• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Taman Penitipan Anak (TPA)

N/A
N/A
Akbar Reza

Academic year: 2024

Membagikan "Pengertian Taman Penitipan Anak (TPA)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Tempat Penitipan Anak

a. Pengertian Taman Penitipan Anak (TPA)

TPA merupakan jalur nonformal dari PAUD. Pengertian TPA menurut Suyadi adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bagi anak usia lahir – 6 tahun yang orang tuanya bekerja (2010:19).

Pendapat lain menurut Petunjuk Teknis Penyelenggaraan TPA pengertian Tempat Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (2011:2). Wujud kesejahteraan anak di dalam TPA antara lain melalui kegiatan sosialisasi, rawatan, asuhan dan pendidikan anak khususnya balita sebagai penunjang fungsi keluarga dalam memenuhi hak-hak anak ((Direktorat Bina Kesejahteraan Anak, keluarga dan Lanjut Usia, 1995:4-5).

Daycare atau yang lebih sering disebut Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan sarana pengasuhan bagi anak yang ditinggal orang tua bekerja khususnya ibu yang bekerja agar hak-hak sebagai anak terpenuhi. Pemenuhan hak-hak anak seperti bermain dengan teman sebaya, pendidikan dan kasih sayang yang diberikan pengasuh kepada anak tetap dapat terpenuhi di lingkungan TPA. Dalam hal ini, TPA hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orang tua (Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1990). Selain itu TPA juga memberikan pelayanan kepada anak balita yang dikhawatirkan akan menganggu pertumbuhan mental maupun psikis anak karena adanya dampak orang tua yang bekerja khususnya ibu yang bekerja. Pelayanan tersebut antara lain peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial.

commit to user

(2)

Dengan demikian, TPA merupakan salah satu bentuk layanan PAUD yang mengabungkan dua tujuan, yaitu tujuan anak karena orang tua anak bekerja serta tujuan pendidikan bagi anak usia dini melalui program-program pendidikan anak usia dini. Dalam hal ini TPA merupakan solusi terbaik bagi anak-anak balita yang ditinggal orang tuanya bekerja sehingga anak-anak merasa aman dan memperoleh pendidikan yang baik. Oleh karena itu, dasar filsafat pendidikan di TPA menurut Juknis penyelenggaraan TPA (2011:15-16) dapat dirumuskan menjadi: Tempa, Asah, Asih dan Asuh.

1) Tempa

Tempa adalah upaya mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga secara teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik yang kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.

2) Asah

Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik dan merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar anak.

3) Asih

Asih merupakan pemenuhan kebutuhan anak untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya dari perlakuan kasar, penganiayaan fisik dan mental dan eksploitasi.

4) Asuh

Asuh merupakan proses pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kualitas kepribadian dan jatidiri anak dalam hal:

a) Integritas, iman dan taqwa

b) Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan

c) Rasa tanggung jawab, jiwa ksatria, dan sportivitas commit to user

(3)

d) Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji e) Jiwa tanggap, daya kritis dan idealisme f) Optimis dan keberanian mengambil resiko g) Jiwa kewirausahaan, kreatif dan profesional.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tempat Penitipan Anak (TPA) merupakan pengasuhan alternatif bagi anak-anak balita yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja sehingga anak tersebut memperoleh perawatan dan pendidikan yang baik selama berada di dalam lingkungan TPA.

b. Jenis-Jenis Taman Penitipan Anak

Taman penitipan anak (TPA) selain sebagai wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja, juga sekaligus sebagai penyelenggaran program pendidikan (termasuk pengasuhan) terhadap anak sejak lahir sampai usia 6 tahun (dengan prioritas anak usia 4 tahun kebawah).

Ada beberapa jenis layanan Taman Penitipan Anak (TPA) menurut Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak (2011:5-7) yaitu : 1) TPA perluasan

TPA perluasan adalah penambahan layanan pengasuhan pada program KB dan atau TK, sehingga menjadi program TPA tanpa menghilangkan program layanan awal. Adapun tujuan dari penyelenggaraan TPA perluasan ini adalah sebagai berikut :

a) Meningkatkan intensitas layanan pengasuhan, pendidikan, perawatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak khususnya anak yang kedua orangtuanya bekerja diluar rumah.

b) Menyediakan acuan bagi pengelola KB dan TK yang akan memberikan penambahan layanan pengasuhan pada programnya.

c) Meningkatkan kualitas layanan TPA perluasan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2) Taman Penitipan Anak (TPA) berbasis perkebunan

TPA berbasis perkebunan merupakan layanan pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai commit to user

(4)

dengan usia enam tahun yang dilaksanakan didaerah perkebunan. Adapun tujuan dari penyelenggaraan TPA berbasis perkebunan adalah untuk memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya yang secara terpaksa ditinggal orangtua karena pekerjaan di wilayah perkebunan.

