Stres Kerja - Pengertian
Menurut Dewi dalam Liftyawan et al., 2020 Stres kerja merupakan ketegangan yang dialami karyawan karena adanya ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan. Apabila terjadi tidak sesuaian antara kemampuan seseorang dengan harapan dari pekerjaannya, makan akan timbuk stres kerja.
Stress kerja adalah suatu keadaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian antara beban kerja dengan kemampuan individu untuk mengatasi stres kerja yang dihadapinya (Vanchapo, 2020). Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.
Charles D. Spielberger dalam (Sinambela, 2019) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. stres kerja adalah tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari diri seseorang.
Sedangkan menurut Waluyo dalam Yuli Asih et al., 2018 mengatakan bahwa stress kerja bisa diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja.
Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa stres kerja merupakan perasaan yang didapatkan ketika terjadi ketidak seimbangan antara kemampuan dan tuntutan pekerjaan atau aspek pekerjaan.
- Indikator Stres Kerja
Afandi dalam (Qoyyimah et al., 2019) mengemukakan bahwa indikator stres kerja adalah sebagai berikut :
1. Tuntutan tugas, merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang seperti kondisi kerja, tata kerja, letak fisik. Tuntutan tugas yang berat dan berlebihan akan menimbulakan stres kerja, untuk itu seorang pekerja harus bisa mengelola kondisi stres kerjanya dengan sebaik mungkin.
2. Tuntutan Peran, berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dan peran tertentu yang dimainkan dalam suatu organisasi
3. Tuntutan antar pribadi, merupakan tekanan yang diciptakan oleh pegawai lain
4. Struktur organisasi, gambaran instansi yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab 5. Kepermimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada organisasi. Beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim organisasi yang melibatkan ketegangan, ketakutan dan kecemasan.
- Dampak Stres Kerja
Stres memiliki sejumlah konsekuensi atau dampak, bila stres positif, hasilnya dapat berupa energi yang lebih besar seperti antusiasme dan motivasi. Bila konsekuensinya negatif akan berdampak pada perusahan atau organisasi. (Moorhead dan Griffin dalam Yuli Asih et al., 2018)
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan.
Reaksi terhadap stres dapat merupan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku. Menurut Margiati dalam Widhiastuti & Harsoyo, 2020 Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala individu yang mengalami stres antara lain :
a. Bekerja melewati batas kemampuan b. Keterlambatan masuk kerja yang sering
c. Ketidakhadiran pekerjaan d. Kesulitan membuat keputusan e. Kesalahan yang sembrono
f. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan
g. Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri h. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
i. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat
j. Menunjukkan gejala fisik seperti alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, dan radang pernafasan.
Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh lubis dalam Vanchapo, 2020 stres kerja dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Stres kerja fisik
Akibat stres pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah penyakit yang disinyalir karena orang tersebut mengalami stres yang cukup tinggi dan berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit lambung, bisul, tekanan darah tinggi dan sakit kepala
b. Stres kerja Psikologis
Dampak stres pada aspek psikis bisa dikenali, diantaranya adalah tidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang bersemangat
- Faktor yang mempengaruhi Stres Kerja
Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedangkan faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial- ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. (Widhiastuti & Harsoyo, 2020)
Adapun indikator yang bisa dijadikan acuan dari faktor-faktor stres untuk mengetahui stres yang disebabkan oleh pekerjaan menurut Robbin dalam Maghfirah, 2023 adalah sebagai berikut :
1. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan diantaranya faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi, karakteristik kepribadian bawaan dan terorisme.
a. Masalah keluarga, menurut penelitian nasional orang-orang menempatkan nilai tinggi pada hubungan interpersonal dan kekeluargaan. Masalah hubungan yang menyebabkan stres bagi pekerja dan merembet ke tempat kerja termasuk masalah pernikahan, keretakan hubungan dan masalah disiplin anak.
b. Masalah ekonomi, kesulitan yang disebabkan oleh mereka yang tidak mampu mengelola sumber daya keuangan mereka.
c. Karakteristik kepribadian bawaan, gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu berasal dari kepribadian orang tersebut.
2. Faktor Organisasi
Faktor organisasi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal diperusahaan. Bisa karena beban kerja yang terlalu berat, manajer yang menuntut dan tidak peka, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat atau tanpa kesalahan, rekan kerja yang tidak bersahabat.
a. Tuntutan peran mengacu pada tekanan yang diberikan kepada seseorang karena peran spesifik yang mereka mainkan dalam organisasi. Konflik peran menghasilkan ekspektasi yang mungkin sulit dipenuhi. Ketika karyawan diminta untuk melakukan lebih banyak tugas daripada waktu yang mereka miliki, maka akan muncul kelebihan peran. Ketika karyawan tidak yakin dengan apa yang harus mereka selesaikan dan persyaratan peran tidak jelas, maka akan muncul ambiguitas peran.
b. Tekanan yang ditimbulkan oleh rekan kerja disebut tuntutan interpersonal. Interaksi interpersonal yang buruk dan kurangnya dukungan rekan kerja dapat menimbulkan stres, terutama bagi pekerja dengan tuntutan sosial yang tinggi.
c. Struktur organisasi menentukan tingkat divisi di dalam perusahaan, beratnya aturan dan regulasi, dan lokasi pengambilan keputusan. Faktor pemicu stres termasuk peraturan yang terlalu ketat dan kurangnya masukan dari karyawan dalam pengambilan keputusan penting.
3. Faktor Lingkungan
Ada beberapa indikator dari faktor lingkungan yang mendukung terjadinya stres yaitu:
a. perubahan dalam lingkungan komersial dapat menyebabkan ambiguitas ekonomi. Orang menjadi lebih khawatir tentang kesejahteraan mereka jika ekonomi menderita.
b. Ambiguitas politik. Berbagai kelompok yang tidak puas dengan keadaan mereka sering berdemonstrasi di lingkungan politik yang bergejolak, seperti Indonesia. Kejadian seperti itu bisa saja membuat orang tidak nyaman. seperti penundaan karyawan untuk pergi ke tempat kerja karena penutupan jalan yang disebabkan oleh protes atau pemogokan yang memengaruhi angkutan umum.
c. kemajuan teknologi. Hotel memasang teknologi baru atau mengembangkan sistem baru sebagai hasil dari peningkatan teknologi yang cepat. hal ini memaksa anggota staf untuk memulai dari awal dan beradaptasi.
- Intervensi mengatasi stress
Menurut Siagian dalam Sugiarto & Nanda, 2020 beberapa langkah yang diambil untuk membantu karyawan menghadapi stress yaitu :
1. Merumuskan kebijakan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi berbagai stres
2. Menyampaikan kebijakan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka meraka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam bentuk apa jika mereka mengahadapi stres
3. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah tertentu sebelum stress berdampak negatif terhadap prestasi bawahannya
4. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber stres
5. Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka benar-benar di ikut sertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya. Memantau terus menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasi dan dihilangkan secara dini
6. Menyempurnakan rancangan bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat dielakan
7. Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat menghadapi stres Selain itu menurut Sinambela, 2019 stres dan bentuk reaksinya dapat diatasi melalui tiga pola sebagai berikut :
a. Pola sehat, yaitu pola terbaik menghasapi stres dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga stres tidak menimbulkan gangguan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga mereka tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.
b. Pola harmonis, adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu dapat mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu dengan baik dan selalu menghadapi tugas dengan cara mengulur waktu dengan
baik dan selalu menghadapi tugas secara tepat, dan jika perlu mendelagasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dan reaksi yang diberikan.
c. Pola patalogis adalah pola menghadapi stres dengan dampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan tanpa memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah yang buruk.
Liftyawan, K. S., Hai, F. S., & Agustina, T. S. (2020). Pengaruh Konflik Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. EKOMABIS: Jurnal Ekonomi Manajemen Bisnis, 1(01), 45–58.
https://doi.org/10.37366/ekomabis.v1i01.5
Maghfirah, N. (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja. Jurnal Ecopsy, 1(1), 127–136.
https://doi.org/10.20527/ecopsy.v1i1.481
Qoyyimah, M., Abrianto, T. H., & Chamidah, S. (2019). Pengaruh Beban Kerja, Stres Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmu Ekonomi, Manajemen Dan Bisnis, 2(1), 9–18. https://doi.org/10.30787/jiembi.v2i1.1407
Sinambela, L. P. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia (Suryani & R. Damayanti (eds.);
Cetakan Pe). PT Bumi Aksara.
Sugiarto, A., & Nanda, A. W. (2020). Stres Kerja: Pengaruhnya Terhadap Motivasi Kerja Dan Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 9(2), 276. https://doi.org/10.23887/jish-
undiksha.v9i2.21302
Vanchapo, A. R. (2020). Beban Kerja dan Stres Kerja. Humaniora, 1(2), 792.
Widhiastuti, H., & Harsoyo, P. (2020). Manajemen Stress Menggunakan Hypnoterapi. In Universitas Semarang Press.
Yuli Asih, G., Wishiastuti, H., & Dewi, R. (2018). Stress Kerja.