• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Kualitas Produk Kardus Menggunakan Metode Statistical Quality Control pada CV. XYZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengendalian Kualitas Produk Kardus Menggunakan Metode Statistical Quality Control pada CV. XYZ "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengendalian Kualitas Produk Kardus Menggunakan Metode Statistical Quality Control pada CV. XYZ

Mohammad Fachrurrozi Adi1*, Akhmad Wasiur Rizqi2, Deny Andesta 3

1,2,3Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik

Jl. Sumatera 101 GKB Gresik, Indonesia 61121

*Koresponden email: [email protected]

Diterima: 18 April 2022 Disetujui: 21 April 2022

Abstract

Quality control is the most important thing in the competition in the industrial world which is of course on packaging products in order to monitor and evaluate production activities to ensure whether they meet the standards set by the company or not. The purpose of this study can help companies to help companies overcome the causes of defects and provide suggestions using the Statistical Quality Control (SQC) method.

From the data processing, it was found that the number of production was 162,100 pcs and the number of product defects was 4307 pcs. From the results of the analysis, the authors provide suggestions for improvement by focusing on the most dominant types of defects in the past so that repair activities can run effectively.

Keywords: quality control, quality, SQC, cardboard, packaging

Abstrak

Pengendalian kualitas merupakan suatu hal yang paling penting dalam persaingan di dunia industri yang tentunya pada produk kemasan yang guna untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk memastikan apakah telah sesuai standar yang telah ditentukan atas perusahaan atau belum. Tujuan penelitian ini dapat membantu perusahaan untuk membantu perusahaan mengatasi penyebab cacat dan memberikan usulan dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC). Dari pengolahan data didapatkan jumlah produksi 162.100 pcs dan ditemukan jumlah cacat produk 4307 pcs. Dari hasil analisis penulis memberikan usulan perbaikan dengan difokuskan pada jenis cacat yang paling dominan terdahulu agar kegiatan perbaikan dapat berjalan dengan efektif.

Kata Kunci: pengendalian kualitas, kualitas, SQC, kardus, kemasan

1. Pendahuluan

Pada perkembangan di era globalisasi semakin banyak persaingan di bidang industri khususnya pada produksi kemasan. Kemasan berperan cukup signifikan pada keseharian beserta dalam dunia industri. Jenis kemasan yang berbeda telah diproduksi dan yang paling banyak digunakan adalah kotak kardus.

Mendapatkan kompetisi yang semakin sengit, industri haruslah dapat memberikan hasil barang dengan kualitas baik yang memenuhi pembakuan perusahaan dan memuaskan kebutuhan konsumen [1]. Ada banyak strategi yang dapat digunakan manajemen perusahaan untuk merespons persaingan, seperti meningkatkan kualitas produk, terus berinovasi, mengurangi biaya dalam proses produksi [2]. Apabila mutu dari barang sangatlah baik beserta harganya mudah dijangkau di pasaran, jadi konsumen bisa mendapatkan ketertarikan bersama barangnya itu dapat mengalami persaingan pada pasaran [3].

Pengelolaan kualitas menjadi sarana signifikan untuk industri guna melakukan perbaikan kualitas barang yang dibutuhkan [4]. Kualitas adalah fitur standar produk kami yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan menyediakan konsumen dengan kualitas terjamin, produsen memenangkan kepercayaan konsumen dan melindungi status bisnisnya dengan baik. kemudian peran kualitas atas produknya (jasa maupun barang) yang dibuahkan menjadi sangat penting. Merupakan produk yang berkualitas tinggi jika dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen [5][6][7].

