• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan untuk mendapatkan learning obstacle kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa calon guru pada mata kuliah program linier, hanya ada dua mahasiswa calon guru yang mampu mencapai tingkat 3 pada kemampuan berpikir kreatif matematis atau dengan kata lain kedua mahasiswa tersebut dikategorikan kreatif dalam menyelesaikan soal instrumen. Sedangkan dua belas mahasiswa lainnya hanya mampu mencapai tingkat 1 dan 2 atau dengan kata lain kedua belas mahasiswa dikategorikan kurang dan tidak kreatif dalam menyelesaikan soal intrumen yang diberikan.

Pada tahap wawancara, peneliti mencoba menelaah lebih dalam untuk menemukan learning obstacle tersebut. Peneliti pun mewawancarai salah satu mahasiswa yang dikategorikan kreatif (S1) dan satu mahasiswa yang dikategorikan kurang kreatif (S2).

Mahasiswa calon guru yang dikategorikan kreatif atau dikodekan dengan S1 terlihat lebih percaya diri dalam mengerjakan beberapa soal yang diberikan. Ia pun mampu menyelesaikan soal dengan beberapa cara (fluency), menghasilkan beberapa jawaban (flexibility), mendeskripsikan keterincian unsur/data yang diketahui dan ditanyakan (elaboration) walaupun hanya pada soal tertentu pada instrumen yang diberikan, dan memodifikasi soal serta memberikan kesimpulan pada soal yang ia modifikasi tersebut (originality).

Sedangkan mahasiswa calon guru yang dikategorikan kurang kreatif atau dikodekan dengan S2, ia merasa kesulitan dalam mendeskripsikan keterincian unsur/data yang diketahui dan ditanyakan (elaboration) pada beberapa soal instumen yang diberikan.

Hal ini menyebabkan S2 hanya mampu menyelesaikan dua dari empat soal yang diberikan.

Pada dua soal yang mampu S2 selesaikan, ia hanya mampu menyelesaikan dengan satu cara yaitu cara coba-coba. Oleh karena itu, S2 tidak sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu fluency. S2 pun mencoba memodifikasi soal (originality) yang diberikan tetapi ia tetap menggunakan cara coba-coba sehingga ia terlihat tidak yakin dengan jawaban yang dihasilkannya. S2 pun mengatakan bahwa ia kesulitan dalam memahami soal yang diberikan dan lupa dengan konsep-konsep yang telah diberikan. Akan tetapi, S2 bisa memberikan beberapa jawaban (flexibility) pada soal terakhir yang diberikan. Walaupun ketika diminta untuk memeriksa kesimpulan jawaban yang diberikan, S2 menyadari bahwa kesimpulan jawaban tersebut keliru pada bagian operasi perhitungan soal tersebut.

Peneliti pun mengobservasi perangkat pembelajaran dan soal evaluasi pada mata kuliah program linier. Berdasarkan hasil observasi perangkat pembelajaran dan soal evaluasi tersebut kurang memfasilitasi mahasiswa calon guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Akan tetapi, soal evaluasi pada tahun ajaran 2016/17 mengalami perkembangan yang mampu mengarahkan kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa calon guru pada mata kuliah program linier.

6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi yang peneliti lakukan untuk menemukan learning obstacle kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa calon guru pada mata kuliah program linier mengindikasikan bahwa perangkat pembelajaran serta soal evaluasi kurang memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis. Oleh karena itu, peneliti berharap bisa melanjutkan penelitian ini dan menemukan solusi sesuai sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa calon guru.

2. Penelitian ini hanya melihat kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa calon guru. Sehingga diharapkan penelitian selanjutnya untuk dapat mengetahui bagaimana kemampuan-kemampuan matematis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, A. S., Kusnandi, dan Yulianti. K. 2016. Desain Didaktis Konsep Luas Permukaan dan Volume Prisma dalam Pembelajaran Matematika SMP. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika 1(1): 14-22.

Department for Children, Schools and Families. 2008. Developing Critical and Creative Thinking: in Science. DCSF. Annesley.

Gravemeijer, Koeno dan Paul Cobb. 2006. Design Research from a Learning Design Perspective- Educational Design Research. ONLINE. Tersedia: http://www.fi.uu.nl/publicaties/.

Hendriana, H. 2009. Pembelajaran Dengan Pendekatan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik Dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Kang Sup, L., Dong-jou, H., and Jong Jin, S. 2003. A Development of the Test for Mathematical Creative Problem Solving Ability. Journal of the Korea Society of Mathematical Education Series D: Research in Mathematical Education 7(3): 163-189.

McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning A Guide to Thinking Skills in Education. 1st ed. McGraw-Hill. England.

Maharani, H. R. 2014. Creative Thinking In Mathematics: Are We Able To Solve Mathematical Problems In A Variety of Way?. International Conference on Mathematics, Science, and Education.

Mardiana, H. 2013. Pengembangan Desain Pmebelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme Tentang Gaya Magnet Di Sekolah Dasar.

Murtafiah, Wasilatul. 2017. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa dalam Mengajukan Masalah Persamaan Diferensial. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol. 5 No.2, Maret 2017, hlm 73-81.

Nindiasari, H., Novaliyosi, dan Subhan, A. 2016. Desain Didaktis Tahapan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Gaya Belajar. Jurnal Kependidikan 46(2): 219-232.

Noormandiri, B. K. 2004. Matematika SMA Jilid 3A Program Ilmu Alam. Erlangga, Jakarta.

Plomp, T., Nieveen, N., Kelly, A. E., Bannan, B., dan Akker, J. 2010. An Introduction to Educational Design Research. Netzodruk, Enschede.

Roeroe, M. B. 2011. Didactical Design Research (DDR) Dalam Pengembangan Pembelajaran Kependidikan. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 2(2): 139-144.

Sulistiawati, Suryadi, D., dan Fatimah, S. 2015. Desain Didaktis Penalaran Matematis untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP pada Luas dan Volume Limas. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif 6(2): 135-146.

Sumarmo, U. 2016. Pedoman Pemberian Skor pada Beragam Tes Kemampuan Matematik.

http://utari-sumarmo.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/files/2016/05/Pedoman-Pemberian- Skor-Tes-Kemampuan-Berpikir-Matematik-dan-MPP-2016-1.pdf. 4 Agustus 2017 (09:20).

Suryadi, D. 2010. Didactical Design Research (DDR) dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional Pembelajaran MIPA di UM Malang. 13 November.

. 2010. Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian ari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di UN, 9 Oktober 2010.

Suryana, Y., Pranata. O. H., dan Apriani, I. F. 2012. Desain Didaktis Pengenalan Konsep Pecahan Sederhana pada Pembelajaran Matematika untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY. 10 November: 413-426.

Suzana, Yenni. 2013. Deskripsi Kesulitan Mahasiswa Prodi PMA Membuktikan Teorema Struktur Aljabar. Logaritma Vol.1 No.2 Juli 2013. 81-93.

Svecova, V., Rumanova, L., and Pavlovicova, G. 2014. Support of Pupil’s Creative Thinking in Mathematical Education. Procedia – Social and Behavioral Sciences 116(2014):1715-1719.

Widjaja, Wanti. 2010. Design Research Workshop. Workshop Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Universitas Negeri Jakarta an Universitas Islam Negeri Jakarta.

Zulkardi. 2002. Developibf a Learning Environmen on Realistic Mathematics Education For Indonesian Student and Teacher. Thesis. University of Twente, Enschede.

Dokumen terkait