i PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN
BODDIA MENUJU DESA WISATA DI KABUPATEN TAKALAR
ACUAN PERANCANGAN Diajukan Sebagai Penulisan Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana Teknik Arsitektur
Diajukan Oleh : ANSAR TOBA 45 17 043 038
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2019
ii HALAMAN PENGESAHAN
ACUAN PERANCANGAN
PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN BODDIA MENUJU DESA WISATA
DI KABUPATEN TAKALAR
Disusun dan Diajukan oleh :
ANSAR TOBA 45 17 043 038
Menyetujui : DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Syam Fitriani Asnur, ST., MT. Lisa Amalia, ST.,MT NIDN : 09 31087602 NIDN : 09 290189 01
Mengetahui :
Dekan Fakutas Teknik Ketua Prodi Teknik Arsitektur Universitas Bosowa Universitas Bosowa
Ridwan .ST., MSi. Syam Fitriani Asnur, ST., MT.
NIDN : 09 10127 01 NIDN : 09 31087602
iii KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW atas segala hidayahnya sehingga kita menuju ke jaman modern ini dengan penuh keyakinan dan keimanan. Amiiin..
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa.
Adapun judul yang penulis ajukan adalah:
PENGEMBANGAN KAMPUNG NELAYAN BODDIA MENUJU DESA WISATA DI KABUPATEN TAKALAR
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini, mungkin masih sangat jauh dari kata sempurna. Namun tak terlepas dari itu, dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Kepada kedua Orang Tua, Ayah, dan Ibu atas jasa-jasanya, kesabaran, do’a dan tidak pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta kasih
yang tulus dan ikhlas kepada penulis semenjak kecil,serta seluruh keluarga yang telah memberi semangat baik materi maupun non materi hingga akhir penulisan tugas akhir ini.
iv 2. Bapak Prof. DR. Ir. H. M.Saleh Pallu, M.Eng. Selaku Rektor
Universitas Bosowa.
3. BapakRidwan, ST.,MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa.
4. Ibu Syam Fitriani Asnur, ST.,Msc selaku Ketua Program StudiArsitekturUniversitas Bosowa, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembing I terimakasih atas segala waktunya dalam membimbing penulis.
5. Ibu Lisa Amalia, ST.,MT. selaku Dosen Pembimbing II, yang juga tidak henti memberikan ilmu, pengetahuan dan arahan ke penulis.
6. Semua Dosen Arsitektur di Universitas Bosowa yang tidak bisa saya sebutkan semuanya, yang selama ini banyak memberikan ilmu dan pengetahuan yang tidak ternilai harganya.
7. Teman-teman Arsitektur 017 yang selalu bersama berbagi canda dan tawa serta selalu siap membantu penulis.
8. Bubuhan Arsitektur angkatan 13 Polnes yang telah memberikan motifasi.
9. Teman-teman KKN Angkatan 44 khususnya posko desa Mallongi-longi yang tidak biasa saya sebutkan Namanya satu persatu.
10. Adik-adik serta kakanda-kakanda di seluruh Fakultas Teknik Universitas Bosowa baik yang ku kenal maupun tidak yang telah memberikan warna warni kampus. Terima kasih untuk kopi yang selama ini kita nikmati di kantin bibo dan kantin bunda.
v 11. Teman-teman Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Polnes angkatan 016 yang telah memberikan dukungan serta motifasi dalam menyelesaikan penyususnan skripsi.
12. Teman-teman komunitas Raider Grab Community Makassar (RGCM) yang selama ini terus memberikan dukungan canda, tawa, pengalaman, keluh kesah, tentang bagaimana membagi waktu.
SemogaAllah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.
Demi perbaikan selanjutnya, kritik dan saran akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya kepada kita semua.
Makassar, 25 Oktober 2019 Penulis
Ansar Toba
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
1. Non Arsitektural ... 4
2. Arsitektural ... 4
C. Lingkup dan Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan dan Sasaran ... 5
1. Tujuan ... 5
2. Sasaran ... 5
E. Manfaat Pembahasan ... 5
1. Subyektif ... 5
2. Obyektif ... 5
vii
F. Lingkup Pembahasan ... 6
G. Metode dan Sistematika Pembahasan ... 6
1. Metode Pembahasan ... 6
2. Sistematika Pembahasan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Definisi Pengembangan ... 9
1. Pengertian Pengembangan ... 9
2. Unsur-unsur Fundamental Pengembangan ... 9
B. Pemukiman ... 10
1. Prasarana Lingkungan ... 14
2. Sarana dan Fasilitas Lingkungan ... 20
C. Parawisata... 26
1. Pengertian Parawisata Menurut Para Ahli ... 26
2. Jenis-jenis Parawisata ... 27
3. Unsur-unsur Parawisata ... 29
4. Manfaat Parawisata ... 30
5. Tujuan Parawisata ... 31
D. Kampung ... 31
E. Pengertian Nelayan... 32
1. Pengertian Nelayan ... 32
2. Karakteristik Nelayan ... 33
3. Kehidupan Sosial Masyarakat Nelayan ... 34
4. Strategi Perokonomian Masyarakat Nelayan ... 35
5. Pola pemukiman ... 36
viii
F. Desa Wisata... 39
1. Elemen Desa Wisata ... 39
2. Kriteria Desa Wisata ... 40
3. Wave Effect dalam Kegiatan Sosial Ekonomi ... 40
4. Pengenalan Desa Wisata ... 42
G. Arsitektur Kontekstual... 43
1. Definisi dan Tinjauan Kontekstual dalam Arsitektur ... 43
2. Parameter Pendekatan Kontekstual ... 45
3. Ciri-ciri Kontekstual ... 46
4. Contoh Konsep Bangunan Kontekstual ... 47
H. Studi Banding Kampung Nelayan Paotere ... 49
I. Studi Literatur ... 51
1. Kampung Nelayan Grand Gathek Desa GelungKabupaten Situbondo Jawa Timur ... 51
2. Desa Namu Sulawesi Tenggara ... 52
3. Daya Tarik dan Fasilitas desa Wisata ... 53
4. Kesimpulan ... 53
BAB III TINJAUAN KHUSUS ... 54
A. Desa Boddia ... 45
1. Kondisi Geografis ... 54
2. Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Takalar ... 55
3. Penduduk ... 58
4. Kehidupan Sosial dan Ekonomi ... 63
ix
5. Budaya ... 64
6. Aksebilitas ... 66
7. Jenis Transportasi ... 67
8. Prasarana dan Sarana Kampung Nelayan Boddia ... 68
B. Potensi dan Daya tarik Kampung Nelayan Boddia Sebagai Objek wisata ... 69
1. Budaya Kampung Nelayan Desa Boddia ... 69
2. Pulau Sanrobengi ... 70
3. PT. Boddia Jaya ... 71
4. Balai Budidaya Air payau Takalar ... 72
5. Pantai Bintang Galesong ... 73
6. Tempat Pendaratan Ikan (TPI) ... 74
7. Tempat Pembuatan Kapal Nelayan ... 75
C. Pendekatan Kontekstual Terhadap Pemukiman Rumah Nelayan Boddia ... 75
1. Konteks terhadap Gaya Bangunan Sekitar dan Material .. 76
2. Pengulangan Motif, Pola, Irama dan Ornamen yang Bernilai Sejarah ... 77
D. Rencana Pengembangan Desa Wisata Boddia ... 85
1. Ide atau rencana global desa wisata ... 85
2. Kebutuhan ruang... 90
3. Kampung nelayan yang akan dipindahkan ... 93
x
BAB IV PENDEKATAN ACUAN PERENCANAAN ... 95
A. Tinjauan Perancangan ... 95
B. Pendekatan Program kebutuhan Ruang ... 96
C. Konsep Analisa Tapak... 97
1. Analisa dan Konsep Zonasi ... 98
2. Analisa dan Konsep Pencapaian serta Sirkulasi ... 98
3. Analisa dan Konsep Orientasi bangunan ... 98
D. Bentuk dan Tampilan bangunandengan Pendekatan Kontekstual ... 98
1. Pendekatan Penampilan Bangunan (Fassade Bangunan) ... 98
2. Pengulangan Motif, Pola, Irama dan ornamen yang Bernilai Sejarah ... 99
BAB V ACUAN DASAR PERANCANGAN ... 101
A. Acuan Analisis Tapak ... 101
1. Kondisi Ekstisting Tapak ... 107
2. Jenis Kebutuhan Ruang ... 103
3. Analisis Penzoningan ... 104
4. Analisis Pencapaian serta Sirkulasi ... 105
5. Orintasi Bangunan ... 107
B. Program Ruang ... 109
1. Kebutuhan ruang kampung nelayan Boddia ... 109
2. Besaran Ruang ... 111
3. Rekapitulasi Besaran Ruang ... 116
xi
4. Alur Kegiatan ... 118
5. Bubble Diagram ... 120
C. Penerapan Arsitektur Kontekstual Terhadap Desain ... 121
1. Analisa dan Pendekatan Konsep Desain Kontekstual Terhadap Fasilitas Desa Wisata ... 121
2. Struktur dan Material Bangunan ... 133
3. Pengkondisian Ruang ... 135
D. Sistem Utilitas dan Perlengkapan Bangunan ... 136
1. Sistem Air Bersih ... 136
2. Sistem Air Kotor atau Buangan ... 137
3. Jaringan Listrik ... 138
4. Sistem Komunikasi ... 139
5. Sistem Penanggulangan Kebakaran ... 140
6. Sistem Pengolahan Sampah ... 142
BAB VI KESIMPULAN dan SARAN ... 143
A. Kesimpulan ... 143
1. Kesimpulan Arsitektur ... 143
2. Kesimpulan Non Arsitektur ... 143
B. Saran ... 143
xvii DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.Pengklasifikasian Jalan Berdasarkan Hierarki Jalan ... 15
Tabel 2.2.Standar Kebutuhan Prasarana Persampahan ... 18
Tabel 2.3.Jenis-jenis Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum ... 21
Tabel 2.4.Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan ... 21
Tabel 2.5.Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan ... 22
Tabel 2.6.Pedoman Umum Penyediaan Sarana PeribadatanAgama Islam ... 23
Tabel 2.7.Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga ... 23
Tabel 2.8.Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan lapangan olaraga ... 25
Tabel 2.9.Daya tarik dan fasilitas desa wisata ... 53
Tabel 3.1.Potensi dusun Boddia dan Manjalling ... 58
Tabel 3.2.Kunjungan wisata di destinasi wisata tahun 2012 - 2018 ... 66
Tabel 3.3.Realisasi PAD 2012 - 2018 ... 67
Tabel 3.4.Prasarana lingkungan kampung nelayan Boddia ... 68
Tabel 3.5.Sarana dan fasilitas lingkungan kampung nelayan Boddia ... 69
Tabel 3.6.Elemen primer atau elemen dasar desa wisata terhadap kampung nelayan Boddia ... 85
Tabel 3.7.Elemen sekunder atau fasilitas pendukung desa wisata terhadap kampung nelayan Boddia ... 86
xvii Tabel 3.8.Elemen tersier atau fasilitas pendukung pada kawasan desa wisata terhadap
kampung nelayan Boddia ... 86
Tabel 3.9.Fasilitas dan warisan budaya yang terdapat kampung nelayan Boddia ... 87
Tabel 3.10.Elemen tambahan ... 88
Tabel 3.11. Kebutuhan ruang ... 90
Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang ... 96
Tabel 5.1 Jenis Ruang ... 103
Tabel 5.2 Kebutuhan ruang aktifitas dan zona kampung nelayan Boddia ... 109
Tabel 5.3 Besaran ruang kampung nelayan Boddia ... 111
Tabel 5.4. Rekapitulasi besaran ruang ... 116
xiii DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Nelayan menangkap ikan ... 36
Gambar 2.2 Pola pemukiman penduduk desa ... 38
Gambar 2.3 Pengulangan Motif Dari Desain Bangunan Sekitar ... 47
Gambar 2.4 Kantor Walikota Bau-Bau ... 47
Gambar 2.5 Victorian Homes ... 48
Gambar 2.6 Kampung nelayan Paotere ... 50
Gambar 2.7 Dermaga ... 50
Gambar 2.8 Tempat Jemur Ikan ... 50
Gambar 2.9 Gapura wisata kampung nelayan Grand Gathek Kabupaten Situbondo, Jawa Timur ... 51
Gambar 2.10 Desa Namu Kabupaten konawe, Sulawesi Tenggara ... 52
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Galesong ... 54
Gambar 3.2 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Takalar 2012-2032 . 57 Gambar 3.3 Peta Rencana Kawasan Strategis Kecamatan Galesong, Kabupaten Takakalar ... 57
Gambar 3.4 Peta dusun desa Boddia ... 51
Gambar 3.5 Peta lokasi Kampung nelayan Boddia ... 51
Gambar 3.6 Kondisi pemukiman nelayan Boddia yang mengalami kepadatan ... 51
Gambar 3.7 Peta Permasalahan Kampung Nelayan Boddia ... 61
xiv
Gambar 3.8 Peta Kondisi Eksisting Pemukiman Nelayan Boddia ... 62
Gambar 3.9 Warga Membantu Menarik Perahu Nelayan ... 64
Gambar 3.10 Memperbaiki jaring ... 64
Gambar 3.11 Tempat usaha kepiting dan cumi-cumi ... 64
Gambar 3.12 Festival pesta nelayan Boddia ... 65
Gambar 3.13 Ritual menangkap telur ikan... 65
Gambar 3.14 Prosesi ritual mengelilingi pulau ... 66
Gambar 3.15 Pelabuhan Galesong ... 67
Gambar 3.16 Festival pesta nelayan Boddia ... 70
Gambar 3.17 Pulau Sanrobengi ... 70
Gambar 3.18 Terumbu karang Pulau Sanrobengi ... 71
Gambar 3.19 PT Boddia Jaya ... 72
Gambar 3.20 Tempat Budidaya Air Payau Takalar ... 73
Gambar 3.21 Pantai bintang Galesong ... 74
Gambar 3.22 Tempat Pendaratan Ikan (TPI) ... 74
Gambar 3.23 Tempat pembuatan perahu nelayan ... 75
Gambar 3.24 Kawasan Pemukiman Nelayan Boddia Dengan Konteks Bangunan Sekitarnya ... 76
Gambar 3.22.Struktur dan Ornament rumah nelayankampung Boddia ... 67
Gambar 3.23. Bagan ide desa wisata ... 68 Gambar 3.24. Kampung nelayan yang akan di tata kembali dan dipindahkan . 73 Gambar 3.25 Pengulangan Motif, Pola, Irama, Dan Ornamen Yang Bernilai
xv
Sejarah ... 78
Gambar 3.26 Analogi Bagian Rumah Secara Horisontal ... 79
Gambar 3.27 Susunan Timba Sila Yang Merefleksikan Strata Sosial Dalam Masyarakat Suku Makassar ... 83
Gambar 3.28 Proses Penyederhanaan Motif Hias Kepala Kerbau Yang Biasa ditemmpatkan Pada Bubungan ... 84
Gambar 3.29 Ide Desa Wisata ... 89
Gambar 3.30 Kampung Nelayan Yang Akana Ditata Kembali Dan Dipindahkan ... 94
Gambar 4.1 Kampung Nelayan Yang Akana Ditata Kembali Dan Dipindahkan ... 95
Gambar 5.1. Eksisting Tapak ... 101
Gambar 5.2. Kondisi Eksisting Tapak ... 102
Gambar 5.3. Penzoningan ... 104
Gambar 5.4. Analisa Pencapaian serta Sirkulasi ... 106
Gambar 5.5. Simulasi orientasi matahari pada bangunan ... 108
Gambar 5.6. Bagan alur kegiatan pengunjung ... 118
Gambar 5.7. Bagan alur kegiatan masyarakat setempat ... 118
Gambar 5.8. Bagan alur kegiatan masyarakat Sekitar ... 119
Gambar 5.9. Bubble Diagram ... 120
Gambar 5.10. Konsep Rumah Nelayan ... 121
Gambar 5.11. Tempat Jemur Ikan ... 122
xvi
Gambar 5.12. Konsep Balai Pertemuan ... 123
Gambar 5.13. Konsep Masjid ... 123
Gambar 5.14. Konsep Tempat Pendaratan Ikan ... 124
Gambar 5.15. Konsep Dermaga ... 124
Gambar 5.16. Konsep kios Souvenir ... 125
Gambar 5.17. Konsep Kolam Renang ... 125
Gambar 5.18. Konsep Wisata Kuliner ... 126
Gambar 5.19. Konsep Lapangan Bola Volli Pantai ... 127
Gambar 5.20. Konsep Pembuatan Ikan Abon, Songkok bugis Makassar ... 127
Gambar 5.21. Konsep Area Hall/ Plaza ... 128
Gambar 5.22. Konsep Taman Bermain ... 129
Gambar 5.23. Konsep ATM Center ... 129
Gambar 5.24. Konsep Toilet ... 130
Gambar 5.25. Konsep Pos Jaga ... 130
Gambar 5.26. Konsep Taman Baca ... 131
Gambar 5.27. Konsep Area Parkir ... 131
Gambar 5.28. Konsep Gazebo ... 132
Gambar 5.29. Konsep Ruang Informasi ... 132
Gambar 5.30. Pondasi Umpak ... 133
Gambar 5.31. Sambungan kolom dengan balok lantai ... 133
Gambar 5.32. Kuda-kuda atap ... 134
Gambar 5.33. Sistem pecahayaan buatan dan alami ... 135
xvii
Gambar 5.34. Sistem air bersih ... 137
Gambar 5.35. Sistem air buangan ... 138
Gambar 5.36. Sistem elektrikal ... 139
Gambar 5.37. Sistem apar ... 140
Gambar 5.38. Sistem sprinkler ... 141
Gambar 5.39. Sistem hydrant ... 141
Gambar 5.40. Bak sampah yang direncanakan ... 142
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer bagi kehidupan manusia. Sesuai dengan perkembangan jaman, kebutuhan akan rumah semakin bertambah. Hal ini juga terjadi di permukiman kampung nelayan Boddia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar dalam angka 2018, Desa Boddia masuk dalam kategori tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, dimana pada Tahun 2016 tercatat jumlah penduduknya mencapai 4.871 jiwa dan bertambah pada tahun 2017 sebanyak 4.945 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun 1,54 %.
Pertumbuhan populasi yang cepat ini, menyebabkan beberapa permasalahan permukiman antara lain; berpengaruh pada penyempitan area pemukiman, berkurangnya ruang terbuka, diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungannya, serta sarana dan prasarana kurang memadai, sehingga areal pemukiman akan terkesan kumuh.
Namun dari semua masalah yang ada di kampung nelayan Boddia terdapat potensi sumber daya perikanan yang melimpah berdasarkan data BPS Kabupaten Takalar dalam angka 2018, di Kecamatan Galesong telah memproduksi perikanan tangkap mencapai 1.511 ton pada tahun 2016. Selain itu terdapat panorama pantai yang cukup baik untuk dikembangkan, di tambah lagi desa ini berhadapan langsung dengan pulau sanrobengi yang terkenal di Kabupaten Takalar di mana pulau ini memiliki keindahan pantai
2 berupa pasir putih dan terumbu karang. Serta budaya pesta nelayan yang diadakan dalam satu tahun sekali.
Beragamnya potensi ekonomi yang ada di wilayah kampung nelayan Boddia yang belum dikelola secara maksimal sehingga perlu adanya terobosan baru untuk mengembangkan potensi di sektor parawisata. Di mana sektor pariwisata sebagai suatu kegiatan ekonomi memiliki mata rantai yang sangat panjang sehingga banyak menampung kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya yang selanjutnya akan menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dari hasil penjualan barang dan jasa melalui usaha kuliner, akomodasi penginapan, penjualan barang cinderamata dan sebagainya.
Untuk menjadikan kawasan parawisata sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Takalar Tahun 2012-2031 yang berbunyi paragraph 6 Kawasan Peruntukan parawisata pasal 36.
1) Kawasan peruntukan parawisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 huruf f, terdiri atas:
a) Kawasan peruntukan parawisata budaya,
2) Kawasan peruntukan parawisata budaya sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, merupakan kawasan wisata budaya dan religi ditetapakan di:
a) Sebagian wilayah Kecamatan Galesong untuk kegiatan pesta nelayan Boddia,
3 Dari beberapa uraian di atas terdapat pokok permasalahan pemukiman yang akan di tata ulang serta dalam pegembangannya kemudian akan di jadikan desa wisata berdasarkan potensi yang sudah ada. Di mana konsep yang akan diterapakan di dalam kampung nelayan Boddia menggunakan pendekatan kontekstual adalah menjaga atau memanfaatkan keindahan/potensi alam letak keberadaannya (site) dan nilai-nilai lokal sekitarnya, serta mengidealkan kapasitasnya melalui bangunan yang dirancang secara cermat yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan daerah sekitarnya, dan membentuk keuntungan antara tapak (site) eksistingnya dengan keberadaan rancangan selanjutnya.
Dalam mewujudkan kampung nelayan Boddia menjadi kawasan berbasis desa wisata maka perlu dilakukan penanganan terhadap masalah- masalah tersebut dalam bentuk perencanaan desain. Tujuan yang ingin di capai adalah dalam bentuk perencanaan yang di lakukan sebagai berikut:
1. Penataan ulang kampung nelayan Boddia,
2. Perencanaan fasilitas -fasilitas pendukung kehidupan warga dan wisatawan sebagai persyarakatan untuk menjadikan desa wisata seperti pasar, toko/kios lokal, dan akomodasi penginapan atau homestay.
4 B. Rumusan Masalah
1. Non Arsitektural
Potensi apa sajakah yang menjadi daya tarik wisata di desa Boddia untuk mendukung pengembangan pemukiman nelayan Boddia menuju desa wisata.
2. Arsitektural
a. Bagaimana menentukan kebutuhan ruang kampung nelayan Boddia menuju desa wisata.?
b. Bagaimana konsep analisa tapak kampung nelayan Boddia menuju desa wisata.?
c. Bagaimana bentuk tampilan bangunan kampung nelayan Boddia menuju desa wisata dengan pendekatan arsitektur kontekstual?
d. Bagaimana utilitas perlengkapan yang gunakan dalam pengembangan kampung nelayan Boddia menuju desa wisata.?
C. Lingkup dan Batasan Masalah
Kawasan kampung nelayan Boddia di Kecamatan Galesong kabupaten Takalar aktifitas nelayan, serta potensi yang terdapat di kampung nelayan Boddia melalui pendekatan arsitektur kontekstual dalam mewujudkan sebagai desa wisata.
5 D. Tujuan Dan Sasaran
1. Tujuan
Untuk menyusun suatu acuan pengembangan kampung nelayan Boddia menuju desa wisata kabupaten Takalar, yang hasilnya berupa rumusan konsep perancangan yang di transformasikan pada perancangan fisik bangunan.
2. Sasaran
Sasaran yang hendak di capai adalah program dasar perancanaan dan konsep dasar perancangan dalam landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur yang bertitik tolak dari judul pembahasan, yaitu pengembangan kampung nelayan Boddia menuju desa wisata kabupaten Takalar yang disesuaikan dengan tuntunan kebutuhan dan kriteria desain berdasarkan aspek-aspek panduan perancangan.
E. Manfaat Pembahasan 1. Subyektif
Memenuhi salah satu persyaratan mengikuti tugas akhir di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar dan sebagai acuan untuk melanjutkan kedalam proses eksplorasi desain yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembuatan tugas akhir.
2. Obyektif
Sebagai pegangan dan acuan selanjutnya dalam perancangan, selain itu diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan
6 wawasan, baik bagi mahasiswa yang akan menempuh tugas akhir maupun bagi mahassiswa aristektur lainnya dan masyarakat umum yang membutuhkan.
F. Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan diutamakan pada msalah-masalah antara lain:
1. Lingkup pembahasan ditekankan hanya pada lingkup arsitektural yang melandasi faktor-faktor perancangan fisik bangunan dan faktor-faktor kenyamanan, di antaranya dalam hal kemudahan pencapaian, sirkulasi, fasilitas, dan kemudahan dalam melakukan aktifitas dan lain-lain.
2. Pembahasan dilakukan berdasarkan analisa data dan bersumber pada hasil survey, peraturan-peraturan pemerintah kabupaten Takalar standar-standar dalam desain dan studi literatur.
G. Metode Dan Sistematika Pembahasan 1. Metode pembahasan
Metode penyusunan landasan program perancangan pengembangan kampung nelayan Boddia menuju desa wisataini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data primer maupun data sekunder, untuk kemudian dianalisa menuju kepada kesimpulan.
7 2. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan landasan program perancangan kampong nelayan Boddia Kabupaten Takalar ini meliputi :
BAB I :PENDAHULUAN
Menguraikan secara garis besar tema utama dalam penyusunan landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur, yang didalamnya meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, mtode pembahasan yang digunakan, serta kerangka pembahasan yang berisi pokok-pokok pikiran dalam tiap bab yang ada.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA PENGEMBANGAN
KAMPUNG NELAYAN
Meninjau tentang teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan digunakan untuk mendukung pengembangan kampung nelayan Boddia Kecamatan Galesong menuju desa wisata, serta tinjauan studi banding.
8 BAB III:TINJAUAN KHUSUS PENGEMBANGANKAMPUNG
NELAYAN BODDIA KABUPATEN TAKALAR Meninjau kondisi Kab. Takalar secara umum dan gambaran wilayah Kab. Takalar serta tinjauan mengenai data kampung nelayan boddia Kabupaten Takalar.
BAB IV:PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN
Menguraikan analisa pendekatan pemecahan masalah yang meliputi semua aspek penunjang perancangan kampung nelayan Boddia Kabupaten Takalar
BAB V:ACUAN PERANCANGAN
Menguraikan tentang konsep landasan dan program dasar perencanaan dan perancangan sebagai pedoman utama dalam perancangan fisik bangunan pengembangan kampung nelayan Boddia menuju desa wisata.
BAB VI: KESIMPULAN
Mengemukakan saran dan kesimpulan yang berdasarkan pada tujuan sebelumnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengembangan
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan wilayah adalah suatu kejadian yang mempelajari perilaku pembangunan, interaksi sumberdaya manusia dengan sumberdaya lainnya di dalam tata ruang. Kajian ini menganalisis proses pembangunan dalam lingkungan spasial (tata ruang) dan menempatkan dalam struktur lansekap pembangunan (depelopment landscape). Dimensi wilayah (regional) dan spasial (tata ruang) telah menarik perhatian dan menjadi lebih penting dalam analisis pembangunan, khususnya bagi perencana bangunan (nasional dan daerah). (Sumber:prof. Dr. Rahardjo Adisasmita, M.Ec Hal: 41 )
2. Unsur-unsur Fundamental Pengembangan wilayah
Meskipun di ketahui bahwa potensi dan kemampuan masing- masing wilayah berbeda satu sama lainnya, namun pembangunan wilayah yang dilakukan harus mengacu kapada sasaran dasar yaitu: peningkatan produktifitas, pemerataan, pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Ada tiga unsur fundamental dalam pengembangan wilayah, yaitu:
1) Terdapat pusat-pusat (pelayanan/pembangunan pertumbuhan).
2) Tiap pusat mempunyai wilayah pengaruh (pelayanan).
10 3) Jaringan transportasi yang menghubungkan antar pusat dengan pusat-
pusat lainnya.
Dalam menjalin dan mengimplementasikan keterkaikaitan antar berbagai elemen atau komponen pembangunan wilayah mengacu pada sasaran:
1) Peningkatan produktifitas, 2) Pemerataan,
3) Pembangunan berkelanjutan, 4) Pemberdayaan masyarakat local,
5) Kerjasama atau kamitraan yang saling bermanfaat.
(Sumber: Prof. Dr. Rahardjo Adisasmita, M.Ec Hal: 42 ) B. Pemukiman
Menurut Doxiadis dalam Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997), permukiman merupakan sebuah system yang terdiri dari lima unsur, yaitu: alam, masyarakat, manusia, lindungan dan jaringan. Bagian permukiman yang disebut wadah tersebut merupakan paduan tiga unsur: alam (tanah, air, udara), lindungan (shell) dan jaringan (networks), sedang isinya adalah manusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar dan di alam itulah ciptakan lindungan (rumah, gedung dan lainnya) sebagai tempat manusia tinggal serta menjalankan fungsi lain.
Jaringan, seperti misalnya jalan dan jaringan utilitas merupakan unsur yang memfasilitasi hubungan antar sesama maupun antar unsur yang satu dengan yang lain. Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa permukiman
11 adalah paduan antara unsur manusia dengan masyarakatnya, alam dan unsur buatan sebagaimana digambarkan Doxiadis melalui ekistiknya (Kuswartojo, T., & Salim, S. (1997): Untuk menjawab sebagian isu perkembangan permukiman dan pendekatan terkini penyelenggaraan permukiman Heinz Frick (2006) menegaskan bahwa rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan dalam arti fisik, melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat- syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat.
Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu: (American Public Health association. Basic Principles of Healthful Housing. New York 1960.
dikutip dari Heinz: 2006)
1. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia:
a. Dapat memberi perlindungan terhadap gangguan-gangguan cuaca atau keadaan iklim yang kurang sesuai dengan kondisi hidup manusia, misalnya panas, dingin, angin hujan, dan udara yang lembab
b. Dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan rumah tangga sehari-hari, antara lain; (a) Kegiatan kerja yang ringan misalnya memasak, menjahit, belajar, dan menulis (b) Kegiatan rutin untuk memenuhi kesehatan jasmani bagi kelangsungan hidup, yakni antara lain: mandi, makan, tidur.
c. Dapat digunakan sebagai tempat istirahat yang tenang di waktu lelah atau sakit
12 2. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.
Rumah yang memberi perasaan aman dan tentram bagi seluruh keluarga sehingga mereka dapat betah berkumpul dan hidup bersama, dan dapat mengembangkan karakter kepribadian yang sehat
3. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.
Rumah yang dapat menjauhkan segala gangguan kesehatan bagi penghuninya.
4. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar
Rumah harus kuat dan stabil sehingga dapat memberi perlindungan terhadap gangguan keamanan yang disebabkan bencana alam, kerusuhan atau perampokan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 4 tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang Pedoman Penyusunan Amdal Kegiatan Permukiman Terpadu, bab I menyatakan bahwa pengembangan wilayah dibangun berdasarkan konsep permukiman terpadu, yaitu pembangunan prasarana permukiman beserta fasilitas penunjangnya. Selanjutnya keputusan menteri tersebut menegaskan adanya 5 prinsip utama dari konsep perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan yang harus dikembangkan sesuai kondisi awal yang ada:
1. Mempertahankan dan Memperkaya Ekosistem yang ada
Perubahan yang dilakukan terhadap unsur ekosistem karena adanya pembangunan gedung dan prasarananya harus diimbangi dengan
13 peningkatan kemampuan dari unsur ekosistem baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang memperkaya ekosistem secara keseluruhan
2. Penggunaan Energi yang Minimal
Baik secara makro maupun mikro perumahan dan permukiman harus memanfaatkan sistem iklim yang ada dan perancangan bangunan yang memanfaatkan prinsip yang sama ditambah dengan sistem radian yang dapat meningkatkan efektifitasnya dibandingkan dengan sistem pasif.
Pemilihan bahan bangunan, cara membangun dan rancangan bentuk dapat berpengaruh terhadap keutuhan energi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Pengendalian Limbah dan Pencemaran
Limbah yang harus dihasilkan mulai dari yang dihasilkan oleh jamban, kamar mandi, dapur, dan rumah sampai akibat dari pemakaian beberapa peralatan listrik, bahan bakar fosil dan sebagainya. Limbah ini harus dikelola dengan baik dan jelas dengan prinsip produksi bersih.
4. Menjaga Kelanjutan Sistem Sosial-Budaya Lokal
Gaya hidup yang berlaku sudah secara mantap diterjemahkan ke dalam berbagai tatanan dan bentuk bangunan serta peralatan yang dipakai sehari-hari. Kaidah dan pola dari warisan budaya dan pola hidup ini harus menjadi dasar awal untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan baru yang diciptakan oleh pembangunan yang maju dan berhasil tanpa melupakan keberlanjutan.
14 5. Peningkatan Pemahaman Konsep Lingkungan
Permukiman terbentuk melalui proses yang berlangsung terus.
Dalam pengembangan proses ini selalu akan terjadi pergantian pemukim baik secara alami maupun proses lahir dan batin, maupun karena mobilitas penduduk antara yang datang dan pergi.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 4 tahun 2000 tanggal 21 Februari 2000, penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, 2. Dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
3. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;
4. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang- bidang lain.
Menurut Agus S. Sardana (2014) Dalam perencanaan kawasan pemukiman ada beberapa hal yang harus terpenuhi untuk mendukung kehidupan penduduknya antara lain sebagai berikut;
1. Prasarana Lingkungan
Untuk mengdukung kehidupan penduduknya, setiap lingkungan pemukiman memerlukan fasilitas-fasilitas dasar. Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik atau lingkungan, yang terdiri dari beberapa
15 jenis. Terdapat delapan jenis prasarana lingkungan yang harus tersedia di lingkungan pemukiman, yaitu (SNI 03-1733-2004):
a. Prasarana Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana lingkungan yang berupa jaringan.
Fungsi utama jaringan jalan adalah untuk mempermudah pergerakan manusia dan kendaraan. Jaringan jalan juga berfungsi untuk penyalamatan dalam keadaan darurat. Jaringan jalan yang baik pada suatu kawasan permukiman harus memiliki pola yang hubungan jelas antara jalan utama dengan jalan kolektor atau jalan lokalnya.
Agar jalan pada suatu kawasan dapat berfungsi dengan sempurna, maka dalam perencanaanya perlu mengacu pada sistem hierarki jalan. Sistem hierarki jalan mengklasifikasikan ke dalam 6 jenis, yaitu: jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal primer, dan jalan lokal sekunder.
Tabel 2.1. Pengklasifikasian Jalan Berdasarkan Hierarki Jalan Hierarki Jalan Kecepatan
Kenderaan
Lebar Badan Jalan
Garis Sempadan Jalan Terhadap Bangunan Jalan Arteri
Primer
≥ 60 km/jam ≥ 8 m ≥ 22 m Jalan Arteri
Sekunder
≥ 30 km/jam ≥ 8 m ≥ 20 m Jalan Kolektor
Primer
≥ 40 km/jam ≥ 7 m ≥ 17 m Jalan Kolektor
Sekunder
≥ 20 km/jam ≥ 7 m ≥ 7 m Jalan Lokal
Primer
≥ 20 km/jam ≥ 6 m ≥ 12 m Jalan Lokal
Sekunder
≥ 10 km/jam ≥ 5 m ≥ 4 m (Sumber: Mirsa (2012:90), 2019)
16 b. Prasarana Jaringan Drainase
Jaringan drainase merupakan prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air buangan. Air buangan tersebu berasal dari permukaan jalan, halaman rumah, serta air limbah rumah tangga.
Melalui jaringan drainase, air dialirkan ke badan penerima air atau ke tempat peresapan buatan.
c. Prasarana Jaringan Air Bersih
Jaringan air bersih sangat diperlukan bagi lingkungan pemukiman. Prinsip dasarnya, setiap rumah harus mendapatkan layanan air bersih untuk keperluan rumah tangga. Air bersih harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan aman untuk dikomsumsi manusia. Jaringan air bersih berupa pipa yang tertanam di dalam tanah. Pipa untuk mengalirkan air bersih dibuat dari bahan PVC atau GIP.
d. Prasarana Jaringan Air Limbah
Limbah cair adalah limbah yang berbentuk cair dan berasal dari air buangan atau air bekas. Di lingkungan permukiman umumnya limbah cair berasal dari air buangan kamar mandi dan dapur. Limbah cair juga bisa berasal dari air hujan yang tidak tertampung oleh daya resap tanah. Idealnya limbah cair berasal dari air buangan dan air hujan dikembalikan selekasnya ke dalam tanah melalui sumur resapan.
17 Selain limbah cair, terdapat limbah padat yang berasal dari kakus. Limbah padat tidak boleh di buang dan dialirkan ke dalam saluran drainase riol kota. Limbah padat harus di buang ke dalam tempat penampungannya yang disebut septic tank. Septic tank dibuat di bawah permukaan tanah dan ditempatkan di halaman rumah.
Septic tank dan bidang sumur resapan merupakan sistem pembuangan limbah secara alamiah. Pada kondisi tertentu, apabila tidak dimungkinkan membangun septic tank dan sumur resapan di setiap rumah, maka perlu dibangun jaringan pembuangan dan bidang resapan bersama.
e. Prasarana Jaringan Persampahan
Jenis limbah lain yang berasal dari rumah tangga adalah sampah. Apabilah tidak ditangani dengan baik, tumpukan sampah akan menggunung dan mengotori lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem pembuangan sampah yang terkoordinasi dan terkontrol.