3) TPA temporer

TPA temporer diartikan sebagai satuan layanan PAUD non formal yang hanya memberikan layanan pengasuhan kepada anak yang dititipkan sewaktu-waktu pada saat tertentu saja. Sifat layanannya tidak permanen lebih bersifat layanan pengasuhan di arena bermain, dan dapat diikuti oleh anak yang berganti-ganti setiap saat. Dengan adanya layanan TPA temporer diharapkan semua tempat yang melibatkan aktivitas orang tua dilengkapi dengan area pengasuhan yang menyenangkan bagi anak.

Adapun tujuan dari penyelenggaraan layanan program TPA temporer adalah untuk memberikan layanan pengasuhan dan pembelajaran menyenangkan kepada anak yang mengikuti aktivitas pengasuhnya di lembaga TPA hanya sewaktu-waktu.

Jadi dari jenis-jenis TPA yang ada di atas, dapat dipilih sesuai keadaan dan kondisi masing-masing lingkungan daerah disekitar tempat tinggal kita.

Sehingga tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang masyarakat inginkan terutama bagi kedua orang tua yang bekerja dari pagi hingga sore khususnya ibu yang bekerja memiliki anak yang berumur masih balita.

Selain jenis-jenis TPA di atas, Penggolongan TPA juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Berdasarkan tujuan dan maksud pendirian

Berdasarkan tujuan dan maksud pendirian, TPA dibagi menjadi nursery centre (temporer) dan daycare (sehari penuh). Keduanya sama-sama memiliki tujuan yang sama melayani anak prasekolah dan mempunyai program-program aktivitas yang sama. Perbedaannya adalah sebagai

berikut: commit to user

(5)

a) Tujuan Nursery

Tujuan dari nursery adalah meningkatkan perkembangan sosial pada anak yang telah siap secara emosional dengan aktivitas bersama teman yang seumuran dengan waktu hanya beberapa jam. Kurikulum dibuat untuk membantu belajar bekerja dan bermain bersama teman-teman seumurannya dalam waktu hanya kurang lebih 3 jam.

b) Tujuan utama daycare

Daycare atau yang lebih dikenal TPA memiliki tujuan yakni menyediakan pengasuhan kepada anak yang ditinggal orangtuanya bekerja hingga dijemput orangtua seusai pulang kerja. Di TPA tersedia pengasuh sebagai ganti orangtua sementara selama ibu bekerja.

2) Berdasarkan tempat/wadah

Berdasarkan tempat/wadah, TPA yang dibagi menjadi 2 yakni home/family daycare dan group daycare

a) Home/family daycare

Merupakan pengasuhan berbasis keluarga dengan menitipkan anak dibawah 3 tahun dengan tetangga atau kenalan yang bisa merawat secara intensif sebagai ganti ibu selama berada diluar rumah untuk bekerja. walau sebenarnya bayi umur 2 tahun seharusnya dalam pengawasan ibu langsung karena emosional ibu-anak sangat diperlukan demi rasa aman dan terlindungi sang anak.

b) Group daycare

Merupakan penitipan bagi anak-anak diatas 3tahun yang ditinggal orangtuanya bekerja. hal ini dilakukan agar anak tidak merasa terbebani karena ditinggal orangtua bekerja. aktivitas yang dilakukan seperti rekreasi ke museum, kebun binatang atau jalan-jalan ke wahana rekreasi.

3) Berdasarkan penyandang dana/pendiri

Berdasarkan penyandang dana, TPA dibedakan menjadi 7 bagian yaitu a) TPA yang dibiayai oleh dana dan sumbangan dari komunitas

(masyarakat)

commit to user

(6)

Biaya TPA diperoleh dari dana masyarakat sesuai dengan ukuran keluarga dan kemampuan pendapatan setiap keluarga. Tujuannnya agar anak mendapatkan pengasuhan ketika ditinggal orang tuanya bekerja khusunya bagi keluarga yang berpenghasilan rendah.

b) TPA yang dibantu oleh negara (2/3) dan uang sekolah

TPA ini ditunjukkan kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah seperti orang tuanya yang bekerja sebagai buruh pabrik.

c) TPA swasta, privat dan bergabung dengan Taman Kanak-Kanak (TK) TPA ini ditunjukkan kepada orang tua yang memiliki pendapatan menengah ke atas. Bagi ibu yang memiliki pekerjaan dan aktivitas bersama relasi kerjanya sehingga biaya TPA sepenuhnya ditanggung individu.

d) Kelompok yang disponsori oleh tempat ibadah

Tujuan utama bukan mencari keuntungan tapi lebih cenderung sebagai pengembangan dibidang kerohanian, biasanya seminggu hanya melakukan pelayanan 2-3 kali saja dalam seminggu.

e) TPA yang diafiliasi oleh sekolah

Tempat penitipan anak ini digunakan bagi keluarga yang setia dan mau mengembangkan pada yayasan misalnya muhammadiyah

f) Kelompok yang bekerjasama dengan orang tua

Yakni pengasuhan anak secara bergilir di lingkungan sekitar dan pengasuhan diserahkan kepada para ibu-ibu yang tidak bekerja. Selain itu bisa sebagai penghasilan tambahan dengan mengasuh anak tetangga yang orang tuanya bekerja.

g) TPA setempat

Tempat penitipan anak dengan menitipkan anak kepada salah satun tetangga untuk bermain bersama dengan anaknya secara reguler.

4) Berdasarkan lokasi TPA dibedakan menjadi sebagai berikut : a) TPA kantor

Tempat penitipan anak yang disediakan oleh kantor bagi orang tua yang bekerja atau ibu yang bekerja di kantor tersebut. commit to user

(7)

b) TPA pasar

Tempat penitipan anak yang berlokasi disekitar pasar.

c) TPA lingkungan

Tempat penitipan anak yang didirikan disekitar rumah penduduk/pemukiman yang banyak keluarga muda yang memiliki balita.

5) Berdasarkan status kepemilikan a) Sistem pelayanan terbuka

Tempat penitipan anak yang dibuka untuk masyarakat umum yang membutuhkan tempat penitipan bagi anaknya yang ditinggal orang tuanya kerja.

b) Sistem pelayanan tertutup

Tempat penitipan anak yang pelayanannya dikhususkan hanya pada orang tua yang bekerja dikantor tersebut. Sehingga ibu dapat bekerja dengan nyaman.

(Thesis bab 2, 2011)

Dari klasifikasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa taman penitipan anak dirancang untuk memudahkan pengasuhan pada anak selama di tinggal orang tua bekerja di luar rumah tanpa merasa khawatir dan cemas ketika meninggalkan rumah.

c. Fungsi TPA

TPA sebagai lembaga kesejahteraan untuk anak khusunya anak yang ditinggal bekerja orang tuanya, TPA mempunyai peranan antara lain sebagai beikut : 1) Pelayanan Kesejahteraan Anak

Sebagai tempat pelayanan kesejahteraan anak, TPA berfungsi dalam ke empat strategi pembinaan anak, yaitu :

a) Survival: pemenuhan kebutuhan kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak

b) Development: pengembangan potensi, daya cipta, kreatifitas dan inisitiatif serta pembentukan kepribadian anak

c) Protection: perlindungan anak dari keterlantaran dan perlakuan kasar.

commit to user

(8)

d) Pereventif: mencegah tumbuh kembang yang menyimpang dan kesalahan dalam pembentukan pribadi anak (Henrietta, 1956)

(Thesis bab 2, 2011)

2) Tempat konsultasi orang tua dalam melaksanakan usaha kesejahteraan anak di dalam keluarga dan membantu memantapkan orang tua untuk melaksanakan fungsi keluarga. Kesejahteraan anak meliputi kesejahteraan untuk berkembang, tumbuh, dan berpartisipasi optimal sesuai harkat dan martabat.

d. Tujuan TPA

Tujuan layanan TPA adalah sebagai berikut:

1) Memberikan layanan pembelajaran dan pengasuhan kepada anak-anak usia 0-6 tahun yang terpaksa ditinggal orang tuanya karena bekerja atau halangan lainnya.

2) Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang.

3) Agar anak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya.

4) Agar anak dapat belajar berinterkasi dengan lingkungan sekitar dan teman- teman sebayanya agar anak mendapatkan stimulasi kognitf secara baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan TPA adalah memberi pelayanan kepada anak baik berupa afeksi dan pendidikan selama anak ditinggal orang tua khusunya ibu yang bekerja diluar rumah sehingga pengasuhan anak harus dialihkan kepada pihak lain seperti TPA.

2. Peran Perempuan Dalam Pengasuhan Anak a. Pengertian Peran Perempuan

Pada dasarnya setiap perempuan yang sudah berkeluarga memiliki beraneka ragam peran. Secara empiris peran perempuan berada di dalam dan di luar rumah tangga sehingga menimbulkan kompleksitas fungsi tugas dan kewajiban yang menuntut untuk mampu memprediksi dan mengalokasikan potensinya dengan tepat. Peran perempuan tersebut antara lain sebagai sebagai seorang commit to user

(9)

istri, ibu, manajer rumah tangga, anggota masyarakat dan pekerja atau pencari nafkah (Hubbies, 2010:239). Dari penjelasan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :

1) Perempuan sebagai seorang istri

Perempuan memiliki peran reproduksi yaitu mengandung, dan melahirkan anak bagi suami dan negara sebagai generasi penerus bangsa karena hanya perempuan yang bisa melakukan hal itu.

2) Perempuan sebagai ibu

Tugas perempuan mengasuh dan mendidik anak karena segala sesuatu yang berkaitan dengan anak menjadi tanggung jawab perempuan (ibu).

3) Perempuan sebagai manajer rumah tangga

Perempuan menjalankan fungsi reproduksi dan pengasuhan sepenuhnya terhadap anak dalam keluarga.

4) Perempuan sebagai anggota masyarakat dan pekerja atau pencari nafkah Perempuan memiliki peranan dalam sosialisasi dalam masyarakat dan sebagai penghasil nafkah tambahan setelah suami.

Pengertian peran menurut Hubies adalah aspek dinamis dari status yang sudah terpola dan berada di sekitar hak dan kewajiban tertentu (2010:80).

Selain pengertian di atas, Hubbies juga mendefinisikan peran adalah keseluruhan pola budaya yang dihubungkan dengan status individu yang bersangkutan (2010:80).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peran adalah sesuatu yang dimiliki seseorang berupa hak dan kewajiban yang sudah terpola di suatu masyarakat tempat kita berada.

Menurut Hubies (2010:145-146), bahwa analisis alternatif pemecahan atau pembagian peran wanita dapat dilihat dari perspektif dalam kaitannya dengan posisinya sebagai manager rumah tangga, partisipan pembangunan dan pekerja pencari nafkah. Jika dilihat dari peran wanita dalam rumah tangga, maka dapat digolongkan:

commit to user

(10)

1) Peran Tradisional

Peran ini merupakan peran perempuan sebagai istri yang melayani suami dan merawat anak. Melayani suami dengan melakukan pekerjaan rumah, memasak, mencuci sehingga ketika suami pulang kerja keadaan rumah sudah bersih dan tertata. Merawat anak yakni dengan mengasuh secara penuh atas hak pengasuhan anak dengan memberikan pendidikan hingga anak dewasa. Peran ini tidak dilihat secara materi karena hal seperti itu dianggap dengan kodrat sebagai perempuan dalam keluarga.

2) Peran Transisi

Adalah peran prempuan yang juga terbiasa bekerja untuk mencari nafkah.

Partisipasi tenaga kerja wanita atu ibu disebabkan karena beberapa faktor, misalnya bidang pertanian, wanita dibutuhkan hanya untuk menambah tenaga yang ada, sedangkan di bidang industri peluang bagi wanita untuk bekerja sebagai buruh industri, khususnya industri kecil yang cocok bagi wanita yang berpendidikan rendah. Di Faktor lain adalah masalah ekonomi yang mendorong lebih banyak perempuan untuk mencari nafkah sebagai penghasil tambahan bagi keluarga. Sehingga perekonomian keluarga dapat terbantu.

3) Dwi peran

Peran ini memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi yang sama penting.

Dukungan moril dari suami sebagai motivasi untuk maju namun apabila sebaliknya suami tidak mendukung maka akan memicu konflik didalam rumah tangga yang bisa berujung pada perceraian.

4) Peran egalitarian

Peran yang dijalani perempuan hingga menyita waktu banyak di luar ketimbang di rumah. Hal ini membutuhkan kepedulian suami dan dukungan secara moril agar tidak terjadi konflik dalam keluarga.

5) Peran kontemporer

Adalah peran seorang perempuan hanya memiliki peran di luar rumah tangga atau sebagai wanita karier. commit to user

(11)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran perempuan adalah status yang dimiliki perempuan baik di sektor publik maupun domestik dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai perempuan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor terpenting adanya suatu pencitraan peran perempuan.

b. Perempuan Sebagai Ibu

Peran ibu sangat diperlukan setiap saat khusunya pada masa kanak-kanak.

Mendengar kata ibu pasti teringat dengan kalimat “al ummi awwalul madrosah” yang artinya ibu adalah tempat belajar bagi anak-anaknya. Sebagai awal tempat belajar, seorang ibu tentu gudangnya ilmu bagi anak-anak. Oleh karenanya seorang ibu perlu membekali diri dan memperluas wawasan keilmuan yang bermanfaat bagi anak-anaknya. Hal ini dialami para ibu di tahun 1990-an walau sang ayah telah meningkatkan rasa tanggung jawab dalam memelihara anak namun tanggung jawab anak dan remaja yang paling utama berada dipundak ibu (Barnard & Martel, 1995; Beal,1994; Paludi, 1995) sehingga dapat dikatakan keberhasilan seorang anak terletak pada didikan dari seorang ibu.

Hubungan antara ibu dan anak sudah dilakukan sejak masih dalam kandungan. Sejak saat itu kedekatan fisik dan emosional ibu dengan anaknya sudah terjalin secara alamiah. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa kedekatan fisik dan emosional seorang ibu pada anaknya merupakan salah satu aspek penting keberhasilan pendidikan. Di sinilah peran penting seorang ibu terhadap pendidikan usia dini. Perempuan sebagai ibu memiliki peran sebagai berikut :

1) Memberikan ASI pada anak

2) Menjadi pendidik pertama bagi anak 3) Penjaga pertama dalam hidup anak 4) Sumber pemenuhan kebutuhan anak 5) Menjadi contoh pertama bagi anaknya 6) Sebagai stimulan perkembangan anak commit to user

(12)

(Aminah, 2010:57-58)

Hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Memberikan asi pada anak

Saat ibu melahirkan, diharapkan ibu memberikan anaknya ASI ekslusif saat anak lahir hingga umur 2 tahun dikarenakan ASI mengandung vitamin yang berguna bagi kekebalan daya tahan tubuh anak hingga dewasa.

b) Menjadi pendidik pertama bagi anak

Seorang ibu adalah orang yang pertama mengajarkan akan sesuatu hal seperti pendidikan yang anak belum kenal sama sekali. Memberikan contoh dan teladan agar anak menjadi manusia yang berkualitas dari segi akhlaq maupun moral.

c) Penjaga pertama dalam hidup anak

Pada masa awal perkembangan anak, ibulah yang memperhatikan dan mengawasi tumbuh kembang anak baik fisik maupun mental. Meskipun seorang ayah juga ikut serta namun peran ibulah yang sangat utama. Supaya anak merasa aman berada disisi kedua orang tua.

d) Sumber pemenuhan kebutuhan anak

Dalam memenuhi kebutuhan psikis, seorang ibu harus mampu menciptakan rasa aman dan nyaman terhadap anak. Sehingga apabila anak bermain keluar dan menemui suatu masalah maka dia tidak akan merasa cemas dan bisa menghadapinya

e) Menjadi contoh pertama bagi anaknya

Seorang anak akan meniru segala tingkah laku apa yang dilakukan ibunya.

Sehingga anak akan mudah sekali mencontoh apa yang dilakukan ibu. Maka diharapkan seorang ibu mampu memberikan contoh yang baik dan benar kepada anak. Agar anak mendapatkan contoh yang baik sehingga perilaku yang dilakukan juga sopan.

f) Sebagai stimulan perkembangan anak

Kemampuan berbicara sangatlah penting bagi anak-anak. Seorang ibu harus mau merespon apa yang dikatakan anak saat berbicara karena hal itu akan

commit to user

(13)

mempengaruhi kecerdasan anak dalam berbicara bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar.

Peran perempuan termaktub “Panca dharma wanita” yang merupakan ideologi yang digalakkan didalam Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Isi dari Panca dharma wanita ialah perempuan sebagai isteri pendamping setia suami, ibu pendidik anak dan pembina generasi penerus bangsa, pengatur rumah tangga, pekerja penambah penghasilan keluarga, dan terakhir anggota masyarakat yang berguna (Burhanuddin & Athurahman, 2004:86). Salah satu isi panca dharma wanita adalah ibu sebagai pendidik anak dan pembina generasi muda penerus bangsa khusunya didalam keluarga. Hal ini dapat diartikan bahwa ibu adalah pendidik utama dalam keluarga bagi putra-putrinya.

Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kepada orangtua, masyarakat dan bangsa yang kelak tumbuh menjadi warga negara yang tangguh.

c. Kewajiban Orangtua

Orang tua bertanggung jawab sebagai pendidik, pembimbing dan pemelihara anak. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Tipe keluarga dapat dikatergorikan atas keluarga inti dan keluarga besar (Hubbies, 2010:205).

Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak dan keluarga besar terdiri atas orang tua, anak ditambah dengan kerabat seperti kakek, nenek, paman, bibi, pembantu, dan lain-lain.

Dalam setiap keluarga, anak yang diturunkan kedunia selalu dilahirkan melalui orang tua dengan proses reproduksi. Orang tua ditugasi oleh Allah, pemilik segala yang ada, untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua selain mempunyai tugas untuk menjaga anak-anaknya, juga sebagai pendidik, pelindung dan pemelihara anak-anaknya. Dalam hal ini kaitannya dengan pendidikan agama anak, yang dimaksudkan supaya dengan pendidikan agama, dapat mempengaruhi dalam perilaku beragama anak, sehingga anak mempunyai perilaku dalam kesehariannya sesuai dengan yang telah diajarkan dalam pendidikan agama. Adapun untuk lebih jelasnya akan diuraikan sedikit commit to user

(14)

tentang peran orang tua sebagai pendidik, pelindung dan pemelihara pendidikan agama anak dibawah ini.

Orang tua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi dan membimbing dari bayi hingga tahap dewasa. Tanggung jawab dan perhatian orang tua mencakup:

a. Kasih sayang dan hubungan dengan anak yang terus berlangsung b. Kebutuhan material seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal d. Disiplin yang bertanggung jawab

e. Pendidikan intelektual dan moral

f. Persiapan untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa

g. Mempertanggung jawabkan tindakan anak kepada masyarakat luas (Brooks, 2012:10).

Hal-hal di atas dapat di uraikan sebagai berikut :

a. Kasih sayang dan hubungan dengan anak yang terus berlangsung

Yaitu berupa perhatian yang diberikan kedua orang tua kepada anaknya setiap saat, kapanpun anak membutuhkan di dalam keluarga. Orang tua harus siap dan mau mendengarkan apa saja keluh kesah yang anak ceritakan karena dengan adanya saling komunikasi akan mewujudkan keharmonisan dalam keluarga.

b. Kebutuhan material seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal

Merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi di dalam keluarga demi berlangsungnya kehidupan, terciptanya rasa aman dalam diri masing-masing anggota keluarga.

c. Akses kebutuhan medis

Yakni sarana pemenuhan akan kebutuhan kesehatan dalam keluarga karena kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam setiap anggota keluarga melakukan aktivitas dengan badan yang sehat jasmani dan rohani.

d. Disiplin yang bertanggung jawab

Adalah kewajiban dan hak yang harus dijalankan anggota keluarga agar saling bekerjasama demi terwujudnya keluarga yang tentram. commit to user

(15)

e. Pendidikan intelektual dan moral

Merupakan pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak sehingga anak dapat bersosialisasi dalam masyarakat dengan perilaku yang sopan dan santun.

f. Persiapan untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa

Yaitu persiapan orang tua dalam hal mendidik anak secara moral dan akhlak yang berbudi luhur yang baik sehingga menciptakan generasi penerus bangsa yang baik.

g. Mempertanggung jawabkan tindakan anak kepada masyarakat luas

Yakni setiap perilaku yang dilakukan anak harus mampu dipertanggung jawabkan secara moral sesuai nilai dan norma yang ada di masyarakat tempat anak bersosialisasi.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan dari kewajiban orang tua adalah mendidik, merawat anak dari lahir sampai dewasa serta memenuhi hak dan kewajiban sebagai orang tua dalam keluarga. Memperkenalkan nilai dan norma yang ada di masyarakat sehingga anak dapat dengan mudah bersosialisasi dengan lingkungan yang ada disekitar.

3. Konsep TPA Sebagai Pengasuhan Alternatif a. Konsep Pengasuhan

1) Pengertian Pengasuhan

Pengasuhan erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga dalam memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Pengertian pengasuhan menurut Brooks (2012:11) adalah sebuah proses tindakan dan interaksi antara orang tua dan anak. Selain itu Sears (2007) mengartikan pengasuhan adalah sebagai bekal anak-anak dengan alat yang berguna bagi keberhasilan hidup mereka (hal. 3).

Pengertian lain tentang pengasuhan menurut Jerome Kagan (dalam Hidayati, 2010:11) seorang psikologi perkembangan menyatakan : commit to user

(16)

Parenting atau pengasuhan di definisikan sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak yang mencakup hal yang harus di lakukan oleh orang tua/pengasuh atau pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat, termasuk juga hal yang harus dilakukan orangtua/pengasuh ketika anak menangis, marah-marah, berbohong dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.

Proses pengasuhan bukanlah sebuah hubungan satu arah yang mana orang tua mempengaruhi anak namun lebih dari itu, pengasuhan merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak yang dipengaruhi oleh budaya dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pengasuhan merupakan suatu proses sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak dengan menjaga, membimbing dan memimpin anak dalam interaksi kehidupan sehari- hari

2) Peran Orang Tua dalam Pengasuhan anak

Dalam keluarga peran ayah dan ibu sama besarnya dalam membangun kehidupan anak. Hal ini dituangkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 26 tentang kewajiban dan tanggung jawab keluarga dan orang tua antara lain Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :

a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak.

b.Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan bakat dan minat.

c.Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Dalam undang-undang tersebut jelas bahwa kewajiban orang tua harus mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak. Mengasuh anak yakni memberikan pelayanan maksimal terhadap anak selama periode tumbuh kembang sang anak. Memelihara anak yakni dengan memberikan perawatan yang baik secara terus menerus sehingga anak tumbuh menjadi anak yang berkualitas. Mendidik anak melalui pendidikan dalam keluarga yang pertama kemudian pendidikan diluar rumah seperti adanya sekolah. Melindungi anak dengan cara memberikan kasih sayang (afeksi) sehingga anak merasa aman dan commit to user

(17)

nyaman berada di keluarga selain itu anak mampu menangkal hal negatif dari lingkungan luar.

b. Peran Ganda Perempuan Di Era Pembangunan

Seiring berkembangnya jaman, kehidupan manusia mengalami perubahan.

Perubahan identik dengan dinamis yang selalu berubah mengikuti perkembangan yang ada. Menurut Soerjono Soekanto (2007:262) “perubahan dapat bergerak secara cepat atau lambat, berpengaruh secara luas maupun sempit”. Dalam hal ini perubahan menyangkut beberapa hal antara lain nilai dan norma sosial, pola dan perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Perubahan sosial di era modern ini terjadi pada perubahan peran seorang ibu yang dulunya sebagai ibu rumah tangga kini ibu-ibu mulai bekerja di sektor publik. Peran ibu disektor domestik sebagai istri dari suami dan ibu bagi anak- anaknya. Peran ibu disektor publik yakni bekerja menambah penghasilan keluarga walau pencari nafkah utama tetap adalah seorang suami namun ibu dijaman sekarang juga ikut membantu perekonomian keluarga agar sejahtera.

Perubahan jaman di masa modern memunculkan perempuan-perempuan hebat dari segi mengasuh anak, melayani suami dan berkarier. Di Indonesia, gerakan untuk memperjuangkan kedudukan dan peranan perempuan telah cukup lama dilakukan.

Pengertian peran ganda perempuan di era pembangunan adalah partisipasi perempuan yang mencakup sektor domestik maupun sektor publik, dimana hal ini sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan pembangunan. Pada masyarakat pedesaan peran ganda perempuan bukanlah hal yang baru. Mereka disamping sebagai istri, ibu juga harus bekerja di luar rumah, misalnya: bertani, berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja sebagai buruh dan lain-lain.karena tanpa bekerja kebutuhan hidup tidak akan terpenuhi. Berarti bekerja merupakan suatu keharusan.

commit to user

(18)

Pergeseran dalam peran (pembagian kerja) antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan rumah tangga, terjadi ketika seorang ibu mempunyai peran yang sangat penting di dalam masyarakat dan Negara. Di mana peran perempuan tidak hanya untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin. Hal itu harus diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan yang positif dan pasti.

Uraian diatas mengenai fenomena tempat penitipan anak bagi perempuan yang bekerja di TPA Jaya Kartika, Desa Ngringo, Jaten, Karanganyar. Ada 2 perspektif yang penulis gunakan dalam menganalisis fenomena tempat penitipan anak bagi perempuan yang bekerja antara lain :

1) Teori Nature dan Teori Nurture

Menurut Skolnick & Skolnick (1974:131) teori ”nature dan nurture”(dalam Budiman, 1981:4) : “ Kedua teori yang ekstrem ini tentu saja ada teori-teori yang mencoba menjelaskan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh semacam interaksi antara faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosio-kultural ”.

Adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Sehingga dalam hal mencari nafkah seorang suami yang menjadi tulang punggung keluarga sedangkan istri hanya membantu perekonomian keluarga dengan cara terjun disektor publik. Namun seiring perkembangan dan kemajuan jaman, perempuan mulai mengembangkan eksistensinya di ranah publik. Adanya kesempatan kerja dan faktor sosial ekonomi yang di hadapi dalam rumah tangga membuat perempuan terjun ke sektor publik sebagai pencari nafkah tambahan.

Secara garis besar peran perempuan didalam masyarakat terbagi dua, yakni peran di sektor domestik dan peran didalam sektor publik. Peran perempuan di sektor domestik disebut juga peran tradisonal bagi seorang istri adalah menjadi istri yang melayani suami dengan baik dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Dalam hal pekerjaan peran perempuan di sektor commit to user

(19)

domestik antara lain mengasuh anak, membersihkan rumah seperti mencuci piring, mencuci baju, menyetrika. Dalam pengasuhan anak seorang perempuan harus bisa merawat dan mendidik anaknya. Jadi urusan rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan sedangkan laki-laki menjadi pencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Jadi kesejahteraan dalam keluarga terutama dalam hal materi akan tercukupi adanya kerjasama dalam menjalankan fungsi keluarga.

Peran perempuan di sektor publik yakni merupakan peran ganda yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini ditunjukkan dengan peran perempuan yang mempunyai dua kewajiban dalam mengurus rumah tangga dan melakukan pekerjaan diluar rumah. Dalam hal ini perempuan dituntut untuk bisa membagi waktu antara rumah dan pekerjaan. Dari segi ekonomi, dalam keluarga akan terbantu apabila istri juga ikut membantu suami dalam mencari nafkah. Keduanya saling mendukung dalam kegiatan yang dilakukan sehari- hari sehingga didalam masyarakat dampak peran ganda perempuan terdapat nilai positif yang terkandung. Kesejahteraan anak di bidang pendidikan, kesehatan dan dalam hal mencukupi kebutuhan akan tercukupi.

2) Perspektif Hak Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak

Berdasarkan UUPA Bab I Pasal 1 yang mengacu pada KHA maka kategori anak adalah: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dari isi UUPA tersebut tersirat bahwa hak anak antara lain:

a) Hak untuk hidup

b) Hak untuk tumbuh dan berkembang c) Hak untuk berpartisipasi

d) Hak untuk mendapat perlindungan (UU No 23 Perlindungan Anak, 2002) commit to user

(20)

Jadi pengasuhan anak di dalam tempat penitipan anak bagi ibu yang bekerja apabila ditinjau dari perspektif hak anak harus memenuhi hak-hak anak yang terkandung dalam UUPA. Setiap anak yang lahir memiliki hak untuk hidup di dunia, tumbuh dan berkembang dengan selayaknya, selain itu berpartisipasi dalam masyarakat dan negara dalam hal untuk memajukan bangsa serta perlindungan dari keluarga maupun hukum negara.

4. Penelitian Yang Relevan

1) Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Deni Ratnawati (2008) Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang tentang dampak peran ganda pada ibu bekerja.

Penelitian ini berisi tentang dampak peran ganda pada ibu yang bekerja mencari nafkah tambahan bagi keluarga. Metode yang digunakan metode kualitatif dengan pengambilan data dengan wawancara terbuka dengan observasi dan non partisipasi. Dalam pengambilan data menggunakan purposive sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian ada dampak positif dan dampak negatif yang terjadi pada peran ganda pada perempuan. Dampak positif ditemukan adanya peningkatan perilaku beragama, mendukung ekonomi keluarga,meningkatkan harga diri, pemantapan identitas, relasi yang sehat dan positif dengan keluarga, pemenuhan hubungan sosial, peningkatan ketrampilan dan kompetensi. Dampak negatifnya adalah perasaan bersalah, stres, kelelahan, kebingungan, dan keharuan.

2) Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Pipit Kusumaningrum (2008) FKIP Sosiologi-Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang Eksistensi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam Pembentukan Karakter Anak Di Pos PAUD Melati 7 Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Surakarta. Dalam penelitian hasil yang diperoleh yakni tentang (1) pola pengajaran PAUD dalam membentuk karakter anak dilakukan dalam 4 tahap antara lain pembelajaran, keteladanan, penguatan dan pembiasaan. Tahapan itu berdasar pada komponen karakter yakni moral knowing, moral feeling dan moral action (2) pola pengajaran commit to user

(21)

PAUD berdampak positif secara langsung meningkatkan perkembangan anak seperti moral keagamaan, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional.

Secara tidak langsung dampak positifnya, PAUD membentuk karakter anak berdasarkan pilar-pilar karakter seperti respect, responbility, fairnes, caring, trustworthiness, citizenship-civic duty. Adapun dampak negatif dari penelitian ini adalah PAUD dapat berpengaruh buruh terhadap pembentukan karakter anak apabila pola pengajaran tidak sesuai dengan pola pengajaran anak usia dini.

B. Kerangka Berpikir

Berbagai hal yang berkaitan dengan peran ganda pada ibu bekerja, pengasuhan pada anak, dan hak anak. Berkaitan dengan itu maka TPA Jaya Kartika diharapkan bisa membantu dalam pengasuhan alternatif pada anak yanmg ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Berdasarkan teori nature dan nurture, peran pada seorang laki-laki maupun perempuan dilihat dari segi bilogis atau kodrat dari alam kemudian di dukung adanya konstruksi sosial yang ada di masyarakat sehingga muncul adanya persepsi bahwa perempuan itu seorang makhluk yang lemah lembut dan seorang laki-laki adalah makhluk yang maskulin, kuat dan sebagai pemimpin. Adanya pemikiran para perempuan yang semakin maju maka peran perempuan tidak hanya di dalam rumah namun diluar rumah, perempuan juga memiliki peran lain. Para perempuan bekerja diluar rumah bukan hanya untuk mencari penghasilan sebagai pencari nafkah tambahan namun perempuan yang sudah menjadi ibu dan memiliki suami dan anak ingin bekerja diluar rumah karena mereka ingin menunjukkan eksistensi mereka di ranah publik. Hal itu kemudian menyebabkan pengasuhan anak balita khususnya diserahkan kepada pihak lain misalnya tempat penitipan anak. Pengasuhan anak diserahkan kepada pengasuh selama anak ditinggal ibu bekerja kemudian dijemput seusai pulang dari bekerja. Adanya tempat penitipan anak adalah sebagai pemenuhan hak-hak anak saat orang tua tidak dapat mendampingi anak secara penuh. Hak-hak anak meliputi hak untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan

commit to user

(22)

harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Fenomena perempuan (ibu)

bekerja

Peran ganda perempuan

Perempuan

sebagai ibu Perempuan sebagai pencari

nafkah

Munculnya TPA sebagai pengasuhan alternatif

commit to user

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Pola Pengasuhan Anak Berdasarkan Gender Dalam Keluarga Ibu Bekerja dan TIdak Bekerja Serta Kaitannya dengan Status Gizi Anak Balita Henny Nikolin

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG TENTANG PEMBENTUKAN TEMPAT PENITIPAN ANAK. UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh di tempat penitipan baik itu pengasuhan aspek personal sosial, mempunyai hubungan dengan perkembangan personal sosial anak, sedangkan

Judul Skripsi : Kemandirian Anak Usia Dini Pada Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA) di PAUD Balita Ceria Kabupaten Probolinggo.. Dengan ini menyatakan bahwa

Dalam perkembangannya/ banyak tempat penitipan anak yang tidak hanya menyediakan pengasuhan bagi anak/ melainkan sekaligus memberikan pendidikan// Sehingga namanya diubah menjadi

Maraknya Taman Penitipan Anak (TPA) yang berdiri di sekitar perumahan disebabkan banyaknya ibu bekerja di luar rumah sedangkan anak tidak ada yang mengasuh saat

Deskripsi Data Studi tentang Kualitas Layanan Pengasuhan Taman Penitipan Anak (TPA) melalui survey pada orang tua di Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat berdasarkan

Tempat pengasuhan anak (taman inderia) adalah; fasilitas yang di mana di dalam keluarga yang orang tuanya bekerja dan mempunyai alasan karena sakit, dan disiang hari merasa