• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN SAHAM DENGAN PENDEKATAN NILAI BUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENILAIAN SAHAM DENGAN PENDEKATAN NILAI BUKU "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2549-6182 (Online)

PENILAIAN SAHAM DENGAN PENDEKATAN NILAI BUKU

(PRICE TO BOOK VALUE) SEBAGAI DASAR KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM

Iryani STIE Wira Bhakti [email protected]

ABSTRAK

Investor dapat melakukan penilaian untuk mengetahui posisi dan nilai saham perusahaan. Salah satu metode yang sering digunakan adalah analisis fundamental dengan menggunakan nilai buku (Price to Book Value/PBV). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui saham perusahaan yang mengalami overvalued atau undervalued berdasarkan analisis fundamental dengan pendekatan Price Book Value (PBV). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan sub sektor batu bara tahun 2017.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 21 sampel penelitian, 17 sampel saham perusahaan berada dalam kondisi overvalued sehingga keputusan yang tepat adalah menjual saham tersebut apabila telah dimiliki untuk memperoleh capital gain atau tetap menahan saham apabila ingin tetap mendapatkan deviden karena kondisi fundamental perusahan dalam keadaan baik. Perusahaan yang mengalami kondisi undervalued berjumlah 4 perusahaan. Harga pasar saham dan dinilai murah oleh investor.

Keputusan investasi yang tepat bagi calon investor yang memiliki tujuan jangka pendek adalah membeli saham tersebut sebelum harga kembali mengalami peningkatan.

Kata-kata kunci: undervalued, overvalued, Price Book Value (PBV).

PENDAHULUAN Latar Belakang

Investasi adalah suatu aktivitas menempatkan dana pada satu periode tertentu dengan harapan penggunaan dana tersebut bisa menghasilkan keuntungan atau peningkatan nilai investasi. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu[1]. Investasi dapat diwujudkan dalam bentuk aset fisik berupa emas, berlian, tanah atau dalam bentuk aset keuangan berupa saham, obligasi, dan waran. Saham merupakan surat berharga yang menunjukkan bukti kepemilikan individu maupun institusi dalam perusahaan. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Manfaat dengan membeli saham yaitu adanya dividen atau capital gain sebagai return atas investasi yang sudah dilakukan.

Dividen merupakan sebagian keuntungan yang telah diperoleh oleh perusahaan yang kemudian dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan capital gain adalah keuntungan yang didapat oleh investor dimana berasal dari hasil jual beli saham yang

merupakan selisih antara harga jual yang lebih tinggi dengan harga beli yang lebih rendah.

Selain itu, saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high return yang berarti saham tersebut merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada saham.

Pasar modal berfungsi sebagai tempat bertemunya investor yang ingin menanamkan dananya dengan emiten yang ingin mendapatkan modal[2]. Pada aktivitas pasar modal harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan investasi karena harga saham menunjukan kinerja emiten.

Pergerakan harga saham searah dengan kinerja perusahaan, apabila perusahaan mempunyai kinerja yang semakin baik maka keuntungan yang dihasilkan dari operasi semakin besar.

Tidak semua saham yang tercatat di bursa efek dapat memberikan hasil yang maksimal, sehingga diperlukan analisis untuk dapat meminimalisasikan risiko yang ada saat diputuskan untuk membeli, menjual atau menahan saham tersebut.

Cara yang dapat dilakukan investor adalah menganalisis harga saham perusahaan tersebut. Melakukan penilaian saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar

(2)

untuk suatu saham. Walaupun harga saham berubah setiap waktu. Nilai wajar sebuah saham selalu menjadi acuan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi, yaitu apakah akan membeli, menjual, atau mempertahankan saham tertentu.

Kewajaran harga saham dapat dinilai dengan cara membandingkan nilai intrinsik atau nilai sebenarnya dengan harga saham yang ada di pasar. Nilai wajar lebih berkaitan dengan masalah apakah harga saham tersebut di pasar sudah terlalu mahal (overvalue) atau masih murah (undervalue). Harga saham dianggap mahal jika harga pasar lebih besar dari nilai wajarnya. Sebaliknya, saham dianggap murah jika harga pasar lebih rendah dari nilai wajarnya.

