Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1476
Pengujian ISO 25010 Pada Smart Chair Akupresure Berbasis Internet Of Things (IoT)
Diki Daryanto1,*, M. Khairul Anam1,Yoyon Efendi1, Rahmaddeni2
1Program Studi Teknologi Informasi, STMIK Amik Riau, Riau, Indonesia
2Program Studi Teknik Informatika, STMIK Amik Riau, Riau, Indonesia
Email: 1[email protected], 2[email protected], 3yoyonefendi@[email protected],
Email Penulis Korespondensi: [email protected]
Abstrak−Smart chair akupresure ialah merupakan sebuah teknologi yang sudah dibangun dengan menggunakan penerapan konsep internet of thing. Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk mengetahui tingkat kualitas Smart Chair Akupresure, agar tidak terjadinya error pada beberapa fitur dan terjadinya kesalahan pada fungsionalitasnya, yang mana harus sesuai dengan kegunaan yang sudah ditentukan, maka peneliti melakukan pengujian dengan mamanfaatkan karakteistik pada ISO 25010.
Terkait alasan peneliti mengambil ISO 25010 menjadi salah satu pengujian pada smart chair akupresure ialah dikarnakan teknologi smart chair akupresure belum bisa dikatakan layak karna belum adanya pengujian yang dilakukan dalam pengukuran, maka peneliti menggunakan ISO 25010 yang mana memanfaatkan beberapa karakteristik yang bisa digunakan seperti fungsional suitability, usability dan performance efficiency yang berfokus pengukuran pada alat elektronik yang digunakan.
Pada dasarnya konsep yang digunakan pada penelitian ini ialah internet of things yang merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk mengontrol dan mempermudah cara kerja pada teknik pijat akupresure terhadap pengguna.Adapun permasalahan lainnya yang terjadi dan timbul sering bergantung pada kepuasan terhadap pelanggan terkait kualitas yang diberikan pada software maupun perangkat. Penelitian ini menggunakan metode ISO 25010 sebagai standar uji kelayakan pada perangkat, dimana ISO 25010 pada dasarnya juga memeliki 8 kerakteristik. Adapun pada penelitian ini untuk malakukan pengujian pada smart cahair akupresure peneliti menggunakan 7 kerakteristik yang ada pada ISO 25010 yaitu diantaranya fungsional suitability, compatibility, usability, performance efficiency, reability, maintability dan portability. Instrumen yang digunakan yaitu mencari pendekatan dengan menggunakan rumus pada uji reliability dan pengolahan pada software SPSS. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah smart chair akupresure belum dapat memenuhi standat ISO 25010 dikarnakan hasil yang diperoleh sebesar 34,9% dengan nilai alpha cronbch 0,46 (tidak dapat diterima).
Kata Kunci: Smart Chair Akupresure; ISO 25010; Internet of things
Abstract−Smart chair acupressure is a technology that has been built using the application of the internet of things concept.
The purpose of this study was to determine the quality level of the Acupressure Smart Chair, so that there are no errors in some features and the occurrence of errors in its functionality, which must be in accordance with the specified usability, the researchers conducted a test by utilizing the characteristics of ISO 25010. Related to the researcher's reasons taking ISO 25010 as one of the tests on the acupressure smart chair is because the smart chair acupressure technology cannot be said to be feasible because there has been no testing carried out in the measurement, the researchers used ISO 25010 which utilizes several characteristics that can be used such as functional suitability, usability and performance efficiency which focuses on measuring the electronic equipment used. Basically the concept used in this research is the internet of things which is a system that functions to control and simplify the workings of acupressure massage techniques for users. Whereas other problems that occur and arise often depend on customer satisfaction related to the quality provided on software and devices. This study uses the ISO 25010 method as the standard for the feasibility test on the device, where ISO 25010 basically also has 8 characteristics . In this study, to test the smart acupressure hair, the researchers used 7 characteristics that exist in ISO 25010, namely functional suitability, compatibility, usability, performance efficiency, reliability, maintability and portability. The instrument used is looking for an approach using the formula for reliability testing and processing on SPSS software. The results obtained from this study are that the acupressure smart chair has not been able to meet the ISO 25010 standard because the results obtained are 34.9% with an alpha cronbch value of 0.46 (unacceptable).
Keywords: Smart Chair Akupresure; ISO 25010; Internet of things
1. PENDAHULUAN
Suatu sistem perangkat lunak perlu dijaga kualitasnya, dimana kualitas yang diukur dengan bergantungannya pada tanggapan terhadap kepuasan pelanggan. Sistem perangkat lunak juga perlu dijaga dengan bertujuan agar selalu mampu menghasilkan yang terbaik, dimana sebuah sistem dapat bersaing kapanpun terhadap perangkat lunak lainnya, dan mempertahankan tanggapan pelanggan dalam penggunaan pas suatu sistem [1] senada dengan hal tersebut yang telah dikutip, [2] menyatakan bahwa kualitas perangkat lunak ialah suatu tahapan proses pada sistem perangkat lunak yang efektif dan mampu menyediakan sebuah produk yang dapat bermanfaat bagi penggunanya.
Adapun sistem perangkat lunak yang bermanfaat meliki tiga poin penting yaitu ialah diantaranya adanya efektivitas proses terhadap perangkat lunak, produk yang mampu mengirim sebuah konten serta memberikan fungsi dan mampu menghasilkan nilai lebih bagi pengguna terhadap perangkat lunak. Pentingnya kualitas terhadap perangkat lunak yang ditegaskan oleh peneliti terdahulu bahwa pada sebuah sistem perangkat lunak yang dikembangkan harus mengacu sesuai pada kebutuhan dan spesifikasi pada penggunanya [3].
Model kualiatas menentukan pada karakteristik yang akan nantinya dipertimbangkan ketika mengevaluasi aspek-aspek pada produk perangkat lunak. Dimana saat ini ada berbagai macam standar pengujian yang digunakan terhadap perangkat lunak diantaranya McCall [4], Boehm [5], FRUPS [6] Drome [7], Bertoa [8]
Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1477 , ISO 9126 [9] dan ISO 25010 [10]dimana aspek-aspek dan atribut dapat digunakan dalam mengukur kualitas perangkat lunak [11]. Sedangkan standar kualitas seperti ISO/IEC membagai aspek kualitas terhadap perangkat lunak menjadi beberapa karakteristik dan sub karekteristik [12]. Dari bebagai macam model salah satunya adalah ISO25010, Model ISO 25010 merupakan sebagai standar internasional dalam pengujian perangkat lunak yang berlaku saat ini. Dimana model ini menentukan delapan karakteristik termasuk ialah diantaranya fungsional suitability, reliability, performance, efficiency, usability. Maintainability, security compability dan portability yang dibagi lagi menjadi serangkaian sub-karakteristik [3]. Penelitain lain juga menyebutkan bahwa dari perbandingan karakteristik yang terletak pada setiap model juga menunjukkan bahwa ISO/IEC 25010 memiliki seluruh karakteristik yang dibutuhkan dalam menentukan kualitas pada suatu sistem dibandingkan dengan model pengujian lainnya [13]. Sehingga penggunaan ISO 25010 sangat direkomendasikan sebagai standar panduan dalam perancangan pada suatu perangkat lunak.
Penelitian terdahulu, terkait yang telah menggunakan ISO 25010 pada Sistem Informasi Kegiatan Sekolah yang bertujuan untuk mengetahui sistem memenuhi standar functional [3]. Dan selanjutnya, ISO 25010 juga telah digunakan peneliti pada pengujian terhadap Aplikasi Sistem Monitoring Perkuliahan yang tujuannya ialah menjamin tingkat kualitas pada sistem [14]. Adapun yang telah dikutip dari [2] yang menggunakan ISO 25010 menjadi alat pengujian terhadap masalah yang diangkat mengenai Analisis Kualitas Sistem Informasi Pantauan pembentukan Karakter Siswa yang memiliki tujuan agar memiliki kualitas pada sistem.Kualitas pada suatu sistem dapat diukur dari sejauh mana sistem dapat memenuhi kebutuhan yang direpresentasi dalam model kualitas[15]. Dimana langkah tersebut merupakan tahapan yang dilakukan pengukuran pada smart chair akupresure.
Penelitain yang telah mengkutip tentang pengujian pada sistem perangkat lunak [16], menjelaskan tahapan pengujian yang digunakan pada perangkat eletronik yang dihubungkan pada mobile meliputi empat karakteristik yaitu fungsional testing, compatibility testing, usability testing, dan performance testing. Jika standar yang digunakan untuk mengukur suatu kualitas perangkat elektronik mobile dapat diterapkan dan mendapatkan skor yang sesuai standar ISO 25010, maka pengujian juga dapat dilakukan pada sebuah perangkat elektronik yang ada pada smart chair akupresure, dalam tahapan pengujian perlunya digunakan beberapa karekteristik yang diantaranya ialah karekteristik fungsional suitability, compatibility, usability, performance efficiency, reability, maintability dan portability.
Smart chair akupresure yang menggunakan sistem internet of things (IOT) merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk mempermudah teknik pijat akupresure pada pengguna dengan menerapkan konsep internet of things dimana pada dasar nya ini adalah sebuah inovasi yang di lakukan dalam bertujuan kenyamana yang diberikan.
Terkait modul yang dipakai dalam pembuatan smart chair akupresure ialah arduino[17]. Dapat dilihat dari gambar 1. dimana Arduino merupan sebuah papan sirkuit dengan mikrocip yang dapat diprogaram menggunakan IDE[18] sehingga dapat menjalankan tugas atau perintah tertentu menuju modul dan komponen ektronik lain nya [19]. Dalam penelitian ini, Arduino digunakan menajdi alat control pada kestabilan pergerakan yang dihasilkan menjadi output pada Motor DC [20].
Gambar 1. Skema perancangan alat
Tujuan dilakukan nya tahapan pengujian ini ialah untuk mengetahui kebutuhan dalam mendefenisikan cakupan dari projek yang dikerjakan dalam bentuk beberapa fungsional suitability. Performance efficiency, compatibility, usability, reability, maintability dan portability[21] yang pada dasarnya ini menjelaskan secara terperinci dan memiliki sebuah fungsi sebagai spesifikasi sistem yang telah menyesuaikan dengan kebutuhan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Tahapan Penelitian
Dalam tahapan yang dilakukan peneliti menggunakan ISO 25010 sebagai standar pengujian terhadap pengukuran sistem. Terdapat pola kerangka kerja yang menjadi acuan pada tahapan untuk menyelesaikan penelitian ini.
Kerangka kerja yang harus diikuti pada gambar 2.
Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1478 Gambar 2. Diagram Alur Penelitian
2.2 Literatur View
Literatur View yang digunakan penelitian ini ialah sebuah uraian tentang teoris, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan sebagai landasan kegiatan pada penelitian.
2.3 Analisis Masalah
Masalah yang telah diindetifinkasi pada penelitian ini adalah mengenai fungsi dan peforma yang diberikan pada projek eletronik yang telah diselesaikan utuk mengetahui kelayakan pada smart chair akupresure.
2.4 Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan untuk menilai kualitas pada fitur smart chair akupresur yang diperoleh dari tahap implementasi diamana pada dasarnya merupakan suatu hal atau bagian paling dibutuhkan dari tahap ini. Kemudian terkait dilakukannya pengujian juga penting sebagai bukti keberhasilan fungsionalitas dari sistem elektronik pada smart chair akupresure yang telah dibangun. Telihat pada gambar 3 ialah merupakan sistem yang akan dilakukan pengukuran.
Gambar 3. Smart Chair Akupresure 2.5 ISO 25010
Dalam penelitian ini akan menggunakan model ISO/IEC 25010 [3] dalam mengukur terhadap penilaian kualitas.
Sistem yang telah dibangun berupa smart chair.
Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1479 Kemudian, terlihat pada gambar 4 adalah merupakan aplikasi smartphone yang terhubung dengan smart chair akupresure diamana fungsi utama dan kegunaan yang ada pada alikasi ialah diantaranya menggerakkan beberapa motor dc yang terletak pada bagian punggung dan pinggang dan aplikai smart chair juga dilengkapi dengan tombol pengaturan kecepatan guna untuk menentukan putaran yang akan dihasilkan oleh motor dc saat digunakan. nanntinya akan dilakukan pengujian apakah sudah layak atau masih ada perbaikan.
Gambar 4. Aplikasi smart Chair Akupresure
Penelitian ini memiliki 7 model karakteristik yang digunakan dalam melakukan penelian sistem yang pada dasarnya penelitian ini akan mengacu pada rumus (1) sebagai berikut:
SKORtotal = (𝐽𝑆𝑆𝐿 𝑥7) + (𝐽𝑆𝐿 𝑥 6) + (𝐽𝐿 𝑥5) + (𝐽𝑅 𝑥4) + (𝐽𝑇𝐿 𝑥3) + (𝐽𝑆𝑇𝐿𝑥2) + (𝐽𝑆𝑆𝑇𝐿𝑥1) (1) Keterangan:
Jssl = Jumlah responden menjawab sangat sangat layak Jsl = Jumlah responden menjawab sangat layak Jl = Jumlah responden menjawab layak Jr = Jumlah responden menjawab ragu - ragu Jtl = Jumlah responden menjawab tidak layak Jstl = Jumlah responden menjawab sangat tidak layak Jssstl = Jumlah responeden menjawab sangat sangat tidak layak
Dengan adanya persentase kelayakan didapat dengan menggunakan perhitungan skor persentasi hasil pengujian dan dicocokan dengan skala penilaian sebagai berikut:
Persentase= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥100% (2)
Kemudian dalam mencari skor untuk mendapatkan kriteria interpretesi perstase nalai menggunakan pengujian dengan rumus(3):
Persentase= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑖 𝑥 𝑟 𝑥 7 x 100% (3)
Keterangan:
Skor total = skor total hasil dari jawaban responden i = jumlah dari pertanyaan
r = jumlah dari responden
Hasil perhitungan kemudian dikonversi menjadi pernyataan predikat yang digunakan sebagai katagori kelayakan. Dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Interpretasi Persentase No. Persentase Interpretasi
1. 0%-10% Jssstl
2. 11%-30% Jstl
3. 31%-40% Jtl
4. 41%-50% Jr
5. 51%-60% Jl
6. 61%-80% Jsl
7. 81%-100% Jssl
Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1480 2.6 Penyebaran Kusioner
Proses pada tahapan penyebaran kusioner yang digunakan pada penelitian ini ialah teknik sample jenuh yang pada dasarnya lebih bersifat kebutuhan yang diperlukan seperti para ahli bidang Internet of Things (IOT) dan Akupresure akan menjadi subjek untuk mengisi kusioner. sampel yang merupakan suatu bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi [22]. Selanjutnya, tahapan untuk mencari para ahli ada beberapa kereteria dan spesifikasi tertentu untuk menjadi acuan yang dipilih diantaranya ialah (1) Penelitian yang ada digoogle- scholar, (2) Peneliti yang banyak membuat penelitan terkait IOT. Adapun yang ahli dibidang akupresure kraterianya yang memiliki tempat praktek. Selanjutnya, Taget pada penelitian ini akan menggunakan beberapa responden yang mengacu pada peneliti seblumnya [23], menggunakan 5 responden untuk menjadi acuan pokok pada modul eletronik.
2.7 Analisis Hasil Kusioner
Analisis hasil kusioner yang didapatkan dari kusioner diatas maka dilakukannya tahapan perhitungankonsistentsi atau reabilitas terhadap instrumen. Perhitungan Alpha Cronbach diolah menggunakan software SPSS dengan intespretasi Alpha Cronbach yang tersaji pada tabel 2 berikut: [24].
