• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berwawasan Kebangsaan di Perguruan Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berwawasan Kebangsaan di Perguruan Tinggi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 255-258

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)

ISSN: 2598-2796 (media online) 255

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN KEBANGSAAN DI PERGURUAN TINGGI

Muhammad Japar Universitas Negeri Jakarta Corresponding author: [email protected]

Abstrak

Pendidikan karakter menjadi jembatan untuk peserta didik tentang eksistensi diri dan realitas sosial. Pendidikan karakter sebagai proses manusiawi, namun tetap menjadikan peserta didik sebagai subjek yang bebas, mandiri, dan kritis. Maka dari itu dalam Pendidikan Karakter diperlukan model pendidikan karakter untuk menangani krisis multidimensional. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan, mendeskripsikan kelakayakan dan mendeskripsikan model pendidikan karakter berwawasan kebangsaan di Perguruan Tinggi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan mengacu pada Research and Development (R&D) Borg and Gall. Data Kuantitatif diperoleh dari hasil angket untuk ahli media, materi dan subjek penelitian. Data kualitatif menggunakan metode observasi di Perguruan Tinggi Universitas Negeri Jakarta dan melakukan wawancara kepada lima mahasiswa. Penelitian ini menghasilkan produk luaran yaitu Buku Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil evaluasi pakar model pendidikan karakter berwawasan kebangsaan dapat dilaksanakan dan merupakan model alternatif yang dapat diimplementasikan di Perguruan Tinggi.

Kata Kunci : Pengembangan, Model Pendidikan Karakter, Perguruan Tinggi PENDAHULUAN

Pendidikan karakter telah menjadi perbincangan yang serius di banyak kalangan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perguruan tinggi, sekolah, lembaga sosial masyarakat (LSM), dan komunitas yang peduli terhadap eksistensi bangsa Indonesia telah membahas betapa pentingnya pendidikan karakter. Kepedulian pemangku kepentingan pendidikan itu dipicu oleh fakta yang memprihatinkan tentang perilaku bangsa ini.

Fakta menunjukkan bahwa degradasi nilai-nilai dan moral Pancasila itu telah terjadi dari tingkat akar rumput hingga para pemimpin bangsa. Kasus narkoba yang makin subur, pertikaian bersenjata antar kelompok massa yang menjadi tontonan di televisi, kekerasan terhadap anak dan perempuan, pornografi dan pornoaksi yang makin vulgar ditunjukkan oleh kalangan muda hingga elit politik, hubungan seks bebas yang makin menjangkiti kalangan generasi muda siswa dan mahasiswa, tindakan KKN di mana-mana, kasus mafia hukum dan peradilan, gerakan terorisme oleh salah satu kelompok masyarakat Indonesia sendiri, kasus money politics dalam pemilukada dan pemilu legislatif, pencemaran dan kehancuran lingkungan ekologis, kompetisi antar kepentingan yang makin tajam dan tidak fair, pameran kekayaan yang makin tajam antara kelompok kaya dan kelompok miskin, kasus penggusuran kelompok miskin di kota-kota besar, dan sulitnya menumbuhkan kepercayaan terhadap kejujuran masyarakat.

Keprihatinan akan fakta tersebut tidaklah berhenti sampai di situ tetapi harus dilakukan tindakan sistematis untuk menyiapkan generasi yang lebih baik. Jalan terbaik adalah melalui pendidikan karakter yang dilakukan dalam semua jenis, jenjang dan program pendidikan. Dari pra sekolah, pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. “Proses globalisasi secara konseptual selama ini dianggap mendatangkan permasalahan bagi nasionalisme. Permasalahan ini menuimbulkan keresahan akan lunturnya nilai-nilai nasionalisme dalam konteks proses globalisasi dikarenakan konsep nasionalisme senantiasa dikaitkan dengan Negara bangsa, dimana peran Negara masih sangat dominan” (Seda. 2011).

Di dalam penelitian hasanan (2013) mengenai Implementasi Nilai-Nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi, pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup yang akan menunjukkan jati diri sebagai manusia yang sadar diri sebagai warga Negara. Hasil dari penelitian tersebut bahwa implementasi nilai-nilai karakter inti seperti jujur, cerdas, peduruli dan tangguh. Pendidikan karakter juga memiliki korelasi positif pada keberhasilan akademik anak didik. Menurut buletin Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz menunjukkan peningkatan motivasi anak dalam meraih prestasi akademik dengan menerapkan pendidikan karakter. Di Cina, pendidikan karakter sudah dicanangkan pada tahun 1985 oleh Deng Xiaoping. “Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society(Deng Xiaoping,1985).

Di Indonesia, Pendidikan karakter sudah lama diimplementasikan di Perguruan Tinggi. Namun, tahapan tersebut masih belum optimal. Menurut Agus Wibowo (2012), dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter strategi membangun karakter bangsa dan peradaban menyatakan bahwa karakter tidak terbentuk secara instan tetapi perlu dilatih.

