• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Modul Biologi Berbasis Learning Cycle 7E Materi Sistem Ekskresi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengembangan Modul Biologi Berbasis Learning Cycle 7E Materi Sistem Ekskresi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 95

Website: http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/edusainstika

E-mail: [email protected] pp : 95-102

Pengembangan Modul Biologi Berbasis Learning Cycle 7E Materi Sistem Ekskresi

A Arnitya1, D Marneli1, R Delfita1, N Fajar1, N Nurlaila1

1 Tadris Biologi, Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar, Indonesia

[email protected]

Abstract. This research was motivated by the lack of student activity in the learning process.

Much of the biology material that is memorized makes it difficult for students to understand the lesson and there is a lack of teaching materials used by teachers. Therefore, the learning process is very dependent on the teacher's explanation and students only receive material from the teacher. The aim of this research is to develop teaching materials in the form of modules based on the 7E learning cycle that are valid and practical for teaching materials that can support the learning of excretory system material for class XI students at MAN 50 Kota. This type of research is 4D model development research which consists of the definition, design, development and socialization stages. This research has just reached the development stage. The validation process was carried out on biology lecturers, biologists and biology teachers with validation instruments and practicum adequacy instruments used at the testing stage. The validity results obtained a score of 93% in the very valid category, teacher practicality was 90% in the very practical category, and the student practicality level was 90% in the very practical category.

Thus, a 7E learning cyclebased module can be used.

Kata Kunci: Module, 7E Learning Cycle, 4-D Model, Validity, Practicality

1. Pendahuluan

Materi sistem ekskresi di Madrasah Aliyah Negeri 50 Kota merupakan materi pembelajaran biologi kelas XI semester 2 dengan alokasi waktu 3 kali pertemuan dengan masing-masing sesinya berdurasi 45 menit. Materi sistem ekskresi meliputi struktur dan fungsi organ sistem ekskresi, proses ekskresi pada manusia dan kelainan yang berhubungan dengan sistem eksresi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi kelas XI di MAN 50 Kota, Ibu Dra. Saiyidati pada tanggal 28 Oktober 2022 diperoleh informasi bahwa bahwa siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran karena kurangnya pengetahuan dasar terhadap materi yang dipelajari. Permasalahan lainnya adalah ketersediaan materi pembelajaran yang terbatas dan tidak mencukupi untuk seluruh siswa. Akibatnya, terjadi kekurangan materi pendidikan bagi siswa baik di sekolah maupun di rumah. Apalagi guru belum mengembangkan sendiri bahan ajar untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga belum ada mengembangkan sendiri bahan ajar yang dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik Kelas XI diperoleh informasi bahwa peserta didik kurang memahami materi karena materi pembelajaran Biologi banyak hafalan dan sumber belajar yang terbatas serta buku yang tersedia di perpustakaan

(2)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 96 kurang dari jumlah peserta didik di sekolah tersebut. Proses pembelajaran dengan minimnya penggunaan media ini membuat kurangnya motivasi, minat, dan keaktifan peserta didik. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut merupakan sebuah tugas dan tanggung jawab semua tenaga pendidikan khususnya guru.

Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan bahan pembelajaran yang dapat digunakan siswa dalam belajarnya. Pemanfaatan sumber belajar merupakan komponen pembelajaran yang sangat bermanfaat (Arni et al., 2023). Bahan ajar membantu siswa dan guru menyampaikan materi pembelajaran (Novita et al., 2023). Contoh bahan pembelajaran antara lain modul pembelajaran. Modul adalah sumber belajar terstruktur, tertulis atau cetak yang memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi inti atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri, dan memungkinkan siswa menilai diri melalui praktik (Haristah et al., 2019). Dengan kata lain, guru adalah fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru harus merancang bahan pembelajaran yang digunakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan akses terhadap sumber belajar siswa untuk pembelajaran yang efektif. Cara guru membuat dan mengembangkan materi pembelajaran mencakup pendekatannya dalam mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu bahan ajar yang dapat dibuat oleh guru adalah modul pembelajaran (Haristah et al., 2019).

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut berupa pengembangan modul pembelajaran berbasis Learning Cycle 7E. Learning Cycle 7E adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang berasal dari prinsip kontruktivisme yang terdiri dari 7 tahapan yaitu elicit, engange, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Pada saat proses pembelajaran Learning Cycle 7E ini berdasarkan pandangan kontruktivisme, dimana pengetahuan dibangun dalam pikiran peserta didik sendiri (Mecit dalam (Herawati, 2019)).

Learning Cycle 7E merupakan model pembelajaran yang memiliki beberapa siklus belajar, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman yang didapatnya. Tujuan dari model pembelajaran Learning Cycle 7E adalah untuk memprioritaskan dalam membangun pemahaman awal dan memperluas konsep materi.

Pembelajaran dengan menerapkan model Learning Cycle 7E melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan potensi peserta didik yang kreatif, bertanggung jawab, dan mengoptimalkan dirinya, membuat pembelajaran memiliki makna, sehingga modul yang disusun juga bercirikan model Learning Cycle 7E (Wati et al., 2022).

Modul berbasis Learning Cycle 7E diharapkan memberikan manfaat pada peserta didik untuk belajar mandiri, efektif dan efisien. Sifat konstruktivisme pada model Learning Cycle 7E memberikan kesempatan kepada guru untuk memfasilitasi proses belajar peserta didik, memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan megajar menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho et al. (2017) bahwa modul biologi molekuler berbasis Learning Cycle 7E memiliki kualifikasi baik dengan hasil validasi ahli keterbacaan diperoleh sangat baik.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Model pengambangan yang digunakan 4-D atau (Define, Design, Develop, and Disseminate) dengan subjek penelitian adalah Dosen Ahli, Guru Biologi dan Peserta Didik. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Instrumen penelitian

(3)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 97 berupa angket validasi produk dan praktikalitas kepada peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis validasi oleh validator dan praktikalitas kepada peserta didik. Kriteria dan bobot angkat uji validasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria dan Bobot Angket Uji Validitas

No Kriteria Bobot

1 2 3 4

SS (Sangat Setuju) S (Setuju)

TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak Setuju)

4 3 2 1

Sumber: (Delfita et al., 2018)

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil validasi yang terdapat pada hagian hasil, produk dikembangkan sangat valid, karena telah memenuhi syarat hasil dari aspek yang divalidasi. Validasi produk ini terdiri dari validasi syarat didaktik, syarat konstruksi serta syarat teknis. Hal ini Sesuai dengan Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa, syarat-syarat modul yang baik dan layak adalah telah memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis. Suatu bahan ajar dikatakan valid, apabila sudah memenuhi tahap validitas. Validasi produk yang dilakukan dengan menggunakan lembar validasi yang berisi checklist pertanyaan-pertanyaan yang akan disisi oleh validator dengan menggunakan skala likert (Yuliana et al., 2020).

Tabel 2. Hasil Analisis Validasi Modul Berbasis Learning Cycle 7E

No Standar Penilaian Validator Jumlah Skor max

% KET.

1 2 3

1 Syarat Didaktik 28 35 36 99 108 91 Sangat Valid

2 Syarat Konstruktif 41 42 44 127 132 96 Sangat Valid

3 Syarat Kebahasaan 12 16 16 44 48 91 Sangat Valid

4 Syarat Teknis 15 19 20 54 60 90 Sangat Valid

JUMLAH 96 112 116 324 348 93 Sangat Valid

Setelah dilakukan verifikasi, diperoleh data verifikasi dari tiga verifikator dan terbukti sangat valid (lihat Tabel 2.), apalagi persyaratan didaktik sangat memenuhi kriteria. Setiap pakar atau reviewer menerima skor berbeda untuk persyaratan didaktik. Validator pertama memperoleh 28 poin, validator kedua memperoleh 35 poin, dan validator ketiga memperoleh 36 poin. Oleh karena itu, total skor validasi berdasarkan persyaratan pengajaran adalah 99 dari maksimal 108. Skor rata-rata adalah 91%, dengan data persyaratan pengajaran mengandung informasi yang sangat akurat. Persyaratan pengajaran merupakan persyaratan yang mengatur penggunaan modul generik yang dirancang untuk digunakan oleh semua kelompok siswa, baik siswa yang cerdas maupun yang mengalami gangguan kognitif (Mazidah et al., 2019).

Persyaratan kedua bersifat konstruktif dan berhubungan dengan penggunaan bahasa, struktur kalimat, kosa kata, kesulitan dan kejelasan pemahaman siswa. Dari sudut pandang konstruktif, setiap pakar/verifikator mendapat skor berbeda. Pemeriksa pertama mencetak 41 poin, pemeriksa kedua mencetak 42 poin, dan pemeriksa ketiga mencetak 44 poin. Total skor inspeksi untuk tampilan arsitektur adalah 127 dari maksimum 132. Skor rata-rata untuk data tampilan kritis adalah 96%, memberikan informasi yang sangat akurat. Hal ini menunjukkan bahwa pengorganisasian modul sudah sesuai dengan komponen modul berdasarkan Learning Cycle 7E. Dari hasil evaluasi validitas modul berbasis Learning Cycle 7E verifier diperoleh

(4)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 98 hasil validitas sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pada bagian pencocokan modul yang disiapkan peneliti meliputi judul materi, identitas siswa sebagai pengguna modul, nama penulis modul, pelajaran, model dan judul pembelajaran. Modul ini juga mencakup pendahuluan, petunjuk khusus kegiatan pembelajaran, indikator dan tujuan pembelajaran khusus, serta materi latar belakang khusus. Persyaratan desain modul mencakup tujuan pembelajaran yang jelas dan konsistensi untuk memfasilitasi administrasi. Oleh karena itu, dalam hal konstruktif ini dapat dikatakan bahwa produk yang dibuat oleh penulis telah memuat seluruh indikator. Departemen Pendidikan (2006) menyatakan bahwa komponen penyajian meliputi kejelasan tujuan yang ingin dicapai, urutan penyajian dan kelengkapan informasi (Lestari et al., 2018).

Syarat ketiga adalah syarat kebahasaan, yang memerlukan ketepatan struktur kalimat, ketepatan tata bahasa dan kesesuaian kalimat sebagai bagian dari komposisi bahasa dan komunikatif yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam komposisi karya yang dirancang.

Perkembangan siswa. Kehati-hatian dalam menggunakan bahasa modul, karena nantinya dapat berguna sebagai penghubung atau mediator bagi siswa untuk memahami makna informasi dalam modul. Bahasa yang digunakan dalam desain buku teks harus sesuai dengan tingkat berpikir siswa, komunikatif, efektif, dan tidak ambigu, serta bahasa harus memotivasi siswa untuk belajar (Samawati & Rahayu, 2021).

Skor yang diperoleh berbeda-beda dari masing-masing ahli/verifikator dalam hal persyaratan bahasa. Validator pertama mendapat 12 poin, validator kedua mendapat 16 poin. 3 validator mencetak 16 poin. Oleh karena itu, total skor validasi yang diperoleh pada tingkat bahasa adalah 44 dari maksimal 48. Dan rata-rata indeks yang diperoleh dari data aspek kebahasaan adalah 91% yang berarti sangat akurat. Hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan dalam modul yang dikembangkan berbasis Learning Cycle 7E telah memenuhi syarat penyusunan modul, seperti penggunaan struktur kalimat yang jelas dan sederhana sesuai dengan tingkat perkembangan siswa serta bahasa Indonesia yang baik. Syarat yang keempat adalah kondisi teknis, yaitu kondisi yang menyangkut tata letak modul baik dari segi teks, gambar maupun layout (Mazidah et al., 2019). Pada syarat teknis setiap pakar/verifikator diberikan poin yang berbeda-beda. Pemeriksa pertama mencetak 15 poin, pemeriksa kedua mencetak 19 poin, dan pemeriksa ketiga mencetak 20 poin. Oleh karena itu, skor verifikasi teknis keseluruhan adalah 54 dari 60. Dan rata-rata yang diperoleh dari data teknis adalah 90%

yang memberikan informasi yang sangat akurat.

Penggunaan kombinasi warna dan desain modul yang menarik diharapkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa selama pembelajaran. Pendapat tersebut sejalan dengan (Samawati & Rahayu, 2021), bahwa syarat penyajian modul yang baik dipenuhi oleh tata letak yang menarik terutama dari segi warna, teks dan gambar. Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar menggunakan modul. Gambar- gambar yang disajikan pada modul ini sesuai dengan materi pembelajaran dan disediakan juga sumber gambarnya sehingga mudah digunakan dalam proses pembelajaran. Faktor teknis yang berkaitan dengan tata letak modul antara lain menentukan secara jelas jenis dan ukuran karakter, karakter yang digunakan harus cukup kecil agar mudah dibaca, bentuk karakter, penempatannya, gambar dan desain modul yang menarik (Lestari et al., 2018). Hasil dari masing-masing kondisi ahli/verifikator selanjutnya harus dijumlahkan sehingga diperoleh rata- rata skor verifikasi akhir untuk memperoleh hasil verifikasi akhir.

Pada validator pertama, jumlah ketentuan tersebut adalah 96. Validator untuk dua penjumlahan terakhir syarat ini mempunyai skor 112. Validator untuk tiga penjumlahan terakhir syarat ini mempunyai 116 poin. Jadi Anda mendapatkan set terakhir dari persyaratan ini yaitu 324 nilai dari maksimal 348 nilai. Dan angka rata-rata yang kami peroleh dari data

(5)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 99 terakhir adalah 93% dan kami memiliki informasi yang sangat akurat. Aspek kedua yang menentukan kualitas adalah penggunaan. Aspek praktis ini diperoleh dari hasil evaluasi pengguna terhadap modul, yang tercermin dalam jawaban atas pertanyaan (Haviz, 2013). Suatu alat pembelajaran dikatakan praktis apabila mudah dibaca, mudah digunakan, mudah dilaksanakan, dapat digunakan secara konsisten, tidak menimbulkan kesulitan dalam penggunaannya, dan dapat mengefektifkan pembelajaran.

Tabel 3. Analisis Praktikalitas Modul Berbasis Learning Cycle 7E oleh guru

Aspek Jumlah Skor Max. % Ket.

Kemudahan Penggunaan 24 24 100 Sangat Praktis

Efisisiensi Waktu Pembelajaran

7 8 87 Sangat Praktis

Manfaat 22 24 91 Sangat Praktis

Jumlah 53 56 94 Sangat Praktis

Hasil analisis paraktikalitas olh guru dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis praktikalitas hasil analisis survei jawaban guru tentang keefektifan praktik modul berbasis Learning Cycle 7E mencakup aspek evaluasi yaitu kemudahan penggunaan. Hasilnya sangat praktis dan waktu belajar saya 100% efektif. Hasilnya sangat praktis sebesar 87% dan manfaat yang diperoleh sangat praktis sebesar 91%. Hasilnya, hasil survei guru praktik secara komprehensif menunjukkan bahwa modul yang digunakan sangat praktis, dengan tingkat keterpakaian sebesar 94%.

Tabel 4. Analisis Praktikalitas Modul Berbasis Learning Cycle 7E Oleh Peserta didik

Aspek Jumlah Skor Max. % Ket.

Kemudahan Penggunaan 552 640 86% Sangat Praktis

Efisisiensi Waktu Pembelajaran

153 160 95% Sangat Praktis

Manfaat 430 480 89% Sangat Praktis

Jumlah 1.135 1.260 90% Sangat Praktis

Tabel 4. Menggambarkan analisis praktikalits modul olh peserta didik. Berdasarkan analisis praktik siswa, diperoleh hasil analisis angket respon siswa mengenai kesesuaian modul berbasis Learning Cycle 7E khususnya kemudahan penggunaan. Hasilnya, efisiensi waktu pembelajaran sebesar 86% yang sangat praktis. Hasilnya 95% sangat praktis dan manfaat yang diperoleh 89% sangat praktis. Berdasarkan survei praktik terhadap siswa, disimpulkan bahwa modul yang digunakan sangat praktis dengan presentasi 90%. Berdasarkan hasil observasi praktik antara guru kelas dan siswa, hal ini berarti modul berbasis Learning Cycle 7E memberikan kenyamanan bagi siswa dalam proses pembelajaran, modul layak digunakan dalam pembelajaran biologi, dan modul mempunyai aspek efektif untuk pembelajaran biologi.

Hasil uji coba dalam penelitian ini merupakan rata-rata dari tiga aspek tes latihan: kemudahan penggunaan, efisiensi pembelajaran, dan kemanfaatan modul.

Dari segi kemudahan penggunaan, modul berbasis Learning Cycle 7E dinilai sangat praktis oleh guru sebesar 100%, dengan tingkat pencapaian siswa sebesar 86%. Hal ini menunjukkan bahwa modul mempunyai petunjuk penerapan yang jelas sehingga siswa mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan ketika belajar. Modul yang mereka kembangkan memiliki petunjuk aplikasi yang mudah dipahami, bahasa yang digunakan sederhana, penggunaan modul membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya, dan materi dalam modul praktis serta dapat dibaca berulang kali. . Langkah-langkah Learning Cycle 7E pada modul mudah dipahami dan kegiatan pembelajaran yang dipadukan dengan model Learning Cycle 7E pada modul mendorong terjadinya diskusi antar siswa. Hal ini sesuai

(6)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 100 dengan (Dachi & Perdana, 2021) yang mempertimbangkan pertimbangan praktis dalam hal penggunaan, seperti dapat mengatur, menyimpan, dan menggunakan dengan mudah kapan saja.

Dalam hal efektivitas pengajaran, modul berdasarkan Learning Cycle 7E dianggap sangat praktis oleh 87% guru dan diselesaikan oleh 95% siswa. Penggunaan modul ini dalam proses pembelajaran Anda akan membuat waktu belajar Anda lebih efisien. Siswa dapat belajar pada tingkat dan kecepatan mereka sendiri. Pembelajar cepat dapat menyelesaikan proses pembelajaran dengan cepat tanpa harus menunggu pembelajar lambat, dan pembelajar lambat tidak merasa tersisih oleh pembelajar cepat. Oleh karena itu, kami berharap proses pembelajaran menjadi menarik bagi siswa dan siswa tidak bosan selama proses pembelajaran yang dilakukan peserta (Caesaria et al., 2020).

Dari segi manfaat, modul berbasis Learning Cycle 7E ini dinilai sangat praktis oleh 91%

guru dan tuntas oleh 89% siswa. Hal ini membuat siswa tetap terlibat aktif dalam pembelajaran mereka dan membantu mereka memahami konsep dan belajar mandiri. Jadikan pembelajaran menarik dan bermakna. Respon siswa menunjukkan bahwa modul berdasarkan Learning Cycle 7E ini memotivasi siswa, memperluas pemahaman siswa, meningkatkan keterlibatan siswa, membuat kesimpulan dari materi, dan meningkatkan pemahaman siswa. Modul memungkinkan siswa untuk dapat mandiri, hal ini bermanfaat bagi guru karena dapat dengan mudah memantau aktivitas belajar siswa dan membimbing siswa dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Keunggulannya adalah unsur waktu dan kemampuan siswa dalam belajar mandiri (Mirza et al., 2019). Secara keseluruhan, hasil analisis contoh praktikum modul berbasis learning cycle 7E dijelaskan sangat praktis oleh guru dengan persentase keseluruhan sebesar 94%, dan siswa memperoleh persentase keseluruhan sebesar 90%. Hal ini dapat mengatasi masalah tidak tersedianya bahan pembelajaran. kurangnya keaktifan dan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran, kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep materi, kurangnya modul Learning Cycle 7E pada materi sistem ekskresi. Modul ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa pada mata kuliah biologi.

Modul pembelajaran ini dirancang untuk membangun pengetahuan siswa dan membantu guru melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, modul ini diyakini akan meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan motivasi belajarnya. Dengan merancang modul ini berdasarkan Learning Cycle 7E, maka guru dan siswa dapat memanfaatkan modul ini sebagai alat bantu mengajar dalam proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak hanya terfokus pada buku teks dan penjelasan guru saja. Modul ini dapat mengatasi permasalahan terkait kurangnya sumber belajar yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Secara keseluruhan, hasil analisis survei kelayakan dan akseptabilitas modul berbasis Learning Cycle 7E dinyatakan valid, praktis dan mendukung proses pembelajaran. Modul-modul ini dapat mengatasi permasalahan seperti kurangnya ketersediaan materi pembelajaran, kurangnya keterlibatan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi, dan kurangnya modul yang berbasis Learning Cycle 7E. Modul ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa pada mata kuliah biologi. Dengan mengembangkan modul Learning Cycle 7E guru dan siswa dapat menggunakan modul tersebut sebagai perangkat pembelajaran dalam proses pembelajarannya sehingga proses belajar mengajar tidak hanya terfokus pada buku teks saja. Modul ini dapat mengatasi permasalahan terkait kurangnya sumber belajar yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

(7)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 101 4. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan modul berbasis Learning Cycle 7E pada pembelajaran biologi materi sistem ekskresi kelas XI di MAN Lima Puluh Kota yang telah peneliti lakukan dari tahap validasi sampai tahap praktikalitas, yaitu: Modul berbasis Learning Cycle 7E pada pembelajaran biologi materi sistem ekskresi kelas XI di MAN Lima Puluh Kota yang telah dikembangkan dikategorikan sangat valid. Hal ini dapat dilihat dari hasil validasi oleh validator dengan nilai rata-rata 93% dengan kriteria sangat valid. Modul berbasis Learning Cycle 7E pada pembelajaran biologi materi sistem ekskresi kelas XI di MAN Lima Puluh Kota sangat praktis digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket respon guru dengan rata-rata 94% dengan kriteria sangat praktis dan hasil angket respon peserta didik dengan rata-rata 90% dengan kriteria sangat praktis.

5. Daftar Pustaka

Arni, R., Helmita, R., Haviz, M., & Rizki, R. (2023). E-Modul Menggunakan Aplikasi EPUB Pada Jaringan Tumbuhan Untuk Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah. Edusainstika: Jurnal Pembelajaran MIPA, 3(1), 24. https://doi.org/10.31958/je.v3i1.10137

Caesaria, C. A., Jannah, M., & Nasir, M. (2020). Pengembangan Video Pembelajaran Animasi 3D Berbasis Software Blender Pada Materi Medan Magnet. Southeast Asian Journal of Islamic Education, 3(1), 41–57. https://journal.iain- samarinda.ac.id/index.php/SAJIE/article/view/2918

Dachi, F. A., & Perdana, D. N. (2021). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan Menggunakan Model Pembelajaran Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) untuk Meningkatkan Efikasi Diri Pada Siswa Kelas XI Busana SMK Negeri 6 Padang. JANGKA: Jurnal Pendidikan Matematika Ekasakti, 1(1), 38–48.

Delfita, R., Haviz, M., Nurhasnah, N., & Ulfa, R. K. (2018). Pengembangan Modul Sistem Pencernaan Makanan Berbasis Literasi Sains Untuk Kelas VIII MTsN Padang Japang.

Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan IPA, 4(1), 480–491.

http://forschungsunion.de/pdf/industrie_4_0_umsetzungsempfehlungen.pdf%0Ahttps://w ww.dfki.de/fileadmin/user_upload/import/9744_171012-KI-Gipfelpapier-

online.pdf%0Ahttps://www.bitkom.org/ sites/default/files/ pdf/Presse/Anhaenge-an-PIs/

2018/180607 -Bitkom

Haristah, H., Azka, A., Setyawati, R. D., & Albab, I. U. (2019). Imajiner: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Pengembangan Modul Pembelajaran. Jurnal Matematikan Dan Pendidikan Matematika, 1(5), 224–236.

Haviz, M. (2013). Research and Development; Penelitian Di Bidang Kependidikan Yang Inovatif, Produktif Dan Bermakna. Ta’dib, 16(1). https://doi.org/10.31958/jt.v16i1.235 Herawati, W. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Disertai Dengan

Diagram Vee Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Ipa Kelas Viii Di Smpn 33 Bandar Lampung. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 12–

26.

Lestari, L., Alberida, H., & Rahmi, Y. L. (2018). Validitas dan Praktikalitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Materi Kingdom Plantae Berbasis Pendekatan Saintifik untuk Peserta Didik Kelas X SMA/MA. Jurnal Eksakta Pendidikan (Jep), 2(2), 170.

https://doi.org/10.24036/jep/vol2-iss2/245

Mazidah, I. N., Widodo, W., & Purnomo, A. R. (2019). Kevalidan Lkpd Berbasis Predict- Observe-Explain Untuk Melatihkan Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Kelas Vii.

E-Journal Pensa, 7(2), 239–243.

Mirza, G. A., Ristiono, & Handayani, D. (2019). Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta

(8)

Edusainstika : Jurnal Pembelajaran MIPA 102 Didik Bernuansa Emotional Spritual Quotient tentang Materi Sel, Jaringan, Organ dan Organisme untuk Peserta Didik Kelas VII SMP / MTs. Bioeducation Journal, 3(1), 27–

36.

Novita, R. H., Marneli, D., Delfita, R., & Fajar, N. (2023). Pengembangan Modul Berbasis Discovery Learning Bernuansa Potensi Lokal Pada Materi Plantae Di Kelas X MAN 2 Agam. Edusainstika: Jurnal Pembelajaran MIPA, 3(1), 56.

https://doi.org/10.31958/je.v3i1.10121

Nugroho, A. A., Hanik, N. R., & Harsono, S. (2017). Pengembangan Modul Biologi Molekuler Berbasis Learning Cycle 7E untuk Mahasiswa Pendidikan Biologi. Jurnal Edukasi Matematika Dan Sains, 5(1), 1. https://doi.org/10.25273/jems.v5i1.1780

Samawati, Z., & Rahayu, Y. S. (2021). Profil Validitas dan Kepraktisan E-LKPD Tipe Flipbook berbasis Contextual Teaching and Learning untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Transpor Membran. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu), 10(2), 385–396. https://doi.org/10.26740/bioedu.v10n2.p385-396

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progressif (Jakarta). Kencana Prenada Media Grup.

Wati, T. R., Poernomo, J. B., & Pratama, F. R. (2022). Pengembangan Electronic Student Worksheet Bercirikan Higher Order Thinking Skill dan Model Learning Cycle 7E pada Materi Elastisitas. Jurnal Eksakta Pendidikan (Jep), 6(1), 28–35.

https://doi.org/10.24036/jep/vol6-iss1/638

Yuliana, T., Sari, M., & Meria, A. (2020). Pengembangan Modul Berbasis Learning Cycle 7E Berbantuan Video pada Materi Teori Kinetik Gas dan Termodinamika. Natural Science [Diakses 11 Juli 2022], 6(1), 41–53.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan modul pembelajaran IPA berbasis learning cycle 5E pada materi zat aditif dalam makanan berdasarkan standar yang ditetapkan,

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan modul biologi berbasis model guided inquiry laboratory dapat disimpulkan bahwa: (1) Karakteristik modul hasil

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk pengembangan modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video, kemudian menguji efektivitas modul

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk pengembangan modul fisika berbasis siklus belajar 7E berbantuan video, kemudian menguji efektivitas modul

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: "Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Learning Cycle 7£ Pada Pembelajaran Kimia Materi Larutan Asam Basa Untuk

Pengembangan E-Modul Interaktif Berbasis Flipbook pada Pembahasan Biologi (Marisha Ayuardini) Berdasarkan penelitian ini, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut; 1)

Berdasarkan hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa: Pengembangan E-Modul biologi berbasis Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok sistem imun untuk siswa kelas XI

CONCLUSION Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan produk hasil pengembangan berupa modul pembelajaran biologi berbasis inkuiri pada materi pencemaran