• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI PADA PROSES PEMBUATAN BATIK YANG BERBASIS KONSEP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI PADA PROSES PEMBUATAN BATIK YANG BERBASIS KONSEP "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI PADA PROSES PEMBUATAN BATIK YANG BERBASIS KONSEP

TRI HITA KARANA

Oleh:

DR. I KETUT GEDE HARSANA, S.AG., M.SI

UPT PPKB UNVERSITAS UDAYANA

2019

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Batik dengan Pewama Alami ... 3

2.2. Mengenal Pewama Alami Kain Pada Pembuatan Batik ... .4

2.3. Kaitan Pemakaian Pewarna Alami dengan Tri Hita Karana ... 7

2.4. Keunggulan Menggunakan Bahan Pewama Alami ... 9

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ... 10

3.2. Saran ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksistensi batik di Indonesia terkait dengan perkembangan kerajaan di nusantara hingga penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa yaitu pada masa kerajaan Mataram, masa Kasunanan, dan masa Kasultanan. Setelah akhir abad ke-18 dan abad ke-19, perkembangan batik di Jawa cukup pesat. Pada saat itu batik yang dihasiikan adalah batik tulis. Penggunaan batik cap baru dikenal setelah perang dunia I atau sekitar tahun 1920an (Hariyana Nurainun, dkk, 2008: 124). Salah satu sumber daya alam di Indonesia yang dapat digunakan dalam kerajinan batik adalah zat pewarna alam (Maman Tocharman, tt: 1-2). Dalam perkembangannya, penggunaan bahan alam untuk pewarnaan batik sejalan dengan konsep pemanfaatan produk ramah lingkungan dengan memanfaatan sumber-sumber pewarna alami. Di beberapa negara seperti Jerman dan Belanda, telah dilakukan pelarangan penggunaan zat pewarna berbahan kimia sejak tahun 1996. Oleh karena itu, mulai bermunculan produk-produk tekstil yang menggunakan bahan pewarna alami, khususnya batik. Penggunaan batik berbahan pewarna alami merupakan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang akan berdampak pada pelestarian kenakeragaman hayati dan pendapatan ekonomi masyarakat (Anak Agung Gede Rai Sedana, dkk, tt: 2).

Mendasarkan pada betapa pentingnya penggunaan bahan alami dalam pewarnaan batik, maka topik yang diangkat dalam artikel ini tentang “Batik dan Pewarnaan Alami”, Bahan Pewarna alami untuk batik tulis kerap kali membuat orang bingung bahan apa saja tanaman di sekitar kita yang dapat digunakan untuk mewarnai batik tulis. Pewarnaan pada batik menjadi salah satu unsur penting dalam menciptakan karya seni batik yang indah. Tak sulit menemukan bahan pewarna batik karena dengan mudahnya kita akan mendapatkannya di toko-toko yang menjual bahan dan alat-alat keperluan membatik. Namun terkadang di dalam proses pewarnaan kain batik, banyak pengrajin batik yang belum mengolah imbahnya secara benar. Air bekas cucian yang bercampur dengan bahan-bahan

(4)

kimia termasuk juga bahan pewarna batik, dialirkan begitu saja ke selokan, yang akhirnya meleber ke tengah jalan. Bahkan ada juga yang mengalirkannya langsung ke sungai.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu batik dengan pewarna alami?

2. Apa saja yang termasuk pewarna alami pada kain ? 3. Kaitan pewarna alami dengan Tri Hita Karana?

4. Apa keunggulan menggunakan bahan pewarna alami bila dibandingkan dengan pewarna tekstil dan dampaknya bagi lingkungan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu batik pewarna alami?

2. Mengetahui apa saja yang termasuk pewama alami pada kain ? 3. Mengetahui kaitan pewarna alami dengan Tri Hita Karana?

4. Mengetahui apa keunggulan menggunakan bahan pewarna alami bila dibandingkan dengan pewarna sintetil dan dampaknya bagi lingkungan?

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Batik dengan Pewarna Alami

Bahan Pewaraa alarm untuk batik tulis kerap kali membuat orang bingung bahan apa saja tanaman di sekitar kita yang dapat digunakan untuk mewarnai batik tulis. Pewaraaan pada batik menjadi salah satu unsur penting dalam menciptakan karya seni batik yang indah, Tak sulit menemukan bahan pewarna batik karena dengan mudahnya kita akan mendapatkannya di toko-toko yang menjual bahan dan alat-alat keperluan membatik. Namun terkadang di dalam proses pewarnaan kain batik, banyak pengrajin batik yang belum mengolah limbahnya secara benar. Air bekas cucian yang bercampur dengan bahan-bahan kimia termasuk juga bahan pewama batik, dialirkan begitu saja ke selokan, yang akhimya meleber ke tengah jalan. Bahkan ada juga yang mengalirkannya langsung ke sungai.

Akibatnya sungai menjadi berubah wama dan menimbulkan bau yang tidak sedap, Limbah tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di dalam sungai yang berdampak buruk pada kelangsungan hidup ikan dan hewan lain yang ada di dalamnya. Untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari limbah batik, penggunaan bahan pewama alami batik mungkin bisa menjadi salah satu pilihan.

Selain lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan bahan pewama alami juga dapat menghasilkan warna-warna batik klasik yang alami. Bahan pewama alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Dan bahan- bahan tersebut akan dihasilkan warna-warna yang beragam meski tidak pelengkap bila menggunakan zat pewama batik kimia.

Zat pewarna merupakan salah satu faktor penting pakaian atau kain agar enak diihat atau tidak, termasuk kain batik. Wama juga yang membuat orang yang memandang sebuah kain batik menjadi tertarik atau tidak. Sejak zaman dulu pewarna yang dipakai untuk membuat sebuah karya seni batik adalah zat pewama alami hingga saat ini banyak yang sudah menggunakan zat pewarna buatan atau sintetis, walaupun begitu masih ada juga yang masih menggunakan zat pewama

(6)

alami, Tidak ada yang salah dari memakai zat pewarna alami atau buatan, semua tergantung pilihan pembuat dan pengguna, pilihan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, dan biji ataupun bunga.

Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal beberapa tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil diantaranya adalah daun pohon nila, kulit soga tinggi, kayu tegeran, kunyit, teh, akar mengkudu, kulit soga jambal, kesumba, daun jambu biji. Pengembangan zat wama alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah merupakan upaya menganggkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil.

2.2 Mengenal Pewarna Alami Kain Pada Pembuatan Batik

Zat pewarna alami batik merupakan salah satu pilihan untuk menghasilkan warna-waraa batik klasik, meski bahan pewarna alami batik semakin sulit didapatkan namun beberapa bahan-bahan ini masih bisa diperoleh di sekitar kita ataupun dapat dibeli di pasar-pasar tradisional. Zat pewarna alami batik biasanya dibuat dari bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan seperti dari batang, akar, daun, kulit, bunga maupun buahnya, Dari masing-masing bahan tersebut akan mampu menghasilkan warna yang beragain meski tidak selengkap jika menggunakan zat pewama batik buatan atau smtetis.

Ada banyak sekali bahan pewarna alami untuk batik yang bisa digunakan.

Berikut ini beberapa contoh bahan-bahan alami yang dapat dijadikan sebagai bahan pewarna batik alami.

(7)

Daun Teh

Selain dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman, bagian daun teh yang sudah tua juga bisa dimanfaatkan untuk membuat zat pewarna alami batik. Bagian daun teh ini setelah diolah akan menghasilkan warna ookelat.

Daun Alpukat

Alpukat merupakan buah yang sangat baik untuk kesehatan tubuh karena banyak mengandung vitamin di dalamnya. Selain buahnya, daun alpukat bisa juga dimanfaatkan sebagai pilihan lain bahan pewarna batik alami yang dapat menghasilkan warna hijau kecokelatan pada batik.

Daun Jati

Pohon Jati merupakan salah satu tanaman dengan tekstur kayu keras dan sering menjadi bahan pembuatan mebel dan bahan bangunan rumah dengan kualitas baik. Daunnya yang lebar dapat digunakan untuk membungkus nasi (pada jaman dahulu) yang akan membuat cita rasa nasi menjadi lebih sedap.

Selain itu, daun jati juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik, Yang digunakan adalah daun jati yang masih muda. Daun muda inilah yang dapat menghasilkan warna merah kecokelatan pada batik.

Indigo/ Tarum/ Nila

Tarum merupakan salah satu tanaman yang termasuk ke dalam suku polong- polongan. Masyarakat Jawa menyebut tanaman ini Tom, Tarum biasa digunakan sebagai pewarna kain yang dapat menghasilkan warna biru.

(8)

Kulit Pohon dan Daun Mangga

Pohon mangga selain menghasilkan buah yang segar untuk dimakan, bagian kulit kayu pohon ini bisa digunakan sebagai bahan dasar membuat pewarna alami batik. Kulit kayu dan daun pohon mangga dapat menghasilkan warna hijau alami pada batik

Akar Pace/ Mengkudu

Tanaman mengkudu masih cukup mudah dijumpai di sekitar kita. Tanaman ini termasuk tanaman obat yang bisa menyembuhkan beberapa penyakit.

Bagian yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami batik adalah akarnya.

Akar mengkudu akan menghasilkan warna merah.

Daun Andong

Andong merupakan jenis tanaman yang biasanya ditanam di halaman rumah sebagai tanaman bias. Tanaman ini berasal Asia Timur dan dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.900 meter di atas permukaan laut. Andong termasuk tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 4 meter. Andong mempunyai daun tunggal dengan warna hijau dan merah kecokelatan. Dari daun inilah yang dapat menghasilkan warna hijau ketika diolah menjadi bahan alami batik.

Kelapa

Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia, mulai dari akar, batang, buah, daun, kulit kayu dan bagian lainnya. Untuk pembuatan bahan pewarna alami batik, yang digunakan adalah sabutnya, yang merupakan kulit terluar dari buah kelapa.

Warna yang dihasilkan dari sabut kelapa adalah warna krem kecokelatan.

Putri Malu

Putri malu dapat dijumpai di mana saja mulai dari pinggir jalan, semak- semak, atau pun di kebun-kebun, Ciri khas tanaman putri malu adalah daunnya akan menutup ketika tersentuh. Bagian yang bisa digunakan sebagai bahan pewarna alami adalah bunga dan daun. Bagian ini akan menghasilkan warna kuning kehijau-hijauan.

(9)

Kulit Secang

Secang juga masuk ke dalam keluarga polong-polongan. Kulit pohonnya dapat diolah menjadi bahan pembuatan minuman penyegar. Di tiap daerah dan negara secang mempunyai nama yang berbeda. seperti seupeueng (Aceh), sepang (Gayo), sopang (Toba), lacang (Minangkabau), secang (Stmda), secang (Jawa), secang (Madura), sepang (Sasak), supa (Bima), sepel (Timor), nape (Sawu), hong (Alor), sepe (Roti), sema (Manado), dolo (Bare), sapang (Makasar), sepang (Bugis), sepen (Halmahera selatan), savala (Halmahera Utara), sungiang (Ternate), roro (Tidore), sappanwood (Inggris), dan suou (Jepang). Selain dijadikan bahan minuman, kulit kayu secang juga dapat digunakan sebagai warna alami batik yang menghasilkan warna merah.

Kunyit

Siapa pun pasti sudah mengenal dengan baik dengan yang namanya Kunyit.

Karena kunyit merupakan salah satu tanaman yang sering dijadikan bahan bumbu masakan yang kita santap sehari-hari. Kunyit juga dimanfaatkan sebagai obat herbal alami yang dapat menyembuhkan jenis penyakit tertentu. Selain itu. kunyit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik. Bagian tanaman yang digunakan adalah umbinya yang akan menghasilkan warna kuning.

Bawang Merah

Selain bisa dimanfaatkan sebagai bumbu masak, bawang merah juga bisa digunakan untuk bahan pewarna alami batik. Bahan yang dapat diambil adalah bagian kulit yang dapat menghasilkan warna jingga kecokelatan Itulah contoh dari beberapa bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna batik. Karena berasal dari bahan alami, menjadikan bahan pewarna ini lebih ram ah lingkungan. Dengan menggunakan pewarna alami maka secara tidak langsung kita telah turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

2.3 Kaitan Pemakaian Pewarna Alami dengan Tri Hita Karana

Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara 3 hal yaitu:

(10)

1. Parhyangan (Manusia dengan Tuhan)

2. Palemahan (Manusia dengan alam lingkungan) 3. Pawongan (Manusia dengan sesama)

Penggunaan pewarna alami pada proses pembuatan batik berhubungan dengan salah satu bagian dari Tri Hita Karana yaitu “Palemahan” yaitu hubungan manusia dengan lingkungan. Lingkungan ini mencangkup tumbuh-turnbuhan, binatang dan hal-hal yang bersifat sekala dan niskala. Pewarnaan pada batik menjadi salah satu unsur penting dalam menciptakan karya seni batik yang indah.

Tak sulit menemukan bahan pewarna batik karena dengan mudahnya kita akan mendapatkannya di toko-toko yang menjual bahan dan alat-alat keperluan membatik.

Namun terkadang di dalam proses pewrarnaan kain batik, banyak pengrajin batik yang belum mengolah limbahnya secara benar. Air bekas cucian yang bercampur dengan bahan-bahan kimia termasuk juga bahan pewarna batik, dialirkan begitu saja ke selokan, yang akhirnya mengalir ke tengah jalan. Bahkan ada juga yang mengalirkannya langsung ke sungai. Alhasil warna dari air sungai menjadi berubah dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Limbah tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di dalam sungai yang berdampak buruk pada kelangsungan hidup ikan dan hewan lain yang ada di dalamnya serta dapat mengganggu ekosistem yang ada di sungai tersebut.

Untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari limbah batik, penggunaan bahan pewarna alami batik mungkin bisa menjadi salah satu pilihan. Selain lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan bahan pewarna alami juga dapat menghasilkan waraa-warna batik klasik yang alami.

Bahan pewarna alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Dari bahan-bahan tersebut akan dihasilkan warna-wama yang beragam meski tidak selengkap bila menggunakan zat pewarna batik kimia.

(11)

2.4 Keunggulan Menggunakan Bahan Pewarna Alami

Menurut buku Keeksotisan Batik Jawa Timur, Memahami Motif dan Keunikannya yang ditulis oleh Dr. Yusak Anshari dan Adi Kusrianto, ada empat keuntungan ketika menggunakan zat pewarna alami, yaitu:

1. Dari segi limbah prosesnya, pewarna alami ini lebih ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan karena zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami ini mudah terurai sehingga tidak menimbulkan polusi.

2. Dari segi hasil pewarnaan, warna yang diperoleh memiliki sifat-sifat yang lembut, harmonis, senada, dan bahkan sebagian dapat disebut dengan warna pastel.

3. Pewarna alami biasanya mengandung aroma khas yang muncul ketika menyatu dengan serat kapas.

4. Kain batik yang menggunakan pewarna alami memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pewarna kimia.

5. Mendorong pelestarian dan pembudidayaan keaneragaman hayati bumi indonesia, dimana penghijauan semakin terkikis, industri ramah lingkungan (eco friendly industry), menjadi isu utama efek pemanasan global.

6. Ketersediaan baku Melimpah dan termasuk sumber alam terbarukan.

Tidak perlu impor seperti halnya zat pewarna sintetis.

(12)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Batik sebagai kerajinan masyarakat Indonesia telah diakui dunia sebagai world heritage (warisan dunia). Batik tidak hanya menjadi budaya masyarakat tetapi juga berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi masyarakat juga terlihat dengan hadiraya klaster-klaster batik di berbagai daerah. Seiring dengan adanya kesadaran lingkungan, kesehatan, tuntutan pasar, dan kesediaan bahan baku muncul gerakan perubahan dalam penggunaan pewarnaan batik. Perubahan tersebut adalah beralihnya penggunaan warna sintesis menjadi pewarnaan alami.

Pewarnaan ini diambil dari berbagai jenis tanaman yang tumbuh. Melalui pewarnaan alami dalam kerajinan batik, maka pencemaran lingkungan dapat diminimalisir, pangsa pasar lokal dan internasional semakin terbuka, serta harga jual batik lebih tinggi. Bahkan dengan adanya kecenderungan penggunaan bahan alami dalam batik, memunculkan jenis.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang review artikel di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arizka, Nila. 2016. Makalah Bahan Alam,

https://www.academia.edu/29067147/Makalah bahan alam

Anonim. 2017. Bahan Pewarna Alam Buat Batik. httpi/Vbatik.or.id/bahan- pewarna-alam-

buat-batik/

Muslimah, Anggita. 2016. Batik dengan Pewarna Alami Bernilai Lebih Tinggi.

https://lifestvle.kompas.coiTi//read/2016/IO/02/14300072Q/batik.dengan.r>ewarn a.alami.bemil

aUebih.tinggi

Anonim. 2015. Sejarah dan Penerapan Tri Hita Karana.

https://inputbali.com/buday a-bali/sejarah-dan-penerapan-tri-hita-karana-yang- tidak-boleh-dilupakan

Referensi

Dokumen terkait

Gambar kiri menunjukan singkapan sesar dengan azimuth foto N074 o E, gambar kanan atas menunjukan kekar shear dan gash.. 55 Gambar 4.14 Analisis sesar menggunakan aplikasi dips

Aplikasi pembelajaran Logika dan Algoritma dengan menggunakan metode Computer Based Instruction (CBI) ini dibuat untuk memudahkan pengguna dalam pemahaman belajar