Terdapat dua teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai harga saham suatu perusahaan, yaitu melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Untuk menganalisis harga saham, investor biasanya menggunakan pendekatan Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV). Masing-masing pendekatan, baik memiliki dasar penilaian yang berbeda, sehingga investor dapat memilih metode yang diinginkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga saham dengan laba per lembar saham (earning per share) perusahaan[3]. Pendekatan ini menggunakan nilai laba per lembar saham untuk mengestimasi nilai intrinsik. Pendekatan PER disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham[2].

Penelitian yang dilakukan oleh Saputra et.al[4] menggunakan pendekatan Price Earning Ratio (PER) untuk mengetahui harga intrinsik saham sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Hasilnya menunjukkan harga intrinsik saham dari sampel penelitian ada yang di atas harga pasar dan berada dalam kondisi undervalued (harganya murah), sehingga keputusan yang tepat adalah membeli saham.

Price Book Value (PBV) didefinisikan sebagai perbandingan nilai pasar suatu saham terhadap nilai bukunya sendiri sehingga dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued[5]. PBV merupakan alternatif untuk menilai saham bagi perusahaan yang secara konsisten memberikan

dividen kepada para pemegang saham. Nilai wajar bagi saham yang akan dibeli maupun dijual sangat penting untuk diketahui oleh investor, sebab akan mempermudah investor dalam memperkirakan kemungkinan keuntungan serta kerugian yang akan terjadi di masa depan.

Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV, maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Saham- saham yang mempunyai rasio harga/nilai buku yang rendah sebaiknya dibeli untuk memperoleh tingkat return yang lebih besar pada tingkat risiko tertentu. Pendekatan PBV umumnya dipergunakan di kalangan investor yang kurang menyukai penilaian berdasarkan kemampuan menghasilkan laba perusahaan, karena nilai buku dianggap lebih sesuai dalam menilai sebuah saham.

Penelitian yang dilakukan Permata et.al[6] dalam mengetahui nilai saham dan posisi nilai saham (overvalued, fairvalued atau undervalued) menggunakan metode penilaian Price Earning Ratio (PER) dan metode penilaian Price Book Value (PBV).

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai saham yang menggunakan metode PER sangat berfluktuatif dan posisi saham berada pada posisi undervalued. Posisi saham PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang dihitung menggunakan metode PBV menunjukkan nilai saham rata-rata pada periode 2003-2012 berada dalam posisi overvalued dan nilai sahamnya juga berfluktuatif. Keputusan yang seharusnya diambil investor berdasarkan metode penilaian saham PER adalah membeli, sedangkan keputusan investasi yang seharusnya diambil investor berdasarkan metode penilaian saham PBV adalah menjual.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah saham perusahaan mengalami overvalued atau undervalued berdasarkan analisis fundamental dengan pendekatan Price Book Value (PBV)?

(3)

ISSN: 2549-6182 (Online) Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui saham perusahaan yang mengalami overvalued atau undervalued berdasarkan analisis fundamental dengan pendekatan Price Book Value (PBV).

TINJAUAN LITERATUR Price Book Value (PBV)

Price Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham[7]. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.

Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya[2].

Nilai Buku (Book Value/BV)

Nilai buku (Book Value/BV) adalah nilai/harga buku per lembar dari suatu saham yang diterbitkan[8]. Nilai buku per lembar saham yang diterbitkan pada dasarnya mewakili jumlah aset/ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Mengetahui nilai buku dari suatu saham bukan saja penting untuk mengetahui kapasitas dari harga per lembar suatu saham. Ini juga penting untuk digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan wajar atau tidaknya harga saham di pasar (market value). Nilai buku suatu perusahaan adalah modal pemegang saham[9]. Modal pemegang saham adalah jumlah aset perusahaan dikurangi dengan kewajiban.

Nilai buku lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham[1]. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Penilaian Saham

Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan[2].

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak diminati investor, karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang menarik. Keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu investor akan memperoleh dividen. Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa deviden saham, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham, sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

Selain dividen, investor juga bisa memperoleh capital gain yang merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktiva perdagangan saham di pasar sekunder. Salah satu indikator yang sering menjadi fokus investor dalam berinvestasi saham adalah dengan melihat pergerakan harga atau nilai saham dipasar. Untuk menentukan nilai saham, pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada di pasar modal guna menentukan saham atau melakukan portofolio yang dapat memberikan return optimal[10].

Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham[2]:

1. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai buku tergambar dari jumlah dari seluruh kekayaan perusahaan dikurang total utang atau jumlah dari

(4)

seluruh hutang perusahaan dibagi jumlah saham yang beredar.

2. Nilai pasar saham adalah nilai saham di pasar. Nilai pasar saham merupakan harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek yang ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai dari perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi nilai dari harga pasar saham suatu perusahaan, merefleksikan penghargaan investor pada bagusnya kinerja perusahaan tersebut.

3. Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi.

Investor dan analis sekuritas umumnya menghubungkan antara nilai intrinsik saham dan nilai pasar saham saat ini untuk menilai apakah harga saham yang ditawarkan emiten sesuai dengan harga yang wajar, murah (undervalued), atau mahal (overvalued). Jika nilai intrinsik lebih besar daripada nilai pasar saham, maka harga saham tersebut dinilai undervalued, sebaiknya apabila nilai intrinsik lebih kecil daripada nilai pasar, maka harga saham tersebut dinilai overvalued.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan angka-angka sebagai representasi dari informasi yang didapatkan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu metode sampling jenuh. Metode ini didasarkan bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian[11]. Jumlah sampel penelitian 21 perusahaan.

Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari harga per lembar saham, yaitu: harga penutupan saham, ekuitas dan jumlah saham yang beredar yang tercatat pada laporan keuangan perusahaan pertambangan sub sektor tahun 2017.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumen yaitu mengumpulkan data dari laporan keuangan yang telah diolah oleh perusahaan yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses melalui website BEI (www.idx.co.id), sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis saham perusahaan mengalami overvalued atau undervalued, maka digunakan analisis fundamental dengan pendekatan Price Book Value (PBV).

1. Price Book Value (PBV)

Price Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga per lembar saham dengan nilai buku saham.

2. Nilai Buku (Book Value/BV)

Aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio Price Book Value (PBV) berada diatas nilai satu, hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.

Price Book Value (PBV) yang memiliki nilai diatas 1 berarti dinilai baik oleh investor, akan

(5)

ISSN: 2549-6182 (Online) tetapi PBV yang memiliki nilai diatas 1 berarti

tergolong mahal atau overvalued[7].

Ketentuan yang bisa disimpulkan untuk menentukan posisi saham berdasarkan pendekatan rasio Price Book Value (PBV) sebagai berikut:

▪ PBV > 1, maka saham dalam posisi overvalued.

▪ PBV = 1, maka saham dalam posisi fairvalued.

▪ PBV < 1, maka saham dalam posisi undervalued.

Tabel 1. Posisi Seluruh Saham Perusahaan Dibandingkan Dengan Harga Pasar Saham Tahun 2017

No Nama Perusahaan

Harga Pasar Saham

BV PBV Keterangan

1 Adaro Energy Tbk. 1860 1733,05 1,07 Overvalued

2 Atlas Resources Tbk. 980 179,58 4,2 Overvalued

3 Bara Jaya Internasional Tbk. 194 68,92 1,8 Overvalued 4 Baramulti Suksessarana Tbk. 2100 770,94 2,71 Overvalued

5 Bumi Resources Tbk. 270 59,34 6,3 Overvalued

6 Bayan Resources Tbk. 10600 2095,62 6,42 Overvalued

7 Darma Henwa Tbk. 50 141,07 0,36 Undervalued

8 Delta Dunia Makmur Tbk 715 282,19 2,77 Overvalued 9 Alfa Energi Investama Tbk. 1490 172,23 8,86 Overvalued 10 Golden Energy Mines Tbk. 2750 673,03 4,09 Overvalued 11 Garda Tujuh Buana Tbk. 169 245,62 0,69 Undervalued

12 Harum Energy Tbk. 2050 1983,68 1,07 Overvalued

13 Indo Tambangraya Megah Tbk. 20700 11488,26 1,8 Overvalued 14 Resource Alam Indonesia Tbk. 324 240,12 1,35 Overvalued 15 MAP Boga Adiperkasa Tbk. 2900 1350,13 2,15 Overvalued 16 Samindo Resources Tbk. 700 629,66 1,16 Overvalued 17 Perdana Karya Perkasa Tbk 67 594,05 0,62 Undervalued

18 Bukit Asam Tbk. 2460 5989,23 2,05 Overvalued

19 Petrosea Tbk. 1660 2398,16 0,69 Undervalued

20 Golden Eagle Energy Tbk. 133 133,13 1,07 Overvalued 21 Toba Bara Sejahtra Tbk. 2070 1176,74 1,91 Overvalued Berdasarkan tabel 1, harga saham

sebagian besar lebih besar dari nilai bukunya, maka saham tersebut dinilai mahal atau berada dalam posisi overvalued. Dalam situasi seperti ini investor bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut apabila telah dimiliki sebelum harga saham tersebut mengalami penurunan dikemudian hari atau tidak membeli saham tersebut karena berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan bagi calon investor dengan harapan harga saham akan turun dikemudian hari. Tingginya harga pasar saham sangat dipengaruhi oleh harapan investor akan kinerja keuangan perusahaan.

Jika investor memproyeksi kinerja perusahaan akan baik di kemudian hari, maka permintaan atas saham tersebut akan tinggi yang menyebabkan harga saham menjadi tinggi. Selain itu, tingginya harga saham juga dipengaruhi oleh persepsi investor pada saham tersebut. Persepsi ini dipengaruhi oleh perkembangan informasi yang beredar di pasar modal. Jika informasi yang beredar bersifat positif maka akan menghasilkan persepsi yang positif yang mengakibatkan naiknya pemintaan, sehingga harga saham menjadi tinggi.

(6)

Tabel 2. Posisi Saham Perusahaan Tahun 2017 yang Mengalami Undervalued No Nama Perusahaan Harga

Saham BV PBV Keterangan

1 Darma Henwa Tbk. 50 141,07 0,36 Undervalued

2 Garda Tujuh Buana Tbk. 169 245,62 0,69 Undervalued 3 Perdana Karya Perkasa Tbk. 67 594,05 0,62 Undervalued

4 Petrosea Tbk. 1660 2398,16 0,69 Undervalued

Berdasarkan tabel 2, empat perusahaan berada dalam kondisi undervalued karena harga saham lebih kecil dari nilai bukunya, maka saham tersebut dinilai murah.

Rendahnya harga pasar saham dapat disebabkan oleh investor yang memproyeksi kinerja perusahaan menurun, sehingga permintaan atas saham perusahaan tersebut akan rendah yang menyebabkan harga saham menjadi rendah. Selain itu, rendahnya harga saham juga dipengaruhi oleh persepsi investor pada saham tersebut. Persepsi ini dipengaruhi oleh perkembangan informasi yang beredar di pasar modal. Jika informasi yang beredar bersifat negatif, maka akan menghasilkan persepsi yang negatif yang mengakibatkan tingginya penawaran, sehingga harga saham menjadi rendah. Keputusan investasi yang tepat bagi calon investor yang memiliki tujuan jangka pendek adalah membeli saham tersebut sebelum harga kembali mengalami peningkatan.

Berdasarkan pengamatan laporan keuangan PT. Darma Henwa Tbk, memiliki nilai PER yang mengalami peningkatan namun tidak membagikan dividen selama beberapa tahun, bagi calon investor yang memiliki tujuan jangka panjang adalah sebaiknya tidak membeli terlebih dahulu saham tersebut karena perkembangan variabel fundamental PT. Darma Henwa Tbk selama tahun pengamatan mengalami penurunan. Bagi investor yang telah memiliki saham perusahaan ini sebaiknya mempertahankan saham tersebut karena apabila saham tersebut dijual, maka investor tidak akan mendapatkan keuntungan berupa capital gain.

Perusahaan PT. Garda Tujuh Buana Tbk selama 2 tahun tidak diperdagangkan, BEI mencabut suspensi saham perusahaan.

Perusahaan masih mengalami rugi bersih tahun 2017. Analisis rasio keuangan perusahaan sebagian besar nilainya negatif.

Perusahaan juga tidak membagikan dividen selama beberapa periode. Harga saham PT.

Garda Tujuh Buana lebih kecil dari nilai bukunya maka saham tersebut dinilai murah.

Investor sebaiknya menjual saham ini jika dimiliki atau tidak membelinya jika memang belum dimiliki. PT. Perdana Karya Perkasa Tbk membukukan rugi bersih pada tahun 2017 sebesar 10,4 miliar. Tahun 2017 membaik bila di bandingkan dengan tahun 2016 yang mencetak kerugian sebesar 13,7 miliar.

Dengan demikian, rugi bersih per saham setara dengan Rp 17.35 per lembar. Analisis secara fundamental sebagian besar menunjukkan hasil yang negatif. Begitu pula dengan saham PT. Petrosea Tbk, juga secara fundamental dengan menggunakan analisis rasio menunjukkan hasil yang kurang bagus. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut berjalan dengan kurang baik, umumnya rasio Price Book Value (PBV) berada dibawah nilai satu.

PENUTUP Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, 17 sampel saham perusahaan menunjukkan harga saham lebih besar dari nilai bukunya, maka saham tersebut dinilai mahal atau berada dalam posisi overvalued. Dalam situasi seperti ini investor bisa mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut apabila telah dimiliki. Bagi investor dengan orientasi jangka pendek sebaiknya melakukan penjualan saham karena harga yang semakin tinggi akan merugikan investor. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV, maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.

Saham-saham yang mempunyai rasio

(7)

ISSN: 2549-6182 (Online) harga/nilai buku yang rendah sebaiknya

dibeli untuk memperoleh tingkat return yang lebih besar pada tingkat risiko tertentu.

2. Empat sampel saham perusahaan berada dalam kondisi undervalued yaitu harga saham lebih kecil dari nilai bukunya maka saham tersebut dinilai murah. Rendahnya harga pasar saham dapat disebabkan oleh investor yang memproyeksi kinerja perusahaan menurun, sehingga permintaan atas saham perusahaan tersebut akan rendah yang menyebabkan harga saham menjadi rendah.

Saran

1. Dalam melakukan keputusan investasi saham, investor harus dapat mempertimbangkan dan melakukan penilaian terhadap saham yang dapat memberikan keuntungan yang optimal.

Investor dapat melakukan penilaian untuk mengetahui posisi saham dengan analisis teknikal dan fundamental.

2. Penelitian selanjutnya untuk penilaian saham selain menggunakan pendekatan Price Book Value untuk mengetahui posisi saham, dapat juga dikembangkan dengan menggunakan pendekatan Dividend Discount Model dan Price Earning Ratio (PER).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

[2] Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Onvestasi:

Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

[3] Fahmi, I. 2012. Manajemen Investasi (Teori dan Soal Jawab). Bandung; Alfabeta.

[4] Saputra, B.D., Hidayat, R.R., & Zahroh, Z.A.

2015. Analisis Penetapan Harga Intrinsik Saham Dengan Menggunakan Metode Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Keputusan Investasi Saham (Studi Pada Perusahaan Sektor Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Juni. 23 (1): 1-8.

[5] Setianto, B. 2016. Mengungkap Strategi Investor Institusi Sebagai Penggerak Utama Kenaikan Harga Saham. Jakarta: Bumisaka Kurnia.

[6] Permata, I.S., Kertahadi, & Topowijono. 2013.

Penilaian Saham Dengan Menggunakan Metode Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV) (Studi Pada Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2012).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Mei. 2 (1):

65-73.

[7] Husnan, S. 2006. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga.

Yogyakarta: AMP YKPN.

[8] Tryfino. 2009. Cara Cerdas Berinvestasi Saham. Jakarta: Transmedia Pustaka

[9] Sihombing, G. 2008. Kaya dan Pinter Jadi Trader & Investor Saham. Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas.

[10] Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

[11] Yulianto, H. 2016. Statistik 1. Yogyakarta:

Ladang Kata.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan telah diperoleh hasil sebesar 66 dimana dalam kategori acceptability atau tingkat penerimaan dapat diterima secara marginal, pada Grade Scale