SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Acmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh:
FIRDA SAFITRI NIM : T201710025
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JULI 2022
ii
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Acmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh:
FIRDA SAFITRI NIM :T201710025
Disetujui Pembimbing
Laily Yunita Susanti, S.Pd., M. Si.
NIP. 198906092019032007
iii
SKRIPSI
Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Tadris Studi Ilmu Pengetahuan Alam
Hari : Rabu Tanggal : 29 Juni 2022
Tim Penguji
Ketua Sekretaris
Dinar Maftukh Fajar, M.PFis. Mohammad Wildan Habibi, M.Pd.
NIP: 199109282018011001 NIDN: 201701148 Anggota :
1. Abdul Rahim, S.Si., M.Si ( )
2. Laily Yunita Susanti, S.Pd., M.Si. ( ) Menyetujui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 1964051119990032001
iv
Artinya:”…..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri….” (Q.S. Ar-Rad ayat 11)
Kementrian Agama RI, Al- Qur’an Cordoba Special For Muslim, (PT Cordoba Internasional Indonesia, 2016).
v
segala do’a dengan memberikan saya kesehatan, rahmat dan hidayahnya sehingga saya mampu menyelesaikan sebuah karya skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan. Walaupun jauh dari kata sempurna, tetapi saya bangga telah mencapai titik ini dengan baik.
Skripsi ini merupakan sebagian dari anugerah yang Allah SWT limpahkan kepada peneliti, dengan segala kerendahan hati skripsi ini sepenuhnya dipersembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya, yakni Alm.Bapak Mohammad Husni dan Ibu Uliyawati serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan serta motivasi sekaligus yang selalu mendoakan tiada henti sehingga mampu mewujudkan setiap goresan tinta dalam karya skripsi ini.
2. Seluruh teman-teman seperjuangan Tadris IPA angkatan 2017 yang telah memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa.
vi
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta ma’unahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri KH.Achmad Siddiq Jember. Kedua kalinya shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan keluarganya.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan kerendahan hati pada kesempatan ini peneliti sampaikan salam hormat dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH.Achmad Siddiq Jember yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik UIN KHAS Jember.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukniah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan motivasi dan ilmunya selama menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri KH.Achmad Siddiq Jember.
3. Ibu Dr. Indah Wulandari, M.Pd. selaku ketua jurusan sains Universitas Islam Negeri KH.Achmad Siddiq Jember yang memberikan motivasi supaya bisa melanjutkan tugas akhir pendidikan.
4. Bapak Dinar Maftukh Fajar, S.Pd., M.PFis selaku Ketua Program Studi Tadris IPA Universitas Islam Negeri KH.Achmad Siddiq Jember yang selalu
vii
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Segenap Dosen Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dengan penuh kesabaran selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri KH.Achmad Siddiq Jember.
7. Bapak Achmad Chusaeri, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Balung yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan selama kurang lebih dua minggu.
8. Ibu Siti Nur Asia S.Pd sebagai Guru Mata Pelajaran IPA di MTs Nurul Ittihad Lumajang yang telah mengarahkan dan membimbing peneliti selama kegiatan berlangsung.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang peneliti miliki. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Lumajang, 22 Juni 2022
Penulis
viii Kata Kunci: Alat Peraga, Destilasi.
Kurikulum 2013 proses pembelajaran IPA harus menyajikan hasil penyelidikan, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Namun pada kenyataanya dilapangan pembelajaran yang dilakukan belum sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Salah satu bentuk ketidak sesuainya adalah kurang dilakukannya pembelajaran melalui percobaan hal ini sesuai dengan temuan peneliti di MTs Nurul Ittihad Lumajang nyatanya adalah pengetahuan siswa di Mts Nurul Ittihad Lumajang yang sangat. Hal ini meneyababkan siswa kurang memahami materi destilasi. Permasalahan tersebut dikarenakan pembelajaran yang hanya monoton menggunakan ceramah, menulis, dan menghafal tidak dibarengi dengan melakukan percobaan atau praktikum. Proses pembelajaran seperti itu dilakukan karena kendala biaya untuk pengadan alat praktikum. Maka dari itu berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan pengembangan alat peraga destilasi demi tercapainya tujuan kurikulum 2013.
Rumusan Penelitian ini adalah: 1) bagaimana validitas Alat Peraga IPA Pada Tema Destilasi Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang. 2) bagaimana hasil uji respon siswa terhadap Alat Peraga IPA Pada Tema Destilasi Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan: 1) Validitas alat peraga IPA terpadu terhadap Pengembangan Alat Peraga IPA Pada Tema Destilasi Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang. 2) hasil uji respon siswa Alat Peragai\ IPA Pada Tema Destilasi Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang.
Dalam pengembangan penelitian ini menggunakan model ADDIE yang dikembangkan oleh Robert Maribe Brach. Model ini begitu sederhana dan sistematik, sehingga sangat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang dikembangkan Model ADDIE yaitu Analysis, Design, Development, Implement, dan Evaluate. Namun pada penelitian ini hanya sampai pada tahap Implementation dikarenakan keterbatasan waktu.
Hasil validasi oleh tiga ahli: ahli materi 90%, validasi ahli media 87%, dan validasi pengguna 88%. Adapun hasil presentase rata-rata dari ketiganya 88,3%
yang berarti sangat valid. Sedangkan Hasil uji respons siswa skala kecil sebesar 86,66% dan hasil uji respons skala besar sebesar 88,51%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran Alat peraga Destilasi sederhana pada sub materi Destilasi kelas tujuh SMP/MTs dikategorikan sangat menarik. Sesuai data yang dipaparkan menyatakan pengembangan media pembelajaran Alat peraga Destilasi sederhana kelas tujuh SMP/MTs sangat valid serta layak untuk dipakai.
ix
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian Dan Pengembangan ... 7
D. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ... 8
E. Manfaat Penelitian Dan Pengembangan ... 8
F. Asumsi Dan Keterbatasan Penelitian Dan Pengembangan ... 10
G. Definisi Istilah ... 11
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 13
B. Kajian Teori... 16
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Penyajian Data Dan Uji Coba ... 36 B. Analisis Data ... 51 C. Revisi Produk ... 54 BAB V KAJIAN DAN SARAN
A. Kajian Produk Yang Telah Di Revisi ... 57 B. Saran Pemanfaatan, Diseminasi Dan Pengembangan Produk
Lebih Lanjut ……….. 57 DAFTAR PUSTAKA ... 59 Lampiran - Lampiran
xi
Tabel 3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 28
Tabel 3.2 Kriteria Skala Penilaian ... 33
Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 34
Tabel 3.4 Kriteria hasil Respons Siswa ... 35
Tabel 4.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 39
Tabel 4.2 Hasil Validasi Ahli Materi ... 44
Tabel 4.3 Validasi Ahli Media ... 45
Tabel 4.4 Hasil Validasi Pengguna ... 46
Tabel 4.5 Tabel Validasi Ahli ... 46
Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Skala Kecil ... 48
Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Skala Besar ... 49
Tabel 4.8 Hasil Ahli Materi ... 55
Tabel 4.9 Hasil Ahli Media ... 55
xii
Gambar 2.2 Destilasi Fraksionasi ... 21
Gambar 2.3 Destilasi Uap ... 22
Gambar 2.4 Destilasi Vakum... 23
Gambar 3.1 Alur Pengembangan Model Addie ... 25
Gambar 3.2 Desain Alat Peraga Destilasi Sederhana ... 31
Gambar 4.1 Rancangan Awal Produk ... 42
Gambar 4.2 Grafik Hasil Validasi Ahli ... 47
Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji Skala Kecil dan Skala Besar ... 51
1
Pembelajaran diartikan sebagai bentuk proses dari tujuan pendidikan.
