• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2016

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.

Borneo Laboratorium Inspeksi Dan Surveyor Service Di Samarinda

Riandy 1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mengetahuistres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawanPT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Service di Samarinda. Penelitian ini berjenis derkiptif kuantitatif. Sampel mengunakan teknik probabilititas dengan cara sampling, yaitu dengan mengunakan metode pemilihan sampel di mana setiap anggota populasi menjadiresponden Sampel sebanyak 52 orang keryawan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dan keusioner. Data dianalisis dengan regresi linear sederhana dengan bantuan softwareSPSS versi 20for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja mempengaruhi kinerjakaryawan PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Service di Samarinda, sebesar 51,3 %. signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Service di Samarinda.

Kata Kunci : Stres Kerja dan Kinerja Karyawan

Pendahuluan

Tenaga Kerja merupakan salah satu aset yang sangat penting.

Manusiayangmerupakan tenaga kerja bagi perusahaan kadang kala sering diabaikan sebagai aset. yang berharga. Tak jarang, perusahaan hanya mengganggap bahwa tenaga kerja(karyawan) sebagai beban yang harus selalu ditekan untuk mengurangi biayadalamproduksi. Namun, itu merupakan pandangan yang kurang tepat.Karyawanmerupakan satu-satunya aset yang tidak dapat digandakan dan diciplak oleh manusialain karena pada hakekatnya tiap-tiap orang adalah mahluk unik yang diciptakan olehMaha Pencipta dengan karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tenaga kerjaharus selalu dijaga dan dikembangkan sehingga memberikan output yang optimalbagi perusahaan.

Kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh perusahaan, merupakan salah satu faktor penentu yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan. Suasana lingkungan dan budaya kerja perusahaan yang mendukung secara keseluruhan baik dalam tata kelola manajemen yang sistematis maupun hal-hal non-teknis seperti solidaritas sesama karyawan, menjadi alasan tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut supaya dapat mengetahui dan mendapatkan hasil dari objek yang diteliti.

1

(2)

Setiap perusahaan selalumengharapkan karyawannya mempunyai prestasi, karenadengan memilikikaryawan yang berprestasi akan memberikansumbangasi yang optimal bagiperusahaan.

Stress kerja merupakan istilah umum yang menunjuk pada tekanan dan masalah yang dialami oleh setiap orang dalam kehidupan kerjanya. Konsep stres mengandung dua makna yaitu positif dan negatif. Jika orang dapat mengatur atau mengelola stress dengan baik maka secara psikologis akan menumbuhkan semangat dan motivasi untuk bekerja. Sebaliknya jika stress terlalu berlebihan akan menyebabkan terganggunya kesehatan baik secara fisik maupun nonfisik.

Stres kerja yang berlebihan akan menimbulkan karyawan akan meninggalkan pekerjaannya (burn out). Stres dan tekanan kerja dapat mengalami pasang surut dan berubah – ubah. Dengan kata lain , hari ini individu mengalami stress, esok harinya bisa kembali normal. Sedangkan burn out terjadi secara perlahan melalui proses waktu cukup lama. Atau stres merupakan proses adaptasi sementara terhadap tekanan lingkungan sehingga bersifat fluktuatif dan tidak menetap, serta tidak disertai perubahan sikap dan perilaku.

Bahaya stres diakibatkan karena kondisi kelelahan fisik, emosional dan mental yang disebabkan oleh adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan situasi yang menuntut secara emosional. Proses berlangsung secara bertahap, akumulatif, dan lama kelamaan menjadi semakin memburuk.

Kinerja merupakan perilaku nyata yang dihasilkan setiap orang sebagaiprestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuaidengan perannya dalamperusahaan. Untuk mendapatkan kinerja yang baik dariseseorang karyawan sebuah organisasi harus dapat memberikan sarana danprasarana sebagai penunjang dalam penyelesaian pekerjaan. Salah satu carayang digunakan untuk melihat perkembangan perusahaan adalah dengan caramelihat hasil peniaian kinerja. Sarana yang menjadiobjek penilaian kinerja adalah kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan tolok ukur tertentu secara obyektif dan dilakukan secara berkala. Dari hasil penilaian dapat dilihatkinerja perusahaan yang dicerminkan oleh kinerja karyawan. Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang sesuai dengan wewenang/tanggung jawab masing-masing karyawan selama periode tertentu. Sebuah perusahaanperlu melakukan penilaian kinerja pada karyawannya. Penilaian kinerja memainkan peranan yang sangat penting dalam peningkatan motivasi di tempat kerja.

Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenaiprestasi kerja karyawannya. Untuk tujuan ini sistem-sistem penilaian harus mempunyaihubungan dengan pekerjaannya, mempunyai standar, dan menggunakanberbagai ukuran yang dapat diandalkan.

keterkaitannya antara stres kerja dengan kinerja karyawan merupakan aspek penting bagi perusahaan. Perusahaan harus memiliki kinerja, kinerja yang baik/tinggi dapat membantu perusahaan memperoleh keuntungan. Sebaliknya, bila kinerja menurun dapat merugikan perusahaan. Oleh karenanya kinerja

(3)

karyawan perlu memperoleh perhatian antara lain dengan jalan melaksanakan kajian berkaitan dengan variabel stres kerja. Usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, diantaranya adalah denganmemperhatikan stres kerja. Stress merupakan suatu kondisi keadaan seseorangmengalami ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhinya, kondisitersebut dapat diperoleh dari dalam diri seseorang maupun lingkungan diluardiri seseorang. Stress dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadapkeadaan psikologis dan biologis bagi karyawan.

Stress merupakan kondisi dinamis dimana seseorang individu dihadapkandengan kesempatan, keterbatasan atau tuntutan sesuai dengan harapan dari hasilyang ingin dia capai dalam kondisi penting dan tidak menentu.Disisi lain stres kerja dapat dipengaruhi oleh masalah dalam perusahaan. Pada tahap yang semakin parah, stres bisa membuat karyawan menjadi sakit atau bahkan akan mengundurkan diri (turnover).

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian diPT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis. Perusahaan ini beralamat di jalan Abdul Wahab Syahrani, Air hitam, Samarinda.Perusahaan ini bergerak dibidang jasa konsultan dan surveyor tambang batu bara, selain itu perusahaan ini juga meberikan kepastian atas kualitas dan kuantitas produk batu bara atau peroses produksinya sesuai persyaratan spesifikasi, standar atau regulasi yang berlaku menjadi kompetensi dibidang jasa ini, Dalam pelaksanaanya membutuhkan sistem manajemen keamanan dan kenyamanan kerja yang baik sehingga mampu mendukung pencapaian perusahaan secara optimal dan perusahaan ini selalu berusaha memberikan jasa terbaik kepada pelanggan yang membutuhkan jasanya.

Aset terpenting perusahaan dalam memberikan jasa atau pelayanana berkualitas adalah karyawan. Tanpa adanya kinerja karyawan yang baik maka kepuasan pelanggan tidak akan tercapai. PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis menggunakan berbagai peralatan dan mesin dalam membantu proses pelayanan, seperti alatvripikasi ekspor produk Batubara, laborataorium Batubara pengawasan peroduk, sertaperalatan lainnya.

PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis terus berusaha untuk menjaga kesehatan kerja karyawannya agar kinerja karyawan yang mereka berikan pada pemakai jasa meningkat. Hal ini menjelaskan bahwa salah satu strategi yang dapat menunjang keberhasilan bisnis dalam sektor jasa adalahberusaha menawarkan kualitas jasa dengan kualitas pelayanan tinggi yang nampak dalam kinerja atau performa dari layanan yang ada.

Sebagai manusia biasa, karyawan pada PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis tentunya dihadapkan dengan kondisi dilematis. Di satu sisi mereka harus bekerja untuk fokus pada visi perusahaan yaitu memberi pelayanan jasa terbaik bagi pengguna jasa atau konsumen, sementaradisisi lain mereka memiliki kebutuhan dan keinginan yang perlu mendapat perhatian dari perusahaan. Karyawan yang diposisikan pada bagian lapangan seperti surveyor yang jauh dari hiruk pikuk keramaian mereka lebih beresiko terkena stres kerja dari pada karyawan yang diposisikan di dalam kantor.Kondisi ini tentunya akan

(4)

menimbulkan kerugian bagi perusahaan.Oleh sebab itu penting bagi perusahaan PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Service untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan menciptakan kenyamanan kerja sehingga sangat tidak mungkin untuk terkena stres. Stres pekerjaan dapat diartikan sebagai tekanan yang dirasakan karyawan karena tugas-tugas pekerjaan tidak dapat mereka penuhi. Artinya, stres muncul saat karyawan tidak mampu memenuhi apa yang menjadi tuntutan-tuntutan pekerjaan.

Setelah melakukan observasi awal dan melakukan wawancara pada bagian HRD (Human ResourceDepartement) tentang masalah stres kerja,Berikut temuan temuan masalah yang ditemukan oleh peneliti pada karyawan PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis yang menyesuaikan dan merujuk pada variabel indikator Stres Kerja antara lain, tingginya tuntutan untuk memberikan layanan jasa terbaik kepada konsumen, kurangnya motivasi dari atasan jadi membuat kerja karyawan begitu-begitu saja, karyawan bekerja seperti hanya asal laksanakan, tanpa hasil yang optimal, kebanyakan dari karyawan sering merasa penat dan jenuh dengan pekerjaan dan adanya peraturan yang ketat untuk karyawan dan menyebabkan karyawan merasa tertekan baik secara mental maupun fisik.

Berdasarkan temuan temuan masalah pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis di Samarinda”

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pemikiran diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Stres Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis di Samarimda”

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT.Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Servis di Samarinda

Kerangka Dasar Teori

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Stres kerja mungkin paling sering dialami oleh kebanyakan karyawantapi secarasadar atau tidak itu sangat bisa mempengaruhi performa karyawandalam bekerja.Dalam perusahaan, bagian HRD (Human ResourceDepartement) atau personalia memiliki andil yang paling besar dalammemberikan perhatian yang khusus bagi karyawannya. Namun sebelummembahas lebih lanjut, penulis akan membahas lebih dahulu mengenaipengertian manajemen, kemudian membahas pengertian manajemen sumberdaya manusia itu sendiri.

Malayu S. P. Hasibuan (2006:6) mendefinisikan manajemensebagai “Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusiadan sumber daya

(5)

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatutujuan tertentu”.

Manajemen ini terdiri dari 6 unsur (6M) yaitu: men, money,methode, materials, machines, dan market. Unsurmen (manusia) iniberkembang menjadi suatu ilmu manajemen yang disebut Manajemen SumberDaya Manusia atau disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari menpower management. Manajemen yang mengatur unsur manusia ini ada yangmenyebutnya manajemen kepegawaian atau manajemen personalia.

Pengertian Stres

Menurut Sunyoto (2014:216) Stres adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang menimbulkan tuntutan pisikologis dan fisik yang berlebihan pada seseorang.

Menurut Spielberg (dalam Andini, 2005:25) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.

Stres juga diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Pengertian Stres Kerja

Soewondo (Devi S, 2003:19) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi dimana terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang berinreaksi dengan pekerja sehingga mengganggu kondisi fisiologis, dan perilaku.

Stres kerja akan muncul bila terdapat kesenjangan antara kemampuan individu dengan tuntutan-tuntutan dari pekerjaannya. Stres merupakan kesenjangan antara kebutuhan individu dengan pemenuhannya dari lingkungan.

Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Rivai (2004:309) kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Kemudian menurut Mangkunegara (2000:67) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawandalammelaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

Pendapat dari ahli yang lain, Bernandin dan Russell yang dikutip oleh Gomes (2003:135), kinerja adalah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. Maka kesimpulan dari pengertian diatas adalah kinerja merupakan prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seorang karyawan.

Mathis dan Jackson (2000:78) Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahan.

Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja mempengaruhi seberapa banyak karyawan memberikan kontribusi kepada organisasi, antaralain yaitu kualitas keluaran, kuantitas keluaran, jangka waktu keluaran, kehadiran di tempat kerja.

(6)

Definisi Konsepsional

Definisi Konsepsional diartikan dengan definisi untuk menjelaskan konsepdengan kata-kata.Adapun yang menjadi pokok penjelasan pada penelitianini adalah :

a. Stres Kerja : Suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atautegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang.

b. Kinerja karyawan : Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

Metode Penelitian Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini tergolong kuantitatif karena analisis datanya bersifat kuantitatif atau statistik.

