Pengendalian Persediaan Bahan Baku Singkong dengan Metode EOQ
(Studi kasus di UMKM Kuncoro Gresik)
Ahmad Fian Mahendra1*, Moh Jufriyanto2 , Akhmad Wasiur Rizqi3
1,2,3Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik , Indonesia 61121
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 21 Juni 2022 Disetujui:6 Juli 2022
Abstract
UMKM Kuncoro is a home industry that produces cassava chips in the Gresik area, currently the process of ordering raw materials at UMKM Kuncoro is still considered very traditional using estimates only, The soaring demand for cassava chips in July 2021 was 500 kg and in March 2022 it was 580 kg, making Kuncoro MSMEs have to carry out the cassava ordering process repeatedly so that it has an impact on the swelling cost of ordering raw materials, for each time the ordering fee required is IDR 216,000,000. In one period UMKM Kuncoro placed 15 orders and a total order of 4,628 kg. To overcome this problem, the EOQ (Economic Order Quantity) method can be used as a solution, because this method can maximize the cost of ordering cassava raw materials according to standards by calculating ordering costs and storage costs. The purpose of this study is to regulate the process of controlling the inventory of cassava raw materials, managing the frequency of purchasing cassava raw materials and calculating the total inventory cost at UMKM Kuncoro. The method used is EOQ (Economic Order Quantity) by calculating ordering costs and storage costs, the use of this method is very effective if applied to UMKM Kuncoro because it can reduce order costs. Based on the results of the analysis, the optimal purchase of raw materials for each order is 527 kg which is carried out 7 times in one period and the total inventory cost is RP 2,445,200.
Keywords: Ordering cost, inventory, total inventory cost, cassava, Gresik
Abstrak
UMKM Kuncoro merupakan industri rumahan yang memproduksi kripik singkong di daerah Gresik, saat ini proses pemesanan bahan baku di UMKM Kuncoro masih dibilang sangat tradisional dengan menggunakan perkiraan saja, Melonjaknya permintaan kripik singkong pada bulan Juli 2021 sebesar 500 kg dan bulan Maret 2022 sebesar 580 kg membuat UMKM Kuncoro harus melakukan proses pemesanan singkong yang berulang-ulang sehingga berdampak pada pembengkakan biaya pemesanan bahan baku, setiap kali pemesanan biaya yang dibutuhkan yakni Rp 216.000.000. Dalam satu periode UMKM Kuncoro melakukan pemesanan sebanyak 15 kali dan total pemesanan sebesar 4.628 kg. Untuk mengatasi permasalahan tersebut metode EOQ (Economic Order Quantity) bisa dijadikan solusinya, karena metode tersebut bisa memaksimalkan biaya pemesanan bahan baku singkong sesuai standar dengan cara menghitung biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Tujuan penelitian ini guna mengatur proses pengendalian persediaan bahan baku singkong, mengelola frekuensi pembelian bahan baku singkong dan menghitung total inventory cost pada UMKM Kuncoro. Metode yang dipakai ialah EOQ (Economic Order Quantity) lewat menghitung biaya pemesanan serta penyimpanan. Penggunaan metode ini sangat efektif jika di terapkan pada UMKM Kuncoro karena bisa menekan biaya pemesanan. Berdasarkan hasil analisa tersebut, didapat pembelian bahan baku maksimal untuk tiap pemesanan yakni 527 kg yang dilakukan sebanyak 7 kali dalam satu periode dan total inventory cost sebesar Rp 2.445.200.
Kata Kunci: biaya pemesanan, persediaan, total biaya persediaan. Singkong, Gresik
1. Pendahuluan
Masalah pengendalian pemesanan pada usaha mikro atau menengah merupakan hal yang sangat sering terjadi sebab banyak faktor yang memberi pengaruh, salah satunya belum diterapkannya proses pengendalian secara baik dan benar [1]. Proses pengendalian persediaan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keuntungan perusahaan [2]. Melonjaknya suatu permintaan barang merupakan salah satu faktor yang memaksa perusahaan untuk melakukan pengendalian tersebut [3]. Permasalahan yang sering muncul ketika suatu perusahaan tidak memiliki sistem pengendalian adalah keterlambatan bahan baku [4], pembengkakan pada biaya pemesanan, meningkatnya biaya simpan, dead stock pada gudang bahan baku[5]. Metode
3482
pengendalian yang sering dipakai mengatasi masalah tersebut ialah model kuantitas pemesanan EOQ (Economic Order Quantity)[6].