18 Tabel 2.2. Standar Kebutuhan Prasarana Persampahan
Lingkungan Layanan Prasarana
Sarana Pelengkap
Status Kepemilik an
Dimensi Keterangan
Rumah (5 jiwa)
Tong Sampah Pribadi - - RW
(2.500 Jiwa)
Gerobak Sampah
Bak Sampah Kecil
TPS 2 m²
6 m²
Diangkut 3x Seminggu
Kelurahan (30.000 jiwa)
Gerobak Sampah
Bak Sampah besar
TPS 2 m²
12 m²
Diangkut 3x Seminggu
Kecamatan (120.000
jiwa)
Mobil Sampah Bak Sampah Besar
TPS/TPA
lokal 25 m²
Diangkur 3x Seminggu Kota
(˃480.000 jiwa)
Bak Sampah Akhir
Tempat Daur Ulang Sampah
TPA
-
- -
(Sumber: Dikembangkan dari SNI 03-1733-2004, 2019)
Sampah rumah tangga sangat beragam jenisnya. Secara umum sampah terbagi ke dalam dua jenis yaitu:
1) Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang dapat diurai secara alamiah olehbakteri dan tanah sehingga kembali menjadi tanah.
Contoh sampah organik adalah: daun-daunan dan buah-buahan yang berguguran, sisa-sisa makanan, dan sebagainya.
2) Sampah non organik
Sampah non organik adalah sampah hasil industri yang tidak tadak dapat diurai oleh bakteri dan tanah. Contoh sampah non organik adalah kaca atau gelas,keramik, plastik, dan sebagainya.
19 Proses pembuangan dan pengelohan sampah dilakukan secara bertahap. Pertama-tama sampah buangan rumah tangga dalam tong sampah yang ada di setiap rumah. Selanjutnya sampah diangkut dengan gerobak sampah atau dengan mobil ketempat- tempat penampung sampah sementara.
f. Prasarana Jaringan Listrik
Listrik telah menjadi kebutuhan yang mutlak di setiap rumah di kota. Di lain pihak, kemampuan ekonomi masyarakat tidak sama.
Ada kelompok masyarakat yang berkelebihan secara ekonomi dan ada kelompok masyarakat yang sangat kurang ekonominya sehingga menjadi berat untuk membiayai kebutuhan biaya listriknya. Di Indonesia, kebuhan listrik dipasok oleh PLN atau Perusahaan Listrik Negara. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat beragam maka penyaluran listrik di bagi dalam beberapa golongan tarif yaitu:
1) Golongan tarif rumah tangga 2) Golongan tarif bisnis
3) Golongan tarif pemerintahannya.
Setiap unit rumah tangga harus mendapat daya listrik sekurang- kurangnya 450 watt. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam, penyaluran listrik dari untuk rumah tangga di bagi menjadi enam golongan yaitu:
1) Daya 450 VA 2) Daya 900 VA
3) Daya 1.300 VA 4) Daya 2.200
20 g. Prasarana Jaringan Telkomunikasi
Pada masa kini, jaringan telkomunikasi yang populer dipakai kota besar terbagi dalam dua jenis, yaitu: jaringan kabel dan jaringan nir kabel. Jaringan kabel dapat disalurkan melalui kabel udara dan tiang-tiang atau kabel-kabel yang di tanam di bawah tanah. Jaringan nir kabel adalah jaringan telkomunikasi yang tidak menggunakan kabel. Pada jaringan nirkabel, data disalurkan gelombang dari mesin pemancar ke mesin penerima.Semakin dikenalnya teknologi telepon seluler atau telepon genggam, semakin memudahkan manusia berkomunikasi. (Agus S. Sadana, 2014, Hal 47-60)
2. Sarana dan Fasilitas Lingkungan
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan,misalnya sarana pelayanan medis, yaitu sarana yang menyediakan pelayanan yang bersifat klinik dan sejenisnya(KBBI Online). Terdapat tujuh jenis sarana lingkungan yang sangat di perlukan masyarakat dan harus tersedia di lingkungan permukiman, yaitu (SNI 03-1733-2004):
a. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Untuk melayani dan melindungi masyarakat diperlukan tersedianya sarana pemerintahan dan pelayanan umum yang dikelola oleh negara.
Pada Tabel 2.3. dapat dilihat jenis-jenis layanan serta cakupan area layanannya.
21 Tabel 2.3. Jenis-jenis Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Area Layanan Jenis Layanan Luas Lahan Minimum Balai pertemuan warga 300 m²
Pos hansip 12 m²
Gardu listrik 30 m²
Unit RW (2.500 jiwa)
Telepon umum dan bis surat
Bak sampah kecil 30 m²
Parkir umum 100 m²
MCK bersama(mandi, cuci kakus) pada lingkaran yang masyarakatnya belum mampu menyediakan MCK sendiri
42 m² per 250 jiwa
(Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004, 2019) b. Sarana Pendidikan dan Pembelajaran
Wujud dari sarana pendidikan dan pembelajaran adalah bangunan serta lahan terbuka untuk aktivitas luar ruangan. Agar saran dapat berjalan berfungsi dengan optimal, maka penentuan jenis-jenis sarana pendidikan yang perlu disediakan harus memperhatikan jumblah penduduk pendukungnya.
Tabel 2.4. Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan Jenis
Sarana Pendidikan
Jumblah Penduduk pendukung
(jiwa)
Luas Lantai Minimum
(m²)
Luas Lahan Minimu
(m²)
Radius Pencapaian
Taman kanak-kanak
1.250 216 500 500 m
Sekolah Dasar
1.600 633 2.000 1.000 m
SLTP 4.800 2.282 9.000 1.000 m
SLTA 4.800 3.835 12.500 3.000 m
Taman Bacaan
2.500 72 150 1.000 m
(Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004, 2019)
22 c. Sarana Kesehatan
Fungsi dari sarana kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Tabel 2.5. Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan Jenis Sarana
Kesehatan
Jumblah Penduduk pendukung
(jiwa)
Luas Lantai Minimum
(m²)
Luas Lahan Minimu
(m²)
Radius Pencapaian
Posyandu 1.250 36 60 500 m
Balai Pengobatan
Warga
1.500 150 3.00 1.000 m
BKIA / Klinik Bersalin
30.000 1.500 3.000 4.000 m
(Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004, 2019) d. Sarana Peribadatan
Untuk memfasilitasi kehidupan rohani masyarakat, perlu tersedia fasilitas peribadatan yang cukup dan memadai di lingkungan pemukiman. Penyediaan fasilitas peribadatan juga dilaksanakan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku, dan disesuaikan dengan keputusan masyarakat setempat. Dalam SNI 03-1733-2004, dijelaskan jenis-jenis sarana peribadatan yang perlu direncanakan, yaitu:
1) Sarana peribadatan bagi pemeluk agama Islam
Sarana peribadatan yang diperlukan bagi pemeluk agama Islam adalah mushollah atau langgar dan masjid.
23 Tabel 2.6. Pedoman Umum Penyediaan Sarana Peribadatan
Agama Islam Jenis Sarana
Peribadatan Yang Dibutuhkan
Jumblah Penduduk pendukung
(jiwa)
Luas Lantai Minimum
(m²)
Luas Lahan Minimu (m²)
Musholla / Langgar
250 45 100
Masjid 2.500 300 600
Masjid kelurahan 30.000 1.800 3.500 Masjid Kecematan 120.000 3.600 5.400 (Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004, 2019) 2) Sarana peribadatan agama-agama lain
a) Katolik mengikuti paroki.
b) Hindu mengikuti adat.
c) Budha dan Kristen mengikuti sistem kekerabatan dan hirarki lembaga.
e. Sarana Perdagagan dan Niaga
Sarana perdagangan dan niaga merupakan bagian dari lingkungan yang berfungsi untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat dan sekaligus sebagai tempat bekerja.
Tabel 2.7. Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga Jenis Sarana
Perdagangan dan Niaga
Jumblah Penduduk pendukung
(jiwa)
Luas Lantai Minimum
(m²)
Luas Lahan Minimu
(m²)
Radius Pencapaian
Toko atau warung
250 50 100 300 m
Pertokoan 6.00 1.200 3.00 2.000 m
BKIA / Klinik Bersalin
30.000 1.500 3.000 4.000 m
(Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004, 2019)
24 Untuk mendukung kepentingan masyarakat setempat maka komponen yang perlu terpenuhi adalah tempat Pelelangan Ikan (TPI). Biasanya Tempat Pelelangan Ikan ini dikoordinasi oleh Dinas Perikanan atau Pemerintahan Daerah.Tempat Pelelangan Ikan tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(1) Tempat tetap (tidak berpindah-pindah)
(2) Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan (3) Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan
(4) Mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah Daerah).
f. Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan fasilitas berupa tempat dan bangunan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kebudayaan dan kebutuhan rekreasi bagi penduduk. Seperti balai warga atau balai pertemuan dan balai serbaguna.
g. Sarana Ruang Terbuka Taman dan Lapangan Olaraga
Ruang terbuka adalah wadah yang dapat menampung kegiatan tertentu dari warga lingkungan baik secara individu atau kelompok.
25 Tabel 2.8. Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan
Olaraga Jenis
Sarana
Jumblah Penduduk pendukung
(jiwa)
Kebutuhan Luas Minimum
(m²)
Radius Pencapaian
Kriteria Lokasi
Taman / Tempat bermain
250 250 100 Di tengah
kelompok tetangga Taman /
Tempat bermain
2.500 1.250 1.000 Di pusat
kegiatan lingkungan Taman &
Lapangan Olaraga
30.000 9.000 - Sedapat
mungkin berkelompo
k dengan sarana pendidikan (Sumber: Diolah dari uraian dalam SNI 03-1733-2004, 2019)
(Sumber:Agus S. Sadana, 2014, Hal: 65-79)
Pembangunan berkelanjutan di sektor permukiman menurut Joko Kirmanto (2007) -Menteri Pekerjaan Umum- diartikan sebagai pembangunan permukiman termasuk di dalamnya pembangunan kota secara berkelanjutan sebagai upaya berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan sebagai tempat hidup dan bekerja semua orang. Intinya pembangunan permukiman yang berkelanjutan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan.
Sedangkan menurut Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) konsep pembangunan permukiman yang berwawasan lingkungan adalah permukiman yang menunjang perkembangan kehidupan yang berkelanjutan, dimana dapat menopang dan ditopang oleh tercapainya tujuan ekonomi, sosial dan ekologi (KMNLH, 1999).
26 C. Parawisata
Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu dari sebuah tempat ke tempat lain dengan melakukan perencanaan sebelumnya, tujuannya untuk rekreasi atau untuk sebuah kepentingan agar keinginannya bisa terpenuhi. Atau pariwisata bisa di artikan juga sebagai sebuah perjalanan dari sebuah tempat ke tempat lain untuk rekreasi atau bersenang-senang kemudia kembali ke tempat awal.
1. pengertian pariwisata menurut para ahli
a. Menurut WTO atau World Tourism Organization
Pariwisata merupakan kegiatan manusia yang melakukan perjalanan dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya.
Beberapa ahli juga mengatakan pengertian Pariwisata, berikut daftar lengkap pengertian Pariwisata menurut para ahli dari luar dan dalam negeri.
b. Menurut James J. Spillane (1982)
Pariwisata merupakan aktivitas melakukan perjalanan dengan tujuan memperoleh kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menunaikan tugas, berziarah dll.
c. Menurut Koen Meyers (2009)
Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal awal ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk
27 memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang maupun libur dan dan bisa saja menghabiskan uang yang terlalu banyak.
d. Menurut Burkart dan Medlik (1987)
Pariwisata adalah sebuah tranformasi orang untuk sementara dalam jangka waktu jangka pendek yang bertujuan di luar tempat dimana mereka hidupdan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama tinggal di tempat- tempat tujuan itu.
2. Jenis-jenis Pariwisata
a. Jenis dan Macam Pariwisata Berdasarkan Letak Geografis 1) Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Pariwisata setempat yang memiliki ruang lingkup relatif sempit serta terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. Contohnya seperti pariwisata kota Bandung, DKI Jakarta dan lain-lain.
2) Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Pariwisata yang berkembang di sebuah tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas jika dibandingkan dengan local tourism, namun lebih sempit jika dibandingkan dengan national tourism. Contohnya seperti Pariwisata Sumatera Utara, Bali dan lain-lain.
3) Regional-International Tourism
Aktivitas Pariwisata yang berkembang di sebuah wilayah international yang terbatas, namun melalui batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut. Contohnya seperti
28 pariwisata kawasan ASEAN, Timur Tengah, Asia Selatan, Eropa Barat dan lain-lain.
4) International Tourism
Aktivitas pariwisata yang berkembang di seluruh negara di dunia khususnya regional-international tourism serta national tourism.
b. Jenis dan Macam Pariwisata Menurut Alasan/Tujuan Pariwisata 1) Business Tourism
Jenis Pariwisata yang di mana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang maupun yang berhubungan dengan pekerjaan, meeting, insentif dan convention serta zexhabition (MICE).
2) Vacational Tourism
Jenis Pariwisata yang dimana kebanyakan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur maupun memanfaatkan waktu luang.
3) Educational Tourism
Jenis Pariwisata yang dimana pengunjung melakukan perjalanannya untuk tujuan mempelajari sesuatu di bidang ilmu pengetahuan. Educational Tourism meliputi study tour atau dharmawisata. Dalam bidang bahasa dikenal kata polly glotisch, yakni orang-orang yang tinggal sementara waktu di sebuah negara untuk mempelajari bahasa negara tersebut.
29 3. Unsur-Unsur Pariwisata
Berikut dibawah ini beberapa unsur-unsur pariwisata a. Biro Perjalanan
Adalah badan usaha dimana melayani segala proses perjalanan pariwisata sedak berangkat hingga kembali pulang, sehingga wisatawan memperoleh kenyamanan selama perjalanan pariwisata.
b. Akomodasi
Adalah tempat untuk tinggal sementara atau bisa disebut menginap.
Banyak sekali pilihan tempat menginap saat melakukan perjalanan wisata saat ini, contohnya seperti tempat tersebut seperti hotel, perkemahan, motel dll. Saat ini semakin berkembang tempat untuk menginap khusunya dalam segi fasilitas serta berbagai macam kebutuhan, seperti makan dan minum, fasilitas olah raga, fasilitas ruang pertemuan, fasilitas jamuan-jamuan dll.
c. Transportasi
Adalah industri pada pariwisata yang menyediakan jasa angkutan.
Jasa transportasi ini meliputi angkutan darat, laut dan udara.