Pendidikan mampu mewujudkan potensi peserta didik baik secara pribadi/individu. Pendidikan dibagikan kepada anak-anak sejak usia dini hingga dewasa (baik secara jasmani maupun secara rohani) supaya ilmu yang diperoleh mampu bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat kelak. Adanya pengembangan kapasitas pendidikan ialah pengelolaan proses belajar seorang pendidik, dari yang awalnya edukasi yang memusatkan kepada guru merubah model belajar yang berpusat terhadap peserta didik. Karakter ilmiah bisa dikembangkan melalui pembelajaran sains. 1
Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah bagian dari pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik yang terlihat oleh kasatmata maupun yang diamati tanpa arti. Sains merupakan kumpulan pengetahuan yang memaparkan tentang gejala-gejala alam semesta.2 Secara umum IPA adalah ilmu yang mendalami makhluk hayati dan benda tidak hidup. Secara generik IPA mencakup 3 bagian yaitu Biologis, Fisika, dan Kimia. Sedangkan IPA berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, experimen dan inovasi. Dengan adanya IPA dapat
1Fransina Thresiana Nomleni and Theodora Sarlotha Nirmala Manu, “Pengembangan Media Audio Visual dan Alat Peraga Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan pemacahan Masalah,” Jurnal Pendidikan dan kebudayaan Vol.8, No.3 (2018): Hal, 219.
2 Seprianty. “Penggunaan Alat Peraga Pada Mata Pelajaran IPA Sebagai Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri 06 Karang Tinggi”, Jurnal PGSD.2018:hal, 128-129
menambah wawasan manusia untuk meningkatkan dan mencerdaskan pengetahuanya tentang alam semesta dan seisinya.
Pendidikan Sains lebih menekankan kepada praktik langsung untuk menumbuhkan kompetensi siswa untuk membantu dan mengeksplorasi dan memahami lingkungan alam. Pembelajaran ilmiah merupakan suatu konsep pembelajaran sains secara teori dan nyata. Menurut Trianto Pembelajaran IPA disekolah mengutamakan langkah-langkah ilmiah sehingga konsep yang disampaikan kepada siswa merupakan hasil pengamatan dan rasa ingin tahu siswa. Belajar berarti tidak hanya mengingat sekumpulan fakta dan informasi, tetapi juga melakukan tindakan untuk memperoleh wawasan pengetahuan dan pengalaman. Bahwa kekatifan siswa dalam belajar mengambil dari beraneka ragam kegiatan, dari kegiatan fisik hingga psikis. Adapun kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar, sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegitasi yang meliputi observasi, klasifikasi, memprediksi dlsb. Keterampilan terintegritas sendiri ialah meliputi identifikasi variabel, membuat tabulasi data, mengolah data lainya serta melaksanakan eksperimen.3
Peraturan tentang pembelajaran IPA secara terpadu sudah diatur dalam Permendikbud No.22 Tahun 2006 yang menjelaskna bahwa substansi mata pelajaran IPA pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu”. Berdasarkan peraturan di atas dipertegas dengan peraturan kementrian pendidkan dan kebudayaan (Permendikbud) No. 68 tahun 2013, menjelaskan hakikatnya IPA dikembangkan untuk mata pelajaran yang berbentuk integrated sciences dan
3 Trianto, Model pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
integrated social studies. Pembelajaran Sains diintegrasikan melalui konten Biologi, Fisika, Kimia sebagai penyongsong pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk tingkat SMP. Pelaksanaan pembelajaran IPA dalam bentuk integrated science dibutuhkan bahan pendukung seperti bahan ajar, perangkat pembelajaran serta media pembelajaran yang terpadu. 4
Pada silabus kurikulum 2013 edisi revisi yakni pada KD 4.3 siswa diharapkan dapat memberikan hasil penyelidikan tentang sifat larutan, perubahan fisika, dan perubahan kimia. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam kurikulum 2013 pembelajaran dituntut untuk menyajikan hasil penyelidikan, pengamatan, percobaan, dan simulasi agar dapat mencapi tujuan pembelajaran yang diharapkan pada kurikulum 2013.
Tuntutan kurikulum 2013 tersebut dapat direalisasikan dengan melakukan praktikum.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 7 November 2022 yang didapat terhadap guru IPA bernama Asiyah di MTs Nurul Ittihad Lumajang, diantara materi IPA SMP/MTs yang dirasa sulit untuk dipahami ialah pemisahan campuran. Hal ini diperoleh dari hasil siswa yang pencapaian nilai keterampilannya tidak memenuhi KKM, kurang efektifnya mengikutsertakan siswa saat pelajaran. Pelajaran yang dilakukan cenderung diam, hanya menyimak, terlalu sering mencatat, sedikit melakukan pertanyaan dan sedikit memberikan pendapat, serta jarang dalam mendesain dan melakukan percobaan secara individu. Pada keterampilan proses sains
4 Siti Fitriyaningsih, “Pembelajaran IPA Terpadu Pola Connected Konsep Cahaya Melalui Strategi Pembelajaran Generatif Untuk Menciptakan Pembelajaran Bermakna,”. E-Jurnal, 2015: Hal, 40-42.
seharusnya siswa sering melakukan praktikum namun kenyataanya masih banyak yang belum melakukan praktikum ialah sehingga banyak siswa kurang memahami terhadap suatu konsep atau pengetahuan. Kemudian untuk melatih keterampilan siswa, diperlukan pula proses pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk melakukan aspek keterampilan proses sains.
Materi ini cenderung sulit untuk dipahami oleh peserta didik, padahal dalam pengaplikasiannya pada kehidupan sehari- hari sering kita jumpai.
Materi campuran merupakan penggabungan dua atau lebih zat murni, di mana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing- masing. Secara fisika, sifat campuran heterogen dan homogen dapat dibuat dan dipisahkan kembali menjadi bahan murni tanpa mengubah identitas masing-masing bahan. Ada beberapa prinsip yang biasa digunakan dalam proses pemisahan campuran. Apriliyanti mengatakan beberapa prinsip pemisahan campuran ini didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik bahanya, bentuk bahan, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik, kelarutan, dll. Karakteristik materi pemisahan campuran termasuk dalam pengetahuan yang bersifat Prosedural dan Konseptual.5
Siswa tingkat menengah cenderung tertarik dengan pembelajaran yang bersifat kasat abstrak dan menyenangkan, hal demikian bisa diatasi dengan adanya praktikum supaya peserta didik mampu menemukan cara tersendiri dalam memahami konsep tersebut yakni melalui pola berpikir kritis dan
5 Apriliyanti, Dharis Dwi, Sri Haryani, Srif Widiyatmoko. “Pengembangan Alat Peraga IPA Terpadu Pada Tema Pemisahan Campuran Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains,”
Unnes Science Education Journal. Vol 4, No.2, 2015: Hal, 836.
keterampilanya sehingga mampu memecahkan suatu permasalahan.6 Namun, demikian kondisi laboratorium di Mts Nurul Ittihad juga kurang memadahi, sehingga menjadi kendala tersendiri bagi guru IPA tersebut untuk melaksanakan praktikum. Akan tetapi, melakukan praktikum tidak harus selamanya dilaksanakan di ruang laboraturium. Maka dari itu sebagai pengganti dari tidak adanya alat yang mendukung adanya proses praktikum, guru dapat menggunakan Alat peraga sederhana. Dalam keseharian di dalam kelas gaya belajar siswa cenderung hanya guru yang menjelaskan tentang materi pemisahan campuran tanpa adanya pembuktian dari teori tersebut.
Siswa hanya mendengarkan dan menjawab soal latihan yang guru berikan, oleh sebab itu dengan adanya media Alat Peraga tersebut, siswa diharapkan dapat memahami materi pemisahan campuran secara nyata. Dan mampu mengaplikasikan dengan alat yang sederhana. Sehingga memudahkan siswa untuk mengetahui apa saja kegunaan dan manfaat dari materi pemisahan campuran.
Alat peraga menjadi perantara wawasan sambil belajar, penggunaan bahan ajar sebagai media pembelajaran dapat memaksimalkan fungsi anggota badan milik siswa dengan tujuan memaksimalkan efektifitas pembelajaran siswa dalam bentuk mendengar, melihat, meraba dan menggunakan pemikiran secara logis(dapat diterima oleh akal manusia) serta realistis(sesuai dengan kenyataan). Fungsi dari alat peraga ialah bukan hanya sekedar alat bantu pendidik dalam proses pembelajaran, namun sebagai penyampai isi materi dari
6 Ibid, 836-837
apa yang diberikan pendidik terhadap peserta didik sesuai apa yang dibutuhkan. Dalam keterampilan peserta didik melalui pembelajaran saintifik yang berwatak ilmiah perlu ditingkatkan produksi bahan ajar, pengembangan lebih lanjut, dan pemanfaatan bahan ajar bekas dengan biaya murah yang bermuatan sesuai karakter ilmiah.7
Alat peraga bisa diartikan sebuah media dipakai saat pembelajaran dengan berisi konsep dari materi yang hendak di pelajari. Penggunaan alat peraga dipercaya bisa meningkatkan efektivitas dalam proses belajar dengan melibatkan berbagai indera manusia seperti penglihatan, pendengaran penciuman dan mampu menggunakan logika sebagai bahan untuk mengolah pengehathuannya. Tujuan adanya alat peraga tersebut dapat mengembangkan pola berfikir yang kritis dan kreatif. Pemakaian alat peraga dalam pembelajaran IPA terutama Biologi dapat mempermudah peserta didik dalam menyerap materi konsep-konsep dan sifatnya masih bersifat universal. Maka dari itu proses sains tersebut dilakukan dengan mencoba memakai alat peraga tersebut.8
Pelajaran IPA di SMP/MTs tentang sub materi destilasi cenderung sulit dipahami dalam memahami konsep yang di pelajari, karena materi ini cukup rumit dan memiliki banyak konsep sehingga siswa kurang memahami jika belum dilaksanakan praktikum. Dengan demikian penggunaan alat peraga
7Wahyu Kurniawati and Setyo Eko Atmojo, “Pembelajaran Sains Bermuatan Karakter Ilmiah Dengan Alat Peraga Barang Bekas Dan Asesmen Kinerja,” JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia) 6, no. 1 (2017): 49–59.
8Hilmi Riyadi, Mustika Wati, and Syubhan Annur, “Pengembangan Alat Peraga Fisika Materi Cahaya Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa Smp,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 2, no. 1 (2018): Hal,42.
sangat dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sains terhadap siswa.9
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti memberikan solusi alternatif agar tercapainya tujuan pembelajaran. Penelti melakukan penelitian pengembangan dengan judul “ Pengembangan Alat Peraga Pada Tema Destilasi Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalah penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana validitas Alat Petaga Pada Tema Destilasi Dalam Pembelajaran IPA Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang?
2. Bagaimana hasil uji respon siswa terhadap Alat Peraga Pada Tema Destilasi Dalam Pembelajaran IPA Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang?
C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Sesuai rumusan masalah yang dijelaskan, maka pokok tujuan peniliti adalah untuk :
1. Mendeskripsikan validitas alat peraga IPA terpadu terhadap Pengembangan Alat Peraga IPA pada Tema Destilasi Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang.
2. Mendeskripsikan hasil uji respon siswa Alat Peraga Alat Peraga IPA pada
9 Jurusan Kimia et al., “Berbahan Limbah Sebagai Implementasi Project Based Learning Guna Meningkatkan Psikomotorik Siswa Dalam,” 2015.
Tema Destilasi Untuk Siswa Kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
1. Alat Peraga dibuat sebagai media ajar untuk siswa kelas VII SMP/MTs semester ganjil.
2. Alat Peraga dapat digunakan pada materi pemisahan campuran pada KD.
3.3.
3. Pembuatan Alat Peraga terdiri dari bahan-bahan bekas yang bisa dimanfaatkan dan di desain secara sederhana.
4. Alat ini memiliki ukuran diameter kondesnsor sebesar 7 cm dengan ketinggian 10 cm sebanyak 2 taung(kondensor). Selain itu memiliki penyangga berbentuk kubus dengan spesifikasi sisinya 6 cm. Adapun untuk selang yang dipakai sepanyang 2m dengan ukuran diameternya 0,5 cm.
Kemudian untuk pembakar spirtus menggunakan botol yang memiliki ukuran 220 ml.
E. Manfaat Penelitian dan Pengembangan 1. Manfaat Teoritis
Penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai penambah pengetahuan mengenai pengembangan alat peraga destilasi untuk siswa MTs. Serta mampu memberikan manfaat dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih efektif di dalam kelas.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yaitu sebagai input untuk menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap mata pelajaran IPA.
Terutama pengetahuan tentang penggunaan bahan bekas dapat dimasukkan ke dalam alat praktis yang membantu guru membuat penawaran tambahan.
b. Bagi Instansi UIN KHAS Jember
Hasil dari penelitian ini dapat menambah bahan bacaan kepustakaan UIN KHAS Jember, khususnya bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Tadris IPA.
c. Bagi Sekolah
Dengan dikembangkanya alat peraga berbahan bekas dapat digunakan untuk mendukung peralatan laboratorium sekolah. Dapat memberikan wawasan sebagai model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bahan refrensi pembelajaran IPA disekolah.
d. Bagi Siswa
Pengembangan alat peraga destilasi sederhana dalam pembelajaran IPA pada materi destilasi dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan psikomotorik siswa dalam mengolah bahan bekas menjadi alat pendidikan yang berguna untuk membuat alat praktikum distilasi sederhana. Selain itu juga melatih siswa untuk melakukan eksperimen sehingga memperluas pengetahuan dan
meningkatkan rasa ingin tahun tentang pemanfaatan benda-benda bekas yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
e. Bagi Pembaca
Hasil dari penelitian dan pengembangan alat peraga ini dapat menjadi tambahan wawasan dan informasi sebagai perbandingan untuk melakukan penelitian.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
Asumsi dan Keterbatasan penelitian dan pengembangan ini di antarannya:
1. Media pembelajaran tersebut berupa alat peraga destilasi sederhana dikembangkan berdasarkan pada kurikulum 2013.
2. Menghasilkan produk berupa Alat Peraga yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran oleh siswa baik dalam kegiatan belajar dikelas maupun belajar mandiri.
