PENDAHULUAN
Fokus Penelitian
Bagaimana budaya keagamaan membentuk karakter siswa di SMP Al-Furqan dan SMP Al-Baitul Amien Jember? Bagaimana strategi pengembangan budaya religius dalam membentuk karakter siswa di SMP Al-Furqan dan SMP Al-Baitul Amien Jember.
Tujuan Penelitian
Menjelaskan strategi pengembangan budaya religius dalam pembentukan karakter siswa di SMA Al-Furqan dan SMA Al-Baitul Amien Jember.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat untuk lebih memberikan perhatian kepada guru dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan melalui budaya keagamaan.
Definisi Istilah
Pengembangan budaya keagamaan merupakan upaya yang dilakukan agar peserta didik dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat, perbuatan terpuji, sikap luhur dan cara berpikir yang maju, sehingga membentuk kebiasaan yang baik dalam pelaksanaan perintah agama. Karakter siswa berarti watak, tabiat, sifat atau kebiasaan yang relatif tetap yang dimiliki siswa di sekolah. Pembentukan karakter siswa merupakan bimbingan dan pengarahan berupa nasehat, ajakan bertindak atau hukuman (bila perlu) yang diberikan kepada siswa agar senantiasa bertindak dan berperilaku terpuji sesuai dengan ajaran Islam.
Yang dimaksud dengan pengembangan budaya keagamaan untuk membentuk karakter siswa di SMP Al-Furqan dan SMP Al-Baitul Amien adalah upaya yang disengaja dan terencana untuk menciptakan suasana keagamaan yang lebih baik untuk membentuk pembentukan karakter siswa di SMP Al-Furqan dan SMP Al-Furqan. Baitul Amien Jember agar mempunyai akhlak yang baik, sesuai dengan tujuan yang tertuang dalam Al-Qur'an dan risalah Nabi Muhammad SAW.
Sistematika Penulisan
Bab kelima membahas tentang gagasan peneliti, hubungan pola, kategori, penempatan hasil penelitian dalam kaitannya dengan teori, serta interpretasi dan penjelasan temuan yang terungkap dari lapangan.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Kajian Teori
- Budaya Religius di Sekolah
- Pengembangan Budaya Religius di Sekolah
- Strategi Pengembangan Budaya Religius dalam
Budaya religius di sekolah dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak warga sekolah yang dilandasi oleh nilai-nilai agama (religius). 32 Pada tataran nilai, budaya religius berbentuk semangat pengorbanan, semangat persaudaraan. . , semangat gotong royong dan tradisi luhur lainnya. Jadi, budaya keagamaan sekolah pada hakikatnya adalah perwujudan nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam perilaku dan budaya organisasi yang dianut oleh seluruh warga sekolah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya keagamaan sekolah merupakan perwujudan nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam perilaku dan budaya organisasi yang dianut oleh seluruh warga sekolah.
Implementasi nilai-nilai agama diwujudkan dalam bentuk tata tertib, disiplin dan tata tertib di sekolah yang berlaku bagi seluruh pendukung proses pendidikan di sekolah. Budaya keagamaan di sekolah merupakan cara berpikir dan bertindak yang didasari oleh nilai-nilai agama. Dalam tataran praktik sehari-hari, seluruh nilai-nilai tersebut di atas diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan tercermin dalam sikap, tindakan atau perilaku seluruh warga sekolah.
Sebelum diwujudkan menjadi suatu nilai yang dicermati dan diwujudkan di sekolah, maka harus dilakukan beberapa tahapan, yaitu: pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai di sekolah pada masa yang akan datang. Pada tahap pengetahuan moral akan mengisi ranah kognitif yaitu pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral value), logika moral (moral Reasoning), penentuan posisi (pengambilan perspektif), keberanian mengambil posisi (pengambilan keputusan), dan pengetahuan diri. tahu).
Kerangka Konseptual
Ragam budaya agama yang dianut di SMA Al-Baitul Amien dapat membentuk karakter kreatif siswa. Avies Reskiharissa selaku guru bahasa Arab memaparkan pembentukan karakter kesejahteraan sosial di SMA Al-Baitul Amien. Strategi pengembangan budaya religius dalam membentuk karakter siswa di SMA Al-Furqan Jember dan SMA Al-Baitul Amien Jember.
Peneliti menguraikan beberapa strategi pengembangan budaya keagamaan yang diterapkan di SMP Al-Furqan sebagai berikut. SMP Al-Furqan dan SMP Al-Baitul Amien mempunyai bentuk budaya keagamaan yang berbeda-beda. Strategi Pengembangan Budaya Religius dalam Membentuk Karakter Siswa di SMP Al-Furqan dan Al-Baitul Amien Jember.
Pembelajaran Alquran yang dilaksanakan di SMP Al-Furqan dilaksanakan selama 10 jam pelajaran dengan metode Ummi. Sholat dhuha merupakan ritual ibadah yang dilakukan secara rutin di SMP Al-Furqan dan SMP Al-Baitul Amien Jember.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu SMA Al-Furqan Jember dan SMA Al-Baitul Amien Jember.
Kehadiran Peneliti
Sumber Data dan Subyek Penelitian
Pemilihan informan didasarkan pada ciri-ciri tertentu, yaitu: Pertama: orang-orang yang mengetahui informasi dan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang tetap. Teknik penentuan subjek/informan dalam penelitian bersifat purposive, artinya peneliti menentukan subjek atau informan dengan tujuan tertentu dan pertimbangan tertentu untuk mengarahkan pengumpulan data sesuai kebutuhan melalui seleksi dan pemilihan informan yang akan membagi informasi dan permasalahan yang benar-benar dipahami dalam penelitian. riset. mendalam dan dapat diandalkan sebagai sumber data yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan tersebut, maka informan kunci dalam penelitian ini adalah guru, siswa, dan karyawan.
Sebagai bahan dokumentasi diperoleh dari peraturan dan alat peraga yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran, serta dari arsip sekolah yang memuat data-data yang diperlukan. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang mendukung penelitian. Sumber data sekunder diperoleh melalui berbagai sumber selain sumber primer, seperti literatur pustaka, penelitian terdahulu, dan sumber dari berbagai media yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengamati fenomena tersebut secara holistik, kemudian mempersempit pengamatannya pada fenomena budaya dan karakter religius siswa, kemudian peneliti melakukan refleksi untuk memperoleh data yang dibutuhkan selanjutnya. Selain itu, peneliti juga dapat memperhatikan respon afektif yang muncul pada saat wawancara dan mampu memilah pengaruh pribadi peneliti yang mungkin mempengaruhi hasil wawancara. Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara tidak terstruktur masih bersifat umum dan belum mengarah pada fokus.
Misalnya saja tentang sejarah sekolah, struktur organisasi sekolah dan pengalaman menarik yang terjadi di sekolah tersebut. Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur ini sudah terfokus pada fokus masalah penelitian.Wawancara semi terstruktur ini dilakukan berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur yang telah dikumpulkan sebelumnya. Wawancara dimulai dari hal-hal yang tidak begitu penting, kemudian peneliti memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan terfokus.
Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau karya monumental seseorang.74 Dokumen adalah catatan atau bahan atau benda tertulis pada masa lampau dan sudah ada pada benda yang diteliti. Ketersediaan dokumen dan rekaman kejadian di sekolah dapat memberikan informasi tentang banyak hal yang terjadi di masa lalu. Dokumen yang dikumpulkan dan dianalisis adalah dokumen yang berkaitan dengan keadaan sekolah dan sekitarnya sebagai latar belakang penelitian dan dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Teknik Analisis Data
Artinya analisis data tidak hanya dilakukan setelah pengumpulan data selesai, melainkan dilakukan mulai dari pendefinisian masalah, pengumpulan data, dan pasca pengumpulan data. Metode yang demikian akan memudahkan peneliti mengetahui metode mana yang akan digunakan pada tahap selanjutnya. Proses analisis data dalam penelitian ini diawali dengan penelaahan terhadap seluruh data yang ada dari berbagai sumber, yaitu: dari observasi dan setelah dicatat dalam catatan lapangan, wawancara, dokumentasi, dokumen resmi serta gambar/foto, dan lain-lain.
Analisis data adalah proses mensistematisasikan data penelitian yang diperoleh dari penelitian di lapangan.77 Tahap awal adalah pengumpulan data dengan berbagai teknik (observasi, wawancara dan dokumentasi) dengan menggunakan instrumen sesuai tekniknya, seperti perekam suara dan perekam gambar, tulisan. instrumen. dan peralatan lain yang mendukung pelaksanaan proses pendataan. Kondensasi data adalah kegiatan memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan mentransformasikan data yang terdapat dalam catatan lapangan dan transkrip penelitian. Peneliti bertindak selektif, yaitu menentukan dimensi mana yang lebih penting, hubungan mana yang lebih bermakna, dan akibatnya, informasi mana yang dapat dikumpulkan dan dianalisis.
Pada tahap ini data yang terkumpul dievaluasi terutama kaitannya dengan kualitas dan kesesuaian data. Data yang telah dimodelkan secara sistematis, terfokus, dan disusun, ditarik suatu kesimpulan sehingga dapat ditemukan makna dalam data tersebut. Kesimpulan tersebut juga mungkin belum dapat menjawab fokus penelitian karena permasalahan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan terus berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Bahkan sebelum data benar-benar dikumpulkan, pemadatan data yang dimaksudkan terjadi ketika peneliti memutuskan (seringkali tanpa kesadaran penuh) kerangka konseptual mana, kasus mana, pertanyaan penelitian mana, dan pendekatan pengumpulan data mana yang harus dipilih. Seiring dengan berlanjutnya pengumpulan data, langkah selanjutnya dalam memadatkan data adalah peneliti melakukan beberapa hal, antara lain menulis ringkasan, mengembangkan tema, membuat kategori, dan menulis memo. Keputusan peneliti mengenai data mana yang akan dikodekan dan mana yang akan didekode, kategori mana yang paling baik merangkum berbagai bagian, cerita mana yang dikembangkan, semuanya merupakan keputusan analitik.
Merancang penyajian data mencakup menentukan baris dan kolom dalam matriks untuk data kualitatif, dan memutuskan data mana yang akan dimasukkan. Analisis data kasus dimaksudkan sebagai proses menganalisis hasil yang diperoleh dari masing-masing fokus. Berdasarkan gambar tersebut, langkah analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian dimulai dengan menganalisis hasil dari masing-masing kasus kemudian menggabungkan kedua kasus tersebut.
Keabsahan Data
Tahapan Penelitian
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA