• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik dengan Penerapan Model STAD pada Materi Perilaku

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik dengan Penerapan Model STAD pada Materi Perilaku "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Proceedings

Volume 1, Nomor 1 Desember 2021

297

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik dengan Penerapan Model STAD pada Materi Perilaku

Jujur dan Menepati Janji

1Yunita Liqa Mawaddatina

SMP Negeri 2 Sampit, yunitaliqa29@gmail.com

ABSTRACT

The learning outcomes obtained by students in Islamic Religious Education and Budi Pekerti lessons, especially on the material of honest behavior and keeping the promises, are still in the sufficient category of the KKM that has been determined by the school. This research was carried out with the aim of knowing the improvement of PAI and Budi Pekerti learning outcomes for class IX students on the material of honest behavior and keeping promises after the STAD learning model was implemented in the classroom. The type of research is classrooom action research with the subject of research being 17 students of SMP Negeri 2 Sampit class IX D in the odd semester of the 2021/2022 academic year and learning outcomes of PAI and Budi Pekerti as the object of this research. The method of colleting data and information in this study used observation techniques and test methods. Furthermore, it is processed using quantitative descriptive analysis techniques. The results of the study concluded that there was an increase in student learning outcomes which were originally in the low category (58%) in the Cycle I, to be in the high category in the Cycle II. These results indicate that the application of the STAD learning model can improve student learning outcomes in PAI and Budi Pekerti subjects, especially the material for honest behavior and keeping promises for class IX D odd semester of The Year of Study 2021/2022 at SMP Negeri 2 Sampit.

Keywords: STAD, PAI and Budi Pekerti, Learning outcomes

ABSTRAK

Hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terkhusus pada materi perilaku jujur dan menepati janji masih berada pada kategori cukup dari KKM yang telah ditentukan sekolah. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui peningkatan hasil belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik kelas IX pada materi perilaku jujur dan menepati janji setelah diterapkan model pembelajaran STAD di kelas.

Peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian yaitu peserta didik SMP Negeri 2 Sampit kelas IX D yang berjumlah 17 orang pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022 dan hasil belajar PAI dan Budi Pekerti sebagai objek penelitian.

Pengumpulan data dan informasi pada penelitian ini memakai teknik observasi dan metode tes.

Kemudian data yang didapatkan dianalisis berdasarkan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yang semula berada pada kategori rendah (58%) di siklus I, menjadi berada pada kategori tinggi (82%) pada siklus II. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti khususnya materi perilaku jujur dan menepati janji kelas IX D semester ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 2 Sampit.

Kata Kunci: STAD, PAI dan Budi Pekerti, Hasil Belajar

(2)

298 PENDAHULUAN

Semakin meningkat dan beragamnya fenomena dekadensi moral yang terjadi saat ini menjadikan pendidikan karakter sebagai suatu pembahasan penting dalam dunia pendidikan (Ainiyah, 2013). Karena, pendidikan karakter berperan dalam meningkatkan kualitas dan hasil pendidikan yang diperoleh peserta didik dengan berlandaskan pada perbaikan akhlak mulia peserta didik secara keseluruhan (Rosyad, 2019). Salah satu muatan yang ada di dalam pendidikan karakter adalah sifat kejujuran, pemerintah sangat berharap untuk mendapatkan lulusan yang memiliki karate jujur untuk memperbaiki kemerosotan akhlak di kalangan masyarakat (Jailani, Rochman, & Nurmila, 2019).