3. Dengan adanya Alat Peraga tersebut dapat digunakan guru sebagai bahan ajar untuk membantu meningkatkan kretivitas siswa dalam belajar.
4. Alat peraga dapat digunakan oleh siswa kelas VII semester ganjil tingkat SMP/MTs.
5. percobaan yang dilakukan adalah sebagai penambah pengetahuan mengenai pengembangan Alat Peraga Destilasi Sedrhana untuk siswa MTs, serta mampu memberikan manfaat dalam pelsanaan pembelajaran yang lebih efektif di dalam kelas.
6. Materi yang diaplikasikan dalam pembuatan Alat Peraga adalah materi dan
perubahannya dengan sub materi pemisahan campuran pada tema Destilasi dengan Kompetensi Dasar 3.3 menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari. 4.3 menyajikan hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika dan [erubahan kimia atau pemisahan campuran.
7. Model pengembanganyang digunakan dalam penelitian ini adalah ADDIE yaitu Analysis, Design, Development, Implement, dan Evaluate. Pada penelitian ini hanya sampai pada tahap Implementation dikarenakan keterbatasan waktu.
G. Definisi Operasional
Berikut istilah yang dipakai saat penelitian berlangsung:
1. Pengembangan Media Pembelajaran IPA
Pengembangan media pembelajaran IPA adalah proses pembuatan media pembelajaran IPA yang mudah untuk diaplikasikan atau diterapkan untuk siswa di sekolah SMP/MTs.
2. Alat Peraga
Alat peraga pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
Tujuan penggunaan alat peraga tidak hanya untuk memudahkan pendidikan, tetapi juga untuk membuat proses pendidikan dan pembelajaran lebih efektif dan efesien. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa alat peraga adalah
benda konkret yang membantu siswa memahami tujuan materi pembelajaran.
3. Destilasi/Penyulingan
Destilasi adalah salah satu sub materi pada pembelajaran IPA yang ada di kelas VII SMP/MTs semester ganjil KD. 3.3. Desitilasi merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan laju atau kemudahan penguapan bahan. Pada destilasi suatu campuran zat direbus dan diuapkan kemudian uapnya didinginkan kembali menjadi cair. Ada beberapa macam destilasi diantaranya : Destilasi sederhana, Destilasi fraksionasi, Destilasi penurunan tekanan, dan Destilasi uap. Pada penelitian ini akan dikembangkan rangkaian alat destilasi sederhana dari bahan-bahan bekas. Bahan bekas yang digunakan merupakan bahan kaleng yang sudah tidak terpakai yang berasal dari kaleng makanan. Selain kaleng makanan juga menggunakan botol bekas yang digunakan sebagai pembakar. Untuk penyangganya menggunakan sisa-sisa besi yang sudah tidak terpakai. Ide menggunakan barang bekas ini muncul karena melihat banyaknya barang bekas tersebutdi sekitaran tempat tinggal.
13 BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini, peneliti memaparkan hasil dari penelitian sebelumnya yang terkait dengan judul “Pengembangan Alat Peraga IPA Terpadu Pada Tema Destilasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs Nurul Ittihad Lumajang”. Namun setelah di analisis penulis belum memperoleh penelitian yang mirip dengan penelitian ini, akan tetapi terdapat beberapa hasil penelitian yang dianggap memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain:
1. Dwi Norma Gupitasari, Woro Sumarni, Sri Wardani, 2019. FMIPA Universitas Negeri Semarang dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Destilasi Berbahan Limbah Untuk Meningkatkan Psikomotorik Siswa”.
Model pengembangan yang dipakai pada penelitian menggunakan model ADDIE, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Pengumpulan data dilaksankan menggunakan metode dokumentasi, observasi, serta penyebaran angket. Hasil penelitian yang diperoleh untuk skor validasi ahli 52 maksudnya alat peraga destilasi layak digunakan. Selain itu, hasil respon siswa dan guru disimpulkan alat peraga destilasi sangat praktis digunakan. Selain itualat peraga
berbahan limbah memiliki kemampuan meningkatkan psikomotorik siswa.10
2. Lisa Fitriyah, 2019. Jurnal Praktik Penelitian Tindakan dengan judul
“Pengembangan Alat Peraga Fisika Bernoulli Technology Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa” Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah 4-D yaitu Define, Design, Development, dan Disseminate. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian, skor dari validasi ahli 92,85 maksudnya alat peraga sangat baik. Kesimpulan dari pengembangan alat praga ini mampu menguatkan keterampilan sains secara maksimal. 11
3. Dwi Bunga Ramayani, 2019. Prodi pendidikan kimia, FTIK dengan judul
“Pengembangan Alat Destilasi Sederhana Pada Materi Sifat Koligatif Larutan Di MAN 6 Aceh Besar”. Pengembangan media pembelajaran berfokus pada proses pelajaran IPA di MAN 6 Aceh Besar, mengetahui koherensi antara media dan materi, verivikasi dilakukan oleh ahli media dan bahan. Metode yang dipakai adalah model ADDIE. Data dari hasil penelitian disatukan menggunakan instrumen-instrumen yang telah disiapkan sebelumnya, dari angket respon peserta didik dan guru kimia hasilnya 91,57% dikategorikan sangat valid, untuk presentasi respons
10
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA DESTILASI BERBAHAN LIMBAH UNTUK MENINGKATKAN PSIKOMOTORIK SISWA 8, no. 2252 (2019).6.
11 Lisa Fitriyah, “Pengembangan Alat Peraga Fisika Bernoulli Technology Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa”, Vol. 9, No. 2, 201. Hal :7-8.
73,21% kategori positif. Sesuai data tersebut disimpulkan, media yang dikembangkan adalah sangat valid. 12
Tabel 2.1
Pemetaan Kajian Terdahulu No Nama
Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 2 3 4 5
1 Dwi Norma Gupitasa ri, Woro Sumarni, Sri Wardani, 2019.
Pengembang an Alat Peraga Destilasi Berbahan Limbah Untuk Meningkatka n
Psikomotorik Siswa
Pengembangan yang dilakukan berbasis alat peraga
Bahan yang digunakan dari barang limbah
Desain yang digunakan peneliti lebih sederhana
Sifat larutan yang diuji
kevektifitasan berbeda
Menggunakan model ADDIE namun tahapanya sampai
implementai saja 2 Lisa
Fitriyah, 2019.
Pengemban gan Alat Peraga Fisika Bernoulli Technology Untuk Meningkatk an
Keterampila n Proses Sains Siswa
Pengembangan yang dilakukan berbasis alat peraga
Menggunakan model Triagarajar
Materi yang digunakan berbeda
3 Dwi Bunga Ramayan i, 2019.
Pengemban gan Alat Destilasi Sederhana
Pengembangan yang
dikembangkan berbasis alat peraga
Menggunaka n materi sifat koligatif larutan.
Pada Materi Menggunakan Objek yang
12 Dwi Bunga Ramayani, “Pengembangan Alat Destilasi Sederhana Pada Materi Sifat Koligatif Larutan Di MAN 6 Aceh Besar”, 2019, Hal, 5.
No Nama
Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 2 3 4 5
Sifat Koligatif Larutan Di MAN 6 Aceh Besar
metode ADDIE diteliti kelas X MAN
B. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA terpadu adalah salah satu jenis metodologi implementasi rangkaian pembelajaran yang disarankan untuk digunakan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Profesionalisme guru diperlukan untuk terselenggaranya pembelajaran IPA terpadu sesuai ketentuan. Guru harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang pendidikan ilmiah. Selain itu, diperlukan fasilitas seperti model pembelajaran dan perangkat pembelajaran untuk memberikan IPA secara terpadu.
Belajar IPA harus menerapkan berpikir sains sebagai ilmuan yang bekerja untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru, mengolah dan menemukan bagaimana sains diciptakan. Siswa dibiasakan untuk mengenali fakta, menemukan persamaan dan perbedaan antara fakta, mencari sebab akibat antar fakta, dan membantu siswa membangun pengetahuannya. Sangat mudah untuk menerapkan pengetahuan untuk pengambilan keputusan, karena siswa dapat mengobservasi dan menemukan bagaimana sains ditemukan.
Pembelajaran IPA meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyusun konsepnya dan memberikan pengalaman mengeksplorasi dan memahami lingkungan secara ilmiah. Proses tersebut memberikan pengalaman secara langsung pada proses pembelajaran IPA sehingga membentuk keterampilan kognitif, psikomotorik, dan sosisal supaya dapat ditumbuh kembangkan. Penumbuhan kemampuan berpikir kognitif berarti memunculkan kemampuan berpikir ilmiah supaya mengerti atas fenomena yang ada, serta mampu berpikir dan menjelaskan penyebab dari fenomena yang dimaksud.13
Pembelajaran IPA memeliki karakteristik yang sangat komplit, karena membutuhkan pemikiran kritis ketika menganalisis masalah.
Memberdayakan siswa dengan berpikir kritis adalag salah satu hasil yang diharapkan dar pendidikan sains. Hal ini merupakan salah satu pembelajaran IPA yang perlu dilakukan agar siswa memiliki pengetahuan IPTEK, berpikir logis, kritis, kreatif, komprehensif, dan mampu memecahkan masalah secara nyata. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar IPA adalah menumbuh kembangkan siswa yang dapat berpikir kritis disamping siswa yang memiliki literasi sains.14
13 Ida Fitriyati, dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat dan Penalaran Ilmiah Siswa Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Pembelajaran Sains. 2017. Vol, 1, Hal:28.
14 Galuh Rahayani, “Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis dan Literasi Sains Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Model PBM dan STM”, Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2016, Vol. 2,No.2, Hal:133-134.
Dalam prosesnya pembelajaran IPA menerapkan konsep Kerja ilmiah. Seperti yang kita ketahui Kerja Ilmiah berisi susunan langkah- langkah secara ilmiah yang dilakerjakan oleh penggemar ilmu sains untuk mencari pemecahan permasalahan. Berawal dari timbulnya masalah, ilmuwan mencari solusi untuk menuntaskan masalah berlandaskan pada teori, kesimpulan awal dan urutan yang sudah ada. Dalam mencari solusi pemecahanan masalah, dilakukan dengan melakukan kegiatan melihat kondisi wilayah yang terdapat masalah. Setelah itu adalah menyusun kesimpulan sementara baru kemudian melakukan percobaan untuk memperoleh data yang diinginkan. Dalam proses percobaan tentunya dilakukan secara berulang-ulang agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Setalah itu barulah diambil kesimpulan dengan di sangkut pautkan pada teori yang sudah ada.15
2. Alat Peraga
Salah satu media pembelajaran dengan basis praktikum yang dapat menarik perhatian siswa adalah alat peraga, dengan metode demonstrasi yang memanfaatkan alat praga, guru menjadi lebih efesien dalam menjelaskan konsep IPA secara kongkret. Dengan Skenario yang telah dirancang dengan baik, alat peraga dapat di tampilkan didepan kelas maupun dioperasikan oleh masing-masing siswa, sehingga hal ini dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta memori jangka panjang. Alat
15 P Rahayu, S Mulyani, and S S Miswadi, “Jurnal Pendidikan IPA Indonesia MELALUI LESSON STUDY” 1, no. 1 (2012): 63–70.
peraga yang digunakan ditekankan menggunakan bahan-bahan yang murah atau daur ulang sehingga memicu kreatifitas pembuatanya.16
Alat peraga diartikan media yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran, penggunaan alat peraga dapat meningkatkan efektifitas belajar melalui berbagai indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman dan menggunakan logikanya untuk menumbuhkan pengetahuan. Alat peraga sebagai perantara atau pengantar informasi pembelajaran, pembelajaran menggunakan alat peraga adalah untuk mengoptimalkan fungsi panca indera siswa dan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa melalui logika dan realita. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menyampaikan pesan atau infomasi pembelajaran. Melalui konsep yang semakin mantap ini, alat peraga sebagai penyampaian informasi yang disampaikan guru kepada siswa sesuai kebutuhan.17
Alat Peraga memegang peranan penting dalam pembelajaran IPA, yaitu sebagai barang untuk membentuk pembelajaran yang efektif. Alat peraga memaparkan dengan jelas bahan ajar yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, supaya memudahkan siswa dalam memahami materi atau pertanyaan dari guru. Alat peraga tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak atau menanti pengadaan dari lembaga, sebab terdapat banyak
16 Dinar Maftukh Fajar,”Pengembangan Alata Peraga Bahaya Rokok dan Mekanisme Pernapasan pada Pembelajaran IPA terpadu di SMP”, Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA, Vol.5 No. 2. Tahun 2020. Hal.211.
17 Wahyu Kurniawati, Setyo Eko Atmojo, “Pembelajaran Sains Bermuatan Karakter Ilmiah Dengan Alat Peraga Barang Bekas Dan Asesmen Kinerja”, Jurnal Pendidikan Indonesia, 2017, Vol. 6, No.1. Hal: 50
barang bekas yang tidak digunakan untuk didaur ulang disekitar kita yang bisa dijadikan sebagai penunjang Alat Peraga Sederhana.18
3. Destilasi/Penyulingan a. Pengertian Destilasi
Destilasi diartikan proses penguraian campuran bahan bersifat kimia berdasarkan selisih laju bahan. Proses destilasi terdapat proses campuran zat yang dipanaskan hingga mendidih sampai terjadi penguapan dan uap ini kemudian didinginkan hingga bentuk cairan.
Zat dengan titik didih terendah mengalami penguapan lebih awal, metode ini termasuk digolongkan perpindahan kalor. Konsep destilasi ini didasarkan pada teori bahwa setiap komponen akan mengalami penguapan setelah melewati derajat maksinal didih, model visioner destilasi mengacu pada hukum Roult dan Dalton. 19
b. Macam-Macam Destilasi
Terdapat 4 jenis destilasi, yaitu destilasi model sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap dan destilasi vakum. Berikut ini penjelasanya:
1) Destilasi Sederhana
Destilasi ini didasarkan pada penguraianya yaitu pertidak samaan titik didih yang mempunyai rentan cukup lebar dengan zat yang volatil. Jika zat campuran dipanaskan zat yang titik didihnya
18 Suliyati Mujasam dkk. “Penerapan Model PBL Menggunakan Alat Peraga Sederhana Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik”, Jurnal Curricula, 2018, Vol.3, No.1, Hal: 14.
19 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, ilmu pengetahuan alam SMP/MTs kelas VII, (Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), Hal:150
kecil akan mengalami penguapan paling awal.. Praktiknya destilasi sederhana dipakai sebagai pemisah campuran air dan alkohol.
Gambar 2.1 Destilasi Sederhana 2) Destilasi Fraksionasi
Fungsi destilasi ini untuk menguraikan zat sifatnya cair, dua atau lebih dari suatu larutan berlandaskan selisih titik didihnya.
Destilasi ini dipaki pada zat campuran yang memiliki selisih titik didih kurang dari 20ºC. Penggunaan dari destilasi fraksionasi dipakai diindustri minyak belum jadi.
Gambar 2.2 Destilasi Fkraksionasi
3) Destilasi Uap
Destilasi jenis ini digunakan pada zat campuran senyawa dengan titik didih 200ºC bahkan lebih. Destilasi uap dapat mereaksikan senyawa saat suhu mendekati 100ºC menggunakan panas uap. Selain itu destilasi uap dipakai untuk senyawa yang tidak dapat terurai air disemua suhu akan tetapi dapat didestilasi dengan air. Penerapan destilasi dipakai mengambil sari bahan alam seperti minyak eucalyptus, lemon dan untuk ekstraksi minyak parfum.
Gambar 2.3 Destilasi Uap 4) Destilasi Vakum
Destilasi vakum dipakai apabila keadaan senyawa destilat kondisinya belum stabil, sehinggaa bisa terdekomposisi sebelum/saat menuju titik didihn dapat juga pada campuran yang titik didihnya di atas 150ºC.20
20 Putra, Denzi Tri Apiko, “Rancangan Bangun Alat Destilasi Oli Bekas (Perawatan dan Perbaikan)” , Other Thesis, Politeknik Negeri Sriwijaya, 2014, Hal: 4-8.
Gambar 2.4 Destilasi Vakum
Terdapat beberapa komponen dalam Alat Destilasi Sederhana :
a) Tabung Destilat (reactor)
Tabung destilat digunakan untuk tempat pemanasan bahan utama. Tabung destilat umumnya bentuk tabung yang memiliki tutup bisa direkatkan dan dapat pula dibuka.
b) Kondensor (Pendingin)
Kondensor memiliki fungsi sebagai perubah zat sifatnya uap menjadi larutan, Kondensor memanfaatkan aliran air untuk merubah uap dari tabung destilat menjadi larutan.
c) Pipa Penyalur
Pipa penyalur lebih cocok menggunakan pipa memanjang dan anti panas, adapun gunanya untuk menghantarkan gas dari tempat destilat ke pendingin.
d) Burner(pembakar)
Burner berfungsi pemanas dengan tujuan menguapkan bahan baku didalam tabung destilat. Pembakar ini dapat berupa kompor gas atau minyak maupun tungku. Supaya lebih efesien dan mudah mendapatkan serta sifatnya prtable biasanya menggunakan botol kaca bekas yang didalamnya di isi dengan spiritus kemudain di beri sumbu kompor.
25 BAB III
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan
Jenis penelitian yang digunakan peneliti merupakan penelitian pengembangan atau yang biasa dikenal dengan istilah metode Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan memiliki tujuan menghasilkan produk media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana.
Oleh karena itu, penelitian pengembangan dapat juga diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan barang yang efektif untuk digunakan dalam menanggapi tuntunan pendidikan saat ini.21
Tujuan adanya penelitian ini untuk membuat produk media pembelajaran Alat peraga destilasi atau penyulingan berbasis barang bekas.
Adapun model pengembangan pada penelitian ini menggunakan model ADDIE yang artinya Analyze, Design, Development, Implementation dan Evaluation.
Gambar 3.1
Alur Pengembangan model ADDIE
21Gustriani, S. “Metode Penelitian Dan Pengembangan (R&D) Sebagai Model Desain Dalam Penelitian Pendidikan Dan Alternatifnya”. Junral Holistik, Vol 11, No 2, 2019
Gambar 1. Pendekatan ADDIE untuk mengembangkan produk
Alasan memilih model ADDIE karena menekankan pada keberaturan pada prosesnya atau disebut dengan model prosedural. Model proseduraal menunjukkan serangkaian langkah yang diselesaikan secara berurutan, dimulai dengan yang pertama hingga langkah terakhir. Model rancangan sistem pembelajaran yang berurutan ini nampak pada model ADDIE, Dick &
Carey, Borg dan Gall serta lainnya.22 Selain itu, pemilihan model ADDIE disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Pada penelitian kali ini, peneliti melaksanakannya sampai tahap Implementation. Alasan peneliti melakukan berakhir pada tahap Implementation karena keterbatasan waktu sehingga peneliti hanya sampai uji validitas dan respon siswa terhadap produk.
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur yang digunakan selama pengembangan oleh peneliti ialah Alat Peraga pada materi Destilasi atau penyulingan untu siswa kelas VII SMP/MTs. Berikut adalah prosedur digunakan saat pengembangan dengan model ADDIE.
1. Tahap Analisis (Analyze)
Tahapan ini terdapat analisis kerja dan analisis kebutuhan:
a. Analisis Kerja
Analisis kerja bertujuan mencari informasi permasalahan di sekolah yang berhubungan dengan materi saat belajar. Langkah ini tentu berkaitan dengan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VII pada subtema Destilasi pada materi Klasifikasi Materi.
22Sugiono, Metode Penelitian Dan Pengembangan (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2019).
Sebagian besar siswa SMP/MTs menganggap materi distilasi sulit dipahami. Penyebab utamanya dikarenakan kandungan yang diberikan merupakan cara pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan laju atau kemudahan penguapan dari komponen- komponen tersebut.
Dalam penyulingan campuran zat dipanaskan sampai mendidih hingga menguap dalam proses destilasi. Setelah itu, uap didinginkan menjadi keadaan cair, sebelumnya zat dengan titik lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, sehingga dalam pembahasan secara teori hal ini terlihat cenderung sulit dipahami oleh siswa secara langsung tanpa adanya praktek.
b. Analisis Kebutuhan
Kebutuhan media pembelajaran siswa ditentukan melalui analisis kebutuhan. Pada analisis ini siswa menjadi perihal yang perlu dipertimbangkan lebih utama dalam pemilihan media pembelajaran, karena media yang dirancang berpusat pada siswa.
Pada tahapan ini peneliti melakukan penyebaran angket tentang materi yang paling menarik oleh siswa. Pada penyebaran angket dapat diketahui siswa lebih membutuhkan media Alat Peraga sebagai penunjang pembelajaran.
Peneliti juga melakukan wawancara pada beberapa siswa kelas VII di MTs Nurul Ittihad Lumajang mengenai alasan materi yang dianggap sulit dipahami. Konsep destilasi bentuk dari salah
satu konsep yang sukar dimengerti oleh siswa. Peneliti nantinya akan mengembangkan materi ini sebagai sumber belajar siswa. Karena mahalnya biaya peralatan distilasi, tidak tersedia di sekolah-sekolah.
Rendahnya kemampuan guru dalam merakit alat destilasi terkait dengan keengganan mereka mengambil risiko dengan peralatan destilasi kaca karena takut merusaknya, dan instrumen yang ada sulit digunakan karena harus dirakit terlebih dahulu.
Berdasarkan kondisi dan permasalahan yang ditemukan, maka peneliti berusaha merancang Alat peraga yang berbasis barang bekas pada materi Destilasi yang digunakan sebagai media pembelajaran.
c. Analisis Konsep
Peneliti mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan kepada siswa pada tahap ini. Analisis ide yang dimaksud berupa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar materi.
Tabel 3.1
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
1 2
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tempat mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
1 2
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang / teori.
3.3 Menjelaskan konsep
campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-sehari.
3.3.1 Memahami pengertian dan macam-macam pemisahan campuran
3.3.2 Menjelaskan Distilasi
3.3.3 Memberikan contoh Destilasi
3.3.4 Mengamati dan memahami berbagai penerapan Alat Distilasi Sederhana
4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran
4.3.1 Menganalisis penerapan Distilasi
2. Tahap Perencanaan (Design)
Pada tahapan ini peneliti merancang/mendesain produk yang dikembangkan oleh peneliti dengan diselaraskan pada materi Destilasi sederhana tingkatan SMP/MTs.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap ini melakukan penyempurnaan media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana. Proses ini dilakukan dengan cara merivisi media pembelajaran yang telah dibuat. Sebelum dilakukannya revisi, media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana telah diuji tim ahli yaitu ahli media serta materi sehingga barang yang dihasilakn menjadi
sempurna. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Validasi Ahli
Tahapan ini media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana dinilai oleh tim ahli. Validasi ahli dilakukan dosen UIN KHAS Jember yaitu ahli materi dan ahli media. Selain itu tim ahli satu orang guru MTs Nurul Ittihad Lumajang pengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan hasil validasi diharap media pembelajaran yang dikembangkan berkualitas.
b. Produk Akhir
Tahapan ini adalah kelanjutan dari yang sudah dikerjakan, jadi tahapan ini dihasilkan media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana yang siap divalidasi oleh para validator.
4. Tahap Implementaion
Tahap implementasi yaitu mengimplementasikan rancangan dari tahap-tahap sebelumnya dan melakukan uji coba. Dalam implementasi, dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
a. Uji Pengembangan
Uji coba bermaksud untuk memperoleh masukan dari pesertaa didik terhadap media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana yang telah dibuat. Uji coba dilakukan adalah ujian skala kecil 6 siswa kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang dan Uji coba skala besar sebanyak 26 siswa.
b. Uji Coba Produk
Tujuannya adalah untuk menyatukan data yang akan dipakai untuk menyimpulkan kelayakan produk akhir. Berikut adalah ciri-ciri produk yang dibahas:
1) Desain Uji Coba
Produk media pembelajaran Alat Peraga Distilasi Sederhana ini kemudian divalidasi oleh ahlinya untuk menentukan tingkat validitas produk tersebut. Uji keterbacaan dilakukan terhadap siswa setelah divalidasi dan dikoreksi, dengan maksud mengetahui tingkat reaksi siswa terhadap materi pembelajaran. Alat peraga sederhana untuk distilasi telah dibuat.
2) Subjek Uji Coba
Subjek penelitian ini, peserta uji validitas dan subjek uji kelompok kecil digunakan sebagai subjek uji. Validator adalah orang yang mengikuti uji validasi. Berikut ini kriterianya:
a) Dosen
Kriterianya yaitu dosen yang memiliki pendidikan minimal S2 memenuhi syarat untuk menjabat sebagai validator ahli. Bagi para profesional dalam materi IPA yang harus memenuhi standar pemahaman indikator dan penguasaan materi IPA (khususnya materi pemisahan campuran). Para ahli di bidang media pasti pernah mengajar mata kuliah media pembelajaran..
b) Guru
Guru Seorang guru IPA SMP/MTs dengan pendidikan S1 yang selaras dengan materi dalam media pembelajaran IPA termasuk memenuhi syarat sebagai validator praktisi.
c) Siswa
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Nurul Ittihad Lumajang. Uji coba kelas terbatas melibatkan 6 siswa, sedangkan uji coba skala besar melibatkan 26 siswa yang kesemuanya belum pernah memanfaatkan media pembelajaran berbasis Alat Peraga Sederhana.
3) Jenis Data
Data numerik (kuantitatif) dan deskriptif (kualitatif) dipakai peneliti. Data numerik (kuantitatif) diperoleh dari dosen dan guru serta survei angket siswa berupa data numerik. Sedangkan data deskriptif (kualitatif) berupa kritik, saran, dan komentar dari dosen dan guru selama proses validasi dan siswa selama proses tes, baik tulis maupun nontulis.
4) Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang dipakai saat mengonfrontasikan data yaitu memakai angket validasi serta angket respons siswa. Angket yang dipakai berbentuk cheklist dengan skor sesuai skala likert 1-5.23 Kriteria skala likert yang dipakai dijelaskan berikut ini :
23 Sahlan, “Evaluasi Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik”
(Jember: STAIN Jember Press, 2015), 121.
Tabel 3.2
Kriteria Skala Penilaian
Kriteria Skor
Sangat Baik (SB) 5
Baik (B) 4
Cukup (C) 3
Kurang (K) 2
Sangat Kurang (SK) 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu instrumen validasi ahli dan instrumen respon siswa diadaptasi dari BSNP(Badan Standart Nasional Pendidikan).
a) Instrumen Validasi
Instrumen validasi diberikan kepada validator bersama dengan produk berupa media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana dan validatVor memberikan penilaian media pembelajaran berbasis Alat Peraga Sederhana yang dikembangkan dengan Cheklist pada setiap baris dan kolom aspek yang diukur sesuai dengan kriteria. Saran dan masukan terhadap perbaikan media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana dapat diisi oleh validator pada bagian saran. Kemudian, peneliti mengelola data memakai rumus validasi ahli
b) Instrumen Respon Siswa
Siswa diberikan angket untuk diisi sesuai dengan checklist yang diukur sesuai kebutuhan media pembelajaran Alat Peraga Distilasi Sederhana untuk siswa kelas VII SMP/MTs.
5) Teknik Analisis Data
Teknik analisis data meliputi sebagai berikut : a) Analisis data hasil validasi
Tingkat validitas modul yang dihasilkan ditentukan dengan menganalisis temuan validasi. Perhitungan bentuk persen dan pendekatan analisis deskriptif digunakan rumus dibawah ini.
24
V-ah =
Keterangan :
V-ah = Validasi Ahli (Nilai Presentase)
TSe = Total skor empirik (Nilai hasil validasi ahli)
TSh = Total skor maksimal (Nilai Maksimal yang diharapkan)
Tabel 3.3 Kriteria Validitas
Kriteria Validitas Tingkat Validitas 85,01%-100% Sangat valid atau dapat
digunakan tanpa revisi 70,01%-85,00% Valid atau dapat digunakan
namun perlu revisi kecil 50,01%-70,00% Kurang valid disarankan tidak
dipergunakan karena perlu revisi besar
0,01-50,00% Tidak valid atau tidak boleh dipergunakan
24 Sa’dun Akbar, “Instrumen Perangkat Pembelajaran”(Bandung: Remaja Rosdajarya, 2013), Hal:83.
b) Analisis Data Respons Siswa
Respon siswa terhadap media pembelajaran yang dihasilkan ditentukan dengan menganalisis data respon siswa.
Siswa diminta untuk melengkapinya dengan mencentang butir- butir pada checklist di setiap baris dan kolom yang memenuhi kriteria media pembelajaran untuk siswa SMP/MTS.
Teknik yang dipakai perhitungan presentase dan teknik deksirptif, menggunakan rumus dibawah ini :
V-ah =
Keterangan :
V-ah = Validasi Audien (Nilai Presentase)
TSe = Total skor empirik (Nilai hasil validasi ahli)
TSh = Total skor maksimal (Nilai Maksimal yang diharapkan)
Kriteria hasil respons siswa adalah sebagai berikut:25 Tabel 3.4
Kriteria Hasil Respons Siswa Presentase (%) Kriteria
81%-100% Sangat menarik
61%-80% Menarik
41%-60% Cukup menarik
21%-40% Tidak menarik
0%-20% Sangat tidak menarik
25 Sa’dun Akbar, “Instrumen Perangkat Pembelajaran”(Bandung:Remaja Rosdajarya,2013), 45.
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Penyajian Data Uji Coba
Produk utama pengembangan ini adalah berupa media untuk belajar yang berbasis Alat Peraga sebagai sumber belajar pada materi Destilasi untuk siswa SMP/MTs. Produk yang telah dihasilkan dapat menambah pengetahuan dan membantu proses pembelajaran siswa.
Penelitian yang dilakukan jenis Research and Development (R&D) dengan memakai model pengembangan ADDIE yang dikembangkan oleh Robert Maribe Brach. Pengembangan model ADDIE terdiri dari lima tahap yaitu Analisis (Analyze), perancangan (Design), pengembangan (Development), Implementation, and Evaluasi (Evaluation). Namun, pada penelitian ini hanya sampai tahap Implementation yaitu validasi dan respons.
Pada tahap Evaluasi belum bisa dilaksanakan karena kendala waktu dan biaya yang terbatas serta hanya sebatas pada uji kevalidan media pembelajaran yang berbasis Alat Peraga dan untuk mengetahui respons siswa terhadap pengembangan media pembelajaran yang berbasis Alat Peraga. dalam penyusunan Alat Peraga ini terdapat beberapa tahapan yaitu :
1. Analisis (Analyze) a. Analisis Kerja
Tahap ini memiliki tujuan sebagai penetap dan pembatas hal-hal yang umum sebagai syarat dalam pengembangan. Diawali dengan analisis pendahuluan dari batasan materi yang dpakai saat
pengembangan media pembelajaran, setelah itu analisis kemampuan siswa yang dilakukan dengan wawancara dan observasi, analisis tugas dan analisis konsep. Hasil tahapan ini akan digunakan untuk merancang media pembelajaran.
Pada langkah analisis kerja ini telah dilakukan observasi dan wawancara di sekolah untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
26Selain itu, penelitian melakukan wawancara kepada guru IPA di MTS Nurul Ittihad Tekung Lumajang. Wawancara tersebut dilakukan berdasarkan atas pedoman wawancara yang disusun secara sistematis.
Ciri-ciri pertanyaan observasi yang ditujukan guru tentang kurikulum yang dipakai dan juga mengenai fasilitas yang dimiliki sekolah, serta Kemampuan pendidik dalam mengoperasikan media pembelajaran.
Adapun hasil yang diperoleh secara keseluruhan yaitu dari sudut pandang secara umum mengenai kurikulum yang digunakan oleh sekolahan yakni K13 (kurikulum 2013). Dan konsep materi Destilasi yang telah disampaikan oleh guru IPA MTs Nurul Ittihad Lumajang, bahwa proses penyampaian materi sangat banyak dan membutuhkan praktikum supaya siswa tidak hanya mampu memahami secara teori.
Maka dari itu proses pembelajaran siswa kurang efektif dan juga materi Destilasi ini membuat siswa kebingungan dalam memahami proses dari Destilasi tersebut sehingga siswa kurang memahami betul terhadap pelajaran tersebut. Pada materi Destilasi diperlukan waktu yang sangat
26Asiyah, diwawancarai oleh penulis, Lumajang, 7 November 2020
cukup dikarenakan proses pemahaman materi dan praktikumnya cukup lama. Sehingga diperlukan pengembangan meida pembelajaran untuk proses pembelajaran dan dapat digunakan siswa belajar secara mandiri maupun berkelompok bentuknya yaitu pengembangan media pembelajaran Alat peraga sederhana yang digunakan sesuai dengan kurikulum 2013.
b. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan yaitu dengan cara melakukan analisis kebutuhan yang bertujuan untuk menentukan subjek yang nantinya akan menggunakan Alat Peraga sederhana. Pada tahap ini peneliti melakukan telaah tentang karakteristik masing-masing siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan media pembelajaran.
Media pembelajaran ini digunakan oleh siswa kelas VII SMP/Mts.
Analisis dilakukan dengan cara observasi kepada siswa kelas VII yang berumur 13-14 tahun untuk mengetahui kendala serta kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi IPA. Menurut Jeon Piaget tahap perkembangan kognitif umur 12 tahun keatas bahwa siswa memiliki kreatifitas untuk berpikir secara umum dan mampu memahami bentuk pendapat. 27
Berdasarkan hasil observasi kepada siswa yang diperoleh bahwa siswa hanya belajar menggunakan buku paket BSE dan LKPD yang telah disediakan dari sekolah serta, kurangnya fasilitas Lab untuk siswa
27 Fatimah Ibda, “Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget.” Jurnal Piaget. “Jurnal Intelektual 3, no. 5 (Januari-Juni, 2015): 34.
melaksanakan praktikum. Siswa menyatakan mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA terutama yang berkaitan dengan materi yang tidak ada praktikumnya. Kesulitan dalam memahami materi pemisahan campuran dengan cara destilasi sederhana ini dikarenakan pembelajaran yang dilakukan hanya disajikan ceramah serta diberikan gambar alat destilasi saja, tanpa dapat mengamati prosesnya secara langsung
Sehingga dalam hal ini dapat dilakukan pengembangan media pembelajaran Alat Peraga Destilasi Sederhana sebagai media pembelajaran supaya siswa mampu belajar dengan cara mempraktekkan teori yang sudah diberikan oleh guru.
c. Analisis Konsep
Analisis ini berdasarkan dengan kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) didalam kurikulum 2013 pada materi Destilasi yang terdapat pada Kompetensi dasar 3.3.
Tabel 4.1
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
1 2
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tempat mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
1 2
sama dalam sudut pandang / teori.
3.3 Menjelaskan konsep
campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-sehari.
3.3.1 Memahami pengertian dan macam-macam pemisahan campuran
3.3.5 Menjelaskan Distilasi
3.3.6 Memberikan contoh Destilasi
3.3.7 Mengamati dan memahami berbagai penerapan Alat Distilasi Sederhana
2. Tahap Perencanaan (Design)
Tahapan (design) merupakan menetapkan format media pembelajaran untuk dikembangkan. Adapun dalam menciptakan rancangan dari media pembelajaran yang dilakukan terdapat langka- langka tahapan ini :
a. Penyusunan materi pembelajaran
Penyusunan materi pembelajaran berdasarkan analisis KI, KD, dan perumusan tujuan pembelajaran yang selaras dengan kurikulum 2013. Materi yang digunakan pada pengembangan Alat Peraga sederhana adalah materi Pemisahan Campuran pada tema Destilasi kelas VII yang didalamnya menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia serta. Adapun materi yang disajikan didalam media pembelajaran tersebut terdiri atas: