201 PENDAHULUAN
Paradigma yang terjadi dalam pembelajaran di sekolah-sekolah sampai sekarang tidak kunjung berubah yakni masih banyak guru yang menerapkan metode pembelajaran konvensional atau metode ceramah saat mengajar. Hal ini akan membuat siswa mengalami kejenuhan atau kebosanan dalam proses belajar sehingga akan mengurangi minat, motivasi hasil belajar siswa. Dalam mengolah materi pembelajaran, siswa akan selalu tergantung pada guru dan tindakan akan pernah mau mencari
informasi lain yang sebetulnya dapat menambah wawasan siswa selain dari guru.
Siswa tidak cukup dilatih tetapi juga harus dididik untuk lebih realistis dalam menghadapi lingkungan belajar yang bersifat demokratis dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan tindakan belajar yang nantinya akan memotivasi siswa dalam proses belajar sehingga akan memunculkan kegiatan- kegiatan inovatif, kreatif dan produktif.
PADA SISWA KELAS XII APAT 1 SMK NEGERI 2 PACITAN Umi Wahidah
SMK Negeri 2 Pacitan Abstrak
Selama ini proses belajar mengajar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Pacitan masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah sehingga hasil belajar siswa belum maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru sekaligus peneliti menerapkan model pembelajaran Group Investigation untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir kritis, aktif dalam pembelajaran, bertanggung jawab, meningkatkan pemahaman dan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.
Penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation dilaksanakan dalam dua siklus. Masing- masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas dan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi, wawancara, angket, catatan lapangan.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMK Negeri 2 Pacitan dengan subjek penelitian siswa kelas XII APAT 1 yang berjumlah 25 orang. Peneliti sebagai guru bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Pacitan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang sama di kelas XII. Kehadiran kolaborator adalah sebagai pengamat. Untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses pembelajaran dilakukan observasi dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan belajar siswa digunakan uji kompetensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa yang dinyatakan tuntas atau memperoleh nilai di atas KKM 75 pada pratindakan sebanyak 4 siswa (16%), pada siklus I sebanyak 14 siswa (56%), sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yakni 23 siswa (92%). (2) Tanggapan yang diberikan siswa terhadap pembelajaran kooperatif model Group Investigation sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sikap senang dengan pembelajaran ini karena menuntut siswa untuk aktif sehingga kegiatan pembelajaran tidak monoton.
Dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan peningkatan nilai siswa dalam setiap siklus dapat disimpulkan bahwa model Group Investigation telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis surat. Model Group Investigation sebagai salah satu pembelajaran kooperatif memang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Saran yang diberikan berkaitan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah (1) pembelajaran kooperatif selayaknya diterapkan oleh guru untuk berbagai mata pelajaran. Khususnya model pembelajaran Group Investigation dapat dijadikan alternatif pilihan dalam proses belajar mengajar di kelas untuk meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) siswa perlu memahami langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Di samping itu diharapkan siswa berani dalam mengajukan pertanyaan maupun berargumentasi guna lebih memahami materi yang dipelajari.
Kata kunci: belajar, menulis, surat, pembelajaran kooperatif, group investigation.
Peran guru sebagai salah satu sumber belajar diharapkan mampu menjadi media utama dalam meningkatkan kualitas yang ada pada diri siswa dengan cara meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu berupa variasi berbagai metode pembelajaran dengan tetap melibatkan siswa aktif di dalam proses belajar mengajar.
Melibatkan siswa untuk ikut andil (aktif) dalam proses belajar mengajar merupakan upaya baik untuk terus meningkatkan motivasi siswa dengan melakukan berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran koopertif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Dalam pembelajaran kooperatif, kerja sama siswa dalam kelompok perlu ditekankan untuk memahami materi pelajaran sehingga aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa.
Pada penelitan ini yang dijadikan titik fokus adalah metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation. Nurhadi dkk, (2006:65) berpendapat bahwa:
Metode Group Investigation sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Dibandingkan dengan metode STAD dan Jigsaw, metode Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan , baik dalam menentukan topic maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki keterampilan proses kelompok (group process skills).
Sifat demokrasi dalam model pembelajaran Group Investigation ditandai dengan keputusan- keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. hal ini membutuhkan norma dan struktur kelas lebih baik dibandingkan pendekatan-pendekatan yang bersifat berpusat pada guru (Teacher-centered).
Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation pada kompetensi
“Menulis Surat” diharapkan memberikan nilai guna bagi siswa karena pada mata pelajaran bahasa Indonesia tersebut membutuhkan keterampilan yang bagus untuk menguasainya. Siswa tidak hanya membutuhkan penguasaan materi dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif saja, tetapi juga ditunjang dengan kemampuan siswa dalam melakukan komunikasi dan kemandirian belajar
perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif model Group Investigation ini.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar menulis surat siswa kelas XII APAT 1 SMK Negeri 2 Pacitan?
2. Bagaimanakah hasil belajar menulis surat siswa kelas XII APAT 1 SMK Negeri 2 Pacitan setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation?
Metode Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation
Pembelajaran kooperatif memiliki peranan positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan. Strategi pembelajaran digunakan untuk menunjukkan keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam penelitian pendidikan ini peneliti mencoba untuk menerapkan suatu pembelajaran yang menggunakan salah satu dari beberapa model pembelajaran berdasarkan metode pembelajaran kooperatif yaitu Group Investigation.
Model pembelajaran Group Investigation atau model investigasi kelompok merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai labotarium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan membahas masalah-masalah sosial dan antar pribadi.
Nurhadi dkk (2004:65-66) mengemukakan pendapatnya mengenai tahapan model pembelajaran Group Investigation.
1. Seleksi Topik
Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan dalam kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2-6 orang.
Komposisi kelompok heterogen, baik jenis kelamin, etnik,, maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan Kerja sama
Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik yang dipilih pada langkah nomor 1 di atas.
3. Implementasi
Para siswa melakukan apa yang telah direncanakan pada langkah nomor 2.
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa mencari dan menggunakan sumber-sumber yang terdapat di sekolah maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan aktivitas siswa dan memberikan bantuan bila diperlukan.
4. Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah implementasi agar dapat diringkas dalam suatu penyajian yang menarik. Analisis merupakan usaha penyelidikan terhadap suatu kejadian untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sedangkan sintesis yaitu penggabungan berbagai macam unsur untuk mendapatkan hasil yang baru.
5. Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru.
6. Evaluasi
Guru melakukan evaluasi kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya.
Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2009:295) menyatakan bahwa “belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.”
Hasil belajar merupakan hal yang dipandang sangat penting bagi siswa dan guru karena dapat dijadikan koreksi bagi keduanya.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Ariknto, 2008:117-122) hasil belajar dalam rangka studi melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotorik. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotorik
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Kegiatan Menulis
Menulis adalah suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya.
Widyamartaya mengatakan bahwa menulis merupakan kegi-atan seseorang yang mengungkapkan gagasan atau menyampaikan sesuatu mela-lui bahasa tulis (1990:9). Wujudnya berupa tulisan yang terdiri dari rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapannya, seperti ejaan, dan tanda baca. Penulis dapat menyampaikan gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan menggunakan lambang bahasa yang dapat dilihat dan di-sepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Sebagai aktivitas tulis sekurang-kurangnya terdapat empat unsur yang terlibat dalam menulis, yaitu (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran tulisan, dan (4) pembaca sebagai penyampai pesan. Penulis sebagai penyampai pesan terkandung maksud bahwa sebelum menulis seorang penulis telah memikirkan maksud yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Ide apa yang hendak disampaikan. Ide yang ditulis kemungkinan punya manfaat yang besar bagi orang lain, karena dibutuhkan. Melalui tulisan, pesan atau isi tulisan (ide) penulis tersampaikan kepada pembaca. Dengan demikian, sebelum menulis seorang penulis harus memperhatikan apa yang hendak ditulis, saluran dan bentuk tulisan apa yang hendak digunakan, serta ditujukan kepada siapa tulisan itu.
Surat
Pengertian surat secara umum adalah alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara tertulis dari pihak satu ke pihak yang lain. Juga merupakan alat komunikasi tertulis yang digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi dari pihak satu (orang, instansi, atau organisasi) kepada pihak lain (orang, instansi, atau organisasi).
Sedangkan menurut KBBI, surat merupakan kertas bertulis atau secarik kertas sebagai tanda atau juga sebuah keterangan, sesuatu yang ditulis.
Definisi surat menurut Pratama (1997) merupakan sebuah alat atau sarana yang berfungsi untuk
mengambil informasi atau pernyataan secara tertulis dari pihak satu ke pihak yang lain, baik itu atas nama sendiri, jabatan yang dipegang dari suatu instansi perusahaan, ataupun sebuah organisasi.
Dapat disimpulkan bahwa surat adalah alat komunikasi tertulis yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu seperti informasi dari pihak satu ke pihak lainnya entah itu secara individu atau atas nama perusahaan/instansi.
Secara umum bagian-bagian surat terdiri dari kop surat, tempat dan tanggal penulisan surat, nomor surat, lampiran, perihal, alamat tujuan, salam pembuka, isi surat, salam penutup, nama pengirim dan tanda tangan, serta tembusan. Bagian-bagian tersebut ada pada surat resmi, sementara pada jenis surat lain tidak semua ada.
Jenis-jenis surat antara lain: (1) surat pribadi, (2) surat resmi meliputi surat permohonan, surat keputusan, surat perintah, surat kuasa, surat edaran, surat pengantar, surat undangan, dsb. (3) surat niaga meliputi surat penawaran, surat permintaan penawaran, surat pesanan, surat konfirmasi pesanan, dsb. (4) surat dinas, dan (5) surat lamaran pekerjaan.
METODE
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah Peneliotian Tindakan Kelas (PTK) yang dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan harus terkait dengan pembelajaran.
Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas XII APAT 1 SMK Negeri 2 Pacitan yang berjumlah 25 siswa. Ini dikarenakan pada kelas tersebut siswa perlu dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan lingkungan baru dan mulai berpikir kritis.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdapat empat kegiatan yaitu: 1) Perencanaan Tindakan (Planning), 2) Pelaksanaan Tindakan (Action), 3) Observasi (Observation), 4) Refleksi (Reflection).
Instrumen dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama proses pembelajaran.
Kegiatan tersebut meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa sebagai subjek penelitian. Fungsi dari observasi adalah untuk melihat adanya kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan serta aktivitas siswa saat kegiatan berdiskusi b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan berupa buku harian (jurnal), observasi siswa, laporan, catatan khusus yang terjadi di kelas yang akan diteliti dan dokumen-dokumen penting lainnya. Hasil dari penggunaan metode dokumentasi adalah modul dan satuan pembelajaran.
c. Metode Wawancara atau Interview
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Metode ini digunakan untuk mengetahui paparan umum SMK Negeri 2 Pacitan dan pengelolaan pembelajaran bahasa Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru/peneliti dan ada tiga responden yang diwawancarai yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan siswa.
d. Metode Angket atau Kuesioner
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kelebihan sebagai instrumen pengumpul data. Metode ini digunakan penulis untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner ini berupa daftar cek dan tugas responden adalah membubuhkan tanda cek sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh responden.
e. Metode Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk melengkapi data-data yang tidak terekam dalam lembar observasi. Catatan lapangan ditulis oleh observer untuk menghindari data yang tidak objektif.
Analisis Data
Analisis data dilakukan selama proses penelitian berlangsung, yaitu saat penyusunan rencana pembelajaran, sampai dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif yang hasilnya digunakan untuk pengumpulan data.
Dengan adanya analisis data, maka akan diperoleh kesimpulan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini analisis data penelitian tindakan kelas dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mereduksi Data (Reduction Data)
Mereduksi data merupakan suatu proses melakukan seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan data yang dimulai dari pengumpulan data sampai penyusunan laporan penelitian. Data yang dimaksud meliputi transkrip pelaksanaan pembelajaran
kooperatif Group Investigation pada mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil observasi, hasil tes, hasil dokumentasi, hasil wawancara atau interview, hasil kuesioner dan hasil catatan lapangan. Jadi data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika dibutuhkan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Display Data)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dengan cara menyusun deskriptif informasi yang telah diperoleh sehingga dapat menyusun secara deskriptif informasi yang telah diperoleh sehingga dapat memudahkan dalam memberikan penarikan kesimpulan dan merencanakan tindakan selanjutnya.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing) Penarikan kesimpulan pada kualitatif merupakan pemberian kesimpulan pada hasil penafsiran dan evaluasi yang berupa gambaran suatu objek yang sebelumnya belum jelas dan menjadi jelas setelah diteliti. Hasil kegiatan tersebut berupa hubungan kausalitas atau interaktif dan teori. Verifikasinya merupakan validitas dari data yang disimpulkan sebelumnya (masih bersifat sementara) untuk selanjutnya dilakukan kegiatan pengujian keberadaan dan kecocokan arti-arti yang muncul dari kegiatan tersebut. Untuk peningkatan hasil belajar yang berupa hasil tes, tiap akhir siklus perlu di analisis dengan cara membandingkan antara rata-rata skor tes pada Siklus I dengan rata-rata skor tes pada Siklus II.
PEMBAHASAN
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation dalam Menulis Surat
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Group Investigation melalui beberapa aktivitas di antaranya yaitu:
1. Menentukan dan menyeleksi topik-topik yang dibahas
Dalam kegiatan ini peneliti terlebih dahulu membentuk kelompok. Siswa kelas XII APAT 1 yang berjumlah 25 siswa dibagi dalam 6 kelompok. Lima kelompok terdiri atas 4 siswa dan 1 kelompok terdiri atas 5 siswa. Pembagian kelompok berdasarkan sistem acak yang ditentukan oleh peneliti agar tidak menimbulkan kegaduhan.
2. Merencanakan dan melaksanakan kerja sama dalam proses pembelajaran dalam suatu kelompok.
Sebelum merencanakan kerja sama, peneliti menjelaskan kembali tata cara pembelajaran
kooperatif model Group Investigation itu sendiri dengan kegiatan utama yaitu kerja kelompok.
Setelah kelompok dibentuk dan tugas dibagikan, peneliti meminta kepada seluruh kelompok untuk dapat bekerja sama secara kooperatif dengan anggotanya menyelesaikan satu permasalahan tidak ada saling mendominasi, semua saling membantu dan saling mengisi.
Ketika kelompok mulai bekerja, peneliti mulai membantu untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul dalam menyelesaikan tugas atau dalam menjalin hubungan kerjasama serta memberikan bantuan kepada siswa dari kesulitan yang dihadapi.
Tugas yang dikerjakan dengan kerjasama yang baik antar anggota dapat mempermudah dan meringankan tugas yang diberikan, hasilnya pun akan menjadi baik karena berdasarkan dari ide bersama.
3. Merencanakan dan melakukan presentasi kelompok
Kegiatan selanjutnya yaitu mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Pada siklus I aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif model Group Investigation tergolong baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan yaitu keaktifan siswa yang kurang maksimal. Siswa merasa grogi jika akan mengungkapkan argumentasi atau kritik dan saran pada saat presentasi dan proses tanya jawab. Untuk meminimalisasi atau mengurangi hal tersebut, peneliti melakukan tindakan kedua (siklus II).
Sebelum siklus II dilaksanakan, peneliti memberikan evaluasi dengan memberikan uji kompetensi kepada siswa untuk mengetahui pemahaman yang sudah mereka miliki setelah dilakukan tindakan.
Pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik jika dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari hasil siklus II antara lain:
a. Respon siswa rata-rata sangat positif, hal tersebut dapat dilihat pada hasil angket respon siswa pada tabel 4.9.
b. Siswa terlihat antusias dalam pembelajaran ini ditunjukan dengan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran.
c. Kerja sama dalam menyelesaikan tugas sudah dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga proses pembelajaran yang menuntut kerja sama kelompok dan keaktifan siswa sudah berjalan dengan lancar.
d. Hasil tes terlihat baik sehingga hal ini dapat dikategorikan bahwa siswa di depan kelas serta terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran ini.
Hasil Belajar Siswa Kelas XII APAT 1 dalam Menulis Surat Setelah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group Investigation
Berdasarkan Standar Ketuntasan Minimal (SKM) 75 maka pada hasil uji kompetensi siswa pada siklus I terdapat 14 dari 25 siswa dengan kategori tuntas atau sekitar 56% dengan nilai rata- rata 71,92 sedangkan hasil uji kompetensi pada siklus II terdapat 23 dari 25 siswa dengan kategori tuntas atau sekitar 92% dengan nilai rata-rata 78,67.
Hal tersebut terlihat adanya peningkatan hasil siklus I ke siklus II yaitu sekitar 36%. Nilai rata-rata mengalami peningkatan 6,75. Pada pelaksanaan uji kompetensi siklus II, siswa terlihat sudah siap untuk melaksanakan evaluasi tersebut. Peningkatan hasil belajar terjadi karena:
1. Siswa sudah memahami model pembelajaran Group Investigation.
2. Siswa sudah mulai terlatih dalam mengungkap- kan pendapat atau berargumentasi.
3. Siswa lebih memahami materi yang diajarkan.
4. Siswa termotivasi atas penghargaan atau reward yang akan diberikan jika berhasil menjawab pertanyaan atau berani dalam berargumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model Group Investigation sudah berjalan dengan baik dan ideal untuk diterapkan terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran ini yang telah mampu memberikan kerja sama yang baik antar anggota dalam memecahkan masalah serta keaktifan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya.