Seorang guru tidak hanya bertugas mengubah kognitif peserta didik dari memahami menjadi paham, namun lebih dari itu, tugas seorang guru merancang agar proses belajar mengajar menjadi kondusif. Pendidikan Agama Islam memiliki andil besar dalam upaya mencapai visi dan misi pendidikan yang bertujuan mendidik peserta didik sehingga memiliki akhlak yang mulia. Mulyadi menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam memiliki fungsi sebagai pendidikan karakter yang dapat menimbulkan kebaikan dalam pribadi seseorang serta dapat memunculkan moral, nilai, serta sikap seperti sikap jujur dalam berucap atau bertingkah laku baik kepada dirinya, masyarakat dan kepada Tuhannya, dimana karakter jujur ini akan menentukan masa depan identitas suatu bangsa (Jailani, Rochman, & Nurmila, 2019). Untuk dapat menentukan perubahan yang bersifat relatif signifikan pada diri seseorang baik secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya dibutuhkan pembelajaran PAI (Rosyad, 2019).

Berdasarkan pengamatan awal pada proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang dilakukan selama ini khususnya di kelas IX D SMP Negeri 2 Sampit, dinilai masih belum sepenuhnya maksimal. Hasil ini dapat dilihat pada karakter peserta didik khususnya tentang materi perilaku jujur dan menepati janji yang mengalami perubahan dengan sangat lamban dan berdasarkan hasil belajar yang masih berada pada rata–rata cukup dengan berpatokan pada KKM yang telah diberlakukan di sekolah.

Pada kenyataan yang terjadi di lapangan, peserta didik kelas IX D khususnya terlihat kurang berminat pada materi perilaku jujur dan menepati janji, pada materi ini dibahas tentang perilaku jujur dan menepati janji, dalil sebagai dasar hukumnya, contoh perilaku dalam kehidupan sehari – hari serta manfaat dari mempelajari materi ini, hal ini

(3)

menjadikan peserta didik merasa bahwa materi tersebut merupakan materi yang dianggap kurang menarik sehingga ketika saat diadakan tes akhir pelajaran ataupun tes akhir semester yang menyangkut materi perilaku jujur dan menepati janji, hasil belajar peserta didik belum memuaskan. Salah satu penyebabnya juga berasal dari pendidik yang menerapakan model pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran, sehingga suasana belajar student centered belum diimplikasikan secara seutuhnya. Hal inilah yang menjadikan landasan dilakukan penelitian guna mengetahui perubahan peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi perilaku jujur dan menepati janji.

Peneliti kemudian memilih model pembelajaran kooperatif untuk diterapkan di kelas sebagai solusi terhadap permasalahan di atas, karena pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan (Paryanto, 2020). Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah yang memerlukan pemikiran bersama; rasa saling bergantung satu sama lain dalam hal positif; suasana pembelajaran di kelas yang nyaman dan kondusif; peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan pengalaman emosional yang dialaminya; peserta didik berperan aktif dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; pembelajaran kooperatif memiliki banyak model atau tipe pembelajaran yang bisa digunakan pendidik tergantung dengan keadaan peserta didik di kelas agar pembelajaran lebih bervariasi.

Peneliti memilih menerapkan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom action research) pada penelitian ini. Penelitian ini memiliki dua siklus dengan setiap siklusnya terbagi menjadi empat tahapan tindakan, antara lain: 1) perencanaan, 2) pelakasanaan, 3) observasi/evaluasi, serta 4) refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX D SMP Negeri 2 Sampit yang berjumlah 17 orang peserta didik. Dengan waktu pelaksanaan pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022. Alur penelitian ini dibuat dengan rancangan yang ditunjukkan melalui skema berikut.

(4)

300 Gambar 1. Skema alur Penelitian Tindakan Kelas

Tahap Perencanaan dilakukan dengan langkah-langkah:

1. Memilih materi yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Merancang rencana pembelajaran (RPP) sesuai dengan sintaks model pembelajaran yang akan diterapkan.

3. Menentukan dan mempersiapkan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) dan media lainnya sesuai dengan RPP dan materi yang ditentukan sebelumnya.

4. Membentuk peserta didik ke dalam beberapa kelompok heterogen yang beranggotakan 4 orang peserta didik.

5. Mempersiapkan instrumen penelitian sebagai tolok ukur untuk mengukur pemahaman materi dan penguasaan konsep peserta didik.