Maka dari itu diperlukan pengembangan karakter. Pengembangan ini dilakukan dengan memberikan model.

(2)

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 255-258

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)

ISSN: 2598-2796 (media online) 256

Pengembangan model diawali dengan pengembangan pembelajaran. Konsep pengembangan pembelajaran dari Gustafson dan Branch (2002) dilakukan dengan menganalisis terlebih dahulu kondisi pembelajaran dan kebutuhan pembelajar.

Selanjutnya rangkaian spesifikasi yang efektif, efisien dan relevan dengan lingkungan pembelajaran. Konsep ini juga dilakukan dengan mengembangkan semua bahan-bahan bagi semua pembelajar dan manajemen material, Implementasi dari hasil rancangan pembelajaran; dan terakhir dilakukan evaluasi formatif dan sumatif dari hasil pengembangan. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Konsep model yang dikembangkan Dick dan Carey(2005) dalam bukunya yang berjudul The systmatic design of insrtruction sixth edition memberikan delapan komponen urutan untuk mendesain pembelajaran. Hal yang dilakukan yaitu mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Melaksanakan analisis pembelajaran setelah melakukan identifikasi. Komponen tersebut merupakan penjabaran kompetensi umum menjadi kompetensi khusus. Selanjutnya peneliti menganalisis siswa dan konteks yang kemudian menuliskan tujuan pembelajaran khusus.Pengembangan instrumen dilakukan berdasarkan tujuan pembelajaran yang dikembangkan dalam strategi pembelajaran. Peneliti dapat mengembangkan dan memilih sarana pembelajaran. Dan terkahir merancang dan melaksanakan evaluasi formatif.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode research and development dari Borg dan Gall yang terdiri dari lima langkah. Peneliti melakukan studi literatur yang terkait dengan konsep dan pendidikan karakter kemudian peneliti melakukan perancangan bahan ajar. Bahan ajar tersebut dikembangan dengan melakukan uji coba awal dan perbaikan.

Hasil pengembangan dari penelitian ini adalah disusunnya bahan ajar pendidikan karakter di perguruan tinggi yang terdapat dalam lampiran laporan penelitian ini. Pada tahap pengembangan bahan ajar dilakukan evaluasi. Evaluasi itu dimaksudkan untuk perbaikan awal bahan ajar sebelum melangkah ke tahap penyempurnaan atau finalisasi. Berikut adalah hasil observasi di tiga kelas dengan jurusan yang berbeda.

Peran Model Pendidikan Karakter Berwawasan Kebangsaan di Perguruan Tinggi

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada mahasiswa mengenai pendidikan karakter, instrumen yang digunakan diiringi dengan wawancara informal.

Materi yang terdapat dalam bahan ajar telah mendeskripsikan fakta-fakta yang diperlukan dan teknologi pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan aktual

(Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

Fakta yang diangkat sesuai dengan realita yang ada. Sehingga mahasiswa dapat memahami secara seksama mengenai pendidikan karakter.

(Mahasiswa Ilmu Agama Islam)

“Bahan ajar ini telah memuat prosedur yang diperlukan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kejelasan deskripsi bagan atau skema membuat mahasiswa memahami isi tersebut”

(Mahasiswa Sosiologi Pembangunan)

“Materi di dalam modul pendidikan karakter meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa dan tampilan modul didesain sangat menarik”

(Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

Dari hasil wawancara diatas membuktikan bahwa model pendidikan karakter sudah sesuai dengan kriteria yang ada. Penelitian ini juga diperkuat oleh teori yang dikembangkan oleh Gustafon dan Branch mengenai pengembangan pembelajaran, dalam melakukan observasi peneliti terlebih dahulu menganalisis kondisi pembelajaran dan kebutuhan pembelajar. Hal ini dilakukan oleh peneliti sebelum membuat materi untuk bahan ajar. Dick dan Carey juga sebelumnya menyatakan hal yang sama. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik, maka diperlukan identifikasi. Identifikasi tersebut merupakan upaya untuk mengembangkan modul yang ada sesuai dengan fakta. Konsep ini menjadi acuan peneliti dalam menghasilkan penelitian.

