• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN BAMBU SECARA INVENTIF MENJADI LAMPU HIAS DENGAN PENDEKATAN DESAIN VERNAKULAR YANG DIAMBIL DARI BUDAYA SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Fathur Alfhrza

Academic year: 2023

Membagikan "PENGOLAHAN BAMBU SECARA INVENTIF MENJADI LAMPU HIAS DENGAN PENDEKATAN DESAIN VERNAKULAR YANG DIAMBIL DARI BUDAYA SUMATERA UTARA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Luaran Kegiatan...2

1.4 Manfaat Kegiatan...3

BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA...4

2.1 Kondisi Umum Lingkungan...4

2.2 Potensi Sumber Daya dan Peluang Pasar...4

2.3 Analisis Ekonomi Usaha...5

2.4 Kelayakan Usaha...5

BAB 3. METODE PELAKSANAAN...6

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...8

DAFTAR PUSTAKA...9

LAMPIRAN...10

i

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam yang melimpah tentunya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumber daya alam yang memerlukan perhatian adalah tanaman bambu. Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam famili Gramineae (rumput-rumputan). Di habitat alaminya, bambu tumbuh berkelompok karena perkembangbiakannya melalui tunas dan mudah dibudidayakan. Tanaman bambu banyak kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil bambu terbesar ketiga setelah China dan India.

Bambu sudah dikenal sejak lama, banyak jenis produk yang bisa dibuat dari tanaman bambu karena karakteristiknya yang ringan, mudah dibentuk, mudah didapat, kuat, tahan lama dan juga harganya terjangkau. Secara tradisional, bambu banyak digunakan sebagai bahan kerajinan, peralatan rumah tangga, dan bahan makanan yang banyak diminati masyarakat. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian mulai mengembangkan potensi industri berbasis bambu untuk menghasilkan nilai tambah. Bambu dapat diproses dengan berbagai teknik termasuk bambu laminasi, bambu coiling, bambu bending, bambu ruji dan bambu bubut dapat menghasilkan produk unik dengan kualitas tinggi dan finishing yang baik. Produk yang diperoleh awalnya sangat sederhana dan diproduksi dengan cara konvensional. Padahal bambu bisa digunakan dan diinovasikan menjadi produk yang lebih baik. Apalagi pada produk-produk seni yang memiliki unsur estetika dan keindahan yang dipadukan dengan gaya desain modern, pasti akan menjadi nilai unggul dalam produk manufaktur. Namun nyatanya, masyarakat Indonesia masih belum maksimal dalam mengelola bambu. Selain itu, pemasaran produk hanya ditujukan untuk kebutuhan sendiri atau lokal.

Di kota Medan, tumbuhan bambu tergolong langka. Selain itu, banyak pembangunan yang mengakibatkan pohon bambu ditebang dan tidak ditanam kembali, sedangkan batang bambu dibakar daripada diolah. Padahal orang bisa menggunakan batang bambu untuk membuat produk yang memiliki nilai jual.

Oleh karena itu, untuk melestarikan dan mengembangkan potensi industri berbahan dasar bambu, penulis memanfaatkan bambu untuk membuat lampu hias yang didesain dengan konsep vernakular. Lampu hias ini dibuat dengan keunikan tersendiri yang memiliki filosofi budaya suku-suku Sumatera Utara.

Sumatera Utara memiliki beberapa suku asli yaitu Melayu, Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak/Dairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias. Suku-suku ini pasti memiliki budaya yang berbeda dalam hal pakaian, rumah adat, tarian dan makanan. Keistimewaan budaya ini memiliki keunikan yang mampu menarik perhatian masyarakat luar kota maupun tourist. Banyak dari mereka yang datang

(3)

ke Sumatera Utara untuk melihat keindahan alam dan membeli souvenir seperti baju, tas, ikat kepala, gantungan kunci, miniatur rumah adat, dll. Hal ini yang menjadi ide pembuatan lampu hias yang mencerminkan ciri khas suku Sumatera Utara. Contohnya adalah lampu hias meja belajar yang didesain berdasarkan ornamen Gorga Batak Toba.

Lampu hias dari bambu memang sudah ada dijual dan dipasarkan oleh orang lain, tapi yang membedakannya dengan produk lampu hias yang akan penulis buat yaitu desainnya yang menunjukkan nilai seni budaya Sumatera Utara.

Produk lampu hias yang diproduksi tidak hanya satu, melainkan empat produk, masing-masing dengan desain tribal yang berbeda. Suku yang menginspirasi desain lampu hias ini adalah suku Batak Toba, Melayu dan Nias. Jenis lampu yang dibuat yaitu lampu gantung, lampu meja belajar, lampu tidur tegak dan lampu dinding. Dengan menambahkan nilai budaya pada desain lampu akan menambah keunikan lampu hias bambu yang diproduksi dan meningkatkan minat masyarakat terhadap budaya Sumatera Utara. Target penjualan lampu hias ini adalah kalangan muda, tourist dan juga pecinta barang-barang khas budaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan, yaitu:

a. Bagaimana inovasi lampu hias bambu terhadap ciri khas kebudayaan suku Batak Toba, suku Melayu, dan suku Nias yang ada di Sumatera Utara?

b. Bagaimana teknik dan metode pemasaran lampu hias (nama produk)?

c. Bagaimana dampak lampu hias bambu untuk melestarikan bambu di Sumatera Utara?

1.3 Luaran Kegiatan

a. Laporan kemajuan kegiatan b. Laporan akhir kegiatan

c. Produk wirausaha : Lampu hias gantung, Lampu hias meja belajar, Lampu hias tidur tegak dan Lampu hias dinding menggunakan bambu yang didesain dengan konsep vernakular mencerminkan ciri khas suku di Sumatera Utara

d. Akun media sosial

(4)

e. Artikel ilmiah (Luaran Tambahan) 1.4 Manfaat Kegiatan

a. Menciptakan wirausaha yang kreatif dan inovatif

b. Menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap budaya di Sumatera Utara c. Melestarikan dan memanfaatkan bambu sebagai bahan yang memiliki

nilai jual

d. Dapat membantu meningkatkan potensi industri berbasis bambu untuk meningkatkan nilai tambah

(5)

BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA 2.1 Kondisi Umum Lingkungan

Medan, adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Surabaya, sekaligus kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kualanamu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia, karena berbatasan dengan Selat Malaka, Medan menjadi kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia. Bambu merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagaimana yang kita ketahui, masyarakat di Kota Medan kurang mengelola bambu sebagai bahan industri. Oleh karena itu perlu dilakukannya usaha yang lebih untuk memanfaatkan bambu yang sebelumnya hanya menjadi limbah tapi dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai jual. Dengan menciptakan inovasi bambu lampu hias dapat mewujudkan tujuan tersebut.

2.2 Potensi Sumber Daya dan Peluang Pasar

Budaya daerah muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain. Terdapat beranekaragam kebudayaan daerah di Indonesia, Salah satunya kebudayaan provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan wilayah yang dilalui jalur lalu lintas perdagangan yang ramai sejak abad ke-9 Masehi, sebagaimana terbukti dari hasil penelitian di Situs Barus yang menjadi pusat

(6)

perdagangan internasional. Akses provinsi Sumatera Utara dapat dijangkau dengan transportasi udara maupun laut.

Berdasarkan posisi Sumatera Utara khususnya Kota Medan menjadi tempat yang strategis dari segi pariwisata maupun perdagangan di Indonesia.Medan merupakan salah satu empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, karena itu Medan disebut sebagai kota multietnis yang penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama. Kondisi ini meyakinkan bahwa produk lampu hias dari bambu ini memiliki peluang pasar yang bagus terlebih lagi lampu hias ini memiliki keunikan yang menanamkan nilai budaya pada desainnya dan menjadi daya tarik tersendiri dari produk lain yang sudah ada. Produk lampu hias ini akan dijadikan dalam bentuk lampu hias gantung, lampu hias meja belajar, lampu hias tidur tegak dan lampu hias dinding.

2.3 Analisis Ekonomi Usaha a. Perhitungan biaya tiap item N

o

Jenis Total (Rp)

1. Biaya Habis Pakai

2. Sewa & Jasa dan perjalanan

3. Harga produksi/ item lampu hias meja Rp 136.000

4. Kisaran Harga/ item lampu hias meja Rp 175.000

b. Cash Flow N

o

Jenis Total (Rp)

1. Biaya Habis Pakai (fix capital)

2. Sewa & Jasa dan perjalanan (variable cost) 3. Omset tiap dua tahun lampu hias meja

4. Profit dua tahun lampu hias meja (omset tiap dua tahun-(fix capital tiap tahun + variable cost)) 2.4 Kelayakan Usaha

Medan memiliki lokasi yang strategis dikarenakan memiliki Pelabuhan Internasional yang berada di Selat Malaka, merupakan salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia. Dengan adanya Pelabuhan ini kreasi produk lampu bambu ini layak untuk di pasarkan dengan target penjualan masyarakat dalam dan luar negeri. Produk ini bertujuan untuk memperkenalkan kerajinan bambu kepada masyrakat bahwa bambu sangat baik bagi untuk lingkungan hidup dan berkelanjutan yang sudah kami inovasi dan kami pasarkan dalam jenis lampu hias gantung, lampu hias meja belajar, lampu hias tidur tegak dan lampu hias dinding.

(7)

BAB 3. METODE PELAKSANAAN 3.1 Tahapan Pekerjaan

Realisasi pelaksanaan program usaha pengolahan bambu secara inventif menjadi lampu hias dengan pendekatan desain vernakular yang diambil dari budaya Sumatera Utara sebagai bentuk upaya pelestarian budaya Sumatera Utara dan tanaman bambu, khususnya di Medan meliputi beberapa tahapan, diantaranya;

Persiapan Produksi, Tahap Produksi, Pemasaran Produk Hasil Produksi, dan Evaluasi.

a) Persiapan Produksi

 Kegiatan pada persiapan produksi meliputi persiapan alat dan bahan.

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Alat

 Bor

 Mata bor kayu

 Holesaw kayu

 Gergaji potong

 Pahat kayu

 Pisau ukir

 Jigsaw

 Palu kayu

 Kuas

 Cawan plastik

 Perca kaos

 Fisher 2. Bahan

 Bambu petung (yang sudah diawetkan)

 Bohlam LED 9 watt Hannock

 Sarang lampu timbul

 Kabel NYM

 Steker

 Amplas

 Coating clear

 Plitur

 Kotak packaging

 Bubble wrap b) Produksi Produk

 Berikut tahapan pembuatan Lampu hias dari bambu

(8)

 Adapun tahapan pembuatan lampu hias meja dari bambu adalah sebagai berikut :

 Potong bambu sepanjang 50 cm

 Buatlah bentuk pola Gorga Batak Toba

 Setelah itu lakukan pengeboran sesuai pola yang dibentuk

 Kemudian bambu yang sudah dibentuk dihaluskan menggunakan amplas/kertas pasir

 Lalu dicat dengan coating clear

 Terakhir pasang lampu ke dalam bambu c) Pemasaran Produk

 Produk lampu hias dari bambu ini akan dipasarkan dengan menggunakan konsep Marketing Mix 7P, Konsep Marketing Mix yang diterapkan terintegrasi melalui 7P, yakni product, price, promotion, place, participant/people, process, dan physical evidence.

d) Evaluasi

 Tahap evaluasi ini meliputi evaluasi dan laporan kinerja dari tahap produksi sampai tahap pemasaran selama periode waktu tertentu. Rincian keuangan dari modal, keuntungan dan kerugian dibahas secara detail dibagian evaluasi. Didalamnya juga mencakup tentang keberlanjutan usaha.

3.2 Pencapaian Tujuan Program

Adapun pencapaian tujuan program kegiatan ini adalah :

a. Terciptanya lampu hias dari bambu dengan pendekatan desain vernakular yang diambil dari budaya Sumatera Utara dengan nilai estetika yang tinggi;

Pemotongan bambu

Pembuatan pola

Finishing bambu

Pemasangan bohlam

(9)

b. Terciptanya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan bambu yang bernilai jual

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya

Ringkasan anggaran biaya disusun sesuai dengan format No

.

Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)

4.2 Jadwal Kegiatan No

.

Jadwal Kegiatan Bulan Penanggung Jawab

1 2 3

1. Survey Harga Bahan M Khaidir

2. Penyusunan Rancangan Kegiatan

Dewi Yana

3. Pembuatan Desain Sarma Ria Sari M

4. Pembuatan Semple Rafita Sani

5. Survey Tempat Pemasaran Satya Anggara

6. Promosi Produk Dewi Yana

7. Pelaksanaan Program Satya Anggara

8. Pembuatan Laporan Sarma Ria Sari M

9. Pemaparan Hasil Produk Sarma Ria Sari M

(10)

DAFTAR PUSTAKA

(11)

LAMPIRAN

Jenis Pengeluaran Volum e

Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

Referensi

Dokumen terkait