• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI PILINAN BAMBU PETUNG TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN PILINAN BAMBU - Repository ITK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH VARIASI PILINAN BAMBU PETUNG TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN PILINAN BAMBU - Repository ITK"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

Agregat halus merupakan hasil pemecahan batu secara alami atau hasil industri penghancuran batu dan mempunyai ukuran butir tidak lebih dari 5,0 mm. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dengan berat air suling yang kandungannya sama dengan kandungan agregat dalam keadaan kering pada suhu 25℃. Ss : massa jenis (kondisi kering permukaan) agregat halus Sa : massa jenis semu agregat halus.

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melakukan pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, dan berat jenis semu agregat halus. Berat jenis permukaan kering adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang kandungannya sama dengan kandungan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250C. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dengan berat air suling yang kandungannya sama dengan kandungan agregat dalam keadaan kering pada suhu 250C.

Berdasarkan ASTM C33-03, agregat halus baik untuk campuran beton jika analisis saringannya berada pada Grading Zone 2 atau Grading Zone 3. Wh : Perkiraan jumlah air untuk agregat halus (batu tidak hancur) Wk : Perkiraan jumlah air untuk agregat kasar (batu pecah). BJfine : berat jenis agregat halus untuk permukaan kering BJcoarse : berat jenis agregat kasar untuk permukaan kering 20.

Da : serapan air pada agregat halus Ea : serapan pada agregat kasar Dk : kadar air pada agregat halus Ek : kadar air pada agregat kasar.

Tabel 2.1 Nilai f ’cr bila data tersedia untuk menetapkan S s
Tabel 2.1 Nilai f ’cr bila data tersedia untuk menetapkan S s

Kuat Tekan

Balok Tulangan Tunggal

Keadaan Regangan Seimbang

Pada kondisi seimbang, serat tekan pada beton dan serat tarik pada baja tulangan secara bersamaan mencapai regangan maksimum (cup pada beton dan y pada baja tulangan) seperti terlihat pada gambar (2.13).

Balok Bertulangan Lemah

C = Kuat tekan beton, dihitung sebagai volume balok ekuivalen yang dikompresi pada atau mendekati keadaan batas; yaitu baja tulangan tarik telah menghasilkan T = Gaya tarik pada baja tulangan tersebut. Untuk menjamin keuletan beton bertulang yang menerima momen lentur dengan mempertimbangkan tegangan-tegangan akibat penyusutan, rangkak, dan pengaruh suhu, SNI mewajibkan penggunaan tulangan tarik dengan perbandingan tulangan minimal;

Bambu

Kelebihan dan Kelemahan Bambu

Bambu petung mempunyai ukuran yang besar, dengan diameter batang bagian bawah dapat mencapai 26 cm, panjang ruas 40-60 cm, tebal dinding 15-20 mm dan tinggi batang mencapai 25 m.Morissco (1999) menguji kekuatan tarik bambu petung. Bambu Ori (Bambusa Blumena), Bambu Petung (Dendrocalamus asper Back.) dan jenis bambu lainnya terhadap kuat tarik baja tulangan. Kekuatan bambu dalam menahan gaya tarik tergantung pada bagian batang yang digunakan, dan besarnya dihitung menggunakan persamaan (2.41).

Gambar 2.14  Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat
Gambar 2.14 Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat

Kuat Lentur Balok Beton Uji

Untuk pengujian dimana patahan benda uji berada di luar pusat (luas 1/3 jarak dari titik penempatan pusat) dan jarak antara pusat dan titik patah kurang dari 5% jarak antara titik penempatan, maka kuat lentur beton dihitung berdasarkan persamaan berikut.

Gambar 2.17 Balok dengan patahan 1/3 bentang dari jarak titik perletakan bagian tengah  (Sumber: SNI 4431:2011)
Gambar 2.17 Balok dengan patahan 1/3 bentang dari jarak titik perletakan bagian tengah (Sumber: SNI 4431:2011)

Lenturan Pada Balok

Berdasarkan Gambar 2.20 di atas, balok kantilever AB tidak dibebani sedangkan balok kantilever AB memikul beban P pada ujung bebasnya. Sumbu yang semula lurus akan membengkok dan membentuk kurva yang disebut kurva defleksi balok, yang besarnya bergantung pada besar kecilnya beban kerja. Sedangkan lentur tidak seragam berarti lentur disertai gaya geser, artinya momen lentur berubah seiring gerak sepanjang sumbu balok, seperti terlihat pada Gambar 2.21 hingga 2.23 di bawah.

Regangan memanjang pada suatu balok dapat diperoleh dengan menganalisis kelengkungan suatu balok dan deformasinya, seperti terlihat pada Gambar 2.24 di bawah ini. Akibat deformasi lentur seperti ditunjukkan pada Gambar 2.23, penampang mn dan pq berputar satu sama lain pada sumbu tegak lurus bidang xy. Antara bagian atas dan bawah balok terdapat permukaan dengan garis memanjang yang tidak berubah panjangnya, yang disebut garis permukaan netral balok.

Berdasarkan gambar di atas, Anda juga dapat melihat gambaran garis ef pada jarak y di atas sumbu netral yang memiliki panjang awal dx. Karena panjang garis ef semula sama dengan dx, maka perubahan panjang L1 adalah – dx atau sama dengan –ydx/ρ. Regangan pada balok yang mengalami lentur murni bervariasi secara linier terhadap jarak dari sumbu netral.

Gambar 2.21  Lentur Murni Balok Sederhana  (Sumber: Mulyati, 2020)
Gambar 2.21 Lentur Murni Balok Sederhana (Sumber: Mulyati, 2020)

Tegangan Lentur pada Balok

Dari persamaan diatas dapat diturunkan rumus untuk menghitung tegangan lentur pada penampang suatu balok, dimana tegangan lentur menunjukkan bahwa tegangan sebanding dengan momen lentur dan berbanding terbalik dengan momen inersia balok. bagian. Pada penampang melintang, besarnya tegangan bervariasi secara linier terhadap jarak y dari sumbu netral. Berdasarkan Gambar 2.25 di atas, jika momen lentur pada suatu balok bernilai positif, maka tegangan lentur pada penampang tersebut akan bernilai positif (tarik), dimana y bernilai negatif yaitu pada bagian bawah balok. Berdasarkan SNI pada Tabel 9.5(a) untuk balok prategang dengan tumpuan sederhana digunakan tinggi minimum dan lebar minimum dengan menggunakan persamaan pada Tabel 2.10 di bawah ini.

Regresi linier sederhana merupakan model persamaan yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas/prediktor (X) dengan variabel terikat/respon (Y), yang biasanya digambarkan dengan garis lurus, seperti terlihat pada Gambar 2.26 di bawah ini.

Gambar 2.25 Diagram Tegangan Pada Balok Akibat Momen  (Sumber: Mulyati, 2020)
Gambar 2.25 Diagram Tegangan Pada Balok Akibat Momen (Sumber: Mulyati, 2020)

Koefisien Korelasi (r)

Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini bambu digunakan sebagai tulangan balok beton, balok direncanakan dengan tulangan kurang dan bukan tulangan tekan, seluruh balok diperkuat dengan bambu yang dipilin dari tiang bambu diameter 12 mm dan diberi lapisan kedap air. Pada penelitian ini bambu yang digunakan sebagai pengganti tulangan adalah bambu betung yang kemudian dikeringkan selama 7 hari. Pengujian fisik yang dilakukan terhadap bambu dan beton, seperti kadar air bambu, kuat tarik bambu sejajar serat, kuat tekan beton, kuat rekat bambu dengan beton, dan kuat lentur balok tulangan bambu, dengan masing-masing beton berumur 28 tahun. hari. .

Setelah dilakukan uji kuat lentur, nilai kuat lentur balok beton bertulang secara teori dibandingkan dengan nilai eksperimen. Dari hasil penelitian diketahui kadar air bambu sebesar 18,29%, kuat tekan rata-rata beton sebesar 28,5771 MPa, kuat tarik bambu sejajar serat sebesar 350,9741 MPa dengan kuat luluh bambu sebesar 247,42 MPa, kuat sambungan bambu dengan beton sebesar 0,341 MPa, dan kuat lentur balok bambu sebesar 3,8735 MPa. Dalam penelitian ini data yang diambil sebagai acuan adalah data uji tarik tulangan bambu yang digunakan yaitu bambu petung.

Pada penelitian ini digunakan tiga buah bambu petung berukuran lebar 5 mm, tebal 5 mm dan panjang 2,5 meter, disatukan dan diikat dengan kawat bendrat, kemudian dijepit lalu dipuntir. Gambaran umum kuat lentur balok beton bertulang bambu laminasi dan balok beton bertulang baja pada balok sederhana. Hasil analisis kapasitas momen, balok beton bertulang sebesar 12,25 kN.m, kapasitas momen balok bambu bertulang laminasi sebesar 13,288 kN.m.

Penelitian ini dilakukan dengan membuat 15 balok (15x15x60) cm, beton mutu 20 MPa dengan serat plastik 5% dari volume beton dengan perbandingan serat plastik (L/d=5) dan ditempatkan pada ketinggian masing-masing balok yang bervariasi; ¼ jam, ½ jam, ¾ jam dan jam (h=tinggi balok). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas lentur balok dengan tulangan bambu, kapasitas lentur balok bertulang bambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok beton bertulang bambu mempunyai kapasitas maksimum sebesar 56,61% dari kapasitas maksimum beton bertulang baja.

Pada penelitian ini akan dilihat lebih jauh kekuatan tarik bambu dan pengaruh variasi pola puntir terhadap kekuatan rekatnya serta variasi pola puntir manakah yang dapat memberikan kekuatan rekat terbaik. Hasil pengujian menunjukkan kuat tarik bambu sebesar 48,90 MPa, dan berdasarkan hasil uji tarik bambu diperoleh kuat rekat bambu sebesar 1,18 MPa yang berasal dari tulangan bambu biasa. Namun daya rekat antara tulangan bambu yang dipilin dengan beton yang muncul cukup baik mengingat kualitas beton yang melebihi rencana.

Gambar

Tabel 2.1 Nilai f ’cr bila data tersedia untuk menetapkan S s
Gambar 2.1 Hubungan antara kuat tekan beton dengan faktor air-semen (benda uji  berbentuk silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm)
Tabel 2.4 Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air-semen maksimum untuk  berbagai kondisi lingkungan
Tabel 2.5 Perkiraan kadar air bebas yang dibutuhkan  Ukuran Besar Butir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk (1) mengetahui pengaruh penambahan variasi panjang serat bambu terhadap kuat lekat beton pasca bakar; (2) mengetahui ukuran serat bambu