Tanggapan Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif model Group Investigation pada mata pelajaran bahasa Indonesia sangat baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil angket yang diberikan saat selesai tindakan yang menyatakan bahwa siswa senang dengan pembelajaran ini karena mengharuskan siswa untuk aktif dan melatih keberanian untuk berargumentasi dan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Saat melakukan diskusi kelompok siswa juga saling berebut mengajukan pertanyaan. Selain itu mereka dapat saling berbagi pengetahuan dengan teman-teman yang lain dan saling bekerja sama memberikan kontribusi yang terbaik untuk kelompok.
Rasa senang siswa juga disebabkan adanya kerja sama kelompok dalam menyelesaikan tugas.
Dalam kelompok peran anggota dihargai oleh siswa
lainnya sehingga tugas dapat diselesaikan secara tepat waktu dan tidak ada sikap saling mendominasi.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kompetensi menulis surat yaitu meliputi:
a. Menentukan dan menyeleksi topik-topik yang akan dibahas dengan melibatkan siswa guna mengurangi kecurangan. Jumlah kelompok yang ada terdiri 6 kelompok.
b. Merencanakan dan melaksanakan kerja sama dalam proses pembelajaran dalam suatu kelompok. Tugas yang dikerjakan dengan kerja sama yang baik antar anggota dapat mempermudah dan meringankan tugas yang diberikan.
c. Merencanakan dan melakukan presentasi kelompok. Presentasi kelompok merupakan suatu kegiatan untuk mempertanggung- jawabkan hasil diskusi kelompok.
2. Hasil uji kompetensi siswa pada siklus I terdapat 14 dari 25 siswa dengan kategori tuntas atau sekitar 56% dengan nilai rata-rata 71,92 sedangkan hasil uji kompetensi pada siklus II terdapat 23 dari 25 siswa dengan kategori tuntas atau sekitar 92% dengan nilai rata-rata 78,67. Hal tersebut terlihat adanya peningkatan hasil siklus I ke siklus II yaitu sekitar 36%. Nilai rata-rata mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu 6,75.
3. Tanggapan yang diberikan siswa terhadap pembelajaran kooperatif model Group Investigation sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sikap siswa yang merasa senang dengan pembelajaran ini karena menuntut siswa untuk aktif sehingga kegiatan pembelajaran tidak monoton.
4. Tanggapan yang diberikan pengamat terhadap pembelajaran kooperatif model Group Investigation adalah kooperatif memang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan model pembelajaran berpikir siswa. Namun guru masih berpikir bahwa model pembelajaran kooperatif tidak harus diterapkan dalam proses belajar mengajar karena siswa masih perlu beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Jika penerapan ingin berhasil masih diperlukan pembiasaan bagi siswa. Semua guru sebaiknya menerapkan beragam model pembelajaran.
Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat peneliti berikan adalah:
1. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif selayaknya lebih diterapkan untuk berbagai mata pelajaran. Khususnya pembelajaran kooperatif model Group Investigation dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam praktik pembelajaran di kelas untuk meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
2. Bagi siswa, perlu memahami langkah-langkah saat mengikuti pembelajaran kooperatif Group Investigation agar pembelajaran lebih lancar dan bermakna. Di samping itu siswa dituntut untuk lebih berani dalam mengajukan pertanyaan maupun berargumentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2006. Posedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta Fransiska, L.2009. Penerapan Model Group
Investigation untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kompetensi Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan pada Siswa Kelas X APk I di SMK Negeri I Boyolangu Tulungaggung. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Koesdiyanto,S.2005. Pengaruh Motivasi dan Kecerdasan Visual terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Seni Rupa di Kelas 1 SMA.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 12 (2):
102
Nisa, K.2007. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Menjaga dan Melindungi Budaya Kerja Kelas 3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Ardjuna 01 Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
Rakhman, D. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation untuk meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X pada SMK PGRI 6 Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Suryobroto, B.2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Universitas Negeri Malang 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi. Artikel, Makalah, Laporan Penelitian, Edisi Keempat. Malang : Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Sistem Informasi bekerja sama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang.