 30 hari setelah IPO.

Benny (2007) dalam penelitian tentang pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap initial return dan return 7 hari setelah IPO, variabel keuangan yang digunakan adalah Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return on Equity, Total Asset Turnover dan Earning per share. Sedangkan variabel non keuangannya adalah umur perusahaan, ukuran perusahaan dan prosentasi saham yang ditawarkan. Hasil dari penelitian ini adalah Total Asset Turnover, ROE, dan Prosentase

(7)

5

penawaransaham berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil analisis regresi terhadap return 7 hari setelah IPO menunjukan bahwa secara parsial variabel total asset turnover dan prosentase penawaran saham berpengaruh signifikan.

Fahmi (2010) menganalisis tentang pengaruh informasi akuntansi dan ekonomi makro terhadap initial return pada saat penawaran saham perdana, penelitian ini berfokus pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa info rmasi akuntansi yaitu current ratio, financial leverage dan ROA secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return, Namun secara parsial hanya ROA berpengaruh terhadap initial return. Hasil penelitian menunjukkan variabel ekonomi makro yaitu suku bunga, inflasi dan nilai tukar US$ secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return, namun secara parsial variabel suku bunga dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi akuntansi dan ekonomi makro secara simultan berpengaruh signifikan terhadap initial return, secara parsial ROA, suku bunga dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap initial return.

Vita (2013) meneliti tentang variabel keuangan dan keuangan terhadap initial return dan return setelah initial public offering (IPO). Penelitian ini terfokus pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011, Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keuangan tidak berpengaruh terhadap initial return, karena semua komponen yang termasuk dalam variabel keuangan (CR, DER, ROA, TATO dan PBV) tidak berpengaruh terhadap initial return.

Artinya variabel keuangan pada perusahaan saat IPO tidak dapat mempengaruhi harga saham penutupan dibandingkan dengan harga saham pembukaan. Variabel keuangan berpengaruh terhadap return 7 hari setelah IPO, karena pada variabel keuangan terdapat satu komponen yaitu PBV sedangkan komponen yang lainnya seperti CR, DER, ROA, dan TATO tidak berpengaruh terhadap return 7 hari setelah IPO. Variabel non keuangan tidak berpengaruh terhadap initial return maupun terhadap return 7 hari setelah IPO, karena semua komponen yang termasuk dalam variabel non keuangan (SIZE, AGE dan PPS) tidak berpengaruh terhadap initial return maupun return 7 hari setelah IPO. Artinya variabel non keuangan pada perusahaan saat IPO tidak dapat mempengaruhi harga saham penutupan dibandingkan dengan harga saham pembukaan maupun perubahan harga saham selama 7 hari setelah IPO.

Ernando (2016) yang memfokuskan pada pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap pembentukan initial return di Bursa Efek Indonesia periodetahun 2011-2015. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER), alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi dan memperoleh hasil bahwa kedua variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap Initial Return.

Like (2013) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi initial return setelah initial public offering (IPO), variabel yang digunakan adalah umur perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor dan reputasi underwriter. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara initial return 1 (satu) hari dan 1 (satu) bulan terhadap initial return satu tahun setelah listing.

Dan hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan reputasi auditor berpengaruh signiffikan terhadap initial return 1 hari dan 1 bulan setelah listing.

C. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Gambar 1 Kerangka Pikir

(8)

6

Berdasarkan kerangka pikir tersebut selanjutnya dirumuskan hipotesis, hipotesis ini dilakukan untuk menguji variabel keuangan (ROA, EPS, CR) variabel non keuangan (AGE, Reputasi Underwriter) dan Variabel Makro Ekonomi (Inflasi dan Nilai Tukar) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

1. Rate of return on Total asset (ROA) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

H1.a : Ada pengaruh ROA terhadap initial return

H1.b : Ada pengaruh ROA terhadap return 60 hari setelah IPO

2. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

H2.a : Ada pengaruh EPS terhadap initial return

H2.b : Ada pengaruh EPS terhadap return 60 hari setelah IPO

3. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

H3.a : Ada pengaruh CR terhadap initial return

H3.b : Ada pengaruh CR terhadap return 60 hari setelah IPO

4. Pengaruh Umur Perusahaan (AGE) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

H4.a : Ada pengaruh AGE terhadap initial return

H4.b : Ada pengaruh AGE terhadap return 60 hari setelah IPO

5. Pengaruh Inflasi (IF) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

H5.a : Ada pengaruh IF terhadap initial return

H5.b : Ada pengaruh IF terhadap return 60 hari setelah IPO

6. Pengaruh Nilai Tukar (US) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

H6.a : Ada pengaruh US terhadap initial return

H6.b : Ada pengaruh US terhadap return 60 hari setelah IPO

7. Pengaruh Reputasi Underwriter (UND) terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO.

H7.a : Ada pengaruh UND terhadap initial return

H7.b : Ada pengaruh UND terhadap return 60 hari setelah IPO

8. Perbedaan initial return antara saham yang underpricing dan saham yang overpricing pada saat IPO

H8 : ada perbedaan initial return antara saham yang underpricing dan saham yang overpricing pada saat IPO

9. Perbedaan initial return dengan return saham 60 hari setelah IPO

H9 : Ada perbedaan initial return dengan return saham 60 hari setelah IPO

D. METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2017. Namun pada penelitian ini perusahaan yang dapat menjadi objek penelitian berdasarkan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan pada penelitian ini adalah:

a. Perusahaan yang baru listing atau tercatat di BEI tahun 2016-2017

b. Perusahaan harus sudah listing pada awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.

c. Perusahaan yang diamati selain perusahaan keuangan

d. Perusahaan yang menerbitkan prospektus dan laporan keuangannya secara lengkap.

e. Perusahaan yang listing di BEI sebelum November 2017 Tabel 1 Penghitungan Jumlah Perusahaan Yang Akan Diteliti

Keterangan Tahun Total

2016 2017

Perusahaan Go Public 16 37 53

Perusahaan Go Public Sebelum November 2017 16 27 43

Perusahaan Keuangan 4 2 6

Perusahaan Laporan Keuangan Tidak Lengkap 5 5

Perusahaan Non Keuangan 12 20 32

Jumlah perusahaan yang memenuhi pertimbangan 32

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017

(9)

7

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari initial return (Y1) dan return 60 hari setelah IPO (Y2). Initial return (IR) adalah return perusahaan pada hari pertama melakukan penawaran umum (IPO) di pasar sekunder, dengan tujuan untuk melihat perilaku investor dalam membuatan keputusan berinvestasi di pasar perdana BEI. Initial return merupakan selisih antara harga penutupan hari pertama di pasar sekunder (closing price) dengan harga saat IPO (offering price), dibagi dengan harga saham saat IPO (Jogiyanto, 2000).

𝐼𝑅 =𝑃𝑡1− 𝑃0

𝑃0 Keterangan:

IR = Initial Return

Pt1 = Harga saham penutupan (closing price) pada saat perdagangan hari pertama di pasar sekunder

P0= Harga saham perdana (offering price)

Initial return dibedakan menjadi dua yaitu underpricing dan overpricing.

Underpricing adalah selisih harga saham pada pasar sekunder dengan pasar perdana, dimana harga pasar sekunder lebih tinggi dibandingkan harga di pasar perdana. Sedangkan Overpricing adalah selisih harga saham pada pasar sekunder dengan pasar perdana, dimana harga pasar sekunder lebih rendah dibandingkan harga di pasar perdana. Return saham 60 hari setelah IPO diukur dengan selisih antara harga penutupan (closing price) di pasar sekunder pada hari pertama setelah IPO dengan harga penutupan pada 60 hari setelah IPO.

Untuk menghitung return digunakan harga saham penutupan pada 60 hari setelah IPO (closing price)

𝑅 =𝑃𝑡60− 𝑃𝑡1 𝑃𝑡1

Keterangan :

R = Return saham 60 hari setelah IPO

Pt60 = Harga saham penutupan (closing price) 60 hari setelah IPO

Pt1 = Harga saham penutupan (closing price) pada saat perdagangan hari pertama di pasar sekunder.

Alasan digunakan initial return dan return 60 hari setelah IPO karena initial return menggambarkan tingkat keuntungan saham awal perdagangan di pasar sekunder Bursa Efek Indonesia. Initial return merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh ketika saham baru diperkenalkan di bursa efek. Sedangkan tingkat keuntungan 60 hari setelah IPO merupakan tingkat keuntungan saham yang diperoleh setelah dilakukannya perdagangan saham dalam pasar sekunder. Kedua tingkat keuntungan ini dianggap memiliki perbedaan karena adanya perbedaan penentuan harga saham. Dimana pada initial return harga saham ditentukan atas kesepakatan antara emiten dengan underwriter, sedangkan return saham 60 hari setelah IPO, penetapan harga saham berdasarkan mekanisme pasar atau penawaran dan permintaan saham di bursa efek.

2. Variabel Independen

a. Rate of return on Total asset (ROA)

Rate of return on total asset (ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total aktiva perusahaan (Ardiansyah, 2004). ROA diukur dengan formula sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐴 = 𝑁𝑒𝑡. 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 b. Earning per Share (EPS)

EPS merupakan perbandingan antara pendapatan bersih perusahaan pada tahun terakhir sebelum IPO dengan jumlah rata – rata saham yang beredar saat itu (Ardiansyah, 2004)

(10)

8

𝐸𝑃𝑆 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 c. Current Ratio (CR)

Current ratio (CR) merupakan perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar (Ardiansyah, 2004)

𝐶𝑅 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 d. Umur Perusahaan (AGE)

Umur perusahaan (Age) diukur mulai perusahaan didirikan berdasarkan akte sampai perusahaan melakukan IPO (Ardiansyah, 2004)

e. Reputasi Penjamin Emisi (Underwriter)

Reputasi penjamin emisi (underwriter) diukur dengan cara melakukan perangkingan underwriter, perangkingan underwriter dilakukan berdasarkan total nilai perdagangan (Trade Value) yang dilakukan oleh masing-masing underwriter yang terdaftar di BEI setiap tahunnya. Kemudian dari total nilai perdagangan (trade value) tersebut akan diurutkan berdasarkan underwriter yang memiliki total nilai trade value tebesar. Pengukuran dalam penelitian ini akan menggunakan skala 0 untuk underwriter yang tidak masuk 10 besar dan 1 bagi underwriter yang masuk kategori 10 besar (Ardiansyah, 2004)

f. Inflasi

Variabel ini berdasarkan tingkat inflasi yang terjadi di indonesia pada saat saham emiten listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Ario, 2011)

g. Nilai Tukar

Jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata asing. Nilai tukar US$ yang ditetapkan oleh bank sentral saat IPO.

Metode Analisis 1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik perlu dilakukan dalam analisis regresi. Tujuannya agar memperoleh nilai pemeriksa yang tidak bias. Widayat dan Amirullah (2002:105) menyatakan bahwa dalam regresi ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi”. Uji asumsi klasik meliputi:

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineariitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinearitas, (Singgih, 2002). Metode yang dapat digunakan dalam uji ini antara lain dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor), Apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka menunjukan tidak terdapat multikolinearitas atau korelasi antar variabel independen. Selain itu dapat menggunakan uji pair-wise correlation, yang mana apabila nilai hubungan antar variabel independen kurang dari 83 persen maka dapat disimpulkan memiliki hubungan yang rendah atau tidak mengandung masalah multikolinearitas.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak, (Singgih, 2002).

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan Uji Jarque-Bera.

Pada program eviews, pengujian normalitas dilakukan dengan Jarque Bera test. Uki Jarque-Bera mempunyai nilai chi square dengan derajat bebas dua. Jika hasil uji jarque-bera lebih besar dari nilai chi square pada alpha (5%), maka hipotesis nol diterima yang berarti data berdistribusi normal. Jika hasil uji jarque-bera lebih kecil dari nilai chi square pada alpha (5%), maka hipotesis nol ditolak yang artinya tidak berdistribusi normal.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual darisatu pengamatan ke pengamatan lain (Singgih, 2002).

Cara yang tidak dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah uji

(11)

9

white. Ghozali (2007) menyatakan: jika dari persamaan regresi uji white didapatkan R2 untuk menghitung c2, dimana c2 = (n x R2). Pengujiannya adalah jika c2 hitung < dari chi tabel, maka hipotesis alternatif adanya heterokedastisitas dalam modal ditolak. Atau dengan kata lain jika nilai c2 hitung < c2 tabel maka tidak ada masalah heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah: “menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi yang datanya adalah time series atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan, tahunan dan seterusnya.

Panduan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan metode BGLM sehingga didapatkan lag yang nilai AIC(Akaike Info Criterion) dan BIC (schawrz criterion) minimal. Pada lag optimal itu kemudian dibandingkan nilai p-value chi square dari Obs*R-square, jika p-value chi square < 0,05, maka H0 ditolak atau tidak ada autokorelasi.

2. Pengujian Hipotesis

Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda, dengan bantuan aplikasi Eviews. Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua metode:

a. Analisis Regresi

Untuk menguji hipotesis 1 sampai 7 digunakan alat analisis regresi berganda. Regresi berganda dimaksudkan untuk menguji penngaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi digunakan oleh peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-turunnya) variabel dependen, dan apabila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi atau dinaik turunkan nilainya.

Rumus regresi berganda diformulasikan sebagai berikut:

Penelitian ini menggunakan 10 varibel yaitu: ROA, EPS, CR, umur perusahaan (AGE), reputasi Underwriter (UND), inflasi (IF), dan nilai tukar (US) terhadap initial return serta return 60 hari setelah IPO. analisa kuantitatif dengan menggunakan model regresi linear berganda (Multiple Linier Regression Method) dengan rumus:

Persamaan Initial Return

IR = β0 + β1 ROA + β2 EPS + β3 CR + β4 AGE + β5 IF + β6 US + β7 UND + Ɛ

Persamaan Return 60 hari setelah IPO

R = α0 + α1 ROA + α2 EPS + α3 CR + α4 AGE + α5 IF + α6 US + α7 UND + Ɛ

Keterangan:

IR = Initial Return R = Return β0/α0 = Konstanta

β1-10 = Koefisien Regresi Persamaan 1

α0-10 = Koefisien Regresi Persamaan 2

ROA = Rate of return on Total Asset EPS = Earning Per Share

CR = Current Ratio AGE = Umur Perusahaan IF = Inflasi

US = Nilai Tukar

UND = Reputasi Underwriter

Dari hasil regresi tersebut dilakukan pengujian dengan uji t untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen dengan variabel dependen dengan α = 5%

Untuk mengetahui ada tau tidaknya pengaruh secara masing-masing variabel, digunakan uji t. cara yang dapat digunakan adalah setelah melakukan regresi kemudian membandingkan p-value dari t-rasio masing-masing variabel bebas dengan tingkat signifikansi (α=5%). Jika p-value < α maka H0 ditolak dan sebaliknya.

b. Analisis Uji Beda

Uji beda digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan initial return awal antara yang underpricing dan overpricing. Serta untuk melihat perbedaan tingkat keuntungan antara initial return dengan return saham 60 hari setelah IPO.

(12)

10

Pengujian hipotesis ke 8 dan 9 tersebut dilakukan dengan menggunakan uji beda. Metode yang digunakan adalah uji U (Mann Whithney). Dasar pengambilan keputusan dalam Uji Mann Whitney, jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 Hasil Analisis Regresi

Variabel Dependen: IR Variabel

Dependen Koefisien t-statistik Prob. Keterangan

ROA 0,3677 1,3266 0,1971 Tidak Signifikan

CR -0,0193 -2,0126 0,0555 Tidak Signifikan

EPS -0,0036 -2,4946 0,0200 Signifikan

AGE 0,0147 -3,9403 0,0006 Signifikan

IF -0,0016 -2,1792 0,0394 Signifikan

US 9,8594 2,2527 0,0337 Signifikan

UND -0,4392 -4,1151 0,0004 Signifikan

C -92,7421 -2,2300 0,0354

R-Square 0,614906

Adj. R-Square 0,502587

F-statistik 5,47464

Prob. F-stat 0,000749

Variabel Dependen: Return 60 Hari Variabel

Dependen Koefisien t-statistik Prob. Keterangan

ROA 0,9335 0,4082 0,6927 Tidak Signifikan

CR 0,3268 1,0827 0,3071 Tidak Signifikan

EPS -0,0008 -0,0508 0,9606 Tidak Signifikan

AGE -0,0296 -0,6797 0,5138 Tidak Signifikan

IF 1,8997 1,9488 0,0831 Tidak Signifikan

US 28,5007 0,5196 0,6159 Tidak Signifikan

UND -0,6499 -0,6095 0,5572 Tidak Signifikan

C -278,6648 -0,5362 0,6048

R-Square 0,486744

Adj. R-Square 0,087545 F-statistik 1,219303 Prob. F-stat 0,381833

Pengaruh variabel kauangan, non keuangan, dan makro ekonomi terhadap initial return dan return 60 Hari setelah IPO

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh variabel keuangan yang terdiri dari ROA, CR dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap initial return, namun secara parsial pada variabel keuangan terdapat satu komponen yang berpengaruh signifikan terhadap initial return karena hasil uji t menunjukan lebih kecil dari nilai alpha. Sedangkan pengaruh variabel keuangan yang terdiri dari ROA, CR dan EPS secara simultan seluruh variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap return 60 hari setelah IPO

(13)

11

Hasil pengujian hipotesis tentang variabel keuangan terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO dapat ditunjukkan pada hasil penelitian dibawah ini:

1. ROA

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa ROA tidak terbukti mempengaruhi initial return. Artinya setiap kenaikan atau penurunan ROA tidak mempengaruhi nilai initial return dan return 60 hari setelah IPO. Tidak berpengaruhnya ROA terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO karena pada saat saham baru diperdagangkan ke pasar sekunder maupun sudah beberapa hari diperdagangkan di pasar sekunder, maka investor belum menggunakan informasi keuangan ROA ini untuk pengambilan keputusan investasi atau dengan kata lain besar kecilnya profitabilitas perusahaan yang mengindikasi besarnya deviden yang akan dibagikan dikemudian hari kurang menarik minat investor dalam membeli saham IPO ini, mengingat perusahaan yang relatif baru di pasar saham sehingga investor akan lebih menggunakan informasi lain dan prospek dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam berinvestasi dan lebih melihat fluktuasi harga saham karena melalui hal tersebut, investor akan lebih cepat mendapat keuntungan berupa capital gain dan para investor yang berinvestasi pada saham IPO memiliki orientasi jangka pendek.

Hasil penelitian ini menunjang penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2013) dan Vita (2013) yang tidak dapat membuktikan adanya pengaruh ROA terhadap initial return.

Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Fahmi (2010) menunjukan adanya pengaruh ROA terhadap Initial return. dan Fitriani (2013) yang dapat membuktikan adanya pengaruh ROA terhadap return saham.

2. CR

Hasil penelitian menunjukan bahwa current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return maupun return 60 hari setelah IPO. Pada hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari nilai alpha. Hal ini menunjukkan bahwa investor dalam pengambilan keputusan investasinya kurang memperhatikan informasi CR yang terdapat dalam prospektus, karena likuiditas hanya menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya sedangkan investor juga membutuhkan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka panjangnya.

Berdasarkan analisis deskriptif nilai rata-rata CR dari perusahaan yang diteliti adalah 2,83 dapat dikatakan relatif kecil, sehingga investor berasumsi apabila rasio likuiditas kecil maka hutang perusahaan akan berisiko mengalami gagal bayar, investor kurang berminat membeli saham pada saat IPO karena perusahaan akan mengalami kebangkrutan (Fahmi, 2010), karena rendahnya nilai CR tersebut bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa nilai CR yang terlalu tinggi pula akan mengurangi ketidakpastian bagi investor dan dapat mengurangi tingkat underpricing yang akan membawa dampak pada initial return dan return yang akan diterima investor semakin kecil.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fitriani (2013), Beni (2007), dan Vita (2013) mengenai variabel CR tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return maupun return saham.

3. EPS

Variabel EPS ini berpengaruh negatif signifikan terhadap initial return. Artinya setiap kenaikan satu satuan besarnya EPS akan menurunkan besarnya initial return. Hal ini menunjukkan bahwa nilai eps mempengaruhi perubahan initial return. Berpengaruhnya nilai EPS ini terhadap initial return karena nilai eps merupakan perbandingan atas keuntungan bersih setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar, yang berarti investor masih mempertimbangkan imbal hasil yang akan diterima pada saat membeli saham yang baru IPO dalam suatu periode tertentu dengan memiliki saham IPO tersebut. Sedangkan variabel EPS ini tidak berpengaruh signifiikan terhadap return saham di pasar sekunder. Artinya besar kecilnya EPS tidak mempengaruhi return saham. Tidak berpengaruhnya EPS terhadap return saham karena informasi EPS berguna mengetahui perkiraan laba per lembar saham, namun laba yang dibagikan kepada investor dalam bentuk deviden tidak sebesar laba bersih perusahaan. Sehingga informasi EPS ini kurang diperhatikan oleh investor ketika melihat return saham di pasar sekunder.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Fitriani(2013) yang tidak berhasil membuktikan bahwa nilai EPS tidak signifikan dalam mempengaruhi Initial return, namun ketidakberpengaruhnya variabel EPS terhadap return di pasar sekunder malah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini.

(14)

12

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh variabel non keuangan yang terdiri dari umur perusahaan (AGE) dan reputasi underwriter (UND) secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap initial return, sedangkan pengaruh variabel non keuangan yang terdiri dari AGE dan UND secara simultan maupun parsial seluruh variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap return 60 hari setelah IPO (return saham).

Hasil pengujian hipotesis tentang variabel non keuangan terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO dapat ditunjukkan pada hasil penelitian dibawah ini:

1. Umur perusahaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa umur perusahaan (AGE) berpengaruh signifikan terhadap initial return. Pada hasil t menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari alpha dan hubungannya positif terhadap initial return. Artinya bagi para investor, umur perusahaan dapat dijadikan patokan untuk melihat kualitas perusahaan, karena perusahaan yang berumur lebih tua dipercaya mempunyai kinerja atau prospek yang baik dibandingkan dengan perusahaan yang lebih muda dan perusahaan yangsudah lama berdiri bisa dikatakan lebih berpengalaman dalam menghasilkan return pada perusahaannya sendiri. Oleh karena itu umur perusahaan dalam prospektus diperhatikan investor dalam berinvestasi pada saham IPO. Variabel ini dilihat ketika menentukan keputusan investasi saat saham IPO saja, sedangkan ketika menentukan investasi pada pembelian saham di pasar sekunder tidak dilihat lagi, karena perusahaan yang lebih lama berdiri tidak semua menyediakan informasi secara lengkap, dan tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk mempublikasikan informasi ini, sehingga menyebabkan investor di pasar sekunder hanya memahami informasi perusahaan setelah perusahaan dipublikasikan pada BEI. hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang tidak berpengaruhnya variabel umur perusahaan terhadap return saham.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan beberapa penelitian terdahulu Fitriani (2013) yang tidak dapat membuktikan adanya pengaruh umur perusahaan terhadap initial return maupun return saham sedangkan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Like (2013) yang membuktikan bahwa adanya pengaruh umur perusahaan terhadap initial return.

2. Reputasi Underwriter

Hasil penelitian dapat membuktikan pengaruh underwriter terhadap initial return.

Artinya kualitas underwriter mempengaruhi perubahan initial return. Para investor masih melihat reputasi underwriter dalam menilai saham baru karena jika reputasi underwriter bagus dan masuk dalam 10 besar dianggap mampu untuk mengorganisir penjualan saham dan dianggap mampu menghasilkan initial return. Tetapi informasi ini hanya berlaku ketika saham baru IPO, namun, ketika sudah memasuki perdagangan di pasar sekunder tidak diperhatikan lagi, karena penjamin emisi bagi perushaan hanya berfungsi bagi perushaan yang pertama kali melakukan perdagangan saham, namun ketika saham tersebut sudah memasuki beberapa hari di pasar sekunder informasi mengenaii penjamin emisi tidak diperhatikan lagi oleh investor dalam menentukan keputusan berinvestasi pada saham yang sudah beberapa hari diperdagangkan di pasar sekunder. hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian tidak berpengaruhnya variabel reputasi underwriter terhadap return saham di pasar sekunder.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Benny (2007) dan Fitriani (2013) yang tidak dapat membuktikan adanya pengaruh reputasi underwriter terhadap initial return maupun return saham.

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh variabel makro ekonomi yang terdiri dari inflasi (IF) dan nilai tukar (US) secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap initial return, sedangkan pengaruh variabel non keuangan yang terdiri dari IF dan Us secara simultan maupun parsial seluruh variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap return 60 hari setelah IPO (return saham).

Hasil pengujian hipotesis tentang variabel makro ekonomi terhadap initial return dan return 60 hari setelah IPO dapat ditunjukkan pada hasil penelitian dibawah ini:

1. Inflasi

Hasil penelitan membuktikan bahwa variabel inflasi berperngaruh terhadap initial return dan hubungannya negatif. Artinya kenaikan dari tingkat inflasiakan menaikkan biaya modal sehingga akan menurunkan laba dan harga saham perusahaan, kenaikan tajam inflasi akan menurunkan initial return pada saat IPO. Namun, ketika saham memasuki

(15)

13

pasar sekunder variabel inflasi ini tidak diperhatikan lagi, investor akan lebih menggunakan informasi lain seperti fluktuasi harga saham yang terjadi selama periode setelah IPO sampai dengan 60 hari dalam menentukan keputusan berinvestasi sehingga variabel inflasi ini tidak berpengaruh terhadap return. sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahmi (2010) yang dapat membuktikan adanya pengaruh inflasi terhdap initial return.

2. Nilai Tukar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar (US) berpengaruh signifikan dan hubungannya positif terhadap initial return. Artinya ketika terjadi kenaikkan nilai tukar US$ terhadap rupiah perusahaan melakukan kegiatan ekspor barang keluar negeri maka perusahaan akan mendapatkan laba maksimal, sehingga apabila perusahaan berorientasi ekspor terkena dampak tingginya kurs US$ mendapat laba tinggi dan nilai saham perusahaan akan tinggi, sehingga berpengaruh positif terhadap initial return. Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh signifkan terhadap return saham, hal ini menunjukan bahwa ketika saham memasuki perdagangkan di pasar sekunder investor kurang memperhatikan informasi ini.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahmi (2010) yang dapat membuktikan adanya pengaruh nilai tukar terhadap initial return.

Perbedaan Initial Return antara saham yang Underpricing dan saham yang Overpricing Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan saham underpricing dengan saham overpricing. Adanya perbedaan ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas saham yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia akan berbeda untuk saham yang underpricing (saham perusahaan direspon positif oleh investor), sehingga harga saham yang diperdagangkan pasar sekunder lebih tinggi dari harga sebelum IPO. Pada penelitian ini hampir keseluruhan perusahaan yang diteliti pada saat IPO mengalami underpricing, dan investor mendapat initial return dari investasi membeli saham pada saat IPO pada tahun 2016-2017. Terjadinya perbedaan ini adanya dugaan yaitu (1) asimetri informasi dan (2) insider information.

Perbedaan Initial Return dengan Return 60 hari setelah IPO

Hasil penelitian menunjukkan initial return adanya perbedaan tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas awal setelah IPO maupun return saham 60 hari setelah IPO. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan saham bagi investor pada saat IPO maupun beberapa periode setelah IPO berbeda, artinya investor akan memperoleh keuntungan yang berbeda dari investasi saham, selama saham tersebut masih diminati. Bisa jadi ketika saham masih baru diperdagangkan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi investor dibandingkan keuntungan saham yang sudah diperdagangkan di pasar sekunder dalam beberapa waktu atau sebaliknya, karena dilihat dari pelaku penentu harga saham ini sudah berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa investor memiliki daya tarik dalam memiliki saham dengan orientasi jangka pendek saja, karena ketika periode semakin panjang dalam memiliki saham keuntungan yang diperoleh investor akan berbeda pula.

F. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil anaslisis dapat disimpulkan bahwa komponen variabel keuangan yang mempengaruhi initial return adalah variabel EPS dan tidak ada variabel keuangan yang berpengaruh terhadap return 60 hari setelah IPO. Berpengaruhnya EPS terhadap initial return karena nilai EPS merupakan perbandingan atas keuntungan bersih setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar, yang berarti investor masih mempertimbangkan imbal hasil yang akan diterima pada saat membeli saham IPO, sedangkan tidak berpengaruhnya EPS terhadap return 60 hari setelah IPO, berarti investor kurang memperhatikan hal ini ketika melihat return di pasar sekunder atau invetor tidak memperhatikan keuntungan yang akan didapatkan per lembar sahamnya. Variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return maupun return 60 hari setelah IPO, yang berarti investor kurang menggunakan informasi mengenai laba perusahaan untuk menentukan keputusan investasi, mengingat perusahaan yang relatif baru di pasar saham sehingga investor akan lebih menggunakan informasi lain dan prospek dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam investasi, dan deviden yang dibagikan dikemudian hari kurang menarij minat investor dalam

(16)

14

membeli saham IPO ini, karena kebanyakan investor berinvestasi hanya untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat atau capital gain. Dan variabel CR juga tidak berpengaruh terhadap initial return maupun return 60 hari setelah IPO yang berarti investor juga kurang memperhatikan informasi ini dalam keputusan berinvestasi, karena likuiditas hanya menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya sedangkan investor juga membutuhkan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka panjangnya. Sedangkan Variabel Non Keuangan (umur perusahaan dan reputasi underwriter) berpengaruh signifikan terhadap initial return. Umur perusahaan dapat dijadikan patokan untuk melihat kualitas perusahaan karena perusahaan yang berumur lebih tua dipercaya mempunyai kinerja atau prospek yang baik dibandingkan dengan perusahaan yang lebih muda, tetapi informasi ini tidak digunakan lagi ketika saham sudah di pasar sekunder hal ini dibuktikan dengan ketidaksignifikannya variabel umur perusahaan terhadap return 60 hari setelah IPO. Karena banyak investor di pasar sekunder hanya memahami informasi perusahaan setelah dipublikasikan pada BEI. Dan berpengaruhnya variabel reputasi underwriter terhadap initial return dikarenakan investor masih melihat reputasi penjamin emisi ini dalam menilai saham baru karena jika underwriter masuk dalam 10 besar dianggap mampu untuk mengorganisir penjualan saham, tetapi informasi ini tidak diperhatikan lagi ketika saham memasuki perdagangan di pasar sekunder sehingga menyebabkan ketidaksignifikan terhadap initial return. Dan variabel makro ekonomi (inflasi dan nilai tukar) berpengaruh signifikan terhadap initial return. Inflasi berpengaruh signifikan terhadap initial return yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan dari tingkat inflasi akan menaikan biayya modal yang akan menurunkan laba dan harga saham perusahan, kenaikan tajam inflasi akan menurunkan initial return. Namun, Namun, ketika saham memasuki pasar sekunder variabel inflasi ini tidak diperhatikan lagi, investor akan lebih menggunakan informasi lain seperti fluktuasi harga saham yang terjadi selama periode setelah IPO sampai dengan 60 hari dalam menentukan keputusan berinvestasi sehingga variabel inflasi ini tidak berpengaruh terhadap return. variabel terakhir yang berpengaruh terhadap initial return adalah nilai tukar Artinya ketika terjadi kenaikkan nilai tukar US$ terhadap rupiah perusahaan melakukan kegiatan ekspor barang keluar negeri maka perusahaan akan mendapatkan laba maksimal, sehingga apabila perusahaan berorientasi ekspor terkena dampak tingginya kurs US$ mendapat laba tinggi dan nilai saham perusahaan akan tinggi, sehingga berpengaruh positif terhadap initial return.

Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh signifkan terhadap return saham, hal ini menunjukan bahwa ketika saham memasuki perdagangkan di pasar sekunder investor kurang memperhatikan informasi ini. Dilihat dari hubungan informasi-informasi tersebut terhadap initial return dan return, variabel informasi hanya signifikan terhadap initial return dan tidak ada yang signifikan terhadap return, hal ini mengindikasikan bahwa investor hanya memperhatikan informasi tersebut pada saat pembelian saham IPO, informasi ini sangat dipertimbangkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal tetapi ketika saham sudah memasuki perdagangan pasar sekunder investor tidak memperhatikan lagi informasi informasi ini atau dengan kata lain investor memperhatikan informasi lain seperti fluktuasi harga atau analisis teknikal dalam menentukan return, dan kebanyakan investor yang berinvestasi dalam saham IPO lebih memilih orientasi jangka pendek, agar mendapat keuntungan lebih cepat atau capital gain.

Nilai saham Underpricing dan overpricing memiliki perbedaan, hal ini menunjukan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas saham IPO berbeda, terjadinya perbedaan ini dikarenakan adanya asimetri informasi, apabila investor mendapat informasi lengkap akan meningkatkan minat investor membeli sahamsehingga menaikkan volume permintaan saham dan menyebabkan harga saham mengalami underpricing. Overpricing menguntungkan perusahaan karena mendapat tambahan modal yang dapat dialokasikan sebagai deviden.

Adanya perbedaan antara initial return dan return 60 hari setelah IPO, hal ini menunjukan bahwa tingkat keuntungan saham bagi investor pada saat IPO maupun beberapa periode setelah IPO berbeda, artinya investor akan memperoleh keuntungan yang berbeda dari investasi saham, selama saham tersebut masih diminati. Bisa jadi ketika saham masih baru diperdagangkan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi investor dibandingkan keuntungan saham yang sudah diperdagangkan di pasar sekunder dalam beberapa waktu atau sebaliknya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan menambah jumlah variabel untuk mengembangkan penelitian ini sehingga lebih menggambarkan variabel keuangan, non keuangan dan makro

(17)

15

ekonomi yang mempengaruhi initial return dan return 60 hari setelah IPO. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah jumlah periode agar lebih panjang dan sampel lebih banyak sehingga lebih mewakili keadaan IPO di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Investor yang tertarik untuk investasi pada perusahaan yang baru IPO diharapkan melihat dan mempertimbangkan informasi-informasi yang dijelaskan dalam prospektus maupun keadaan makro ekonomi dalam menentukan keputusan berinvestasi serta memperhatikan mekanisme perdagangan setelah IPO, sehingga akan dapat memaksimalkan keuntungan yang dipoeleh atau positive return.

3. Bagi perusahaan diharapkan memberi perhatian khusus terhadap nilai EPS dalam prospektus karena akan mempengaruhi keputusan investor dalam keputusan berinvetasi di pasar modal, terutama di pasar perdana. Oleh karena itu perusahaan yang masih memiliki nilai EPS kecil diharapkan membuat kebijakan baru sehingga dapat memaksimalkan laba yang berdampak pada keuntungan per lembar sahamnya. Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan operasional perusahaan sebelum melakukan proses go public.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Misnen. 2004. Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal Dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Ario, Muhammad. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana. Skripsi :Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Beatty, Randolph P. 1989. Auditor Reputation and the Pricing of Initial Public Offerings.

Accounting Review. Vol.LXIV, No.4.

Benny, Kurniawan. 2007. Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offerinng (IPO). Jurnal Ilmiah Magister Manajemen UNDIP.

Ernando, Kurnia Putra. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Pembentukan Initial Return. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 21, Nomor 2.

Fahmi, Muhammad. 2010. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Ekonomi Makro Terhadap Initial Return Pada Saat Penawaran Saham Perdana (IPO) Pada Perusahaan Non Manufaktur di BEI. Universitas Sumatera Utara.

Fitriani, Sardju. 2013. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return dan Return Saham 30 Hari Setelah IPO. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Kim, Krinsky dan Lee. 1993. Motives for Going Public and Underpricing: New Evidence from Korea. The International Journal of Accounting. VOLUME 29;46-61.

Like, Stefi Gabriela. 2013. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Initial Return Setelah Initial Public Offering (IPO). FINESTA Vol. 1 No. 2.

Nor, Hadi. 2013. Pasar Modal : Acuan Teoritis Politik Dan Praktik Investasi Di Instrument Keuangan Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(18)

16

Rina, Adi Kristianti. 2008. Preferensi Investor Terhadap Cash Dividend atau Stock Dividend.

Usahawan No. 06.

Singgih, Santosa. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo..

Suad, Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta:

UPPAMPYKPN.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Trisnawati, Rina. 1999. Pengaruh Informasi Prospectus pada Return Saham di Pasar Modal.

Simposium Nasional Akuntansi II. AI.

Widayat, dan Amirullah. 2002. Riset Bisnis. Edisi pertama. Cetakan pertama. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Vita, Yuliana. 2013. Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Initial Return dan Return Setelah Initial Public Offerings (IPO). Universitas Negeri Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the above explanations, the second hypotheses H2 is as follows: H : Good Corporate Governance GCG 2 has a positive and significant effect on the Profitability ROA of Islamic