Tahap Pelaksanaan, melalui tahap ini RPP yang telah dibuat direalisasikan melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Pada tahap ini dilakukan tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus (Siklus I dan Siklus II). Setiap siklus memuat 2 kali pertemuan yaitu pertemuan kegiatan pembelajaran dan tes akhir.

Observasi/ evaluasi, tahap ini dilakukan guna melihat seberapa besar hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Observasi/evalusi dilaksanakan setiap pembelajaran pada tahap akhir siklus dengan membagikan tes akhir.

Adapun hal yang dievaluasi mencakup seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi (pengamatan) dan evaluasi terhadap tindakan dilakukan dengan memperbaiki setiap kendala yang ditemukan selama pembelajaran berlangsung.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaann Refleksi

Siklus II

Pengamatan

(5)

Refleksi, dilakukan guna mengkaji hasil dan menemukan solusi sebagai upaya perbaikan atas tindakan yangtelah dilaksanakan di siklus I. Setelah hasil evaluasi yang didapatkan pada siklus I kemudian perlu menentukan solusi yang tepat dan efektif disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik peserta didik, agar dapat mencapai tujuan yaitu peningkatan hasil belajar peserta didik. Tindakan ini menjadi alternatif yang dilaksanakan sebagai tindakan baru pada rencana tindakan untuk siklus II.

Penetapan indikator keberhasilan perlu dilakukan untuk menetapkan keberhasilan dari penelitian yang dilakukan. Indikator keberhasilan ditetapkan yaitu:

Hasil belajar peserta didik dinyatakan mendapati peningkatan apabila hasil rata-rata pada siklus II lebih besar dibandingkan dengan siklus I dan/atau seterusnya, hingga mencapai kriteria data yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Indikator ini juga diharapkan dapat memenuhi rata-rata hasil belajar PAI dan Budi pekerti melalui model pembelajaran STAD sebesar ≥ 75%.

PEMBAHASAN

Waktu penyelenggaraan penelitian ini dilakukan pada 7 Oktober 2021 sampai 18 November 2021 yang terbagi dalam dua siklus (setiap siklus terdapat dua kali pertemuan) dengan rincian yaitu: pertemuan pertama di siklus I pada 7 Oktober 2021 dalam pembelajaran dan pada 14 Oktober 2021 untuk dilakukan evaluasi. Pada 21 Oktober 2021 dilanjutkan siklus II dengan satu kali pertemuan kegiatan belajar- mengajar dan dilaksanakan evaluasi diakhir pelajaran melalui tes dari tanggal 14 Oktober 2021 sampai 18 November 2021 pada setiap akhir aktivitas pembelajaran di setiap siklus.

Siklus I

Pada siklus I, secara individu hasil belajar peserta didik masih dikategorikan rendah karena belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas, berdasarkan hasil bahwa terdapat sepuluh peserta didik dengan nilai dibawah KKM (< 75) atau sebesar 68,1% peserta didik yang belum memenuhi KKM. Perolehan ketuntasan secara klasikal hasil belajar peserta didik adalah sebesar 66,7% dan sebanyak 33,3% peserta didik belum mencapai KKM. Hal ini berarti hasil belajar peserta didik belum mampu mencapai indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas.

(6)

302 Setelah model pembelajaran STAD diterapkan pada pembelajaran siklus I untuk meningkatkan hasil belajar tersebut, didapatlah hasil penelitian sebesar 66%. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar tersebut masih berada dalam kategori kurang. Selain itu, selama pelaksanaan tindakan kelas di siklus I diperoleh beberapa permasalahan dan kendala yang dialami oleh peserta didik serta guru. Setiap kendala tersebut kemudian dijadikan bahan perbaikan untuk melanjutkan pelaksanaan tindakan pada siklus II.

Adapun kendala dalam pelaksanaan tindakan siklus I yang didapatkan antara lain:

1. Peserta didik belum terbiasa mengikuti pelajaran yang menggunakan model pembelajaran STAD dalam kegiatan pembelajaran.

2. Adanya peserta didik yang masih belum mampu membiasakan diri bekerjasama dengan kelompoknya. Hal ini disebabkan peserta didik merasa kurang percaya diri dengan anggota lain yang lebih pintar dari anggota kelompoknya. Sehingga peserta didik yang lebih pintar cenderung mendominasi anggota kelompok lainnya.

3. Peserta didik yang ketika mengerjakan tugas masih belum bisa dimengerti akan mudah merasakan putus asa. Hal ini disebabkan peserta didik yang masih takut ataupun malu dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, serta menyampaikan pendapat kepada guru maupun kelompoknya masing-masing.

Sehingga, peserta didik yang belum mengerti akan merasa putus asa dan lebih banyak diam saja dalam mengerjakan tugas.

4. Peserta didik dengan kemampuan akademik lebih menonjol dibandingkan yang lainnya di dalam satu kelompok belajarnya akan berperilaku kurang menghargai pendapat teman sekelompoknya dan peserta didik lain yang kemampuan akademiknya kurang dari peserta didik tersebut akan merasa kurang percaya diri.

5. Tidak semua peserta didik dapat mengikuti diskusi dengan aktif baik dalam menyampaikan pendapat ataupun menanggapi pelaksanaan diskusi yang dilakukan.

Hal ini disebabkan peserta didik dengan kemampuan akademik yang lebih tinggi selalu mendominasi penyampaian dan tanggapan materi baik selama kegiatan berlangsung maupun saat akhir kegiatan pembelajaran.

(7)

Berdasarkan kendala pada siklus I tersebut, maka dilakukan upaya agar tidak terulang lagi pada siklus II, dengan menerapkan beberapa upaya berikut:

1. Pada siklus II, sebelum pemberian tindakan peserta didik ditekankan kembali terkait sintaks pada model pembelajaran STAD. Lalu, guru pun kembali menekankan aspek-aspek penting terkait penilaian. Pada siklus ini, peserta didik lebih dituntut untuk mengambil peran dan bertanggungjawab terhadap kelompoknya.

2. Mengarahkan dan memotivasi peserta didik agar menjalani rangkaian kegiatan pembelajaran secara tertib dan bersungguh-sungguh.

3. Membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat saling menghargai sara, pendapat, dan gagasan antarteman saat kerja kelompok.

4. Mewujudkan keadaan kelas dalam situasi belajar yang menyenangkan.

5. Memberikan penghargaan serta penguatan.

Tindakan-tindakan di atas dilakukan dengan upaya agar dapat membangun kualitas karakter peserta didik agar menjadi lebih baik selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, sehingga dapat menimbulkan sikap ilmiah, kerjasama dan mewujudkan hasil belajar yang lebih baik pula pada tahap siklus II selanjutnya.

Siklus II.

Tindakan pada siklus II dilakukan sebagai bentuk antisipasi serta pengoptimalan usaha terhadap kendala-kendala berdasarkan tindakan pada siklus sebelumnya. Hal tersebut menyangkut aktivitas pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar yang telah diraih peserta didik. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini memberikan hasil yang menyatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik, dimana menunjukkan bahwa nilai hasil belajar klasikal pada siklus I adalah 58 dan pada siklus II adalah 82.

Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, ketuntasan belajar peserta didik telah memenuhi kriteria yang ditentukan yakni 100% dari jumlah peserta didik kelas IX D semester ganjil SMP Negeri 2 Sampit, dengan perolehan nilai ≥75 dengan nilai rata-rata hasil belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik secara klasikal sebesar 82% yang berada pada kategori “Tinggi”. Maka peneliti memutuskan penelitian tindakan kelas ini hanya sampai pada tahapan di siklus II.

