• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Pengembangan dan Penerapan Pembelajaran PAI Berbasis Student Center Learning, Kontekstual Learning dan Problem Based Learning

N/A
N/A
Fitri Ayu

Academic year: 2024

Membagikan "Konsep Dasar Pengembangan dan Penerapan Pembelajaran PAI Berbasis Student Center Learning, Kontekstual Learning dan Problem Based Learning"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Konsep Dasar Pengembangan dan Penerapan Pembelajran PAI Berbasis Student Center Learning, Kontekstual Learning and Problem Based Learning

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Perencanaan Sistem Pembelajaran PAI Dosen Pengampu: Dr. Eko Sumadi, M.Pd.I.

Disusun Oleh : Kelompok 10- PAI B3AIR

2. Siti Choirotun Nafiah 2310110063 3. Fitri Ayu Amelia 2310110076

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN AKADEMIK 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan diberikanya berkah dan rahmat-NYA sehingga kelompok 10 mampu menyelesaikan tugas makalah yang bertema “Konsep Dasar Pengembangan dan Penerapan Pembelajaran PAI Berbasis Student Center Learning, Kontekstual Learning and Problem Based Learning” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan guna mememnuhi salah satu tugas mata kuliah

“Perencanaan Sistem Pembelajaran PAI” yang diampu oleh bapak Dr. Eko Sumadi, M.Pd.I. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah, karena dengan diberikanya tugas ini dapat berpotensi untuk memperdalam pemahaman kami mengenai materi tersebut.

Kami dari kelompok 10 menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, serta memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan maupun penyebutan makna makna yang tertera pada makalah ini. Untuk itu kelompok kami memerlukan koreksi, masukan dan saranya dari para pembaca untuk tahapan penyempurnaan dan untuk menjadikan makalah kami kedepanya lebih baik lagi.

Kudus, 5 September 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN... 3

A. Latar Belakang... 3

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penulisan...3

BAB II PEMBAHASAN...4

A. Konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Student Center Learning...4

B. Konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Kontekstual Learning...5

C. Konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Problem Based Learning...5

BAB III KESIMPULAN... 8

DAFTAR PUSTAKA... 9

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, maka proses belajar yang berpusat pada pengajar (teacher centered learning) dianggap sudah tidak lagi memadai, sehingga perlu adanya perbahan metode pembelajaran yang lebih fokus pada peserta didik (student centered learning) dengan harapan peserta didik memiliki motivasi dalam diri sendiri untuk mennentukan arah tujuan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis student center learning?

2. Bagaimana konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis kontekstual learning?

3. Bagaimana konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Problem based learning?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis student center learning.

2. Untuk mengetahui konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis kontekstual learning.

3. Untuk mengetahui konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Problem based learning.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Student Center Learning

Student Center Learning adalah model dimana siswa bukan hanya memahami materi pembelajaran, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang bagaimanna dan mengapa materi tersebut diajarakan. Menurut Rogers, pergeseran paradigma dari pendekatan berbasis menuju pendekatan berfokus pada peserta didik bertujuan untuk mengubah peserta didik menjadi pembelajar aktif.1

Sedangkan menurut Endang yang mengutip pendapat Hall yang dikutip dalam blog Exploration on Learning, Pendekatan Student Center Learning adalah tentang membantu peserta didik menemukan gaya belajarnya sendiri, memahami motivasi dan menguasai keterampilan belajar yang paling sesuai bagi mereka. Dan hal tersebut akan sangat berharga dan bermanfaat sepanjang hidup mereka.2

Tina Afiatin menyatakan bahwa pebelajaran yang bermakna dengan berpusat pada siswa harus mampu menuntut partisipasi aktif dari siswa, seperti hal dibawah ini;

1. Information sharing dengan cara brainstorming, koopratif, kolaboratif, diskusi kelompok, panel discussion, simposium, dan seminar.

2. Belajar dari pengalaman (Experience Based) dengan cara simulasi, Replay, permainan, dan kelompok temu.

3. Pembelajaran melalui pemecahan masalah (Problem Solving Based) dengan cara studi kasus, tutorial, dan lokakarya.3

Melaksanakan model SCL berarti guru perlu membantu siswa untuk menentukan tujua yang dicapai, mendorong siswa untuk dapat menilai hasil belajarnya sendiri, membantu mereka untuk bekerja sama dalam kelompok, memastikan agar mereka mengetahui bagaimana memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia.4

Sebagai guru dalam pembelajaran Student Center Learning dapat melakukan beberapa hal:

1 Nafilah Khusnul Awwaliyah dan Meti Fatimah, “Implementasi Student Centered Learning pada Mata Pelajaran PAIKelas IX SMP Insan Cendekia Boarding School Sukoharjo” 4, no. 3 (2024): 1083–11094.

2 Muqarramah, “PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING;DESIGN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAKUNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH” 5, no. 2 (2016): 23–43.

3 Abdul Haris, “Penguatan Proses Kognitif Melalui Pendekatan Student Centered Learning(SCL) Pada Materi Perencanaan dan Pengembangan Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam,” 2019, 95–109.

4 Zulvia Trinova, “PEMBELAJARAN BERBASIS STUDENT-CENTERED LEARNINGPADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” 2013, 324–35.

(6)

1. Menjadi fasilitator bagi siswanya untuk membuka celah-celah yang memberi peluang terhadap peserta didik dalam mengakses sumber belajar. Kemudiaan membimbing peserta didik untuk melakukan aktivitas mencari materi yang dibutuhkan.

2. Sebagai motivator bagi peserta didik dalam memilih Langkah pembelajaraan yang akan ditempuh oleh siswa. Mendorong siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar mendapatkan informasi yang bermanfaat mengembangkan materi pembelajaran.

3. Memberikan penilaian dan penghargaan terhadap peserta didik yang berhasil dalam proses pembelajaran dengan harapan menjadi penggerak bagi siswa lainnya dan bersemangat untuk menyelesaikan tugas pembelajaran selanjutnya.5

Melalui evaluasi proses hasil belajar peserta didik akan terukur dan dapat diketahui secara jelas. Karya nyata peserta didik, penampilan, sikap dan keterampilan. Kondisi seperti itu mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam merekonstruksi pengetahuan dan pengalaman. Sikap dan perilaku yang terarah dan bernilai positif serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.6

B. Konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Kontekstual Learning

Pembelajaran berbasis kontekstual (contextual teaching and learning) bertujuan membantu siswa memahami materi ajar dengan mengaitkan langsung ajaran agama dengan konteks kehidupan nyata. Pendekatan ini mengacu pada teori constructivism, yang menyatakan bahwa siswa membangun pemahaman melalui interaksi dengan lingkungan mereka.7

Elemen Utama dalam Pembelajaran Kontekstual:

1. Konstruktivisme

Proses pembelajaran dirancang agar siswa aktif membangun pemahaman berdasarkan pengalaman. Dalam PAI, siswa diajak memahami ajaran agama dengan menghubungkannya pada tantangan moral di lingkungan mereka.8

2. Inquiry (Penemuan)

5 Sasra Yulina, “Penerapan Pembelajaran Student Centered Learningdalam Meningkatkan Kemampuan Shalat Siswa Kelas VIIdi SMP Negeri 4 Rejang Lebong Tahun 2021” 2, no. 1 (2022): 243–55.

6 Yulina.

7 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay (Corwin Press, 2002).

8 Ahmad Mufit Anwari M.Pd S. Pd I. dkk., STRATEGI PEMBELAJARAN: Orientasi Standar Proses Pendidikan (EDU PUBLISHER, 2021).

(7)

Siswa diajak untuk bertanya, meneliti, dan menemukan konsep melalui eksplorasi.

Contohnya, siswa mempelajari makna ibadah dengan mengobservasi pelaksanaannya dalam komunitas.9

3. Pembelajaran Bermakna

Materi ajar dihubungkan dengan situasi nyata yang dialami siswa. Sebagai contoh, pembahasan tentang zakat dapat dikaitkan dengan isu pemberantasan kemiskinan di masyarakat.10

4. Belajar dalam Kelompok

Pendekatan kolaboratif digunakan untuk menanamkan nilai ukhuwah dan kerja sama dalam Islam, misalnya melalui diskusi kelompok tentang adab bermuamalah.11

5. Penilaian Autentik

Penilaian dilakukan melalui tugas-tugas yang mencerminkan penerapan nilai agama dalam kehidupan nyata, seperti proyek kepedulian sosial.12

Langkah Penerapan Pembelajaran PAI Berbasis Kontekstual:

a. Perencanaan

Guru menyusun rencana pembelajaran dengan mengintegrasikan konteks lokal ke dalam materi ajar, seperti menggunakan contoh budaya setempat untuk menjelaskan nilai-nilai Islam.13

b. Pelaksanaan

1. Guru memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa.

2. Siswa dilibatkan dalam kegiatan interaktif, seperti simulasi atau analisis kasus nyata yang mencerminkan penerapan nilai-nilai Islam.14

c. Evaluasi dan Refleksi

Guru mengadakan evaluasi melalui diskusi dan refleksi untuk memastikan siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.15

9 M. Hosnan, Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21: kunci sukses implementasi kurikulum 2013 (Ghalia Indonesia, 2014).

10 NURHADI, Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK, Cet. 1 (Universitas Negeri Malang Press, 2003).

11 Author Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),” Universitas Indonesia Library (Kencana Prenada Media, 2010).

12 Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D | Perpustakaan Universitas Gresik, diakses 19 November 2024.

13 Hosnan, Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21.

14 “Lokasi: Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK / oleh Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrard Senduk,” diakses 19 November 2024.

15 M.Pd dkk., STRATEGI PEMBELAJARAN.

(8)

C. Konsep dasar pengembangan dan penerapan pembelajaran PAI berbasis Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan keper cayaan diri sendiri.16

Pengenalan konsep pembelajaran berbasis masalah telah ditemukan sejak masa Jonh Dewey yang menitik beratkan pada pengalaman pembelajaran. Menurut Dewe, model pembelajaran berbasis masalah merupakan interaksi stimulus dan respon yang merupakan dua arah antara belajar dan lingkungan.

Borrows mendefinisikan Problem Based Learning sebagai sebuah strategi pembelajaran yang fokus pada proses belajar dan hasilnya dalam mengarahkan peserta didik pada pengetahuan dan pemecahan suatu masalah.

Pringle juga menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain, peserta didik belajar melalui masalah.17

Dalam Problem Based Learning, terdapat beberapa prinsip yang menjadi dasar pelaksanaanya:18

a. Adanya masalah nyata atau autentik yang harus dipecahkan. Prinsip utama ini menggunakan masalah nyata sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis peserta didik sehingga mereka dapat memecahkan masalah sehari-hari.

b. Belajar merupakan proses konstruktif, bukan penerimaan. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri jawaban atas masalah yang diberikan. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara mandiri, berpasangan, atau berkelompok.

c. Knowing about knowing (metakognisi) mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam Problem Based Learning, metakognisi merupakan keterampilan inti belajar seperti menentukan tujuan, memilih strategi, dan mengevaluasi tujuan. Kemampuan metakognitif peserta didik berpengaruh pada keberhasilan belajar dan pemecahan masalah

16 Hardika Saputra, Dosen PGMI IAI Agus Salim Metro Lampung, and Pendidik SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro Lampung, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),” 2020.

17 Siti Kholidatur Rodiyah, “Implementasi Metode Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Riset Rumpun Agama dan Filsafat (JURRAFI) 2, no. 1 (2023).

18 Kathy Smith et al., “Principles of Problem-Based Learning (PBL) in STEM Education: Using Expert Wisdom and Research to Frame Educational Practice,” Education Sciences 12, no. 10 (October 1, 2022).

(9)

d. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Guru tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan peserta didik untuk memecahkan masalah. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari sendiri sehingga mereka belajar dan berpikir lebih kritis.

e. Faktor-faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi pembelajaran. Dalam PBL, peserta didik diarahkan untuk memahami pengetahuan serta menerapkannya dalam proses pemecahan masalah secara kontekstual dan sosial.

Secara lebih rinci, terdapat beberapa langkahlangkah dalam penerapan PBL sebagai berikut:19

a. Memberikan permasalahan kepada peserta didik

b. Mengadakan diskusi kelompok kecil untuk memperjelas masalah dan mendefinisikan masalah

c. Peserta didik melakukan penelitian mandiri mengenai masalah yang diberikan d. Kembali ke kelompok dan melakukan kolaborasi untuk menyelesaikan masalah e. Memaparkan Solusi yang ditemukan oleh peserta didik

f. Guru mengevaluasi seluruh proses pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik

Sebagai contoh, langkah-langkah penerapan PBL dalam mata pelajaran PAI, khususnya dalam pelajaran Fiqh Mawaris menurut , dapat dijelaskan sebagai berikut:20

a. Langkah pertama, Pada awal pembelajaran, Guru melakukan apersepsi untuk menarik perhatian peserta didik dengan menghubungkan materi yang telah diajarkan dengan materi yang akan dibahas selanjutnya. Guru kemudian memperkenalkan masalah tentang faraidh, yaitu bagaimana cara membagi harta warisan bagi ahli waris dari harta yang ditinggalkan oleh si mayit. Guru memberikan informasi tentang jumlah harta yang ditinggalkan oleh si mayit, baik berupa nominal secara konkret maupun jumlah ahli waris yang ada. Selanjutnya, Guru memberikan instruksi yang jelas agar peserta didik dapat menyelesaikan masalah faraidh ini, terkait siapa saja yang terhijab, siapa saja yang menjadi ashabah, dan jumlah nominal yang diterima oleh para ahli waris.

b. Setelah memperkenalkan masalah faraidh, guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk mencatat dan mencari sumber rujukan yang diperlukan dalam

menyelesaikan masalah pembagian harta warisan tersebut, seperti mencari informasi dari Al-Quran (surat An-Nisa) dan buku-buku Fiqh Mawaris.

19 Marhamah Saleh, PROBLEM-BASED LEARNING, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus, 2013.

20 Amru Sujud, Juanda BJ, and Sandy Vrianda, “Rancangan Program Aplikasi Al-Faraidh Sebagai Media Pembelajaran Mawaris Di MAN Model Banda Aceh,” Jurnal JTIK (Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi) 1, no. 1 (2017): 15–23.

(10)

c. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok guna menemukan pemecahan masalah terkait pihak-pihak yang berhak mendapatkan harta warisan dan pihak-pihak yang terhijab, ashabah, dan lain sebagainya, sehingga ditemukan bagian masing-masing ahli waris berdasarkan nominal harta yang disebutkan dalam permasalahan.

d. Selanjutnya, peserta didik memaparkan hasil diskusi mereka dan solusi yang ditemukan dengan cara menunjukkan bagian masing-masing ahli waris beserta jumlah nominal harta yang konkret.

e. Refleksi atau evaluasi. Pada tahap ini, Guru meminta peserta didik untuk mereview kembali hasil dari temuan yang mereka dapatkan dari diskusi dalam kelompok. Mereka diminta untuk mengevaluasi apakah hasil temuan mereka sudah sesuai dengan sumber rujukan yang telah disediakan, seperti ayat-ayat Al-Quran tentang pembagian harta warisan dan buku-buku Fiqh Mawaris. Selain itu, Guru juga meminta agar peserta didik memeriksa kembali apakah mereka sudah menetapkan bagian untuk setiap ahli waris dengan jumlah nominal yang benar sesuai dengan referensi. Jika terdapat kesalahan, Guru meminta agar peserta didik melakukan refleksi untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penerapan model Problem Based Learning, penting bagi Guru untuk mengikuti prinsip pelaksanaan dan prosedurnya secara tepat.

Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah.

(11)

BAB III KESIMPULAN

pengembangan dan penerapan metode pembelajaran inovatif seperti Student Centered Learning (SCL), Contextual Teaching and Learning (CTL), dan Problem Based Learning (PBL) sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Ketiga pendekatan ini menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, mendorong keterlibatan aktif, serta membantu siswa mengaitkan pengetahuan dengan situasi nyata dan tantangan kehidupan sehari-hari.

1. Student Centered Learning (SCL):

Pendekatan ini memungkinkan siswa menjadi pembelajar aktif dengan menemukan gaya belajarnya sendiri, mengembangkan keterampilan kritis, dan mengakses sumber belajar secara mandiri. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator yang membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

2. Contextual Teaching and Learning (CTL):

Metode ini memanfaatkan konteks kehidupan nyata untuk membantu siswa memahami ajaran agama dengan relevansi langsung ke tantangan moral dan sosial. Elemen penting seperti konstruktivisme, inquiry, pembelajaran bermakna, dan penilaian autentik menjadi dasar pendekatan ini.

3. Problem Based Learning (PBL):

Model pembelajaran ini memfokuskan pada penyelesaian masalah nyata melalui eksplorasi, penelitian, dan analisis. Siswa diajak berpikir kritis untuk memahami dan mempraktikkan ajaran agama dalam menghadapi persoalan hidup.