CV. XYZ menjadi satu diantara industri dengan memiliki fokus pada sektor kemasan karton box.

Demi memenuhi tuntutan konsumen perusahaan terus memperhatikan tingkat produktivitasnya agar pengeluaran yang dikeluarkan juga sebanding dengan apa yang didapatkan. CV. XYZ perlu selalu mengolah strateginya untuk tetap mampu bertahan bersaing dengan perusahaan lain. Perusahaan sendiri ingin memperkecil defect yang ada dengan rata-rata persentase defect yang sekarang sebesar 3% ini dirasa masih cukup tinggi. Sehingga perusahaan sendiri ingin turunnya persentase tersebut setidaknya menjadi sekecil – kecilnya agar perusahaan masih dapat bersaing diketatnya industri saat ini. Pada perusahaan ini

(2)

sudah menerapkan pengendaliannya kualitas proses produksi standar yang diimplementasikan leh industri ini yaitu mengutamakan kualitas sablon, plong, dan cutting. Namun dalam kenyataan masihlah ada produk dengan kualitas rendah. Pada produksi kemasan ini terdapat 3 jenis cacat yang dijadikan utama penelitian yaitu cat tidak rapi, potongan tidak rapi, dan plong rusak.

Berdasarkan permasalahan diatas maka diperlukan metode untuk mengetahui tingkat pengendalian kerusakan yang terdapat apakah masihlah pada batasan kendalinya maupun tidak. Satu diantara cara yang mampu memberikan bantuan industri mengontrol kualitas prosesnya manufaktur ialah dengan mempergunakan SQC (Statistical Quality Control) [8]. Pengendalian kualitas statistik ialah teknologi dengan banyaklah dipergunakan dalam industri manufaktur guna melakukan peningkatan kualitasnya produk juga produktivitasnya yang melakukan pekerjaan [9]. Kontrol Kualitas Statistik dilaksanakan beserta mempergunakan sarana statistik yang termasuk dalam SQC dimana sebagai teknik pemecahan permasalahan yang dipergunakan guna melakukan pemantauan, pengontrolan, melakukan analisis, melakukan pengelolaan, juga meningkatkan produknya beserta proses mempergunakan metode statistik [10].

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di CV. XYZ selama 6 bulan penelitian yaitu pada bulan April – September 2021. Sumber data yang dibutuhkan pada penelitian ini ialah data primer beserta data sekunder.

Untuk mengumpulkan berbagai datanya pada perusahaan ini mempergunakan teknik wawancara kepada kepala bagian produksi. Data akan dianalisa mempergunakan sejumlah sarana atas SQC.

Gambar 1. Diagram alir penelitian Sumber: Data penelitian (2021)

(3)

Tujuh alat untuk yang digunakan untuk menyelesaikan masalah terdiri dari : - Diagram sebab akibat

Diagram sebab akibat digunakan untuk mengidentifikasi sebab dan akibat atau untuk mengungkap akar penyebab masalah yang muncul dalam proses produksi. Akar masalah dapat dilihat dari beberapa faktor [11].

- Check Sheet

adalah lembar data yang diperlukan untuk mencatat data kuantitas produksi dan kuantitas produk cacat [12].

- Control Charts

Peta untuk mengevaluasi suatu proses, apakah itu di bawah kendali statistik atau tidak [13].

- Scatter diagram

Bagan sebar yang menggambarkan korelasi atau hubungan suatu penyebab dengan faktor lain atau dengan efek atau karakteristik lain [13].

- Histogram

Digunakan untuk mencari produk yang sering terjadi kecacatan produk tersebut [14].

- Pareto diagram

Memungkinkan Anda mengelola bug, masalah, atau memo untuk memfokuskan titik kegagalan untuk perbaikan [15].

- Flowchart diagram

Alat untuk memvisualisasikan produksi suatu produk secara bertahap dengan tujuan menyederhanakan analisis produk cacat di seluruh proses produksi [2].

3. Hasil dan Pembahasan

Melakukan pengolahan data menggunakan tujuh alat, maka berikut adalah hasil pengolahan data dengan menggunakan Statistical Quality Control (SQC).

Check sheet

Check sheet di sini digunakan untuk pengumpulan data yang mana akan mempermudah pengolahan data pada analisa dengan metode selanjutnya.