Dalam penelitain ini jenis data yang dipergunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian kuantitattif adalah penelitian yang mementingkan adanya variabel variabel sebagai objek penelitian dan variabel variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk oprasionalnya. Penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujian serta menentukan tahapan tahapan berikutnya, seperti penetuan teknik analisis dan formula statistik yang akan digunakan serta lebih menjelaskan makna dalam hubungannya dengan penapsiran angka statistik atau membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsurkan maksud dari data atau angka yang ditampilkan (Suswarno 2006:138) penelitian ini akan dicari hubungan dari kedua variabel antara lain yaitu variabel (X) independen (Stres Kerja) dan variabel (Y) dependen (Kinerja Karyawan).

Definisi Operasional

Untuk memudahkan arah penelitian ini, definisi operasional penelitian ini adalah Mengacu pada teori di atas, untuk memperjelas konsep variabel, indikator, maka dibuatkan tabel beserta item pertanyaan seperti di bawah ini :

Tabel Tabel Definisi Operasional

Variabel Sub Variabel Indikator

Independen

Stres Kerja (X) Stres Individu 1. Konflik Peran 2.Beban kerja

3.Pengembangan karir

(7)

Stres Organisasi 1. Struktur organisasi 2.Kepemimpinan Dependen

Kinerja Karyawan (Y) 1. Kualitas kerja

2. Ketepatan waktu 3. Inisiatif

4. Kemampuan 5. Komunikasi

Sumber: Diturunkan dari teori Gibson (dalam Istijanto, 2010:186-190 dan Robbins, 2006:767).

Analisis dan Pembahasan

Analisis Regresi Linier Sederhana Uji Regresi Linier Sederhana

Untuk menganalisis seberapa jauh variabel yang mempengaruhi kinerja pegawai dapat menggunakan model regresi linier sederhana, yang mana menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kineja pegawai (Y) sedangkan variabel bebas adalah stres kerja (X).

Bentuk dari regresi yang dimaksud dalam penjelasan diatas adalah : Y = a + bX

Dimana :

Y = Kinerja Karyawan X = Stres Kerja a = Konstanta

b = Koefisien regresi

Tabel Hasil AnalisisRegresi Linir Sederhana

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2,707 ,359 7,537 ,000

X ,323 ,100 ,593 3,236 ,002

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber : Data Diolah Dengan SPSS Versi 20

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kolom kedua (Unstandardized Coefficients) bagian B pada baris pertama diperoleh model persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut :

Y = 2,707 + 0,323 X

Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa nilai konstanta (a) adalah 2,707 dan nilai koefisien arah regresi (b) adalah 0,323. Nilai konstanta (a) ini menunjukan bahwa pada saat Stres Kerja (X) bernilai nol, maka kinerja Karyawan (Y) akan bernilai 2,707 Sedangkan nilai dari koefisien arah rgresi (b) menunjukan bahwa ketika terjadi kenaikan Stres Kerja sebesar satu satuan, maka

(8)

kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0,323 satuan. Selain itu trlihat tanda postif (+) yang berarti adanya pengaruh yang positif antara Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

Untuk koefisien regresi signifikan atau tidak, maka dapat melakukan perbandingan Sig dengan α. Sig (0,000) < α. (0,05), Sehingga H0 ditolak. Jadi, stres kerja (X) berpengaruhsignifikan terhadap kinerja karyawan.

Uji Koefisien Kolerasi

Koefisien ini menunjukan seberapa besar hubungan yang terjadi antara stres kerja (X) terhadap kinerja karyawan (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati 1 berarti hubungannya semakin kuat, sebliknya semakin mendekati 0 maka hubungannya semakin lemah.

Menurut Sugiyono (2005:149) pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien kolerasi adalah sebagai berikut :

1. 0,000 - 0,199 = Sangat Rendah 2. 0,200 - 0,399 = Rendah

3. 0,400 - 0,599 = Sedang 4. 0,600 - 0,799 = Kuat 5. 0,800 – 1,000 = Sangat Kuat

Tabel Hasil Pengujian Koefisien Kolerasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 ,593a ,513 ,157 ,37109

a. Predictors: (Constant),Stres Kerja b. Dependent Variabel : Kinerja Karyawan Sumber : Data Diolah Dengan SPSS Versi 20

Berdasarkan Tabel diatas hasil pengujian koefisien kolerasi data diolah dengan menggunakan SPSSVersi 20 menunjukan bahwa nilai R = 0,593 yang berarti bahwa variabel stres kerja (X) memiliki pengaruh dengan kategori sedang terhadap kineja karyawan (Y).

Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R Square.

Nilai R square dikatakan baik jika diatas nilai 0,05 karena nilai R square berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnyasampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R Square dikatakan cukup tinggi dengan nilai diatas 0,05.

(9)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,173 maka koefisien determinasinya sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

= 0,513 x 100%

= 51,3%

Dengan demikian maka pengaruh dari variabel stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Service di Samarinda sebesar51,3% sedangkan sisanya 100% - 51,3% = 48,7% ditentukan atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini

Uji T (Uji Parsial)

Pengujian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil pengolahan dengan program SPSS versi 20 maka didapatkan hasil uji T (Parsial) adalah sebagai berikut :

Tabel Hasil Uji T (Parsial) Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 2,707 .359 7,537 .050

Stres

Kerja ,323 .100 .593 3,236 .002

a. Dependent Variable: Kinerja karyawan Sumber : Data Diolah Dengan SPSS Versi 20.

Nilai sig. t-hitung X 0,000 < Alpha 0,02, berarti variabel stres kerja (X) secara parsial berpengaruh seignifikan terhadap variabel kinerja Karyawan pada PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Service di Samarinda.

Pembahasan

Dapat dilihat pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Menimbulkan Konflik Peran pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai strs kerja individu dapat menimbulkan konflik peran adalah setuju yaitu sebanyak 17 responden (32,69%), kemudian pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu

Tabel Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .593a .513 .157 .37019

A. Predictors: (Constant), Stres Kerja B. Dependent Variabel : Kinerja Pegawai Sumber : Data Diolah Dengan SPSS Versi 20

(10)

Dapat Menimbulkan Konflik Peran pernyataan kedua responden paling dominan mengenani stres kerja individu dapat menimbulkan konflik peran adalah setuju yaitu sebanyak 18 responden (34,62%). Pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Menimbulkan Konflik Peran pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai strss kerja individu dapat meningkatkan beban kerja adalah sangat setuju yaitu sebanyak 16 responden (30,77%), kemudian pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Menimbulkan Konflik Peran pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai stres kerja individu dapat meningkatkan beban kerja adalah sangat setuju yaitu sebanyak 15 responden (28,85%). Pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Meningkatkan Beban Kerja pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai strss kerja individu dapat mempengaruhi pengembangan karir adalah tidak setuju yaitu sebanyak 13 responden (25,00%), kemudian pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Meningkatkan Beban Kerja pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai stres kerja individu dapat mempengaruhi pengembangan karir adalah setuju dan ragu ragu yaitu sebanyak 16 responden (30,77%). Pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Meningkatkan Beban Kerja pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai strss kerja organisasi dapat mengganggu struktur organisasi perusahaan adalah sangat setuju dan setuju yaitu sebanyak 18 responden (34,62%), kemudian pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Meningkatkan Beban Kerja pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai stres kerja organisasi dapat menggangu struktur organisasi perusahaan adalah sangat setuju yaitu sebanyak 20 responden (28,85%). Pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Mengganggu Pengembagan Karir pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai strss kerja organisasi dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan adalah sangat setuju yaitu sebanyak 21 responden (40,39%), kemudian pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Mengganggu Pengembagan Karir pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai stres kerja organisasi dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan adalah sangat setuju yaitu sebanyak 21 responden (40,39%). Dari semua item pernyataan responden mengenai indikator veairabel stres kerja tanggapan responden dapat dikatakan rata-rata menyatakan stres kerja mempengaruhi kerja karyawan baik secara umum maupun khusus, dan hanya ada beberapa tanggapa responden menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu terhadap pernyataan bahwa stres kerja dapat mempengaruhi kerja karyawan.

Adapun pernyataan responden mengenai indikator kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Mengganggu Pengembagan Karir pernyataan pertama responden

(11)

yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh kulitas kerja adalah setuju yaitu sebanyak 27 responden (51,92%), kemudian pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Individu Dapat Mengganggu Pengembagan Karir pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh kulitas kerja adalah sangat setuju yaitu sebanyak 23 responden (44,24%). Pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Organisasi Dapat Mengganggu Struktur Organisasi pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh ketepatan waktu adalah setuju yaitu sebanyak 25 responden (48,10%), kemudian pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Organisasi Dapat Mengganggu Struktur Organisasi pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh ketepatan waktu adalah setuju yaitu sebanyak 21 responden (40,38%). Pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Organisasi Dapat Mengganggu Struktur Organisasi pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh inisiatif adalah setuju yaitu sebanyak 23 responden (44,24%), kemudian pada tabel Pernyataan Kedua Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Organisasi Dapat Mengganggu Struktur Organisasi pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh inisiatif adalah sangat setuju yaitu sebanyak 19 responden (36,54%). Pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Organisasi Dapat Disebabkan Oleh Gaya Kepemimpinan pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh kepemimpinan adalah setuju yaitu sebanyak 23 responden (44,24%), kemudian pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Stres Kerja Organisasi Dapat Disebabkan Oleh Gaya Kepemimpinan pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh kepemimpinan adalah sangat setuju yaitu sebanyak 16 responden (30,76%). Pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Kinerja Karyawan Dapat Disebabkan Oleh Komunikasi pernyataan pertama responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh komunikasi kerja adalah setuju yaitu sebanyak 25 responden (48,08%), kemudian pada tabel Pernyataan Pertama Responden Mengenai Faktor Kinerja Karyawan Dapat Disebabkan Oleh Komunikasi pernyataan kedua responden yang paling dominan mengenai kinerja karyawan dapat disebabkan oleh komunikasi kerja adalah sangat setuju dan setuju yaitu sebanyak 20 responden (38,46%). Dari semua item peryataan yang diberikan kepada responden mengenai kinerja karyawan ternyata pernytaan responden bisa dikatagorikan setuju dengan semua item indikator yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17),mendefinisikanstress kerja sebagai

“suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang

(12)

karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu, kemudian menurut Veithzal & Ella Jauvani Sagala (2009:1008) adalah “suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan”.

Untuk mengetahui pencapaian sasaran-sasaran organisasi, perlu diadakan penilaian terhadap Kinerja Individu-individu yang terlibat penyelesaian pekerjaan.Pengembangan sumber daya manusia adalah proses untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam membantu tercapainya tujuan organisasi.Pengertian kinerja (prestasi kerja) sebagaimana yang dijelaskan oleh Mangkunegara (2005: 67) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Penilaian juga berarti melihat keberhasilan setiap tahapan dalam pencapaian tujuan organisasi. Ada berbagai faktor yang dapat digunakan untuk menilai kinerja karyawan menurut para ahli sumberdaya manusia. Sehubungan dengan ukuran penilaian prestasi kerja maka kinerja pegawai, menurut Dharma (dalam Iswahyu Hartati: 2005), diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut: Kuantitas hasil kerja, yaitu meliputi jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan. Kualitas, kuantitasdan ketepatan waktu.

Adapun permasalahan yang ditemukan setelah melakukan penelitan seperti banyaknya tanggapan karyawan mengenai tugas tugas yang diberikan kepada mereka terlalu berat itu menyebabkan karyawan sering merasa tertekan terhadap pekerjaanya tertekan baik secara mental maupun fisik, kemudian kebanyakan dari karyawan sering merasa penat dan jenuh dengan pekerjaannya dikarenakan jam kerja yang terlalu berlebihan dan waktu istirahat yang kurang itu menyebabkan karyawan tidak optimal dalam bekerja, dan kurangnya motivasi dari atasan yang membuat para karyawan kurang bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya.

Penutup

Stres kerja pada karyawan PT. Borneo Laboratorium Inspeksi dan Surveyor Service di Samarinda bahwa stres kerja berpengaruh positif dan signifikan yaitu sebesar 51,3% sedangkan sisanya ditentukan atau dijelaskan oleh variabel- variabel lain yang tidak diteliti didalam penelitian ini, kemudian hasil hepotesis menunjukan Ho ditolak sehingga terdapat hubungan penyebab stres kerja terhadap kinerja karyawan, hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan signifikan serta arah korelasi menunjukkan hasil negatif sehingga korelasi kedua variabel bersifat timbal balik, sehingga hipotesis dapat diterima.

Perusahaan perlu memperhatikan, serta menjaga stabilitas stress kerja yangdisebabkan oleh faktor beban pekerjaan karyawan seperti tidak terlalu menuntut karyawan dalam hal menyelesaikan tugasnya, kemudian pembagian beban pekerjaan yang adil pada setiap karyawan, ini gunanya untuk mengurangi tekanan-tekanan yang dirasakan karyawan pada saat bekerja.

Perusahaan harus memberikan kegiatan yang memotivasi karyawan seperti ESQ, rekreasi, out bond, dan familly gathering, mininal satu bulan sekali ini

(13)

gunanya untuk menghilangkan rasa penat dan jenuh, dan membuat karyawan sedikit merasa lega tehadap ketegangan pekerjaan pada saat bekerja.

Pimpinan harus memberi motivasi lebih kepada karyawan agar karyawan merasa diperhatkian oleh atasannya seperti melakukan komunikasi dua arah antara pimpinan dan bawahan, serta tidak membatasi jarak antara pimpinan dan bawahan, sehingga karyawan merasa termotivasi dalam bekerja, bersemangat dan tidak monoton dalam bekerja.

Daftar Pustaka

Gibson, 1996. Organisasi: Proses Struktur Perilaku. Edisi Lima, Jakarta:

Erlangga.

Danang sunyoto, 2015 manajemen dan pengembangan sumber daya manusia, Yogyakarta: CAPS

Sedarmayanti. 2001 berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja

A Anwar Prabu Mangkunegara, 2000, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Rivai. 2004 Manajemen SDM buku Perilaku Organisasi, buku 1 dan 2, Jakarta : Salemba Empat

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial edisi 10. Jakarta

Handoko, Hani, 1998, Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta.

Hendry Simamora. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta.

Istijanto. 2008. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Soesmalijah Soewondo. 2008. “Stres, Manajemen Stres, & Relaksasi Progresif” penerbit LPSP3.

Lazarus Y.T, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Mardiana T. 2001. Studi Empiris Stressor terhadap Kinerja. Jurnal Siasat Bisnis (JSB). Vol.II, No.6.

Mangkunegara. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moh. As’ad, 2001. Psikologi Industri:Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Munandar Ashar Sunyoto, 2001. Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Sasono, Eko. 2004. Mengelola Stres Kerja. Jurnal Fokus Ekonomi. Vol III.

No.2

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

(14)

Yeremias T. Keban, 2004 Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori dan Isu Yogyakarta: Gava Media

_______. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung : Alfabeta.

_______. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

Soesmalijah Soewondo. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:

Alfabeta.

Arikunto,1998. Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi) Penerbit: Bumi Aksara

Raharjo, Dwi Sihono, 2005. Kinerja Karyawan Survei di Bank Negara Indonesia dan Bank Central Asia. Jurnal Manajemen, Th IX/O1/Feb/2005, Hal 19-26. 60

Rafika Chandra, 2011. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Pada Baagian Costumers Service PT. Koko Jaya Motor Makassar. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Tidak Dipublikasikan.

Riyyani Tahir, 2007. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Tidak Dipublikasiakn.

Tommy Melitza, 2009. Pengaruh Stres Kerja terhadap kinerja Karyawan ATC Makassar Air Traffic Service Center PT. Angkasa Putra 1 (Persero). Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar, Tidak Dipublikasikan.

Rotua Siahaan 2004. The influence of Stress in Work Towarrds Employees Performance. (Case Study at Departement of Plant, PT.

Nippon Indosari Corpindo, Cikarang Bekasi). Jurnal Manajemen dan Bisnis.

Referensi

Dokumen terkait

5.3 Faktor Beban Kerja Mental Dan Stres Kerja Paling Dominan Berdasarkan fenomena yang terjadi pada Dosen Jurusan Teknik Industri pada saat pembelajaran daring, setelah dilakukan

Gkh Gkhmhmhnjnj UgkUgkmjkmjk ybybmlml sgrsgrjmljml fulfulbb ejsejsgaugautt bmbmb`jb`jsbsb ajbajbybyb tgktgkmjkmjk btbbtbuu bmbbmb`js`jsbb Gkh Gkhmhmhnjnj