Dengan menerapkan ketiga pendekatan ini, diharapkan pembelajaran PAI tidak hanya memberikan pemahaman teoretis, tetapi juga membentuk siswa yang mampu menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan abad 21, serta menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Amru Sujud, Juanda BJ, and Sandy Vrianda. “Rancangan Program Aplikasi Al-Faraidh Sebagai Media Pembelajaran Mawaris Di MAN Model Banda Aceh.” Jurnal JTIK (Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi) 1, no. 1 (2017): 15–23.

Haris, Abdul. “Penguatan Proses Kognitif Melalui Pendekatan Student Centered Learning(SCL) Pada Materi Perencanaan dan Pengembangan Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam,” 2019, 95–109.

Hosnan, M. Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21: kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Ghalia Indonesia, 2014.

Johnson, Elaine B. Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay. Corwin Press, 2002.

Khusnul Awwaliyah, Nafilah, dan Meti Fatimah. “Implementasi Student Centered Learning pada Mata Pelajaran PAIKelas IX SMP Insan Cendekia Boarding School Sukoharjo” 4, no. 3 (2024): 1083–11094.

“Lokasi: Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK / oleh Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrard Senduk.” Diakses 19 November 2024.

https://onesearch.id/Record/IOS2862.UNMAL000000000028353.

Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D | Perpustakaan Universitas Gresik. Diakses 19 November 2024. //digilib.unigres.ac.id%2Findex.php%3Fp

%3Dshow_detail%26id%3D43.

M.Pd, Ahmad Mufit Anwari, S. Pd I., Nur Kholik M.S.I S. Pd I., Mainuddin M.Pd.I, Rita Umami M.Pd, Rahmawida Putri M.Pd, dan Rizqi Rahayu M.Pd S. Pd I. STRATEGI PEMBELAJARAN: Orientasi Standar Proses Pendidikan. EDU PUBLISHER, 2021.

Muqarramah. “PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING;DESIGN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAKUNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH” 5, no. 2 (2016): 23–43.

NURHADI. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. Cet. 1. Universitas Negeri Malang Press, 2003.

Rodiyah, Siti Kholidatur. “Implementasi Metode Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.” Jurnal Riset Rumpun Agama dan Filsafat (JURRAFI) 2, no. 1 (2023).

Saleh, Marhamah. PROBLEM-BASED LEARNING. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus, 2013.

Saputra, Hardika, Dosen PGMI IAI Agus Salim Metro Lampung, and Pendidik SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro Lampung. “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),” 2020.

(13)

Smith, Kathy, Nicoleta Maynard, Amanda Berry, Tanya Stephenson, Tabetha Spiteri, Deborah Corrigan, Jennifer Mansfield, Peter Ellerton, and Timothy Smith. “Principles of Problem-Based Learning (PBL) in STEM Education: Using Expert Wisdom and Research to Frame Educational Practice.” Education Sciences 12, no. 10 (October 1, 2022).

Trianto, Author. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).” Universitas Indonesia Library. Kencana Prenada Media, 2010. https://lib.ui.ac.id.

Trinova, Zulvia. “PEMBELAJARAN BERBASIS STUDENT-CENTERED LEARNINGPADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” 2013, 324–35.

Yulina, Sasra. “Penerapan Pembelajaran Student Centered Learningdalam Meningkatkan Kemampuan Shalat Siswa Kelas VIIdi SMP Negeri 4 Rejang Lebong Tahun 2021” 2, no. 1 (2022): 243–55.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pembelajaran

Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divison (STAD)

4) Bagaimana perbedaan efektivitas antara penerapan Model Problem Based Learning berbasis Pendekatan Saintifik dan Pembelajaran Langsung terhadap peningkatan penguasaan

Adapun saran-saran yang ingin disampaikan yaitu: (1) Pengembangan Buku Ajar Siswa Programmable Logic Controller Berbasis Problem Based Learning ini dinyatakan

Tahap pengembangan modul IPA berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada manusia dan

Berdasarkan hasil validasi pengembangan produk oleh tim validasi tersebut diperoleh penilaian pengembangan perangkat pembelajaran berbasis problem based learning

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN

SARAN Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbasis model problem based learning berbantuan simulasi PhET ini, diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif dalam