• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA "

Copied!
161
0
0

Teks penuh

MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA. Ukuran berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat diturunkan dari hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian di SD Negeri 8 Metro Barat pada kelas IPA diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA sebesar 63.

Hal ini dikarenakan pembelajaran kurang menarik bagi siswa, maka peneliti merencanakan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (SOL). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar dengan rumus rata-rata dan analisis kualitatif sebagai penunjang aktivitas belajar siswa dengan rumus persentase. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (SOL), hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 24,61%.

Sedangkan hasil belajar siswa pada tahap I mencapai persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 44,83%, pada tahap II.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Identifikasi Masalah
  • Batasan Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan penelitian
  • Manfaat Penelitian

Persentase tersebut diperoleh berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA di kelas V yaitu 63. Mempertimbangkan permasalahan di atas, maka peneliti merancang solusi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). . Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL), berdasarkan landasan filosofis konstruktivisme, adalah strategi pengajaran alternatif baru.

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti, maka penelitian dibatasi sebagai berikut: Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Pesawat Sederhana Kelas V SD Negeri 8 Metro Barat semester genap tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada bidang sederhana untuk siswa kelas V SD Negeri 8 Metro Barat selama satu semester penuh tahun ajaran?2012 /2013. Untuk mengetahui penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam kegiatan pembelajaran siswa pada mata pelajaran IPA.

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada materi IPA bidang sederhana kelas V SD Negeri 8 Metro Barat semester genap.

KAJIAN TEORIKAJIAN TEORI

Deskripsi Teoritis

  • Hasil Belajar
  • Mata Pelajaran IPA
  • Pengertian Pesawat Sederhana

Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi dapat mendorong siswa untuk mencari tahu sendiri melalui pertanyaan dengan tujuan menggali informasi, menegaskan apa yang telah diketahui dan menarik perhatian pada aspek-aspek yang belum diketahui. Hasil belajar menurut E. Mulyasa adalah “prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang merupakan indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan tingkah laku yang bersangkutan”, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi memahami. Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada topik yang telah dipelajari secara berulang-ulang untuk meningkatkan perkembangan berpikir dan menghasilkan tingkah laku yang lebih baik.

18 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2008), hlm.30. siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran alat peraga.19. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat melihat hasil melalui hasil belajar yang dicapai siswa. c.Ciri-ciri hasil belajar. Selain mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, guru juga harus mengetahui ciri-ciri hasil belajar siswa yang dicapai siswa setelah menyelesaikan proses belajar mengajar.

Penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa ciri-ciri hasil belajar bahwa ciri-ciri hasil belajar siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran adalah siswa dapat mengingat materi pelajaran yang dipelajarinya, dan siswa dapat memahami serta menguasai materi pelajaran, dan siswa dapat menerapkannya dalam praktik sehari-hari sehingga siswa memperoleh keterampilan dan kapasitasnya sendiri.

Hipotesis Tindakan

METODE PENELITIAN

  • Subjek Penelitian
  • Waktu Pelaksanaan
  • Objek Tindakan
    • Definisi Operasional Variabel
  • Prosedur Tindakan
  • Tahap-tahap Penelitian
    • Siklus I
    • Siklus II
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Observasi
    • Dokumentasi
  • Instrumen Penelitian
  • Metode Analisis Data
  • Indikator Kerja

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada mata pelajaran IPA pada mesin sederhana yang diperoleh dari hasil tes formatif ulangan harian siswa setelah mempelajari mata pelajaran pada mesin sederhana.Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur meliputi tiga aspek yaitu: masing-masing kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (kemampuan). Hasil belajar dikatakan berhasil jika Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA ≤ 63. Tes hasil belajar adalah “item tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Instrumen ini digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar siswa dalam kaitannya dengan mata pelajaran yang telah dipelajari siswa dengan standar prestasi belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Tes ini digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi yang telah dipelajari siswa yaitu materi pesawat terbang sederhana. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji penguasaan materi dari hasil postes dalam penelitian yaitu untuk melihat peningkatan hasil belajar pada Pembelajaran IPA.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA meningkat pada taraf sederhana dari setiap siklusnya.