(8)

304 Tabel 1. Data Hasil Penelitian Tindakan Pada Siklus I dan Siklus II

Aspek yang di Teliti Tindakan Persentase (%) Kategori Hasil belajar PAI dan

Budi Pekerti

Siklus I 58 Rendah

Siklus II 82 Tinggi

Gambar 2. Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti Peserta Didik Kelas IX D di SMPN 2 Sampit

Melalui analisis peneitian, terdapat beberapa temuan antara lain:

1. Proses pembelajaran secara keseluruhan telah terlaksana sesuai dengan perencanaan (RPP) yang telah dirancang.

2. Peserta didik sudah bisa membiasakan diri dan ikut aktif berperan dalam kegiatan diskusi kelompok. Baik dalam mengajukan pertanyaan, menanggapi pertanyaan, atau pun dalam mengutarakan pendapat pada teman kelompoknya masing-masing maupun kepada guru, dan kepada kelompok lain. Antusiasme peserta didik pun terlihat lebih tinggi pada kegiatan diskusi ini.

3. Peserta didik dengan kemampuan akademik lebih tinggi dibandingkan teman-teman sekelompoknya sudah mampu menghargai pendapat dan membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siklus I Siklus II

Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti

Siklus I Siklus II

(9)

4. Dalam proses mengerjakan soal, didapatkan bahwa sebanyak 17 orang peserta didik mengerjakan soal lebih teliti dengan mencantumkan proses pemecahan masalah dan sebagian besar peserta didik sudah mampu mendapatkan hasil yang sesuai.

5. Peserta didik berperan secara aktif dalam membuat kesimpulan berdasarkan materi yang mereka peroleh pada hari itu saat akhir diskusi kelompoknya.

6. Setiap kelompok bekerjasama dengan baik antaranggota kelompoknya.

Penerapan model pembelajaran STAD yang dilakukan ternyata mampu meningatkan hasil belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik kelas IX D semester ganjil SMP Negeri 2 Sampit. Hal ini berdasar pada analisis data yang didapatkan pada siklus I sebesar 58 dengan kategori rendah serta nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 82 pada kategori tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa kendala dan permasalahan yang ditemukan pada siklus I relatif telah teratasi dengan baik.

Peserta didik dapat belajar secara mandiri untuk mengumpulkan pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman, serta didapatkan tingkah laku lainnya yang dapat mengembangkan keterampilan pada dirinya pribadi. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai student centered dan hasil belajar peserta didik yang diharapkan maka diperlukan adanya aktivitas belajar sesuai dan memadai sebagai pondasi dalam pengembangan kemampuan peserta didik. Hasil belajar yang menjadi tolok ukur perubahan pengetahuan individu tidak hanya sebagai hasil dari situasi belajar peserta didik, namun juga menyangkut keterampilan teknis yang dimilki peserta didik yang sifatnya kompleks.

Peningkatan hasil pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD terlihat pada beberapa hal, yaitu: 1) Peningkatan keaktifan peserta didik saat kegiatan berkelompok dan mampu bekerja sama dalam menyelesaikan dan mengerjakan tugas- tugasnya, serta mampu untuk memiliki sikap saling menghargai, 2) Peningkatan hasil belajar dalam ranah kognitif, ranah afektif serta psikomotorik, 3) Respon saat terjadi kegiatan belajar mengajar juga mengalami peningkatan. Berdasarkan keseluruhan kegiatan tidakan kelas yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan menjadi suatu pengalaman yang baru bagi peserta didik karena mereka merasa senang dengan materi yang mereka ikuti. Dalam mengerjakan tugas pun

(10)

306 peserta didik memiliki motivasi yang tinggi, dapat memusatkan perhatian, bersikap antusias dan mengerjakan dengan lebih mudah, berani dalam menjawab dan memberikan pertanyaan. Hal ini menyatakan bahwa model pembelajaran STAD dapat diterapkan untuk meningatkan hasil belajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti peserta didik karena memperoleh respon positif dari peserta didik. Selain itu, dengan model pembelajaran STAD kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih mudah diikuti dan menyenangkan dengan adanya kegiatan diskusi antarkelompok. Peserta didik merasa lebih dapat menerima materi yang diberikan sebab mendapatkan bimbingan dari teman-temannya dalam kelompok tersebut.

KESIMPULAN

Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan menghasilkan simpulan bahwa model pembelajaran STAD yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas IX D dapat meningatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti tahun pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 2 Sampit. Hal ini berdasarkan rata-rata yang didapatkan pada siklus I berada pada kategori rendah dengan persentase 58%.

Kemudian selanjutnya mengalami peningkatan hasil belajar pada siklus II dengan didapatkan rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 82% yang termasuk kategori tinggi.

Melalui penelitian ini, beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut:

Peserta didik disarankan untuk lebih giat mengikuti kegiatan belajar di kelas dengan STAD sebagai model pembelajaran. Hal ini menjadi salah satu upaya memancing motivasi belajar peserta didik serta dapat lebih aktif berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran akan akan terasa lebih bermakna dan menyenangkan.

Untuk guru mata pelajaran dapat menerapkan STAD sebagai model pembelajaran di kelas, agar diharapkan guru–guru dapat lebih kreatif dan interaktif dalam memberikan pembelajaran di kelas kepada peserta didik. Sehingga aktivitas belajar di kelas akan lebih efektif dan menyenangkan .

(11)

Kepala sekolah diharapkan mampu mempergunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk memotivasi guru–guru untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam mencari alternatif model pembelajaran yang lain agar mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang lebih baik.

Untuk kementerian Agama, diharapkan dapat menggunakan kewenangannya untuk memberi pengarahan dan bimbingan kepada sekolah–sekolah sehingga dapat memanfaatkan media pembelajaran yang variatif serta inovatif, dengan harapan kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan lebih aktif dan kreatif.

REFERENSI

Afandi. (2019). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Tipe STAD di MI Muhammadiyah Tanjung Inten. TERAMPIL Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar , 1-13.

Ainiyah, W. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-Ulum, 13 (1), 25-38.

Airtanto. (2018). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Dengan Metode STAD. Cakrawala, Jurnal Pendidikan, 12 (1), 74 - 83.

Ananda. (2016). Studi Komparasi Keefektifan Penerapan Terhadap Aktivitas Anak dan Hasil Belajar PKN Peserta didik Kelas V SD Negeri Kejambon 6 dan7 Kota Tegal. 2016: UNNES.

Andrian, W., Ramadhan, Novilanti, & Zafrullah. (2020). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan Hasil Belajar, Sikap Sosial, dan Motivasi Belajar. Jurnal Inovasi Matematika (Inomatika), 2 (1), 65-75.

Jailani, Rochman, & Nurmila. (2019). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk KarakterJujur Pada Peserta didik. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 10 (2), 257-264.

Laa , Winata, Dan Meilani. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan Manajemen dan Perkantoran, 2 (2), 139-148.

Mualimin, C. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Pasuruan: Ganding Pustaka.

(12)

308 Nurhanim. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam

Meningkatkan Hasil Belajar PAI. Jurnal Global Edukasi, 3 (6), 297-302.

Paryanto. (2020). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Pelajaran Passing dalamPermainan Bola Voli. Jakarta: Ahlimedia Book.

Rosyad, A. M. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Indramayu.

al- Afkhar: Journal for Islamic Studies, 4 (1), 1-21.

Sudana, W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 1 (1), 1-8.

Zamroni, A. (2012). Pendidikan Karakter Peserta didik dalamm Pembelajaran PAI model STAD. Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", 1 (1), 49-70.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri sebagai berikut :

Pratiwi 2010 “Penggunaan model pembe- lajaran kooperatif sangat cocok untuk mem- buat pembelajaran lebih bervariasi.” SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah