• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengembangan didactical design research (ddr) dalam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengembangan didactical design research (ddr) dalam"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

Berdasarkan hasil penelitian Murtafiah (2017:79) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif calon guru matematika masih rendah. Oleh karena itu, calon mahasiswa calon guru matematika dituntut untuk terus melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis calon mahasiswa menyebabkan mahasiswa tidak mampu memecahkan masalah dengan cara lain yang ditawarkan oleh dosennya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengembangan Rancangan Didaktik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pelatihan Guru Masa Depan Pada Materi Program Linier”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana desain didaktik berpikir kreatif matematis siswa calon guru matematika pada materi aljabar berdasarkan tiga tahapan dalam desain didaktis yaitu analisis situasi didaktis, analisis metapedidatik dan analisis retrospektif; dan (2) bagaimana reaksi atau persepsi siswa calon guru matematika terhadap penerapan desain didaktis berpikir kreatif matematis pada materi aljabar. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa calon guru matematika seharusnya menjadi masalah serius yang perlu dicarikan solusi yang tepat.

Atau bahkan hanya memberikan metode atau model pembelajaran tanpa menggali lebih dalam penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa calon guru. Pada tahap pertama, peneliti melakukan analisis situasi didaktis, dimana peneliti mencoba menemukan hambatan belajar berpikir kreatif matematis siswa calon guru matematika pada materi aljabar. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penelitian terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa calon guru.

Target Luaran

Menurut Lidinillah (dikutip dalam Mardiana, 2013), penelitian desain sering digunakan dalam penelitian untuk mengembangkan teori didaktis dengan mengajarkan bidang studi tertentu, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Istilah lain yang digunakan dan relevan sebagai model khusus penelitian desain adalah penelitian desain didaktis. Dari ketiga fase tersebut, diperoleh desain didaktis empiris yang dapat disempurnakan dan dikembangkan melalui ketiga fase DDR tersebut.

Sulistiawati, Suryadi, dan Fatimah (2015) telah melakukan penelitian tentang desain didaktis penalaran matematis untuk mengatasi kesulitan belajar siswa sekolah menengah atas luas dan volume limas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa desain didaktis yang dikembangkan dapat meminimalisir kesenjangan yang dihadapi siswa. Aisah, Kusnandi, dan Yulianti (2016) juga meneliti desain didaktis konsep luas permukaan dan volume prisma pada pembelajaran matematika di tingkat SMP, dan hasil implementasi menunjukkan bahwa pada bagian desain didaktis mengembangkan pemahaman tentang konsep luas permukaan dan volume prisma, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sehingga siswa mampu memahami konsep luas permukaan dan volume prisma dengan baik.

Seperti yang dilakukan oleh Nindiasari, Novaliyosi dan Subhan (2016), desain didaktis dikembangkan melalui materi pembelajaran yang dapat memfasilitasi gaya belajar siswa yang berbeda (auditori, kinestetik dan visual) dan menunjukkan bahwa siswa lebih suka mengikuti pelajaran dengan materi pembelajaran yang interaktif.

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Roeroe (2011) dalam penelitiannya tentang penelitian desain didaktis (DDR) dalam pengembangan pembelajaran pendidikan menyimpulkan bahwa ketiga tahapan dalam DDR dapat dirumuskan sebagai rangkaian langkah untuk menghasilkan desain didaktis yang empiris. Dalam menganalisis karakteristik tes matematika perlu disusun rubrik penskoran yang proporsional untuk setiap butir soal, sehingga setiap butir soal mendapat skor yang dapat dihitung. Mengasosiasikan unsur/data dan menanya serta menyusun model matematis dari masalah utama (bentuk gambar atau ekspresi matematis).

Penyelesaian model matematika dari masalah utama disertai dengan alasan/penjelasan konsep/proses yang digunakan pada setiap langkah.

Tabel 2.1. Rubrik Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik  Indikator Berpikir
Tabel 2.1. Rubrik Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Indikator Berpikir

Program Linear

Berapa banyak masing-masing jenis roti yang harus diproduksi agar pembuat roti tersebut memperoleh keuntungan maksimum. Pemrograman linier adalah suatu metode yang bertujuan untuk menentukan himpunan penyelesaian dari suatu sistem pertidaksamaan. Dalam pemrograman linier, setiap pernyataan yang harus dipenuhi oleh variabel seperti 𝑥 dan 𝑦 dinyatakan dalam bentuk pertidaksamaan.

Materi mata kuliah Program Linier di prodi Pendidikan Matematika UHAMKA meliputi model matematika, pendekatan geometri, analisis kompleks, metode simpleks I dan metode simpleks II. Dalam model matematika, dasar-dasar pemrograman linier dijelaskan dari definisi, ide dasar, karakteristik, pengaturan masalah dan bentuk umum model pemrograman linier. Sedangkan materi berikut ini akan membahas lebih lanjut mengenai cara penyelesaian program linear baik menggunakan metode grafis maupun metode simpleks.

McGregor (2007) berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru atau cara baru dalam memahami sesuatu.

Tahapan Penelitian

Lokasi Penelitian

Rancangan Penelitian

Pemilihan mata kuliah pada tahap pertama yaitu Analisis Situasi Didaktik, peneliti akan memilih Mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Matematika UHAMKA yang telah mengambil atau mempelajari mata kuliah program linier. Sedangkan pemilihan mata kuliah pada tahap kedua dan ketiga yaitu analisis metapedagogik dan retrospektif, peneliti akan memilih mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Matematika UHAMKA yang akan mengambil atau mempelajari mata kuliah program linier. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui tiga tahapan yang terdapat dalam Didactic Design Research yaitu analisis situasi didaktis, metapedagogik dan retrospektif.

Pada analisis situasi didaktis, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk pengamatan terhadap perangkat ajar yang terlihat dari soal-soal SLP, UTS dan UAS serta bahan ajar. Selain itu, peneliti juga akan mengumpulkan data melalui tes kemampuan berpikir kreatif matematis dan wawancara mengenai topik ini. Hal ini dilakukan untuk menemukan hambatan belajar akibat kemampuan berpikir kreatif matematis calon mahasiswa calon guru mata kuliah program linier.

Tahap kedua adalah analisis meta-pedagogis, pengumpulan data pada tahap ini dilakukan setelah peneliti menemukan solusi yang menurutnya cocok untuk mengatasi hambatan belajar yang diidentifikasi pada tahap pertama. Dan tahap ketiga adalah analisis retrospektif, dimana peneliti akan mengevaluasi hasil analisis metapedagogis yang dilakukan. Selain itu, peneliti akan memberikan subjek kuesioner untuk mengetahui respon atau tanggapannya terhadap solusi yang ditawarkan.

Analisis data pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan sesuai dengan tahapan dalam DDR. Penelitian ini akan dibagi menjadi dua tahun pelaksanaan, pada tahun pertama peneliti akan menganalisis situasi didaktis yaitu, analisis alat ajar dan bahan ajar mata kuliah program linier, serta tes kemampuan berpikir kreatif matematis dan wawancara kepada menemukan hambatan belajar. kemampuan berpikir kreatif matematis calon mahasiswa calon guru matematika mata kuliah pemrograman linear. Setelah subjek teridentifikasi, subjek diminta untuk menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif matematis dan diberikan wawancara semi terstruktur.

Selain itu, peneliti juga melakukan analisis alat peraga dan bahan ajar pada mata kuliah program linier untuk mengkaji hambatan belajar lebih dalam.

Analisis Data

Untuk lebih jelasnya peneliti mencoba membuat Diagram Penelitian Desain Didaktik pada penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini. Anggaran yang diajukan untuk penelitian ini terlampir pada Lampiran 1 sesuai dengan format yang telah ditentukan.

Gambar 3.1. Didactical Design Research  pada Penelitian ini
Gambar 3.1. Didactical Design Research pada Penelitian ini

Jadwal Penelitian

  • Pemilihan Subjek Penelitian
  • Jadwal Kegiatan
  • Analisis Learning Obstacle Mahasiswa Calon Guru terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Mata Kuliah Program Linier
  • Paparan Hasil Observasi Wawancara Terhadap Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (S1)
  • Paparan Hasil Observasi Wawancara Terhadap Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (S2)
  • Paparan Hasil Observasi Perangkat Pembelajaran Mata Kuliah Program Linier
  • Paparan Hasil Observasi Soal Evaluasi Mata Kuliah Program Linier Pada tahap ini, peneliti mencoba mengobservasi variasi soal

Dari analisis tersebut muncul pembahasan tentang hambatan belajar siswa calon guru matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Alat pendukung penelitian ini terdiri dari soal instrumen berpikir kreatif matematis, pedoman wawancara semi terstruktur mengenai soal instrumen yang diujikan, soal Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS), dan sumber belajar mata kuliah program linier. Tujuan pemberian soal pada instrumen berpikir kreatif matematis adalah untuk mengetahui atau menganalisis proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan, baik dari segi kelancaran, keluwesan, orisinalitas maupun elaborasi.

Sedangkan tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui lebih detail dan detail tentang proses calon mahasiswa calon guru dalam melengkapi instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis. Sebelum diujikan pada subjek, instrumen pendukung berupa soal keterampilan berpikir kreatif matematis dan petunjuk wawancara terlebih dahulu divalidasi. Pemilihan subjek penelitian diawali dengan pemberian soal instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis yang dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2017.

Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan untuk memperoleh data kesulitan calon guru dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan berpikir kreatif matematis. Persentase permasalahan siswa dalam pemecahan keterampilan kreatif matematis yang muncul cukup tinggi. Untuk itu peneliti mencoba mengkaji lebih dalam permasalahan siswa dalam memecahkan masalah berpikir kreatif matematis melalui wawancara langsung yang terlampir pada Lampiran 2.

Mengenai wawancara yang peneliti lakukan dengan S1, dimana peneliti mencoba mengelompokkannya sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis, sebagai berikut. Pada indikator ini peneliti mencoba menanyakan kepada S1 tentang suatu soal instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis, yang meminta S1 menyelesaikannya dengan jawaban ganda. Pada indikator ini peneliti mencoba menanyakan kepada S2 tentang suatu soal instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis, yang meminta S2 untuk menyelesaikannya dengan jawaban ganda.

Berdasarkan hasil belajar (CP) yang tercantum dalam program RPS linier, peneliti tidak menemukan adanya penyempitan pada kemampuan berpikir kreatif matematis. Tugas ini belum mampu memfasilitasi kemampuan berpikir matematis mahasiswa calon guru, sehingga lebih akurat. Berdasarkan hasil observasi, tidak terdapat soal pada soal UTS dan UAS tahun ajaran 2014/15 dan 2015/16 yang mengarah pada indikator kemampuan berpikir kreatif matematis.

Hal ini mirip dengan pengertian fleksibilitas dalam kemampuan berpikir kreatif matematis, yaitu kemampuan menggunakan strategi yang berbeda dalam menyelesaikan masalah.

Tabel 5.1 Daftar Subjek Penelitian  Subjek  L/P  Nilai Mata Kuliah
Tabel 5.1 Daftar Subjek Penelitian Subjek L/P Nilai Mata Kuliah

PENUTUP

Simpulan

Pada dua soal yang berhasil S2 selesaikan, ia hanya bisa menyelesaikannya dengan satu cara yaitu dengan trial and error. S2 juga mencoba mengubah soal yang diberikan (orisinalitas), namun masih menggunakan metode trial and error sehingga terkesan ragu dengan jawaban yang dihasilkan. S2 juga mengatakan kesulitan memahami soal yang diberikan dan lupa konsep yang diberikan.

Meskipun ketika diminta untuk mengecek kesimpulan dari jawaban yang diberikan, S2 menyadari bahwa kesimpulan dari jawaban tersebut salah pada bagian matematika soal. Berdasarkan hasil observasi sumber belajar dan soal evaluasi tidak membantu calon guru pendidik mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Namun soal evaluasi pada tahun pelajaran 2016/17 telah mengalami perkembangan yang dapat membimbing berpikir kreatif matematis calon guru pada mata kuliah program linier.

Saran

Pembelajaran dengan pendekatan berpikir metaforis untuk meningkatkan Pemahaman Matematika, Komunikasi Matematis dan Kepercayaan Diri pada siswa SMA. Berpikir kreatif dalam Matematika: Apakah kita mampu memecahkan masalah matematika dengan berbagai cara?. Desain didaktis penalaran matematis untuk mengatasi masalah belajar siswa SMP pada luas dan volume Limas.

Rancangan didaktis pengenalan konsep pecahan sederhana dalam pembelajaran matematika siswa kelas 3 sekolah dasar.

Gambar

Tabel 1.1 Rencana Target Capaian
Tabel 2.1. Rubrik Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik  Indikator Berpikir
Gambar 3.1. Didactical Design Research  pada Penelitian ini
Tabel 4.1 Anggaran Biaya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 9 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Mulawarman, sebagaimana telah diubah dengan