Pengelolaan jasa angkutan ini banyak sekali mulai yang di kelola oleh pihak swasta sampai pemerintah.
d. Jasa Boga dan Restoran
Adalah fasilitas dalam bidang makanan dan minuman pada saat berwisata, saat ini industri jasa boga serta restoran dalam pariwisata sangat menguntungkan sebab dalam setiap wisatawan pastinya selalu
30 memerlukan makanan dan minuman sehingga mereka pasti membelinya dan ingin mencoba berbagai jenis makanan atau minuman daerah setempat.
e. Money Changer / Tempat Penukaran Uang
Suatu Tempat untuk menukarkan uang asing saat ini semakin berkembang, penukaran mata uang asing ini tidak hanya dilakukan di bank saja tapi banyak sekali perusahaan yang tersebar di tempat tertentu, khususnya di kota-kota besar yang selalu menyediakan penukaran mata uang asing.
f. Atraksi Wisata
Adalah pertunjukan yang di adakan di tempat-tempat wisata.
Pertunjukan tersebut misalnya contohnya seperti tarian, musik, dll.
Pertunjukan bisa dilakukan secara tradisional atau secara modern, melalui industri atraksi wisata maka bisa meningkatkan keunggulan daerah wisata setempat agar dikenal oleh banyak orang.
g. Oleh-Oleh atau Cindera Mata
Industri cindera mata sangat menguntungkan di daerah tempat wisata, sebab semua orang yang berwisata biasanya selalu membeli cindera mata untuk di bawa pulang ke rumah. Cindera mata ini biasanya berbentuk benda kerajinan tangan khas daerah setempat.
4. Manfaat Pariwisata
a. Menambahkan kesempatan berusaha bagi penduduk maupun masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata.
31 b. Sektor pariwisata bisa menyerap tenaga kerja yang bisa meningkatkan
perolehan serta kesejahteraan penduduk.
c. Perolehan negara meningkat berbentuk pajak baik dari para wisatawan yang datang atau pajak dari fasilitas sosial di daerah objek wisata, dan keuntungan dari pertukaran mata uang asing dengan mata uang Indonesia untuk keperluan para wisatawan.
d. Terpeliharanya kelestarian lingkungan hidup dan kebudayaan nasional.
Dengan adanya pariwisata, masyarakat selalu menjaga keutuhan serta kelestarian objek wisata, baik objek wisata keindahan alam, bangunan- bangunan dan peninggalan bersejarah atau budaya-budaya tradisional masyarakat.
5. Tujuan Pariwisata
a. Untuk memakai waktu senggang, baik rekreasi(berlibur), kebutuhan kesehatan, pelajaran dan pengetahuan serta untuk menjalankan ibadah atau olahraga
b. Untuk kebutuhan usaha atau bisnis, kunjungan keluarga, menjalankan tugas tugas dan menghadiri konferensi.
D. Kampung
Secara administrative, kampung adalah kesatuan administrasi terkecil yang menempati wilayah tertentu, terletak di bawah kecamatan (Artikata, 2013).
Dari aspek hukum, kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam
32 sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten atau Kota (abiding, 2012) (Sumber: Agus S. Sadana, 2014)
E. Pengertian Nelayan 1. Pengertian Nelayan
Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yangmata pencahariannya menangkap ikan, penangkapikan di laut. (W.J.S.
Purwodarminto,Dalam Jurnal Endang retnowati, 2011)
Hasil penelitian (Kusnadi, 2003, dalam Jurnal Rozy Ismariandi, Purwanita Setijanti, Putu Gde Ariastita, 2010) bahwa mobilitas vertikal nelayan dapat terjadi berkat bantuan istri mereka yang memiliki kecakapan berdagang. Dalam pembagian sistem kerja ininelayan bertanggung jawab terhadap penangkapan ikan, sedangkan istri bertanggung jawabterhadap urusan domestik dan publik. Jadi dapat diartilan bahwa, potensi pembangunanmasyarakat nelayan yang bisa dieksplorasi untuk mengatasi kemiskinan dan kesulitanekonomi lainnya adalah kaum perempuan dan pranata sosial yang ada.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No.
2690), pengertian nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan
33 ikan. Nelayan penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut.
Sedangkan dalam ketentuan Undang-Undang Perikanan, mengatur dan membedakan pengertian nelayan menjadi dua yaitu nelayan dan nelayan kecil. Pasal 1 angka 10: nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan, sedangkan pada pasal 1 angka 11: nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) Gross Ton (GT).
Penjelasan pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan “nelayan kecil” adalah nelayan masyarakat tradisional Indonesia yang menggunakan bahan dan alat penangkapan ikan secara tradisional.(Sumber: Jurnal Endang retnowati, 2011)
2. Karakteristik Nelayan
Menurut (Mubyarto, et al 1984, dalam jurnal Dewi Fatmasari
)
berdasarkan stratifikasi yang ada pada masyarakat nelayan, dapat diketahui berbagai tipologi nelayan, yaitu:a. Nelayan kaya A, yaitu nelayan yang mempunyai kapal sehingga mempekerjakan nelayan lain tanpa ia sendiri harus ikut bekerja.
b. Nelayan kaya B, yaitu nelayan yang memiliki kapal tetapi ia sendiri masih ikut bekerja sebagai awak kapal.
34 c. Nelayan sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan pendapatan pokoknya dari bekerja sebagai nelayan, dan memiliki perahu tanpa mempekarjakan tenaga dari luar keluarga.
d.
Nelayan miskin, yaitu nelayan yang pendapatan dari perahunya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga harus ditambah dengan bekerja lain baik untuk ia sendiri atau untuk isteri dan anak-anaknya.3. Kehidupan Sosial Masyarakat Nelayan
Sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh. Mereka adalah penyumbang utama kuantitas produksi perikanan tangkap nasional. Walaupun demikian, posisi sosial mereka tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif sehingga sebagai pihak produsen, nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan yang besar. Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala besar atau pedagang perantara. Para pedagang inilah yang sesungguhnya menjadi penguasa ekonomi di desa- desa nelayan. Kondisi demikian terus berlangsung menimpa nelayan tanpa harus mengetahui bagaimana mengakhirinya.
Hal ini telah melahirkan sejumlah masalah sosial ekonomi yang krusial pada masyarakat nelayan. Namun demikian, belenggu struktural dalam aktivitas perdagangan tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor yang menimbulkan persoalan sosial di kalangan nelayan, faktor-faktor lain yang sinergi, seperti semakin meningkatnya kelangkaan sumberdaya perikanan, kerusakan ekosistem pesisir dan laut, serta keterbatasan kualitas dan
35 kapasitas teknologi penangkapan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, ketimpangan akses terhadap sumberdaya perikanan, serta lemahnya proteksi kebijakan dan dukungan fasilitas pembangunan untuk masyarakat nelayan masih menjadi faktor yang menimbulkan persoalan.
4. Strategi Perekonomian Keluarga Nelayan
Strategi nelayan dalam menghadapi kemiskinana dapat dilakukan melalui:
a. Peranan Anggota Keluarga Nelayan (istri dan anak).
Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota rumah tangga nelayan (istri dan anak) merupakan salah satu dari strategi adaptasi yang harus ditempuh untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.
b. Diversifikasi Pekerjaan
Dalam menghadapi ketidakpastian penghasilan, keluarga nelayan dapat melakukan kombinasi pekerjaan.
c. Jaringan sosial
Melalui jaringan sosial, individu-individu rumah tangga akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumber daya yang tersedia di lingkungannya. Jaringan sosial memberikan rasa aman bagi rumah tangga nelayan miskin dalam menghadapi setiap kesulitan hidup sehingga dapat mengarungi kehidupan dengan baik. Jaringan sosial secara alamiah bisa ditemukan dalam segala bentuk masyarakat dan manifestasi dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial.