Perkebunan Nusantara XIV di Luwu Timur” yang bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian program Magister Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Tulisan ini tidak lepas dari bantuan dan kerja sama berbagai pihak yang telah diberikan secara tulus selama penyelesaian penelitian. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis serta sivitas akademika Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang telah memberikan pelayanan administrasi yang sangat baik.
Rekan-rekan Program Studi Magister Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Angkatan 2018, Indah Utami Syarifaini, Mesya Assauma Nurfitrah, Efrilya Rashwika, Rahmithasari Marwahputri, Islamiya Ramdani Amin, dan Dewi Ratnawulans, terima kasih atas persaudaraan Ibra yang tak terbatas dan solidaritas, saling memberi semangat dalam penyusunan skripsi. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bentuk penguasaan lahan yang dilakukan Masyarakat Adat Pamona di Luwu Timur. 2) Untuk mengetahui upaya dan peran pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan pertanahan Masyarakat Adat Pamona di Luwu Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk penguasaan tanah eks Masyarakat Hukum Adat Pamona setelah adanya kegiatan pengadaan tanah, diberikan Hak Pembangunan atas tanah eks Masyarakat Hukum Adat Pamona karena telah berstatus tanah Negara sehingga bahwa status penguasaan oleh individu adalah sebagai pekerjaan. 2) Penyelesaian konflik kepemilikan tanah oleh masyarakat hukum adat eks Pamona yang bentuk penguasaannya secara perseorangan atas tanah hak garap milik PT.
Perkebunan Nusantara Perkebunan Nusantara XIV berupa pembayaran biaya ganti rugi yang berkaitan dengan tanaman/tanaman lada di atas.
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik serta menambah pengetahuan dan pemahaman para pembaca maupun penulis sendiri, khususnya dalam bidang ilmu hukum yang berkaitan dengan penguasaan tanah Hak Guna Usaha oleh Masyarakat Adat. Secara praktis diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengungkap bentuk penguasaan tanah yang dilakukan masyarakat adat Pamona, serta upaya dan peran pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan pertanahan masyarakat adat Pamona.
Orisinalitas Penelitian
- Hak - Hak Atas Tanah
- Pengertian Masyarakat Hukum Adat
- Sifat Masyarakat Hukum Adat
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui landasan hukum pemberian Hak Guna Usaha atas tanah masyarakat hukum adat dan penerapannya dalam hukum positif. Berdasarkan hal-hal tersebut maka rekonstruksi konsep pemberian Hak Guna Usaha atas tanah masyarakat adat sangat diperlukan. Dalam majalah ini dibahas persoalan tanah adat yang mempunyai implikasi cukup luas karena menyangkut keberadaan sekelompok orang yang menamakan dirinya masyarakat hukum adat yang merasa mempunyai hak paling besar atas tanah yang bersangkutan.
Kemudian lahan yang telah dibuka dibagikan oleh adat/desa kepada masyarakat untuk dijadikan lahan pertanian bagi masyarakat adat. Hukum adat merupakan suatu produk sosial yaitu hasil kerja bersama (kesepakatan) dan merupakan hasil karya bersama (harta sosial) yang dimiliki oleh suatu masyarakat hukum adat. Hukum adat sebagai hukum tidak tertulis (Ongeschrevenrechf) selalu berhadapan dengan peraturan perundang-undangan sebagai hukum tertulis (geschrevenrechf).
Common law mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara fungsional beragama dan memenuhi fungsi sosial/keadilan sosial. Secara sosiologis, masyarakat common law adalah suatu bentuk kehidupan bermasyarakat yang diatur oleh common law. Asas dan Komposisi Common Law (Beginselen en Stelsel van Hat Adat Recht), Edisi Kesembilan Belas.
Masyarakat hukum adat juga tampak di mata kita sebagai subjek hukum yang dapat ikut serta secara penuh dalam hubungan hukum. Membangun Masyarakat Hukum Adat dalam Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Jurnal Tahunan Hukum dan Pembangunan ke-43 No.2. Lebih lanjut Hazairin menyatakan, masyarakat hukum adat tersebut juga terangkum dalam Pasal 18 Undang-Undang Tahun 1945 yang isinya sebagai berikut;40.
Menurut Soepom, masyarakat common law di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan komposisinya, yaitu berdasarkan ikatan garis keturunan (silsilah) dan berdasarkan lingkungan kewilayahan (teritorial). Berdasarkan bentuk-bentuk masyarakat hukum adat tersebut di atas, berkembang menjadi tiga jenis masyarakat hukum adat, yaitu. Peraturan ini mensyaratkan agar pengakuan dan penghormatan terhadap keberadaan dan hak masyarakat common law diatur dengan undang-undang.
Menurut M.M Djjojodigoeno dalam bukunya, hukum adat mempunyai beberapa ciri khas sebagai suatu peraturan yang tidak tertulis. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hukum adat mempunyai dua sisi yang saling berdekatan.
Tinjauan Tentang Hak Ulayat
- Teori Perlindungan Hukum
- Teori Penyelesaian Konflik
Terdapat tatanan hukum adat yang berkaitan dengan pengelolaan, penguasaan, dan pemanfaatan tanah adat yang dilaksanakan dan dihormati oleh warga perkumpulan hukum.47. Penelitian mengenai unsur-unsur hak adat akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten yang dalam pelaksanaannya akan melibatkan ahli hukum adat dan tetua adat setempat. Boedi Harsono berpendapat bahwa hak ulayat adalah sebutan yang diberikan oleh para ahli hukum adat kepada lembaga-lembaga hukum dan hubungan konkrit antara masyarakat hukum adat dengan tanah wilayahnya.
47 Pasal Peraturan Menteri Pertanian/Ka.BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Penyelesaian Persoalan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat. Ketentuan “tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lain yang lebih tinggi” dijadikan landasan hukum bagi pelaksana pembangunan untuk mengambil alih tanah adat dengan memberikan sejumlah aturan yang tingkatannya lebih tinggi dari hukum adat yang mendasarinya. adanya hak adat 50 . Dalam kepustakaan kuno yang ditulis oleh para sastrawan Belanda, hak ulayat suatu masyarakat adat disebut dengan istilah Belanda hukum harta benda dan hukum harta benda bersama.
BPN Nomor 18 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pengelolaan Tanah Adat Masyarakat Adat, “Hak akhir dari kesatuan masyarakat hukum adat atau sejenisnya adalah hak bersama kesatuan masyarakat hukum adat untuk menguasai, mengelola, dan/atau memanfaatkan serta melestarikan tanah adatnya. wilayahnya sesuai dengan nilai-nilai dan hukum adat yang berlaku.” 54. Sumardjono, Hak Adat sebagai istilah teknis hukum adalah hak-hak yang melekat sebagai yurisdiksi unik dalam masyarakat common law, berupa wewenang/kewenangan untuk mengelola dan mengatur tanah di dalamnya, dengan wewenang untuk bertindak baik secara internal maupun eksternal. 55. Isi kewenangan hak ulayat menyatakan bahwa hubungan masyarakat hukum adat dengan tanah/wilayahnya merupakan suatu penguasaan, bukan kepemilikan, seperti dalam konsep hubungan negara dengan tanah pada Pasal 33. ayat (3) UUD 1945.
Di sinilah sifat keagamaan atau unsur keagamaan tampak dalam hubungan hukum antara anggota masyarakat hukum adat dengan tanahnya.57. Demikian pula pada wilayah yang tidak pernah ada tanah adatnya, maka tidak akan tercipta tanah adat yang baru. Selain itu, UUPA tidak memberikan kriteria mengenai keberadaan hak ulayat mengacu pada makna dasar yang telah disebutkan di atas.
Apabila ketiga unsur kriteria di atas terpenuhi maka hak ulayat dapat dikatakan masih ada. Karena masih ada maka masyarakat hukum adat yang menguasai tanah ulayat tersebut dapat menjalankan hak dan kewajibannya, termasuk melakukan perlindungan tanah atas keberadaan tanah ulayatnya.62 Jadi, misalnya, kalaupun ada masyarakat hukum dan ada negara atau wilayahnya, apabila masyarakat hukum tidak lagi mempunyai kewenangan untuk melakukan ketiga perbuatan tersebut, maka hak ulayat dapat dikatakan hilang. Menurut Boedi Harsono, yang menjadi subjek Hak Ulayat adalah masyarakat hukum adat yang mendiami suatu wilayah tertentu.65 Masyarakat hukum adat terbagi menjadi 2 (dua), yaitu.
Hak-hak adat tidak lahir karena terciptanya keputusan seorang pejabat, melainkan tumbuh dan berkembang (dan mungkin juga hilang) sesuai dengan keberadaan dan perkembangan kehidupan masyarakat common law yang bersangkutan. Oleh karena itu, hak adat menunjukkan adanya hubungan hukum antara suatu masyarakat hukum (subyek hukum) dan suatu negara/wilayah tertentu (subyek hak).
Kerangka Pikiran
DI LUWU TIMUR
Definisi Operasional 1. Hukum Tanah
- Tanah Negara
- Tanah Ulayat
- Hukum Adat
- Masyarakat Adat
- Masyarakat Hukum Adat
- Wilayah Adat
- Hak Ulayat
Pengertian hak guna atas tanah adalah suatu hak yang memuat serangkaian kekuasaan, kewajiban, dan/atau larangan terhadap pemegang hak untuk berbuat sesuatu sehubungan dengan tanah yang dimilikinya. Sesuatu yang boleh, wajib, atau dilarang untuk dilakukan, yang merupakan isi dari hak milik, merupakan tolok ukur atau kriteria yang membedakan hak milik atas tanah yang diatur dalam undang-undang pertanahan. Tanah negara adalah tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau merupakan perpanjangan hak penguasaan negara atas tanah, air, dan ruang angkasa.
Tanah ulayat adalah tanah yang dikuasai bersama oleh masyarakat hukum adat yang sebenarnya masih ada dan tanah milik masyarakat hukum adat yang dikuasai sejak dahulu kala. Hukum adat adalah seperangkat norma atau peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berlaku dan digunakan untuk mengatur kehidupan bersama masyarakat adat dan diturunkan dari generasi ke generasi, yang selalu dipatuhi dan dihormati serta mempunyai sanksi.