• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengekangan Tulangan Lateral Pada Jalur Tekan Terhadap Kapasitas Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulangan Bambu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Pengekangan Tulangan Lateral Pada Jalur Tekan Terhadap Kapasitas Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulangan Bambu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pengekangan Tulangan Lateral Pada Jalur Tekan Terhadap Kapasitas Beban dan Lendutan Balok Beton

Bertulangan Bambu

Kartika Purwitasari1*, Nila Kurniawati Sunarminingtyas2

1Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang, Malang Indonesia

2Teknik Sipil, Universitas Merdeka Malang, Malang Indonesia

*Koresponden email: kartika.purwitasari@polinema.ac.id

Diterima: 13 Maret 2023 Disetujui: 23 Maret 2023

Abstract

In order to use bamboo as a concrete reinforcement in building structural components to substitute reinforcing steel, it is required to have a behavior that guarantees the ductility of the beam, which can be seen, among other things, from its deflection behavior when receiving a load. Meanwhile, to overcome the non-ductile nature of bamboo-reinforced beams, improvements were made in the form of giving restraints or stirrups to the compression lines. This research was conducted to discuss the effect of stirrups in compression lines on the load capacity and deflection of bamboo-reinforced concrete beams. In addition, this research investigated the effect of variations in lateral reinforcement spacing. From the results of the study, it was found that the stirrups on the compression force-path of bamboo-reinforced concrete beams had an effect on increasing load capacity, deflection, and moments ranging from 82.11% - 102.9%, 30.02%

- 60.72%, and 80.95% - 100.9%, respectively. An increase in deflection capacity indicates that the beam’s ductility will also increase, as well as a reduction in spacing that is increasingly denser in bamboo- reinforced concrete beams which increases load capacity, deflection, and moments.

Keywords: load-deflection, stirrups, bamboo reinforcement, ductility, compression-force path

Abstrak

Agar bambu sebagai perkuatan beton pada komponen struktur bangunan dapat digunakan sebagai pengganti baja tulangan, maka diharuskan memiliki perilaku yang menjamin daktilitas balok, yang bisa dilihat antara lain dari perilaku lendutannya saat menerima beban. Sedangkan untuk mengatasi sifat tidak daktail pada balok bertulangan bambu maka dilakukan perbaikan berupa pemberian kekangan pada jalur tekan.

Penelitian ini dilakukan untuk membahas tentang pengaruh pengekangan di jalur tekan terhadap kapasitas beban dan lendutan balok beton bertulangan bambu, Selain itu pada penelitian ini dilakukan penyelidikan tentang pengaruh variasi penggunaan spasing pengekang tulangan lateral. Dari hasil penelitian ditemukan pengekangan pada jalur tekan balok beton bertulang bambu berpengaruh pada peningkatan kapasitas beban, lendutan dan momen berturut-turut berkisar 82,11% - 102,9% ;30,02% - 60,72%, dan 80,95% - 100,9%. Peningkatan kapasitas lendutan merupakan indikasi bahwa daktilitas balok juga akan meningkat, demikian juga dengan reduksi spasing yang semakin rapat pada balok beton bertulang bambu terjadi peningkatan kapasitas beban, lendutan dan momen.

Kata Kunci: beban-lendutan, pengekang, tulangan bambu, daktilitas, jalur tekan.

1. Pendahuluan

Pertimbangan pemilihan material yang akan digunakan sebagai material/bahan bangunan pada elemen struktural bangunan teknik sipil seperti kolom, balok, maupun pelat didasarkan pada harga, kuat bahan (strength), ketersediaan bahan, ketersediaan bahan, kemudahan secara constructability, dan lain-lain [1]. Bambu memiliki berbagai kelebihan, misalnya saja dari segi kekuatan bahan dan harga bahan untuk dijadikan alternatif sebagai pengganti tulangan baja, sehingga membuat banyaknya peneliti yang tertarik untuk meneliti [2] . Misalnya saja dari sisi kuat tariknya, untuk bambu varian Petung memiliki kuat tarik hingga 226,39 MPa yang dimana hampir menyamai kekuatan Baja tulangan yang minimalnya yaitu 240 MPa [3]. Dari hasil penelitian terdahulu [2,4,5,6] ditunjukkan bahwa kapasitas beban ultimit penampang balok beton bertulangan baja dapat terlampaui oleh penampang balok beton bertulangan bambu. Dari segi ekonomi, harga bambu jauh lebih murah dibandingkan tulangan baja untuk tingkat kekuatan yang sama [6].