Tabel II.
Tabel II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

  • Sejarah Singkat Berdirinya SD Negeri 8 Metro Barat
  • Visi dan Misi Sekolah Visi Sekolah
  • Letak Geografis SD Negeri 8 Metro Barat
  • Struktur Organisasi SD Negeri 8 Metro Barat
  • Denah Bangunan SD Negeri 8 Metro Barat

SD Negeri 8 Metro Barat berdiri tahun 1981, dibangun di atas tanah seluas 3120 m2. Itu dibangun oleh pemerintah pusat Lampung atas biaya para inper. Pada tahun 1996 SD Negeri 4 Ganjar Agung tidak memiliki kepala sekolah. Pada tahun 2010 sampai sekarang SD Negeri 8 Metro Barat dipimpin oleh Ibu Reni Dwi Astuti, S.

Keadaan tenaga pengajar di SD Negeri 8 Metro Barat dapat dilihat pada tabel 4 dan keadaan siswa di SD Negeri 8 Metro Barat dapat dilihat pada tabel 5. Jumlah siswa SD Negeri 8 Metro Barat dari kelas I (satu) sampai kelas VI (enam) adalah 187. terdiri dari 86 laki-laki dan 101 perempuan. SD Negeri 8 Metro Barat terletak di Ganjar Agung 14/I LK I RT 05 Kelurahan Ganjar Agung, Kecamatan Metro Barat.

Deskripsi Reliabilitas dan Validitas

  • Reliabilitas
  • Validitas

Hasil reliabilitas soal setelah ujian siklus I dapat dilihat pada Tabel 3, dan selengkapnya pada Lampiran 9. Hasil reliabilitas soal setelah ujian siklus II dapat dilihat pada tabel dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Tes Valid jika hasilnya memenuhi kriteria, artinya suatu pengukuran dengan suatu instrumen dikatakan valid jika dapat digunakan untuk pengukuran yang akurat.

Untuk hasil validitas soal siklus II, jumlah tiap item dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Deskripsi Hasil Penelitian

  • Pelaksanaan siklus 1
  • Pertemuan Pertama
  • Pertemuan kedua
  • Pertemuan ketiga
  • Pelaksanaan Siklus II
  • Pertemuan Kedua
  • Pertemuan Ketiga

Kegiatan pertama guru dalam penyusunan alat peraga pembelajaran rata-rata persentase keaktifan guru 89% dengan kriteria kegiatan sangat baik. Aktivitas kedua adalah guru dalam memberikan perasaan dan motivasi persentase rata-rata aktivitas guru adalah 66,67% dengan kriteria aktivitas baik. Aktivitas keempat adalah guru dalam menyampaikan materi secara umum persentase rata-rata aktivitas guru adalah 77,67% dengan kriteria aktivitas guru baik.

Kegiatan kelima yaitu guru membimbing siswa memikirkan sendiri jawaban atau permasalahannya, persentase rata-rata aktivitas guru sebesar 77,67% dengan ukuran aktivitas guru baik. Kegiatan kedelapan yaitu guru dalam memberikan evaluasi diskusi kelompok rata-rata persentase keaktifan guru adalah 55,67%. Kesembilan aktivitas guru pada evaluasi individu rata-rata persentase aktivitas guru sebesar 77,67% dengan kriteria aktivitas guru baik.

Sedangkan aktivitas kesebelas yaitu guru pada kegiatan akhir pembelajaran rata-rata persentase aktivitas guru sebesar 66,67% dalam kriteria aktivitas guru baik. Kegiatan pertama guru menyiapkan alat peraga, rata-rata persentase keaktifan guru 100% dengan kriteria keaktifan sangat baik. Aktivitas lainnya adalah guru dalam memberikan apersepsi dan motivasi rata-rata persentase aktivitas guru sebesar 77,67% dengan kriteria aktivitas baik.

Aktivitas ketiga adalah guru dalam memberikan tujuan pembelajaran rata-rata persentase aktivitas guru sebesar 66,67% dengan kriteria aktivitas baik. Kegiatan kelima yaitu guru membimbing siswa memikirkan sendiri jawaban atau permasalahannya, rata-rata persentase aktivitas guru sebesar 89% dengan kriteria aktivitas guru sangat baik. Kegiatan ketujuh yaitu guru dalam melatih siswa untuk berani melaporkan hasil kerja kelompoknya rata-rata prosentase aktivitas guru adalah 100%.

Kegiatan kedelapan yaitu guru dalam memberikan evaluasi diskusi kelompok rata-rata persentase keaktifan guru 100% dengan kriteria keaktifan guru sangat baik. Kesembilan aktivitas guru dalam penilaian individu persentase rata-rata aktivitas guru 100% dengan kriteria aktivitas guru sangat baik. Kegiatan kesepuluh yaitu guru dalam rangkuman mata pelajaran persentase rata-rata aktivitas guru 100% dengan kriteria aktivitas guru sangat baik.

Sedangkan kegiatan kesebelas yaitu guru pada kegiatan pembelajaran akhir persentase rata-rata keaktifan guru adalah 100%.

Pembahasan

  • Kegiatan Pembelajaran Siswa
  • Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
  • Hasil Belajar Siswa

Mengenai memperhatikan penjelasan guru pada siklus I rata-rata 60,92% dengan kriteria aktivitas belajar siswa cukup. Namun dibandingkan dengan Siklus I, rata-rata persentase aspek perhatian terhadap penjelasan guru pada Siklus II lebih baik. Sehingga rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 84,67%, sehingga terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 23,75%.

Pada aspek antusiasme siswa mengikuti pembelajaran pada siklus I rata-rata sebesar 50,19% dengan kriteria aktivitas belajar siswa cukup. Dibandingkan dengan siklus I, rata-rata aspek antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran pada siklus II lebih baik. Dibandingkan dengan siklus I dapat dikatakan siklus II lebih baik karena terjadi peningkatan sebesar 28,73% dengan kriteria baik.

Pada aspek penyusunan alat peraga pada siklus I rata-rata 89% dengan kriteria aktivitas guru sangat baik. Dibandingkan dengan siklus I, rata-rata persentase aspek penyusunan alat peraga pada siklus II lebih baik. Sehingga rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 100%, sehingga terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11%.

Pada aspek apersepsi dan motivasi pada siklus I rata-rata 66,67% dengan kriteria aktivitas guru baik. Namun dibandingkan dengan Siklus I, rata-rata aspek penyampaian tujuan pembelajaran pada Siklus II lebih baik, hal ini dikarenakan guru selalu berusaha untuk memperbaiki. Namun dibandingkan dengan siklus I, rata-rata aspek penyampaian materi lebih baik terutama pada siklus II karena secara umum guru sudah menguasai materi.

Dibandingkan dengan siklus I dapat dikatakan siklus II lebih baik karena terjadi peningkatan sebesar 11,33% dengan kriteria sangat baik. Dibandingkan dengan siklus I dapat dikatakan siklus II lebih baik karena terjadi peningkatan sebesar 22,33% dengan kriteria sangat baik.

Tabel 6 dan gambar  7 di atas dapat diketahui bahwa hasil postes pada siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I pada siklus I persentase ketuntasan postes adalah 44,83% (lampiran 15) dan pada siklus
Tabel 6 dan gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa hasil postes pada siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I pada siklus I persentase ketuntasan postes adalah 44,83% (lampiran 15) dan pada siklus

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010 Trianto, Merancang Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana,.

Gambar

Tabel II.
Tabel 6 dan gambar  7 di atas dapat diketahui bahwa hasil postes pada siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I pada siklus I persentase ketuntasan postes adalah 44,83% (lampiran 15) dan pada siklus

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data diperoleh bahwa: Prestasi belajar matematika siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran dengan Contextual Teaching Learning lebih baik apabila

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus maka peneliti membuat refleksi berupa kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

Dari hasil tindakan melalui model pembelajaran CTL dapat diketahui jumlah siswa mendapat nilai 65,00 ke atas mencapai 94,74 % maka dapat dikatakan bahwa sebagian

siklus sebelumnya. Hal ini terlihat dari adanya kerjasama yang baik dan adanya interaksi antar sesama kelompok, semua siswa aktif ketika diskusi kelompok,

Dari tabel di atas dapat dilihat persentase aktivitas siswa meningkat dari siklus I pertemuan pertama dan kedua.Pada siklus II pertemuan pertama menurun

memperoleh nilai dan siswa yang belum berhasil sebanyak 8 orang atau 27,59% dari jumlah siswa keseluruhan, artinya tindakan yang diberikan pada siklus I belum

Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada siklus I secara keseluruhan telah dilaksanakan hampir sesuai

Hampir setiap aktivitas yang dilakukan ada kaitannya dengan matematika, namun ironisnya masih banyak siswa yang kurang meminati pelajaran matematika dan mendapatkan