Tabel 1. Check sheet

Bulan Jumlah produksi Jenis Cacat Karton box

Jumlah Produk Cacat Cat Tidak Rapi Potongan Tidak Rapi Plong Rusak

April 27400 323 248 134 705

Mei 26600 338 234 133 705

Juni 26000 345 237 143 725

July 27500 389 234 139 762

Agustus 27000 333 238 136 707

September 27600 342 231 130 703

Jumlah 162100 2070 1422 815 4307

Sumber: Pengolahan data (2021)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi dari bulan April 2021 – September 2021 perusahaan mendapatkan 3 jenis cacat yaitu cat tidak rapi sebesar 2070, potongan tidak rapi sebesar 1422, dan plong rusak sebesar 815.

(4)

Flowchart

Flow Chart proses produksi karton box CV. XYZ dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Flowchart proses produksi Sumber: Data penelitian (2021)

Gambar 2 menunjukkan bagaimana proses produksi karton box seperti yang pertama ialah pembuatan desain, setelah dilakukan pembuatan desain sesuai keinginan konsumen maka selanjutnya proses printing desain yang sudah di sablon ke alat cetak sablon, setelah itu dilakukan pemilihan bahan baku untuk menentukan bahan baku untuk menentukan bahan baku mana yang cocok dengan desain yang sudah dibuat, setelah mendapatkan bahan baku lalu dilanjutkan dengan proses cutting sesuai ukuran yang dibutuhkan, lalu dilakukan proses penyablonan pada karton box, setelah itu dilakukan proses pengeplongan, kemudian dilakukan proses finishing, setelah itu dilakukan proses pengecekan apakah produk lolos uji QC atau tidak jika tidak maka akan dikembalikan ke proses awal dan jika lolos dilakukan proses packing dan di masukan di gudang penyimpanan barang jadi.

Scatter Diagram

Dalam scatter diagram hubungan antara jumlah produk cacat yang terjadi. Dari Gambar 3 bisa dilihat bahwa jumlah variabel X adalah jumlah defect karton box dan variabel Y adalah jumlah produksi tidak memiliki hubungan karena titik koordinat menyebar dan tidak berdekatan. Ini menandakan jumlah defect tidak mempengaruhi dari jumlah produksi.

Gambar 3. Scatter diagram Sumber: Pengolahan data (2022)

(5)

Histogram

Histogram menampilkan variasi cacat, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai yang terkecil berikut histogram bisa dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Histogram Sumber: Pengolahan data (2022)

Dari data histogram yang ada pada gambar dapat diketahui bahwa tingkat kecacatan yang paling tinggi pada bulan April - September 2021 ada pada cacat cat rusak, selanjutnya yang kedua ada potongan tidak rapi, dan yang terakhir ada pada plong rusak.

Diagram pareto

Diagram Pareto (bagan Pareto) adalah bagan batang dan garis yang membandingkan tipe data dengan populasi secara keseluruhan.

Gambar 5. Diagram Pareto Sumber: Pengolahan data (2022)

Pada Gambar 5 diagram Pareto sebelumnya jadi bisa dilihat jenis kecacatan dari yang terbesar sampai yang paling terkecil. Persentase yang didapatkan yaitu cat tidak rapi sebesar 48,1%, potongan tidak rapi sebesar 33%, dan plong rusak sebesar 18,9%. Melalui Tabel 1 bisa didapatkan pengetahuan bahwasanya tingkatan cacat dengan paling tinggi ialah pada cat tidak rapi dan yang paling rendah ialah kecacatan pada plong rusak.

Control Chart

Pengukuran stabilitas proses ini dilakukan dimana proses ini mendeskripsikan syarat proses buat membentuk suatu produk yang nilainya stabil berdasarkan waktu ke waktu.

- Penentuan garis pusat CL

Garis yang menggambarkan tidak ada penyimpangan dari karakteristik sampel p= Ʃp

n = 4307

162100 = 0,02657 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Cat Rusak

Potongan Tidak Rapi

Plong Rusak

(6)

- Penentuan UCL

Batas kendali atas penyimpangan yang diperbolehkan.

UCL = p+ 3 √𝑝 (1−𝑝)

n

0,02657+ 3 √0,02657 (1−0,02657)

162100 = 0,027768 - Penentuan LCL

Data batas kontrol bawah yang dihitung dari nilai baku LCL = p – 3 √p (1−𝑝)

n

0,02657 - 3 √0,02657 (1−0,02657)

162100 = 0,025372

Tabel 2. Perhitungan batas kendali Bulan

Jumlah Produksi

(pcs)

Jumlah Produk Cacat

CL UCL LCL

April 27400 705 0,02572993 0,029485 0,023655

Mei 26600 705 0,02650376 0,029528 0,023612

Juni 26000 725 0,02788462 0,029562 0,023578

Juli 27500 762 0,02770909 0,029479 0,023661

Agustus 27000 707 0,02618519 0,029506 0,023634

September 27600 703 0,02547101 0,029474 0,023666

∑ 162100 4307

P 0,02657

Sumber: Pengolahan data (2022)

Dari hasil perhitungan Tabel 2 sebelumnya, kemudian bisa dibuatkan peta kendali p dengan bisa ditinjau dalam Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Batas kendali Sumber: Pengolahan data (2022)

Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah produk cacat masih terkendali, karena garis menunjukkan di tengah dari batas atas dan bawah.

Diagram Sebab Akibat

Dari hasil seluruh analisis diatas dapat menunjukkan bahwasanya tingkat cacat yang paling dominan terjadi pada jenis cacat cat tidak rapi, selanjutnya mengidentifikasi jenis cacat cat tidak rapi menggunakan diagram sebab akibat seperti Gambar 7.

(7)

:

Gambar 7. Cat tidak rapi Sumber: Pengolahan Data (2022)

Ada 4 penyebab utama kesalahan pengecatan berantakan, yakni faktor manusia, mesin/perkakas, metode juga lingkungan. Berikut penjelasan melalui masing-masing faktor penyebab disabilitas.

a. Manusia

Faktor manusia yang berhubungan dengan pekerjaan seperti kurangnya keterampilan, kelelahan fisik, dan ketepatan dalam proses pembuatan/pengecatan.

b. Mesin

Faktor mekanis yang mempengaruhi produk cacat adalah masalah yang berkaitan dengan pengoperasian/penggunaan alat/mesin seperti usia alat pengecatan yang tidak layak, kualitas alat yang belum mencapai tingkat maksimal.

c. Metode

Faktor-faktor yang berkaitan dengan metode dan prosedur yang diterapkan dapat menyebabkan cacat pada produk, termasuk kegagalan penerapan SOP.

d. Lingkungan

Faktor lingkungan kerja juga mempengaruhi kualitas produk. Lingkungan yang baik akan membuat karyawan lebih nyaman dan dapat mengurangi cacat produk. Faktor lingkungan mempengaruhi kurangnya cahaya, suhu ruangan panas, lingkungan kotor.

Usulan perbaikan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, berikut Saran perbaikan dapat dibuat untuk mengurangi tingkat cacat produk:

- Mengadakan training setelah perekrutan pegawai/ memberikan pelatihan kepada pekerja - Melakukan evaluasi secara rutin apabila perlu perubahan/ penyesuaian

- Pengaturan waktu istirahat/ mengadakan rolling shift - Menetapkan standar kerja

- Melakukan pengecekan mesin secara berkala, mengganti mesin sesuai standart - Melakukan maintenance secara berkala/ rutin

- Mencari supplier kuas yang berkualitas, dan melakukan pergantian kuas saat dirasa kuas tersebut sudah tidak layak

- Menambahkan sumber pencahayaan disetiap tempat-tempat produksi, terutama pada tempat sablon - Menambahkan cooler sehingga dapat menstabilkan suhu ruangan

- Menambahkan karpet pada bawah mesin terutama pada mesin cutting dan mesin plong 4. Kesimpulan dan Saran

Sesuai dengan hasilnya analisis mempergunakan metode Statistical Quality Control (SQC) pada CV.

XYZ diketahui selama periode April-September diketahui jumlah produksi adalah sebanyak 162.100 pcs beserta jumlahnya produk cacat yang terdapat di proses produksi sebanyak 4.307 pcs. ada 3 jenis cacat yang diteliti, dan ditemukan jenis cacat paling banyak pada Cat tidak rapi dengan persentase 48,1% yang ditemukan pada hasil dari diagram pareto. Hal ini tentunya menjadi sebuah kerugian jika tidak ditangani, karena jumlah kecacatan jika dibiarkan terjadi tingkat kecacatan terhadap produk bisa semakin melonjak lebih tinggi. Berdasarkan diagram pareto tingkat kecacatan yang paling tinggi adalah kecacatan jenis cat tidak rapi sehingga perusahaan ini lebih difokuskan terhadap perbaikan kecacatan jenis cat tidak rapi. Faktor

(8)

yang dapat jadi acuhan dalam seluruh jenis cacat yaitu kurangnya karyawan menjalankan SOP, kurangnya melakukan maintenance yang dilakukan dalam perusahaan tersebut, dan kurangnya pelatihan terhadap karyawan.

5. Referensi

[1] R. Ratnadi and E. Suprianto, “Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat Bantu Statistik (Seven Tools) dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk,” J. Indept, vol. 6, no. 2, p. 11, 2016, [Online]. Available: https://jurnal.unnur.ac.id/index.php/indept/article/view/178/0.

[2] H. Alfadilah, A. F. Hadining, and H. Hamdani, “Pengendalian Kualitas Produk Cacat Piece Pivot pada PT. Trijaya Teknik Karawang Menggunakan Seven tool dan Analisis Kaizen,” J. Serambi Eng., vol.

7, no. 1, pp. 2814–2822, 2022, doi: 10.32672/jse.v7i1.3667.

[3] A. Nugroho and Suparto, “Analisis Kecacatan Produk dengan Metode Seven Tools dan FTA dengan Mempertimbangkan Nilai Risiko berdasarkan Metode FMEA,” J. SENOPATI, vol. 3, pp. 1–10, 2021, [Online]. Available: http://ejurnal.itats.ac.id/senopati/article/view/534.

[4] Kristanto Mulyono and Yeni Apriyani, “Analisis Pengendalian Qualitas Produk Dengan Metode SQC (Statistical Quality Control),” JENIUS J. Terap. Tek. Ind., vol. 2, no. 1, pp. 41–50, 2021, doi:

10.37373/jenius.v2i1.93.

[5] A. Kusumawati and L. Fitriyeni, “Pengendalian Kualitas Proses Pengemasan Gula Dengan Pendekatan Six Sigma,” J. Sist. dan Manaj. Ind., vol. 1, pp. 43–48, 2017, doi:

https://doi.org/10.30656/jsmi.v1i1.173.

[6] D. Rimantho and D. M. Mariani, “Penerapan Metode Six Sigma Pada Pengendalian Kualitas Air Baku Pada Produksi Makanan,” J. Ilm. Tek. Ind., vol. 16, no. 1, p. 1, Jul. 2017, doi:

10.23917/jiti.v16i1.2283.

[7] I. Idris, R. A. Sari, Wulandari, and W. U, “Pengendalian Kualitas Tempe dengan Metode Seven Tools,” Teknovasi, vol. 3, no. 1, pp. 66–80, 2016, doi: http://dx.doi.org/10.55445/teknovasi.v3i1.80.

[8] I. G. A. A. H. Sari and G. M. Sudiartha, “Pengendalian Kualitas Proses Produksi Kopi Arabika Pada UD. Cipta Lestari di Desa Pujungan,” E-Jurnal Manaj. Univ. Udayana, vol. 8, no. 4, p. 2495, 2019, doi: 10.24843/ejmunud.2019.v08.i04.p22.

[9] W. F. Insani, F. N. Azizah, P. Studi, T. Industri, U. S. Karawang, and S. Q. Control, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Degan Sk 150 ml dengan Metode Statistical Quality Control (SQC) di PT Prima Kemasindo,” vol. 6, no. 3, 2022, doi: http://dx.doi.org/10.30998/string.v6i3.10639.

[10] V. Devani and F. Wahyuni, “Pengendalian Kualitas Kertas dengan Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3,” J. Ilm. Tek. Ind., vol. 15, no. 2, p. 87, 2017, doi:

10.23917/jiti.v15i2.1504.

[11] R. Berlyan, W. Kurniawan, and I. P. Sari, “Usulan Perbaikan Kualitas Produk Topside Menggunakan Metode FMEA di PT. XYZ,” J. Manag. Small Mediu. Enterp., vol. 14, no. 2, pp. 189–203, 2021, doi:

10.35508/jom.v14i2.4752.

[12] N. Hairiyah, R. R. Amalia, and E. Luliyanti, “Analisis Statistical Quality Control (SQC) pada Produksi Roti di Aremania Bakery,” Ind. J. Teknol. dan Manaj. Agroindustri, vol. 8, no. 1, pp. 41–

48, 2019, doi: 10.21776/ub.industria.2019.008.01.5.

[13] T. P. Matondang and M. M. Ulkhaq, “Aplikasi Seven Tools untuk Mengurangi Cacat Produk White Body pada Mesin Roller,” J. Sist. dan Manaj. Ind., vol. 2, no. 2, p. 59, 2018, doi:

10.30656/jsmi.v2i2.681.

[14] W. D. Putro, Suyadi, and C. Riyatmoko, “Pengendalian Kualitas Produksi Rear Caliper Brake System Type 2 PV Untuk Sepeda Motor Menggunakan Metode Seven Tools,” J. Rekayasa Mesin, vol. 12, no. 1, pp. 23–32, 2016, doi: http://dx.doi.org/10.32497/rm.v12i1.992.

[15] I. Andespa, “Analisis Pengendalian Mutu dengan Menggunakan Statistical Quality Control (SQC) Pada PT. Pratama Abadi Industri (Jx) Sukabumi,” E-Jurnal Ekon. dan Bisnis Univ. Udayana, vol. 2, p. 129, 2020, doi: 10.24843/eeb.2020.v09.i02.p02.

Referensi

Dokumen terkait

Diagram sebab-akibat /Fishbone Diagram digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan produk.Penyebab kerusakan produk paving block adalah man

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat, hidayah, dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu

Lever Assy Parking Brake saat proses produksi dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) bahwa dari 22 data proses produksi terdapat 13 data proses

Fmea) Dalam Mengidentifikasi Kegagalan Pada Proses Produksi Di PT..

Hasil analisis diagram Fishbone Sumber: Hasil analisis data, 2022 Dari hasil yang didapatkan pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya cacat cutting terdiri dari

Gambar 2: Diagram Pareto Produk Cacat Tahun 2020 Berdasarkan sajian data pada Gambar 2, cacat produk yang paling dominan terjadi disebabkan karena design yang tidak sesuai, maka

Dalam penelitian ini Analisis Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan Statistical Quality Control SQC Pada Usaha Amplang Karya Bahari Di Samarinda yaitu pengendalian kualitas Quality

Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Control Chart Pada Pt Xyz Gambar 4 Bagan Atas Proporsi Kerusakan Pakaian dengan selang kepercayaan 95% 2 sigma Tahun 2005 Pada