Di satu sisi bila dilihat dari ketersediaannya, bambu adalah salah satu SDA yang dapat diperbaharui,

(2)

sehingga bila bambu dapat dijadikan material utama untuk tulangan dapat tercipta konstruksi yang suistainable & mewujudkan terciptanya green construction [7].

Meski memiliki berbagai kelebihan, bambu juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu nilai kembang susut yang tinggi [8] dan juga lekatan antara bambu dengan beton rendah [9]. Salah satu alternatif pemecahan untuk meningkatkan lekatan adalah dengan mengekang jalur gaya tekannya. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian-penelitian terdahulu dengan menggunakan tulangan baja [2,10] . Sehingga pada penelitian kali ini, penulis ingin meneliti bagaimanakah pengaruh dari pengekangan pada jalur gaya tekan pada beton menggunakan tulangan bambu.

Mempertimbangkan berbagai latar belakang diatas, rumusan masalah yang ingin diselesaikan yaitu:

a. Bagaimana peningkatan kapasitas beban dan lendutan balok beton berserat bambu bertulang bambu yang tidak terkekang dan yang terkekang pada jalur tekannya.

b. Bagaimana pengaruh spasing kekangan tulangan lateral pada jalur tekan terhadap peningkatan kapasitas beban dan lendutan balok beton bertulang bambu.

2. Metode Penelitian

Variabel terikat dari penelitian ini adalah besarnya beban & lendutan dari balok bertulangan bambu.

Sedangkan variabel bebasnya adalah pengekangan oleh sengkang tertutup dengan jarak sengkang sebesar 40 mm dan 60 mm yang dipasang pada jalur tekan dan juga variasi rasio tulangan bambu (sebesar 5%, 6%, dan 7%).

Agregat kasar yang dipakai berasal dari batu pecah mesin dan semen yang digunakan adalah PC Gresik tipe 1. Bambu yang akan dipakai adalah bambu Petung karena memiliki sifat kuat, liat dan lurus pada batang bambunya. Pengujian material dilakukan pada agregat batu pecah sesuai standar ASTM terdiri dari pengujian berat volume, berat jenis, kadar air dan kadar lumpur, ketahanan aus dan gradasi butiran.

Untuk pengujian tekan, digunakan benda uji silinder sejumlah 19 buah dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk kuat tekan. Pengujian kuat tekan dengan alat CTM (Compressive Testing Machine), Standar Pengujian mengikuti ASTM C39 [11]. Benda uji silinder dibuat dengan menggunakan tulangan Tarik bambu dengan diameter 19,54 mm (bambu 15x20 mm2). Tulangan pengekang/ transversal menggunakan baja polos dengan diameter 6 mm. Sedangkan untuk pengujian lentur dilaksanakan dengan mengacu pada standar pengujian kuat lentur Simple beam with third point loading sesuai ASTM C 78 [12].

Untuk benda uji yang berupa balok bertulang bambu terbagi menjadi 3 kelompok pengujian, yaitu:

• Kelompok 1 terdiri dari 2 benda uji, dengan ukuran 150 X 130 X 1850 mm , merupakan balok beton tanpa adanya pengekangan (unconfined).

• Kelompok 2 terdiri dari 12 benda uji yaitu 3 benda uji dengan rasio tulangan 5%, 3 benda uji dengan rasio tulangan 6% dan 3 benda uji dengan rasio tulangan 7%, dengan ukuran 150 X 130 X 1850 mm.

Dimana pengekangan dilakukan pada jalur tekan, pengekangan menggunakan sengkang tertutup, dengan jarak sengkang 40 mm.

Sedangkan detail benda uji untuk pengekangan seperti Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Detail Balok Uji Beton Bertulang Bambu No. Kode Benda Uji

(150 x 200) mm

Rasio Tulangan Bambu

Jarak Pengekangan

(mm) Jumlah

1. B 6% S0 6% 0 2

2. B 6% S4 6% 40 3

3. B 6% S6 6% 60 3

4. B 7% S4 7% 40 3

5. B 5% S4 5% 40 3

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Prosedur Pengujian dilakukan dengan langkah seperti pada flowchart berikut.

(3)

Gambar 1. Skema Pengujian Lentur Pada Balok Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Gambar 2. Penulangan Pada Balok Beton B6% S4 Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Mulai Pengujian Properti Bahan

(Tulangan, Agregat)

Pembuatan Bekisting &

merangkai tulangan

Membuat & mengecor benda uji sesuai dengan mix design

beton sebanyak 19 buah

Setelah 24 jaam cetakan dibuka & dilakukan curing

Setelah 28 hari dilakukan pengujian lentur & tekan pada

benda uji balok & silinder

Pembacaan nilai per kenaikan 0,1 ton. Setelah mencapai

beban leleh, pembacaan dilakukan setiap kenaikan

regangan 100 µε hingga runtuh

Selesai

(4)

Gambar 3. Penulangan Pada Balok Beton B6% S6 Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Gambar 4. Alat Uji Balok Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari hasil pengujian yang akan dilakukan digambarkan grafik hubungan antara beban (P) dan lendutan (𝛿) untuk setiap balok yang diuji untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara data hasil uji dari balok yang dikekang maupun balok kontrol.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pemeriksaan Mutu Tulangan Bambu & Tegangan Leleh

Pemeriksaan mutu bambu & baja pengekang bertujuan untuk mendapatkan tegangan leleh, tegangan ultimit, dan regangan dari bambu & baja yang digunakan. Bambu yang digunakan dari jenis bambu Petung (Dendrocalamus Asper). Untuk bambu dan baja tulangan yang digunakan, hasil pengujiannya ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Uji Tarik Tulangan Bambu Diameter (mm) 19,54 (bambu 15x20 mm2)

No. sampel 1 2 3

P Leleh (kN) 34 30 36

Fy (MPa) 113,33 100 120

Fy Rata2 (MPa) 111,11

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

(5)

Tabel 3. Hasil Uji Tarik Tulangan Baja

No. Diameter Baja Polos ( mm ) Tegangan Leleh Rata-rata (MPa )

1. 6 351,55

2. 8 426,34

3. 10 476,47

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

3.2. Hasil Pengujian Lentur Balok Beton Bertulang Bambu Terkekang

Model keruntuhan yang terjadi pada balok dapat dilihat dari pola retaknya. Pola retak yang ditunjukkan oleh balok-balok uji tersebut mempunyai pola yang hampir sama, hampir tegak lurus terhadap sumbu balok yang menunjukkan model keruntuhan lantur. Retak pertama kali timbul di tengah bentang dan terus berkembang ke arah tekan diikuti dengan munculnya retak-retak baru di dekat retak pertama.

Mekanisme pada daerah pengujian (region test) dilakukan selama pengujian pengembangan inti lateral beton terjadi setiap penambahan beban. Secara umum pada semua benda uji retak awal akan merambat dari bagian ujung ke bagian tengah daerah pengujian. Saat beban puncak atau respon puncak tercapai, retak awal membesar disertai pecahnya sebagian permukaan beton di bagian ujung pengujian.

Setelah respon puncak tercapai, kekuatan beton menurun tetapi beton masih kuat memikul beban yang bekerja, sehingga tidak terjadi keruntuhan mendadak. Kondisi ini terjadi karena mekanisme kekangan tulangan pengekang mulai efektif bekerja sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan secara drastis yang menyebabkan keruntuhan benda uji. Mekanisme retak saat keruntuhan diperlihatkan pada lampiran. Pada balok terkekang pada jalur tekan, keruntuhan diawali dengan lendutan dan rotasi yang besar di tengah bentang dan semakin besar untuk pengekangan yang semakin rapat.

Pada pengujian lentur balok dengan dimensi 15 cm x 20 cm x 165 cm ini dibebani oleh dua beban terpusat. Interval beban yang digunakan adalah 100 kg. Penggunaan interval beban sebesar 100 kg sebagai kontrol pembacaan berlangsung mulai dari awal pengujian sampai kondisi leleh balok uji. Untuk kondisi sesudah leleh kontrol pembacaan data menggunakan kontrol deformasi (lendutan).

Dari pengujian ini diperoleh parameter-parameter yang langsung dapat diukur yaitu besarnya tahapan pembebanan yang diberikan pada balok, lendutan balok, regangan beton, lebar dan pola retak yang terjadi pada balok, yang semuanya dicantumkan pada lampiran. Hasil eksperimental semua benda uji berupa hubungan beban dan lendutan diperlihatkan pada Gambar 5 berikut ini:

Gambar 5. Grafik Hubungan Beban dan lendutan Balok Tulangan Bambu (B6%S0, rasio tulangan bambu = 6%, unconfined)

Sumber: Hasil Penelitian, 2022 0

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

0 5 10 15 20 25

KG

MM

B6%S0 A B6%S0 B

(6)

Gambar 6. Grafik Hubungan Beban dan lendutan Balok Tulangan Bambu (B6%S4, rasio tulangan bambu = 6%, spasing kekangan 40 mm)

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Gambar 7. Grafik Hubungan Beban dan lendutan Balok Tulangan Bambu Akibat Variasi Pengekangan Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari Gambar 7 terlihat bahwa perilaku beban-lendutan balok beton bertulang bambu terkekang setelah respon puncak mempunyai bentuk paling landai dibanding dengan balok tidak terkekang. Ini berarti terdapat perbaikan daktilitas pada balok beton bertulang bambu terkekang dibandingkan dengan balok tidak terkekang. Di samping itu akibat pengekangan menyebabkan peningkatan kapasitas beban yang cukup berarti.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

0 10 20 30 40

KG

MM

B6%S4 A B6%S4 B B6%S4 C

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

0 5 10 15 20 25 30 35

KG

MM

B6%S0 A B6%S0 B B6%S4 A B6%S4 B B6%S4 C

(7)

Gambar 8. Grafik Hubungan Beban dan lendutan Balok Tulangan Bambu (B6% S6, rasio tulangan bambu = 6%, spasing kekangan = 60 mm)

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Gambar 9. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan Balok Tulangan Bambu (Rasio Tulangan Bambu = 6%, Variabel Spasing Kekangan)

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari Gambar 9 terlihat bahwa perilaku beban-lendutan balok beton bertulang bambu terkekang dengan kekangan spasing 40 mm (B6% S4) setelah respon puncak mempunyai bentuk paling landai dibanding dengan balok dengan kekangan spasing 60 mm (B6% S6). Ini berarti terdapat perbaikan daktilitas pada balok beton bertulang bambu akibat variasi spasing yang semakin rapat. Di samping itu akibat pengekangan dengan spasing yang semakin rapat menyebabkan peningkatan kapasitas beban yang cukup berarti.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

0 5 10 15 20 25

KG

MM

B6%S6 A B6%S6 B B6%S6 C

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

0 5 10 15 20 25 30 35

KG

MM

B6%S4 A B6%S4 B B6%S4 C B6%S6 A B6%S6 B B6%S6 C

(8)

Tabel 4. Tabel Beban Maksimum dan Lendutan Balok Bertulang Bambu dengan Variabel Spasing Eksperimental

Benda Uji

Model Kekangan

Spasing Beban Puncak

Momen Puncak

Lendutan Δ Beban

Δ Momen Δ Lendutan

kg Ton.m mm % % %

B6%S0 Unconfined 0 4100 17,09755 14,6125 0 0 0

B6%S4 Confined 40 8300 34,36802 23,4866 100,43 100,9 60,72 B6%S6 Confined 60 7647 30,938758 19 82,11 80,95 30,02

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari Tabel 4, pada balok bertulang bambu terkekang di jalur tekannya terjadi peningkatan kapasitas beban, lendutan maupun momen yang cukup besar dibandingkan balok bertulang bambu tanpa kekangan, yaitu terjadi peningkatan untuk kapasitas beban, lendutan dan momen berturut-turut berkisar 82,11% - 102,9 % ; 30,02%-60,72% dan 80,95%-100,9%. Sedangkan kekangan jalur tekan dengan spasing tulangan lateral lebih rapat yaitu 40 mm berpengaruh lebih nyata terhadap perubahan kapasitas beban, lendutan dan momennya dibandingkan dengan spasing 60 mm.

Faktor peningkatan dievaluasi dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kapasitas beban dan lendutan serta momen balok beton bertulang bambu yang terkekang terhadap balok beton bertulang bambu yang tidak terkekang.

Tabel 5. Faktor Peningkatan Kekuatan Balok Bertulang Bambu dengan Variabel Spasing Benda

Uji

Model Kekangan

Spasing Faktor Peningkatan Beban, Momen, dan Lendutan Balok Bertulang Bambu

K1 (Beban) K2 (Momen) K3 (Lendutan)

B6%S0 Unconfined 0 1 1 1

B6%S4 Terkekang di Jalur Tekan

40 2,02 2 1,61

B6%S6 Terkekang di Jalur Tekan

60 1,82 1,81 1,3

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari Tabel 5 terlihat bahwa pada semua balok yang terkekang pada jalur tekan dibandingkan balok tidak terkekang mengalami peningkatan kapasitas beban, lendutan dan momennya, sebagaimana juga akibat spasing kekangan yang semakin rapat (spasing 60mm dibandingkan dengan spasing 40 mm).

Gambar 10. Grafik Hubungan Beban dan lendutan Balok Tulangan Bambu (B5% S4, rasio tulangan bambu = 5%, spasing kekangan = 40 mm)

Sumber: Hasil Penelitian, 2022 0

1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

0 5 10 15 20 25 30

KG

MM

B5%S4 A B5%S4 B B5%S4 C

(9)

Gambar 11. Grafik Hubungan Beban dan lendutan Balok Tulangan Bambu (B7% S4, rasio tulangan bambu = 7%, spasing kekangan = 40 mm)

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Gambar 12. Grafik Hubungan Beban dan lendutan Balok Tulangan Bambu (variasi rasio tulangan bambu, spasing kekangan = 40 mm)

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari Gambar 12 terlihat bahwa perilaku beban-lendutan balok beton bertulang bambu dengan rasio tulangan yang semakin besar sebelum respon puncak mempunyai bentuk lebih curam, ini berarti akibat rasio tulangan yang semakin besar terjadi peningkatan kapasitas beban dan momen., tetapi perilaku beban- lendutan setelah respon puncak mempunyai bentuk kelandaian yang serupa, sehingga bisa dikatakan bahwa balok beton bertulang bambu terkekang dengan rasio tulangan yang semakin besar masih bersifat daktil.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

0 10 20 30 40

KG

MM

B7%S4 A B7%S4 B B7%S4 C

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

0 5 10 15 20 25 30 35 40

KG

MM

B5%S4 A B5%S4 B B5%S4 C B6%S4 A B6%S4 B B6%S4 C B7%S4 A B7%S4 B B7%S4 C

(10)

Tabel 6. Tabel Beban Maksimum dan Lendutan Balok Uji dengan Pemakaian Tulangan Bambu (Variabel Rasio Tulangan Bambu)

Benda Uji

Rasio Tulangan

Beban Puncak

Momen Puncak

Lendutan Δ Beban

Δ Momen

Δ Lendutan

kg Ton.m mm % % %

B5%S4 5% 7500 31,0758 21,025 0 0 0

B6%S4 6% 8300 34,36802 23,486 10,667 10,583 11,705 B7%S4 7% 10433 43,135466 26,988 86,089 38,807 28,361

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari Tabel 6 pada balok bertulang bambu terkekang di jalur tekannya terjadi peningkatan kapasitas beban, lendutan maupun momen yang cukup besar akibat pertambahan rasio tulangan bambu, yaitu terjadi peningkatan untuk kapasitas beban, lendutan dan momen berturut-turut berkisar 10,667% - 86,099%;

11,705% - 28,361% dan 10,583% - 38,807%.

Tabel 7. Faktor Peningkatan Kekuatan Pemakaian Balok Bertulang Bambu (Variabel Rasio Tulangan) Benda

Uji

Jenis Tulangan Longitudinal

Rasio Tulangan Longitudinal

Faktor Peningkatan Beban, Momen, dan Lendutan Balok Bertulang Bambu

K1 (Beban) K2 (Momen) K3 (Lendutan) B5%S4 Bamboo

Reinforcement

5% 1 1 1

B6%S4 Bamboo Reinforcement

6% 1,107 1,106 1,17

B7%S4 Bamboo Reinforcement

7% 1,391 1,388 1,284

Sumber: Hasil Penelitian, 2022

Dari Tabel 7 terlihat bahwa dengan semakin besarnya rasio tulangan bambu terjadi peningkatan kapasitas beban, lendutan dan momen pada balok beton bertulang bambu terkekang.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa adanya kecenderungan untuk terjadi peningkatan kapasitas beban dan lendutan pada balok beton bertulang bambu akibat pengekangan balok dengan tulangan lateral di jalur tekan. Selain itu, dengan adanya reduksi spasing kekangan tulangan lateral pada jalur tekan yang semakin rapat pada balok beton bertulang bambu akan terjadi peningkatan kapasitas beban dan lendutan.

5. Referensi

[1] R. Dianita, T. L. Adi, and S. Sutrisno, "Analisa Pemilihan Material Bangunan Dalam Mewujudkan Green Building (Studi Kasus: Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo)", Pendidikan Teknik Bangunan, Vol. 4, No. 4, pp. 15-25, 2014.

[2] J.R. Carmona and G. Ruiz, "Bond and size effects on the shear capacity of RC beams without stirrups", Engineering Structures, Vol. 66, pp. 45-56, 2014.

[3] A. Priyanto and I. Yasin, "Pemanfaatan Laminasi Bambu Petung untuk Bahan Bangunan," Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Vol. 5, No. 2, pp. 23-39, 2019.

[4] A. Javadian, I. F. Smith, and D. E. Hebel, "Application of sustainable bamboo-based composite reinforcement in structural-concrete beams: Design and evaluation". Materials, Vol. 13, No. 3, pp.

696-706, 2020.

[5] U. Sayed, A. Dauletbek, X. Xin, R. Lorenzo, and H. Li, "A Review on the Mechanical Behaviour of Bamboo Reinforced Concrete Beams", Journal of Renewable Materials, Vol. 10, No. 12, p. 3629, 2022.

[6] R. Sutharsan, S. R. Ramprasanna, S. B. Gnanappa, and A. C. Ganesh, "Experimental study on bamboo as a reinforcing material in concrete", in AIP Conference Proceedings, Vol. 2204, No. 1, p.

020024, AIP Publishing LLC, January 2020.

[7] M. Yadav and A. Mathur, "Bamboo as a sustainable material in the construction industry: An overview." Materials Today: Proceedings, Vol. 43, pp. 2872-2876. 2022.

[8] R. Ramful, T. P. Sunthar, W. Zhu, and G. Pezzotti, "Investigating the underlying effect of thermal modification on shrinkage behavior of bamboo culm by experimental and numerical methods",

(11)

Materials, Vol. 14, No. 4, p. 974, 2021.

[9] W. N. Nkeuwa, J. Zhang, K. E. Semple, M. Chen, Y. Xia, and C. Dai, "Bamboo-based composites:

A review on fundamentals and processes of bamboo bonding, Composites Part B: Engineering, p.

109776, 2022.

[10] I. Marzec and J. Tejchman, "Experimental and numerical investigations on RC beams with stirrups scaled along height or length", Engineering Structures, Vol. 252, p. 113621, 2022.

[11] Standard Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens, ASTM C39/C39M, ASTM International, West Conshohocken, USA, 2016.

[12] Standard Test Method for Flexural Strength of Concrete (Using Simple Beam with Third-Point Loading), ASTM C78/C78M, ASTM International, West Conshohocken, USA, 2018.

[13] P. R. Mali and D. Datta, “Experimental evaluation of bamboo reinforced concrete beams”, Journal of Building Engineering, Vol. 28, p. 101071, 2021.

[14] S. Qaiser, A. Hameed, R. Alyousef, F. Aslam, and H. Alabduljabbar, “Flexural strength improvement in bamboo reinforced concrete beams subjected to pure bending”. Journal of Building Engineering, Vol. 31, p. 101289, 2020.

[15] P. Kumar, P. Gautam, S. Kaur, M. Chaudhary, A. Afreen, and T. Mehta, “Bamboo as reinforcement in structural concrete”, Materials Today: Proceedings, Vol. 46, pp. 6793-6799, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai kapasitas lentur yang diperoleh dari hasil pengujian balok beton tulangan bambu adalah 0,24015 ton.m sedangkan kapasitas lentur hasil pengujian balok beton tulangan

Beton bertulang sebagai elemen balok umumnya diberi tulangan memanjang (lentur) dan tulangan sengkang (geser). Tulangan lentur untuk menahan pembebanan momen lentur

a.. Hasil Pengujian Pelat Beton Bertulang Baja. Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan, didapatkan momen kapasitas dan lendutan yang terjadi pada pelat beton

Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan kuat lentur teoritis sebesar 5,3744 MPa sehingga dapat disimpulkan bahwa balok bertulang bambu betung Bangka dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kapasitas lendutan, daktalitas dan kekakuan dari struktur balok beton bertulang yang diperkuat GFRP dengan perendaman air

Pengujian balok beton bertulangan pilinan kulit bambu menunjukankenaikan lendutan sebesar 63.91%, serta pada balok bertulangan campuran baja dan pilinan kulit bambu

Ditinjau dari kapasitas lenturnya, balok beton dengan tulangan bambu polos memiliki kapasitas lentur setara dengan 45,48% dibanding pada balok dengan tulangan baja

Lendutan pada kondisi beban yang sama pada kedua variasi menunjuukan hasil pada balok tulangan bambu pilin dengan kulit memiliki nilai lendutan yang lebih kecil