EOQ yakni alat yang dipakai memutuskan volume serta frekuensi pesanan yang dibutuhkan guna mencukupi tingkat permintaan dan untuk meminimalisasi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan [7].
Penggunaan metode EOQ ini banyak sekali digunakan oleh pabrik maupun UMKM, karena paling mudah penerapannya dan paling efisien. Didalam proses pengendalian menggunakan EOQ, juga bisa di dapat TIC atau biasa disebut dengan total inventory cost [8],biaya total persediaan yakni hasil penjumlahan biaya pemesanan serta pembelian bahan baku [9], dimana suatu perusahaan akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dari total biaya persediaan sebelumnya [10].
UMKM Kuncoro merupakan usaha menengah yang memproduksi kripik singkong sebagai hasil olahan utamanya, melihat peminat makanan tersebut di kota Gresik sangat banyak UMKM Kuncoro sering mengalami pembengkakan biaya pemesanan dan biaya pembelian yang cukup signifikan, dikarenakan semakin tingginya tingkat permintaan pada keripik singkong tersebut, salah satunya pada bulan Juli 2021 dan Maret 2022 dimana UMKM Kuncoro melakukan pemesanan sebesar 500 kg sampai 580 kg per bulan.
Pada bagian pengadaan bahan baku, UMKM Kuncoro masih dibilang sangat tradisional, yaitu dengan cara mengandalkan perkiraan saja dan melihat stok yang ada di gudang, sehingga UMKM Kuncoro sering melakukan pemesanan bahan baku berulang-ulang yang menimbulkan pembengkakan pada biaya pemesanan. Maka dari itu agar sebuah proses produksi dapat dijalankan secara lancar harus terdapat bahan baku sesuai dengan permintaan [11].
Sejalan dengan hal tersebut tujuan penelitian ini yakni mengatur pengendalian persediaan bahan baku singkong, memanage frekuensi pembelian bahan baku singkong yang berlebihan dan mengetahui total inventory cost yang maksimal, Penelitian terhadap UMKM sangat perlu dilakukan untuk kemajuan dan kesejahteraan pelaku usaha [12].
2. Metode Penelitian Prosedur Kerja
Penelitian ini diadakan di UMKM Kuncoro yang berada di Jalan R.A. Kartini Gg 04, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Ada beberapa cara yang dipakai peneliti guna mengumpulkan data, yaitu observasi serta wawancara, pengumpulan data berdasarkan jenisnya dan pengolahan data memakai metode EOQ (Economic Order Quantity).
Observasi yakni pengamatan yang dilakukan sistematik pada sesuatu yang terlihat di objek penelitian [13]. Di penelitian ini, pengumpulan data diadakan lewat pengamatan langsung subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang uraian masalah. Untuk wawancara, peneliti melakukan percakapan langsung dengan pemilik UMKM dan salah satu karyawan sehingga peneliti mendapatkan informasi yang detail.
Pengumpulan Data
Beberapa data yang didapat untuk memperkuat penelitian ini, yaitu : 1. Data Kuantitatif
Merupakan data yang memiliki angka nominal atau numerik [14]. Berikut data yang diperoleh dari UMKM Kuncoro :
a. Data jumlah kebutuhan bahan baku bulan Mei 2021 – April 2022.
Tabel 1. Data pembelian, pemakaian, dan frekuensi pembelian Tahun Bulan Pembelian
(kg)
Frekuensi Pembelian
Pemakaian (kg)
2021 Mei 300 1 270
2021 Juni 430 1 348
2021 Juli 500 2 480
2021 Agustus 440 2 346
2021 September 478 1 367
2021 Oktober 300 1 410
2021 November 500 2 200
2021 Desember 0 0 240
2022 Januari 300 1 260
2022 Februari 300 1 240
2022 Maret 580 2 479
2022 April 500 2 520
Sumber: UMKM Kuncoro (2021)
b. Data biaya pemesanan Mei 2021 – April 2022
Tabel 2. Biaya pemesanan
No. Jenis Biaya Jumlah
1. Biaya Telepon Biaya Transportasi a. Biaya Bensin b. Upah Pengirim c. Biaya penanganan
Rp 840.000 2.