Tabel 2. Nilai Konsistensi Alpha Cronbach No. Persentase
Pencapaian
Interprestasi 1. r11 ≥ 0,9
0,9
Sempurna 2. 0,9 > r11 ≥ 0,8 Baik 3. 0,8 > r11 ≥ 0,7 Dapat Diterima 4. 0,7 > r11 ≥ 0,6 Diragukan 5. 0,6 > r11 ≥ 0,5 Buruk 6. r11 < 0,5 Tidak Dapat
Diterima 2.8 Rekomendasi
Rekomendasi pada penelitian ini akan diberikan ketika mendapatkan beberapa pertanyaan atau indikator yang kurang memuaskan dan tidak seusai dengan yang diharapkan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan hasil ini dimulai dari tahap analisis hasil kusioner dengan menggunakan subbab fungsional suitability, compatibility, usability, performance efficiency, reability, maintability dan portability, kemudian ada hasil tahapan dari survey yang didapat akan dilakukannya penghitungan skor pada persentase hasil pengujian dan dicocokkan dengan skala terhadap penilaian untuk mengetauhi tingkat kualitas sistem aplikasi dan alat eltronik yang ada pada smart chair akupresure. Adapun perhitungan data kusinoser menggunakan rumus reabilitas dan validitas. Didalam pengujian validitas yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui nilai apakah layak atau tidak layaknya suatu kusioner yang diberikan. Sedangkan uji reliabilitas pada penelitian ini guna untuk memastikan apakah kusioner yang akan digunakan dapat konsisten jika dilakukan uji secara berulang. Selanjutnya tabel survey mengenai kualitas dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Survey Kusioner
No Responden Hasil
1. Ahli Akupresur 35
2. Ahli Akupresur 30
3. Ahli Akupresur 25
4. Ahli IOT 83
5. Ahli IOT 54
3.1 Uji Validitas
Untuk mengetahui adanya valid dan tidak valid pada pertanyaan kusioner yang diberikan perlu dilakukan pengujian validas, penelitian ini akan menganalisa koefisien dari korelasi digunakan untuk mengetahui tentang menemukan tingkat signifikan atau tidak, dilakukan dengan aturan keputusan: jika r-hitung> r-tabel berarti maka pernyataan valid atau reliabel, seblaiknya jika r-hitung< r-tabel berarti pernyataan tidak valid atau tidak reliabel.
Didalam penelitian ini jumlah sampel uji coba yang digunakan sebagai data yang diambil sebanyak 5 responden.
Selajutnya, peneliti menggunakan taraf signifikan sebesar 5% yaitu 0,878 dengan n=5. Untuk mengetahui hasil uji validitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4, menjelaskan mengenai hasil yang didapatkan dari
Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1481 pertanyaan berjumlah 17 bulir pertanyaan.
Tabel 4. Daftar Hasil Uji Validitas No rhitung rtabel kondisi status
1 0,873 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 2 0,667 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 3 0,897 0,878 rhitung
>rtabel
Valid 4 0,966 0,878 rhitung
>rtabel
Valid 5 0,745 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak Valid 6 0,913 0,878 rhitung
>rtabel
valid 7 0,845 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 8 0,765 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 9 0,873 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 10 0,327 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 11 0,218 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 12 0,245 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 13 0,882 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 14 0,793 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid 15 0,945 0,878 rhitung
>rtabel valid 16 0,901 0,878 rhitung
>rtabel
valid 17 0,872 0,878 rhitung
<rtabel
Tidak valid
Berikut terlihat pada tabel 4 ialah merupakan hasil dari pengujian validitas pada kusioner yang telah diberikan mendapatkan dengan hasil keseluruhan tidak valid dari jumlah pertanyaan 17 yakni terdapat 13 yang tidak valid dan 4 pertanyaan yang valid. Hasil tidak valid dan valid ini didapatkan dari nilai yang diperoleh kurang atau besar dari 0,878.
3.2 Uji Realibilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan peneliti dengan cara menggunakan bantuan SPSS guna pengambilan keputusan reliabel atau tidak reliabel dengan nilai pada Cronbach’s Alpha (α) > 0,60, maka variabel dinyatakan reliabel.
Karakteristik ISO 25010 yang digunakan hanya 7 untuk uji reliablitas.
Tabel 5. Pengujian reabilitas Karakteristik Cronbach’s
Alpha
N of Items Functionality Suitability ,333 2
Performance Efficiency ,902 2
Compatibility ,553 2
Usability ,667 4
Realibility -1,667 2
Portability ,478 2
Maintainability ,869 3
Dari pengujian yang dilakukan terhadapa hasil yang telah dihitung dengan bantuan SPSS, maka diperoleh hasil pada karakteristik Functionality Suitability 0,333 dapat dikatakan bahwa hasil yang didapat lebih rendah dari
Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1482 standar alpha cronbach yakni 0,60 sehingga vari-abel besifat tidak reliabel. Hasil dari karekteristik Performance Efficiency 0,902 lebih dari nilai alpha cronbach yakni 0,60, maka dapat dinyatakan bahwa kusioner reliabel. Hasil karakteristik Compatibility 0,553 yang telah dihitung lebih rendah dari 0,60, maka dapat dinyatakan hasil yang didapar tidak reliabel. Hasil pengujian terhadap karakteristik Usability 0,667 didapatkan nilai yang rendah dari 0,60, maka dapat dikatakan bahwa hasil bersifat tidak reliabel. Hasil pengujian pada karakteristik Realibility - 1,667 yang telah dihitung mendapatkan hasil yang rendah dari nilai alpha cronbach yakni 0,60, maka dapat dinyatakan hasil yang didapar tidak reliabel. Hasil pengujian pada karakteristik Portability 0,478 yang didapatkan yakni ialah lebih rendah dari nilai alpha cronbach 0,60, maka dapat dinyatakan hasil yang didapar tidak reliabel.
Hasil pengujian yang terakhir dilakukan pada karekteristik Maintainability 0,869 dapat dikatakan bahwa hasil yang didapat lebih dari standar alpha cronbach yakni 0,60 sehingga vari-abel besifat reliabel.
Tahapan selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah melakukan pengujian terhadap kusioner yang diperoleh dari jawaban. adaapun jumlah responden yang menjawab sangat sangat layak (Jssl) berjumlah 3, jumlah responden sangat layal (jsl) berjumlah 8, jumlah responden yang menjawab layak (jl) berjumlah 12, jumlah responden yang menjawab ragu-ragu (jr) berjumlah 21, jumlah responden yang menjawab tidak layak (jtl) berjumlah 21, jumlah responden yang menjawab sangat tidak layak (jstl) berjumlah 51, jumlah responden yang menjawab sangat sangat tidak layak (jsstl) berjumlah 40. Hasil dalam pengujian yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (3𝑥7) + (8𝑥6) + (12𝑥5) + (21𝑥4) + (21𝑥3) + (51𝑥2) + (40𝑥1) = 418 𝑃 𝑠𝑘𝑜𝑟 = 418
1200𝑥 100% = 34,9%
Pengujian selanjutnya yang dilakukan pada penelitian ini ialah melakukan perhitungan terhadap nilai yang didaptkan dari skor total yang telah diolah menggunakan rumus, yang mana pengolahan nilai disandarkan dengan standar ISO 25010 untuk diterapkan yakni 1200. Hasil persentase yang didapatkan dari pengujian adalah 34,9%.
Kemudian selanjutnya, dibandingkan dengan tabel 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat dari pengujian dapat dinyatakan sangat tidak layak. Selanjutnya tahapan yang dilakukan perhitungan untuk mencari reliabilitas pada kuesioner dan mencari persentase pengujian yang sesuai aspek. Hasil dalam pengujian juga dihitung nilai dari konsistensinya dengan menggunakan software tool SPSS dengan perhitungan alpha cronbach.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Tabel hasil Perhitungan Alpha Cronbach dengan SPSS Case Processing Summary
N %
Cases Valid 5 100.0
Excludeda 0 .0
Total 5 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
.046 17
Perhitungan yang diperoleh dari alpha cronbach memiliki hasil 0,46 kemudian dapat dibandingkan dengan tabel 2 yang dengan demikian sehingga dapat dinyatakan hasil yang diperoleh lebih kecil dari o,5 yang artinya dapat dinyatakan tidak dapat diterima.
3.3 Rekomendasi
Hasil pada penelitian ini mendapatkan beberapa indikator yang belum memenehui standar pencapaian pada beberapa karekteristik yang ada, diantaranya pada karekteristik functionality suitability yang mendapatkan skor atau hasil keseluruahan 20% dari pengisian responden, dan pada karekteristik performance efficiency hasil yang diperoleh berjumlah 20% dari pengisian responden. Tahapan yang dilakukan dalam meningkatkatkan skor ialah menurut para ahli dibidang IOT mengatakan langkah yang perlu dilakukan dalam tahapan penyempurnaan pada karakteristik functional suitability berupa perlunya penyesuaian letak pada alat eletronik yang digunakan. Yakni motor dc yang sebagai alat utama pada smart chair akupresure yang harus seusai dengan anjuran buku-buku teknik akupresur yang telah ada. Dan Adapun menurut para ahli dibidang akupresure mengatakan terkait karekteristik pada performance efficiency, baru dapat dikatakan layak jika penentuan titik saraf pada smart chair akupresure yang telah dibagun sudah sama dengan fungsi dari teknik pijat yang dilakukan pada dasar akupresure, dengan bertujuan mengenal kegunaan dan effek yang diberikan pada smart chair akupresure setelah menggunakan teknologi tersebut.
Diki Daryanto, Copyright © 2022, MIB, Page 1483
4. KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah bedasarkan hasil yang didapatkan, peneliti menyimpulkan bahwa pengujian yang dilakukan menggunakan tujuh karakteristik ISO 25010 yang menjadi standar uji kelayakan pada smart chair akupresure mendapatkan hasil 34,9% dari total keseluruhan data yang sudah dirumuaskan dan adapun nilai dari hasil pengujian menggunakan SPSS ialah 0,46 yang dapat dinyatakan bahwasannya nilai yang didapat lebih kecil dari nilai standar alpha cronbach maka dapat di simpulkan bahwa penelitan pada smart chair akupresure tidak dapat diterima.
REFERENCES
[1] E. Darmawan, “Implementasi Model Pembelajaran Asynchronous Dalam Perancangan Aplikasi Simulasi Panduan Pecinta Alam,” J. Cloud Inf., vol. 3, no. 2, pp. 13–19, 2018.
[2] H. Setiawan, “Analisis Kualitas Sistem Informasi Pantauan Pembentukan Karakter Siswa Di Smk N 2 Depok Sleman,”
Elinvo (Electronics, Informatics, Vocat. Educ., vol. 2, no. 1, pp. 102–109, 2018, doi: 10.21831/elinvo.v2i1.16427.
[3] T. A. Ghaffur, “Analisis Kualitas Sistem Informasi Kegiatan Sekolah Berbasis Mobile Web Di Smk Negeri 2 Yogyakarta,” Elinvo (Electronics, Informatics, Vocat. Educ., vol. 2, no. 1, pp. 94–101, 2018, doi:
10.21831/elinvo.v2i1.16426.
[4] N. Ben-Arie et al., “Math1 is essential for genesis of cerebellar granule neurons,” Nature, vol. 390, no. 6656, pp. 169–
172, 1997, doi: 10.1038/36579.
[5] Christopher, “Rational Preselection from Hamadryas to Homo Sapiens: The Place of Decisions in Adaptive Process,”
Am. Anthropol., vol. 80, no. 2, pp. 265–296, 1978, doi: 10.1525/aa.1978.80.2.02a00020.
[6] G. and Caswell, “A Hybrid Evaluation Framework of CMM and COBIT for Improving the Software Development Quality,” J. Softw. Eng. Appl., vol. 06, no. 05, pp. 280–288, 1987, doi: 10.4236/jsea.2013.65035.
[7] L. O. Ramig and C. Dromey, “Aerodynamic mechanisms underlying treatment-related changes in vocal intensity in patients with Parkinson disease,” J. Speech, Lang. Hear. Res., vol. 39, no. 4, pp. 798–807, 1996, doi:
10.1044/jshr.3904.798.
[8] J. P. Miguel, D. Mauricio, and G. Rodríguez, “A Review of Software Quality Models for the Evaluation of Software Products,” Int. J. Softw. Eng. Appl., vol. 5, no. 6, pp. 31–53, 2014, doi: 10.5121/ijsea.2014.5603.
[9] M. K. Anam and H. Ulayya, “Implementasi dan Analisa SARDrive Sebagai Media Penyimpanan Cloud,” JUITA J.
Inform., vol. 8, no. 1, p. 83, 2020, doi: 10.30595/juita.v8i1.5748.
[10] M. Haoues, A. Sellami, H. Ben-Abdallah, and L. Cheikhi, “A guideline for software architecture selection based on ISO 25010 quality related characteristics,” Int. J. Syst. Assur. Eng. Manag., vol. 8, no. November, pp. 886–909, 2017, doi:
10.1007/s13198-016-0546-8.
[11] C. Vilas, M. Mauricio-Iglesias, and M. R. García, “Model-based design of smart active packaging systems with antimicrobial activity,” Food Packag. Shelf Life, vol. 24, 2020, doi: 10.1016/j.fpsl.2019.100446.
[12] N. Bhuiyan and H. A. ElSabbagh, “A Quality Assurance Model for Airborne Safety-Critical Software,” J. Softw. Eng.
Appl., vol. 07, no. 03, pp. 162–176, 2018, doi: 10.4236/jsea.2014.73018.
[13] M. Wadhwa, “A Comparative Study of Software Quality Models,” vol. 5, no. 4, pp. 5634–5638, 2018.
[14] M. S. Lamada, A. S. Miru, and R.- Amalia, “Pengujian Aplikasi Sistem Monitoring Perkuliahan Menggunakan Standar ISO 25010,” J. Mediat., vol. 3, no. 3, 2020, doi: 10.26858/jmtik.v3i3.15172.
[15] M. D. Mulyawan, I. N. S. Kumara, I. Bagus, A. Swamardika, and K. O. Saputra, “Kualitas Sistem Informasi Berdasarkan ISO / IEC 25010 :,” vol. 20, no. 1, 2021.
[16] N. F. Anwar, R. T. Mangesa, and U. S. Sidin, “Pengembangan Game Edukasi Pengenalan Angka Berbasis Unity Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunagrahita Di SLB Arnadya,” J. Mediat., vol. 4, no. 3, p. 105, 2021, doi:
10.26858/jmtik.v4i3.23697.
[17] L. Louis, “Working Principle of Arduino and Using it as a Tool for Study and Research,” Int. J. Control. Autom. Commun.
Syst., vol. 1, no. 2, pp. 21–29, 2016, doi: 10.5121/ijcacs.2016.1203.
[18] K. Ibnutama and M. G. Suryanata, “Box Penghangat Makanan Pendamping Air Susu Ibu Menggunakan Termoelektrik,”
JURTEKSI (Jurnal Teknol. dan Sist. Informasi), vol. 8, no. 1, pp. 69–74, 2021, doi: 10.33330/jurteksi.v8i1.1288.
[19] M. Verma, “International journal of engineering sciences & research technology anti condensing electric circuit using arduino microcontroller,” vol. 6, no. 6, pp. 148–154, 2018, doi: 10.5281/zenodo.805403.
[20] N. Nugroho and S. Agustina, “ANALISA MOTOR DC (DIRECT CURRENT) SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK,” Transmisi, vol. 15, no. 1, pp. 40–46, 2018.
[21] H. Iqbal and M. Babar, “An Approach for Analyzing ISO / IEC 25010 Product Quality Requirements based on Fuzzy Logic and Likert Scale for Decision Support Systems,” Int. J. Adv. Comput. Sci. Appl., vol. 7, no. 12, pp. 245–260, 2017, doi: 10.14569/ijacsa.2016.071232.
[22] S. Syahniar and B. N. Dwi, “Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa,” Jurnal Counseling Care, vol. 1, no. 2. pp. 17–24, 2018, doi: 10.22202/jcc.2017.v1i2.2524.
[23] S. Ghaliyah, F. Bakri, and Siswoyo, “Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Model Laerning Cycle 7E pada Pokok Bahasan Fluida Dinamik untuk Siswa SMA Kelas XI,” Pros. Semin. Nas. Fis. SNF2015, vol. IV, no. May 2018, pp. 149–
154, 2018.
[24] J. A. Gliem and R. R. Gliem, “Calculating, Interpreting, and Reporting Cronbach’s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales,” Stud. Inorg. Chem., vol. 14, no. C, pp. 349–372, 2003, doi: 10.1016/B978-0-444-88933-1.50023-4.