Pengembangan model pembelajaran ini didukung oleh hasil penelitian Widihastuti(2013) dalam penelitiannya mengenai strategi pendidikan karakter di perguruan tinggi dilakukan melalui penerapan Assessment for Learning berbasis Higher Order Thingking Skills. Konsep yang diberikan oleh Widihastuti memberikan gambaran bahwa Pendidikan karakter juga di perlukan pengembangan dan keterampilan berpikir tinggi. Namun, dalam menerapkan pembelajaran tersebut, komponen mengidentifikasi tujuan pembelajaran tetap ada dan sesuai prosedur. Hasil temuan yang ada memberikan gambaran bahwa isi materi dalam sebuah modul menjadi penting dalam mengembangkan pendidikan karakter berwawasan kebangsaan di Perguruan Tinggi. Dan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tidak melupakan karakter yang baik mencakup,motivasi selalu belajar, disiplin, jujur, mandiri, percaya diri dan kemampuan

(3)

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 255-258

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)

ISSN: 2598-2796 (media online) 257

bernalar. Penelitian ini juga didukung oleh Nasrudin, dkk(2014) yang menuliskan bahwa konsep penelitian pengembangan Borg dan Gall (1983) menyebut bahwa research based development yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh Nasrudin menunjukkan bahwa model pendidikan karakter yang berdasarkan sifat fitrah manusia dapat diterima oleh dosen dan mahasiswa. Penelitian Hasanah (2013) mengenai implementasi nilai-nilai karakter diperguruan tinggi dilakukan untukmeningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter sehingga terwujud perilaku sehari-hari. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan adanya angket yang diberikan peneliti kepada mahasiswa. Di dalam angket tersebut mahasiswa memberikan tanggapanya terhadap model pembelajaran mengenai pendidikan karakter berwawasan kebangsaan.

Tabel 1. Tanggapan Mahasiswa terhadap Model yang dikembangkan

Tanggapan Presentasi

Modul sangat jelas 90%

Modul tidak jelas 8%

Modul sangat tidak jelas 2%

Grafik tanggapan mahasiswa terhadap model dapat dilihat pada gambar 1.

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa mahasiswa menganggap modul sangat jelas. Bahan ajar telah mendeskripsikan fakta, prinsip-prinsip pendidikan, modul juga membentuk karakter anak bangsa melalui aspek-aspek kecukupan untuk keperluan mata kuliah. Aspek keterbacaan pun mudah dipahami oleh mahasiswa.

SIMPULAN

Berdasarkan deskripsi dari kesimpulan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk memberikan pendidikan karakter berwawasan bangsa adalah dengan ikut bertanggung jawab di dalam proses pendidikan salah satunya dengan modul. Oleh karena itu, pendidikan karakter di perguruan tinggi semakin menarik sebagai upaya menghadapi tantangan global namun memegang teguh wawasan mengenai kebangsaan. Salah satu strateginya dengan menerapkan modul pendidikan karakter berwawasan kebangsaan sebagai acuan proses pembelajaran di perguruan tinggi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada panitia HISPISI Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan untuk menuliskan artikel ini. Selain itu terima kasih juga diucapkan untuk segenap civitas Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

REFERENSI

Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati Akhlak Mulia Pondasi Membangun Karakter Bangsa Jakarta: Al-Mawardi Prima.

Borg, Walter R., dan Meredith Damien Gall. 2003. Educational Research: An Introduction, Edisike 4. New York: Longman Inc,

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches London: Sage Publications, Inc Demain, Jack. 2005. Citizenship and Political Education Today Basingstoke: Palgrave Macmillan

Hidayatullah, M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa Surakarta: UNS Press Kesuma, Darma dkk.2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah Bandung: Remaja Rosdakarya Munir, Abdullah.2010. Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani

Mustakim, Bagus. 2011.Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat Yogyakarta: Samudra Biru,

Modul Sangat Jelas Modul Tidak Jelas Modul Sangat tidak jelas

(4)

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 255-258

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)

ISSN: 2598-2796 (media online) 258

Nasrudin,dkk. 2014. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berdasarkan Sifat Fitrah Manusia.Jurnal Pendidikan Karakter,Tahun IV, Nomor 3, Oktober.

Santoso, Djoko. 2011. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Opini Seputar Indonesia 20 Mei

Widihastuti. 2013. Strategi Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Melalui Penerapan Assessment for Learning berbasis Higher Order Thingking Skills.Jurnal Pendidikan Karakter Tahun III, Nomor 1 Februari.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) merupakan mata kuliah yang sangat penting bagi pembentuk kepribadian dan karakter mahasiswa, sehingga

Dosen dalam pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa juga perlu memiliki bekal ilmu yang memadai dari berbagai sumber belajar agar tidak tertinggal dengan

Tulisan ini bertujuan ingin memahami pola pembelajaran karakter di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sedangkan

1) Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya tentang Kreativitas Guru Pendidikan Agama.. Islam guna menanamkan nilai karakter

Bentuk bahan ajar yang dikembangkan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Palangka Raya berupa bahan ajar cetak berbentuk leaflet dan video yang berwawasan

91 Agama Islam sebagai Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) antara keduanya. Maka dipandang perlu adanya model pengembangan Pendidikan Agama Islam di perguruan

Tulisan ini bertujuan ingin memahami pola pembelajaran karakter di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sedangkan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Nilai konstanta α sebesar 2.861 artinya dekandensi moral dikalangan mahasiswa sebesar 2.861 satuan dengan asumsi variabel karakter adab/perilaku,