Rp 1.200.000 Rp 600.000 Rp 600.000
Sumber: UMKM Kuncoro (2022) c. Data penyimpanan bahan baku Mei 2021 – April 2022
Tabel 3. Data penyimpanan Mei 2021 – April 2022
No. Jenis Biaya Jumlah (Rp)
1. Biaya sewa gudang ukuran 4m x 6m Rp 10.000.000 2. Biaya pemeliharaan pendingin singkong Rp 600.000 3. Biaya perawatan mesin pengupas singkong Rp 280.000
4. Biaya listrik gudang Rp 1.200.000
5. Biaya PDAM Rp 720.000
Sumber: UMKM Kuncoro (2021)
Pengolahan Data
Langkah yang dilaksanakan peneliti guna melakukan pengolahan data, yaitu:
1. Menentukan Jumlah dan Rata-rata
Dari beberapa data yang sudah diperoleh, peneliti harus menentukan jumlah dan rata-rata, adapun data yang digunakan adalah :
a. Data pembelian, pemakaian dan frekuensi pemakaian Mei 2021-April 2022.
b. Data pemesanan bahan baku Mei 2021-April 2022.
c. Data penyimpanan bahan baku Mei 2021-April 2022.
2. Menentukan EOQ (Economic Order Quantity)
Metode EOQ digunakan pada penelitian ini guna mengoptimalkan pengendalian persediaan bahan baku singkong pada UMKM Kuncoro, berikut cara menentukan EOQ[15] :
a. Menghitung biaya pemesanan yang optimal untuk setiap kali pesan (S) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 b. Menghitung biaya simpan per kg (H)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢
c. Menghitung EOQ (Q*)
EOQ =
√
2𝑆𝐷𝐻 d. Menentukan frekuensi pembelian yang optimal
Frekuensi pembelian = 𝐷 𝑄∗
3. Menghitung Total Ordering Cost (TIC)
TIC merupakan total dari keseluruhan biaya yang dibayar UMKM Kuncoro guna melakukan pemesanan bahan baku, ada 2 TIC yang harus di tentukan yaitu TIC perusahaan sebelum menggunakan EOQ dan TIC dari metode EOQ (Economic Order Quantity), berikut merupakan rumus TIC[15]:
3484
TIC = (D
Q∗S) + (Q∗
2 H) 3. Hasil dan Pembahasan
Penggunaan Bahan Baku Singkong
Berikut merupakan data pembelian dan penggunaan bahan baku, frekuensi pemakaian bahan baku di UMKM Kuncoro pada periode Mei 2021 – April 2022.
Tabel 4. Jumlah dan rata-rata pembelian, frekuensi dan pemakaian Tahun Bulan Pembelian
(kg)
Frekuensi Pembelian
Pemakaian (kg)
2021 Mei 300 1 270
2021 Juni 430 1 348
2021 Juli 500 2 480
2021 Agustus 440 2 346
2021 September 478 1 367
2021 Oktober 300 1 410
2021 November 500 2 200
2021 Desember 0 0 240
2022 Januari 300 1 260
2022 Februari 300 1 240
2022 Maret 580 2 479
2022 April 500 2 520
Jumlah 4.628 15 3.910
Sumber: UMKM Kuncoro (2022)
Data Tabel 4 menunjukkan bahwa selama periode Mei 2021 hingga April 2022, pembelian bahan baku singkong oleh UMKM Kuncoro sebesar 4.628 kg, dan bahan baku yang digunakan sebanyak 3.910 kg dengan frekuensi pembelian 15 kali setahun.
Biaya Pemesanan Bahan Baku Singkong
Berikut merupakan data biaya yang dikeluarkan UMKM Kuncoro untuk melakukan pemesanan dalam satu periode Mei 2021 – April 2022.
Tabel 5. Biaya pemesanan
No. Jenis Biaya Jumlah
1. Biaya Telepon Biaya Transportasi
a. Biaya Bensin b. Upah Pengirim c. Biaya penanganan Jumlah
Rp 840.000 2.
Rp 1.200.000 Rp 600.000 Rp 600.000 Rp 3.240.000 Rata-rata/setiap kali pesan Rp 216.000
Sumber: UMKM Kuncoro (2022)
Dari Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa biaya pemesanan singkong pada satu periode sebesar Rp 3.240.000 dengan rata-rata setiap kali pesan sebanyak Rp 216.000
Biaya Penyimpanan Bahan Baku Singkong
Berikut merupakan hasil penjumlahan dan rata-rata penyimpanan bahan bakau UMKM Kuncoro pada satu periode.
Tabel 6. Biaya penyimpanan
No. Jenis Biaya Jumlah (Rp)
1. Biaya sewa gudang ukuran 4m x 6m Rp 10.000.000 2. Biaya pemeliharaan pendingin singkong Rp 600.000 3. Biaya perawatan mesin pengupas singkong Rp 280.000
4. Biaya listrik gudang Rp 1.200.000
5. Biaya PDAM Rp 720.000
Jumlah Rp 12.800.000
Rata-rata/unit/tahun Rp 2.560.000
Sumber: UMKM Kuncoro (2022)
Berdasarkan Tabel 6, biaya penyimpanan bahan baku singkong adalah Rp 12.800.000 dari Mei 2021 sampai April 2022, dan rata-rata per tahun adalah Rp 2.560.000.
Pemesanan Bahan Baku Singkong
Pemesanan bahan baku = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 = 4.628 = 308 kg per sekali pesan 15
Sehingga jumlah pemesanan bahan baku untuk tiap pesan yakni 308 kg.
Perhitungan TIC UMKM Kuncoro
Total kebutuhan bahan baku (D) = 3.910 kg
Biaya pemesanan setiap kali pesan (S) = Rp 216.000 Biaya simpan per kilogram = Rp 3.200
Pembelian bahan baku setiap kali pesan (Q) = 308 kg Perhitungan TIC :
TIC = (D/Q x S) + (Q/2 x H)
TIC = (3.910/308 x Rp 216.000) + (308/2 x Rp 3.200) TIC = Rp 2.742.000 + Rp 492.80
TIC = Rp 3.234.877
Analisis Pengendalian Bahan Baku Singkong dengan EOQ (Ecomomic Order Quantity) 1. Pembelian Bahan Baku yang Optimal
Biaya per pesan(S) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
= 𝑅𝑝 3.240.000 15
= Rp 216.000 per setiap kali pesan Biaya simpan per Kg (H) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 = 12.800.000
3.910 = Rp 3.200 per kg 2. Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity)
Jumlah kebutuhan pemakaian per tahun (D) = 3.910 kg Biaya tiap kali pesan (S) =Rp 216.000
Biaya simpan per unit per periode (H) = Rp 3.200 per kg
EOQ = √2𝑆𝐷
𝐻
EOQ = √2 𝑥 216.000 𝑥 3.910 Rp 3.200
= 527 kg
3. Frekuensi Pembelian Optimal
Jumlah pemakaian selama satu periode (D) = 3.910 kg Jumlah barang setiap kali pesan (Q*) = 527 kg
Frekuensi pembelian = 𝐷 𝑄∗
= 3.910 527
= 7 kali
Jadi, untuk pemesanan bahan baku hanya dilakukan sebanyak 7 kali dalam satu periode.
3486
Total Inventory Cost (TIC) dari EOQ Total kebutuhan bahan baku (D) = 3.910 kg Biaya pemesanan tiap kali pesan (S) = Rp 216.000 Biaya simpan per kilogram = Rp 3.200
Pembelian bahan baku optimal (Q*) = 308 kg
Perhitungan TIC TIC = (D
Q∗S) + (Q∗
2 H)
TIC = (3.910527 𝑅𝑝 216.000) + (5272 𝑅𝑝 3.200) TIC = Rp 1.602.000 + Rp 843.200
TIC = Rp 2.445.200
Jadi, untuk total biaya inventory cost dengan metode EOQ adalah Rp 2.445.200
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat perbandingan persediaan bahan baku yang telah di tentukan perusahaan lewat pembelian memakai metode EOQ, bisa diketahui lewat jumlah pembelian optimal bahan baku singkong serta total biaya persediaan bahan baku singkong. Berikut merupakan hasil perbandingan persediaan bahan baku singkong antar kebijakan perusahaan dan kebijakan dengan metode EOQ pada UKM Kuncoro :
1. Untuk nilai optimal setiap kali pesan adalah 527 kg, akan tetapi menurut UMKM Kuncoro sebesar 308 kg.
2. Total pembelian singkong yang optimal adalah 7 kali dalam satu tahun, akan tetapi menurut kebijakan UMKM sebanyak 15 kali.
3. Total inventory cost yang optimal untuk satu periode adalah Rp 2.445.200, tetapi menurut kebijakan perusahaan adalah Rp 3.234.877.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian memakai metode EOQ sehingga bisa menarik kesimpulan yakni untuk pembelian bahan baku oleh UKM Kuncoro belum optimal sehingga terlalu banyak pembengkakan biaya pemesanan yang berlebihan. Penggunaan metode EOQ guna mengelola pemesanan bahan baku singkong UMKM Kuncoro periode Mei 2021 – April 2022 dapat meminimalkan biaya persediaan. Menurut kebijakan perusahaan yakni Rp 3.234.877, dengan hasil analisis EOQ mendapatkan total pengolahan biaya bahan baku sebesar Rp 2.445.200, sehingga terjadi penghematan biaya yakni Rp 789.677. Pemakaian metode EOQ UMKM Kuncoro memiliki total pemesanan yang optimal yaitu sebanyak 7 kali, sedangkan total pemesanan perusahaan sebanyak 15 kali.
5. Referensi
[1] N. Lubis and H. Hardi, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Perkembangan UMKM Di Kota Pekanbaru Riau,” J. Daya Saing, vol. 4, no. 2, 2018, doi: 10.35446/dayasaing.v4i2.233.
[2] E. Yusnita and D. Derlini, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Sepatu Kulit Dengan Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP) (Study Kasus CV. Kotama Shoes),”
Saintek ITM, vol. 31, no. 2, pp. 18–25, 2019, doi: 10.37369/si.v31i2.31.
[3] E. Fatma and D. S. Pulungan, “Analisis Pengendalian Persediaan Menggunakan Metode Probabilistik dengan Kebijakan Backorder dan Lost sales,” J. Tek. Ind., vol. 19, no. 1, 2018, doi:
10.22219/jtiumm.vol19.no1.38-48.
[4] S. Z. Uyun, A. Indrayanto, and R. Kurniasih, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP),” J. Ekon. Bisnis dan Akunt., vol. 22, no.
1, 2020.
[5] A. Kusumawati and A. D. Setiawan, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tempe Menggunakan Material Requirement Planning,” Ind. Serv., vol. 3, no. 1b, 2017.
[6] D. Rosa Indah and Z. Maulida, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang,” J. Manaj. dan Keuang., vol. 7, no. 2, 2018, doi: 10.33059/jmk.v7i2.814.
[7] Y. Evitha and F. M. HS, “Pengaruh Penerapan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Terhadap Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produksi di PT. Omron Manufacturing of Indonesia,” J. Logistik Indones., vol. 3, no. 2, 2019, doi: 10.31334/logistik.v3i2.615.
[8] R. Rusindiyanto and Y. Ngatilah, “Analisa Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Gabungan Economic Order Quantity (EOQ) Dan Just In Time (Jit) Di Ud. Super Mekar Gresik,”
Tekmapro J. Ind. Eng. Manag., vol. 13, no. 1, 2019, doi: 10.33005/tekmapro.v13i1.63.
[9] A. D. Larasati, N. Retnowati, A. Abdurahman, and F. Mayasari, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) pada Layla Bakery Jember,” J. Manaj.
Agribisnis dan Agroindustri, vol. 1, no. 2, 2021, doi: 10.25047/jmaa.v1i2.13.
[10] A. Wahyuni and A. Syaichu, “Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP) Produk Kacang Shanghai Pada Perusahaan Gangsar Ngunut- Tulungagung,” SPEKTRUM Ind., vol. 13, no. 2, 2015, doi: 10.12928/si.v13i2.2692.
[11] R. Febrianto, “Perencanaan Persediaan Bahan Baku Untuk Rak Gantungan Baju Di UD. WS.,” JISO J.
Ind. Syst. Optim., Vol. 2, No. 2, Hal. 73-78, 2019, doi: 10.51804/jiso.v2i2.73-78.
[12] Y. E. Pakpahan, “Analisis Kualitas Laporan Keuangan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja UMKM Dengan Kompetensi Sebagai Pemoderasi,” J. Manaj. Bisnis dan Kewirausahaan, vol.
4, no. 6, 2020, doi: 10.24912/jmbk.v4i6.9125.
[13] M. A. Syarisky, “Perancangan Sistem Informasi Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,” J. Tek. Ind. J. Has. Penelit. dan Karya Ilm. dalam Bid. Tek. Ind., vol.
5, no. 1, 2020, doi: 10.24014/jti.v5i1.6199.
[14] M. Amin, S. Sudarwati, and S. Maryam, “Analisis Pengaruh Inovasi Produk, Orientasi Pasar, Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Pemasaran Di Sentra Industri Mebel Desa Sembungan,” J. Ilm.
EDUNOMIKA, vol. 3, no. 02, 2019, doi: 10.29040/jie.v3i02.664.
[15] D. Diandra, “Analisis Manajemen Stok Jagung di Perum BULOG Divisi Regional Provinsi Jawa Timur,” Econosains J. Online Ekon. dan Pendidik., vol. 15, no. 2, 2018, doi:
10.21009/econosains.0152.09.